JEON JUNSEOK "THE TROUBLE KING"
Nama: Jeon Junseok
Usia: 16 tahun (kelas 1 SMA)
Tinggi Badan: 179 cm
Berat Badan: 68 kg
Golongan Darah: B
Zodiak: Aries
Kepribadian: Berandal penuh pesona, nekat, tengil, suka mencari perhatian dengan cara menyusahkan orang lain. Punya sisi licik dan selalu langganan dapat hukuman karena sering gangguin murid-murid lain dan mengerjai guru-guru.
.
.
MIN YOOHAN "THE LETHARGIC GENIUS"
Usia: 18 tahun (Kelas 3 SMA)
Tinggi Badan: 180 cm
Berat Badan: 65 kg
Golongan Darah: AB
Zodiak: Aquarius
Kepribadian: Terlihat malas, cuek, dan apatis, padahal sebenarnya dia jenius. Lebih suka diam dan mengamati dari kejauhan. Nggak peduli dengan drama sosial di sekolah, tapi juga nggak membiarkan orang seenaknya diperlakukan buruk.
.
.
PARK JIHA "THE QUEEN BEE"
Usia: 18 tahun (Kelas 3 SMA)
Tinggi Badan: 156 cm
Berat Badan: 51 kg
Golongan Darah: A
Zodiak: Libra
Kepribadian: Cantik, populer, memikat, dan selalu punya cara untuk mendapatkan apa yang dia mau. Park Jiha tidak pernah berniat jahat, tapi pesonanya secara alami bisa menjebak orang dalam situasi sulit. Tidak suka ikut campur dalam drama sekolah, tapi kalau sudah kena masalah, dia tidak akan diam saja.
.
.
PARK SOJIN "THE GODDESS OF PERFECTION"
Usia: 18 tahun (Kelas 3 SMA)
Tinggi Badan: 172 cm
Berat Badan: 55 kg
Golongan Darah: O
Zodiak: Leo
Kepribadian: Anggun, cerdas, dan sempurna. Salah satu murid paling berprestasi dan populer di sekolah. Memiliki wajah cantik menawan dan senyum mematikan. Di balik sikapnya yang ramah dan lembut, dia sangat tegas dan tidak suka diremehkan.
.
.
KIM NAMGIL "MR. CLASS PRESIDENT"
Usia: 18 tahun (Kelas 3 SMA)
Tinggi Badan: 181 cm
Berat Badan: 72 kg
Golongan Darah: A
Zodiak: Virgo
Kepribadian: Sempurna sebagai Ketua Kelas. Pintar, penuh analisis, dan selalu ingin melakukan hal yang benar. Namun, sering kena mental karena sekolahnya penuh orang gila.
.
.
KIM TAERA "THE OUTCAST BEAUTY"
Usia: 18 tahun (Kelas 3 SMA)
Tinggi Badan: 169 cm
Berat Badan: 50 kg
Golongan Darah: B
Zodiak: Scorpio
Kepribadian: Pemalu, tertutup. Sebenarnya manis dan pintar, tapi disalahpahami dan dikucilkan gara-gara rumor. Sebenarnya sangat berbakat, tapi memilih untuk tidak menonjol.
.
.
JUNG HAEKYUNG "THE ATHLETIC HEARTTHROB"
Usia: 18 tahun (Kelas 3 SMA)
Tinggi Badan: 178 cm
Berat Badan: 68 kg
Golongan Darah: O
Zodiak: Sagittarius
Kepribadian: Ceria, ramah, tapi sangat kompetitif. Atlet sekolah yang berbakat dan sangat populer. Punya banyak penggemar tapi hanya tertarik pada seseorang yang tidak melihatnya sebagai 'bintang'. Naksir berat Kim Taera.
.
.
Nama: Kang Dongwon
Usia: 46 tahun
Tinggi Badan: 190 cm
Berat Badan: 85 kg
Golongan Darah: A
Zodiak: Capricorn
Pekerjaan: Guru Olahraga merangkap Guru BK di Seoryong Academy
Kepribadian:
Kim Dongwon ssaem adalah guru killer dengan suara keras, ekspresi tegas, dan kehadiran yang bikin gentar siapa pun. Dia tidak punya kesabaran untuk murid-murid bandel dan terkenal dengan metode didikannya yang ekstrem tapi efektif.
Meskipun galak dan keras, dia sangat peduli pada murid-muridnya, terutama mereka yang sering kena masalah seperti Jeon Junseok. Dia bukan tipe guru yang akan menyerah pada murid, tapi juga tidak segan memberi hukuman berat jika mereka melewati batas.
~Happy reading guys~
#Flashback ke tahun 1985#
Suasana kelas di jam 10 hening, ketika tembakan pertama terdengar. Mereka-mereka yang tengah mencatat soal di dalam kelas spontan mendongak bingung, celingukan satu sama lain, mengira anak-anak radio isengnya kumat, sengaja menyetel rekaman bunyi tembakan melalui pengeras suara.
Lalu beberapa detik kemudian terdengar bunyi tembakan yang cukup keras, banyak yang mulai terlihat ketakutan. Mereka membeku, belum ada yang berani bergerak mengecek suasana di luar kelas.
Tiba-tiba saja pintu terbuka. Anak-anak cewek spontan berteriak. "Aaaaaaaaa!"
Ternyata yang masuk seorang cowok dari kelas bahasa inggris, main nyelonong masuk begitu saja, dengan sorot nyalang, ekspresi ngeri, dan dagu gemetaran dia berkata. "Ada orang gila bawa senjata di luar..." Dia menelan ludah sembari menetralkan jantungnya. "Orang itu menembaki mereka, teman-teman sekelasku..." Si ceking tanpa basa-basi dan tanpa minta izin mendorong meja guru yang beratnya minta ampun ke pintu. Meski badannya kurus, dia sanggup mendorong itu sendirian, sementara yang lain cuma duduk-duduk menonton seolah-olah dia anggota sirkus yang sedang melakukan pertunjukan sulap.
"Kalian bantu aku! Malah diam saja! Mau mati konyol juga?!"
Wajah semua anak memucat menatap darah di tangan si cowok ceking berkacamata.
"Kenapa tanganmu?" tanya cewek mungil berambut sebahu di barisan depan.
Dia nyerocos tak jelas plus gagap. "Sial, aku tidak.... aku tidak sadar. Ini bukan darahku. Aku duduk di sebelah Jae-geun, lalu pria itu masuk ke kelasku dan menembaknya tepat di kepala. Tidak hanya dia... semua.. kami berusaha lari, saling dorong, ada yang terjatuh, ada yang tidak sempat mencapai pintu."
"Siapa yang melakukan itu!?" pekik cowok tambun di belakang.
"Aku tidak tahu!"
"Kita harus keluar dari sini!"
Semua orang membeku ketika bunyi tembakan kali ini terdengar lebih dekat.
Kalap dan ketakutan, semua anak yang tadinya serius mengerjakan soal, bergegas membantu cowok berkacamata dari kelas sebelah, bukan menumpuk benteng pertahanan di depan pintu, mereka nekat melempari kaca jendela pakai kursi yang mereka angkat bareng-bareng. Mereka butuh jalan keluar. Kebetulan ruangan ini di lantai dasar.
Sementara di perpustakaan, anak-anak dari Kelas Sains yang kebetulan belajar kelompok di sana merunduk di belakang rak-rak buku, di kolong meja, beberapa meringkuk di sudut gelap. saling berangkulan, berharap siapa pun dari pihak kepolisian akan datang menolong mereka.
Dap... dap... dap... gema langkah kaki mendekat.
"Tahan pintunya!" perintah guru wanita berambut panjang itu sambil berlari ke pintu dan menguncinya. Melakukan segala yang mereka bisa untuk mencegah orang bersenjata itu masuk. Untuk sesaat, hening. Semua orang sekali lagi menahan napas, berharap pria gila itu pergi.
Detik-detik menegangkan terjadi... tak ada yang berani bersuara.
Gagang pintu berderak-derak, semua anak kompak menahan napas. Mereka tersentak kaget. Seorang gadis merangkak keluar dari tempat persembunyian. Guru wanita itu lantas menggelengkan kepala, memohon menggunakan isyarat mata agar dia bersembunyi lagi.
Dor! Dor! Dor! Gagang pintunya dirusak, para pemilik mulut menjerit heboh. Tiga lubang peluru tercipta di pintu.
Guru muda itu menjerit sambil berlari menyeberangi ruangan, memerintahkan semua muridnya berdiri dan pindah tempat, membawa mereka semua ke belakang, ke ruangan penyimpanan buku-buku tua, bersembunyi di sana.
Pintu terbuka, pria bersenjata itu masuk. Para pemilik telinga bisa mendengar langkah sepatu botnya di lantai saat dia berkeliling, memeriksa di antara rak-rak buku. Bersiul-siul santai, menyerap seluruh ketakutan, merasa di atas angin, bergerak dengan langkah lambat, seolah-olah dia pemilik tunggal dunia ini, benar-benar tidak peduli dengan makhluk-makhluk lain yang kebetulan menghuni dunia yang sama.
Satu menit lewat...
Dua menit lewat...
Mereka pasrah menunggu. Semakin meringkuk saat mendengar derit pintu gudang penyimpanan didorong pelan-pelan dari luar.
.
Bersambung...
~Happy Reading~
Tahun 2015 (30 tahun kemudian)
Ruang ganti wanita diisi dengan teriakan, gema, dan suara pancuran air shower. Gadis-gadis itu menggeliat di bawah guyuran air hangat, berteriak-teriak, menjentikkan air, konser dadakan, saling bergosip dengan tetangga, cekikikan, menyemprotkan sabun dari botol ke tangan, keramas seperti model iklan, bahkan ada yang kelepasan goyang pinggul.
Kim Taera berdiri di antara mereka, canggung, terbalut handuk, memeluk lengannya sendiri, mengawasi bilik shower mana yang kosong. Bagaikan anak itik yang hilang terdampar di antara para angsa.
Taera itu manis sebenarnya. Bentuk wajahnya mungil, belum lagi bibirnya merah alami. Sayang, dia kuper. Poni rambutnya kepanjangan mirip tirai, sukses menutupi keindahan alis dan bulu mata lentiknya. Poni Taera tebal dan cantik, kalau saja dia tidak malas memangkasnya sedikit, agak sayang nasib poni dan rambut tebal di kepala Kim Taera tidak digunakan sebagai aset. Malah digunakan sebagai pelindung supaya cowok-cowok mesum di sekitarnya gerah duluan memandangi wajah ketutupan poni. Taera risih dipelototi.
Pancuran akhirnya mati satu per satu, gadis-gadis itu keluar sambil memeluk tas peralatan mandi, melepas topi mandi, handuk, menyemprotkan deodoran, mengambil pakaian ganti dari loker masing-masing. Bra dikaitkan, celana dalam dipakai.
Miss Ahin, tinggi semampai, peluit berwarna perak selalu dia kalungkan di lehernya. Miss Ahin melangkah ke ruang ganti. Geleng-geleng kepala menemukan Taera belum pindah posisi dari tadi. "Sampai kapan kau menunggu, Taera? Sampai kiamat? Lima menit lagi bel."
Gadis-gadis itu terkikik.
Taera mendongak linglung. "Uh? Ah?"
Miss Ahin berdecak kesal pada Taera lalu melangkah keluar.
"Uh? Ah?" Ada yang menirukan nada Taera, tapi pakai versi nyinyir.
"Ahh uhh ahh uhhh~" Ada yang iseng mendesah-desah lengkap dengan ekspresi vulgar.
Suara "terlalu deep" gadis itu terdengar sangat aneh di telinga cewek-cewek lain. Mereka pasti cekikikan sambil berbisik-bisik. Ada yang sirik dengan mengatakan suara Taera seperti suara bintang porno jadul. Padahal suara itu pernah ikonik pada masanya. Tahun ajaran baru, suara Taera pernah jadi pusat perhatian cowok-cowok satu sekolah, mulai dari murid baru sampai senior... ramai-ramai takluk! Sekali Taera ngomong di depan umum gara-gara terpaksa. Nilai cemerlang Taera yang membuat dia terpilih membacakan sambutan di auditorium depan semua orang. Setelah itu "suara berat serak seksi vintage" Taera jadi perbincangan hangat di kalangan anak-anak cowok. Mata-mata penuh kekaguman mengikutinya kemana-mana.
Geng-nya Yerin kurang welcome rupanya pada Taera. Mereka menyebar rumor Taera penyuka sesama jenis. Di minggu pertama Taera sekolah, stigma itu melekat di punggungnya. Bukan tanpa alasan Geng Yerin menyebarkan rumor. Pasalnya, mereka tidak sengaja menemukan komik yaoi Taera ketinggalan di laci meja.
Meja Taera dan Yerin berdekatan dulu. Yerin yang duduk di bangku Taera tak sengaja meraba ke bawah, ketemulah si komik laknat.
Sampai sekarang, kebanyakan cowok malas menatap wajahnya. Mereka cuek ngeloyor seolah-olah Taera angin. Sementara cewek-cewek meringis setiap kali berpapasan dengan Taera di koridor. Ada ekspresi lain: Senyum sok ramah, melempar tatapan iba. Taera benci dikasihani untuk skandal yang sama sekali bukan dirinya banget. Semenjak penyangkalan ditanggapi dengan kalimat "Mana ada maling yang mau ngaku", Taera memilih bungkam.
Dua tahun mereka sekelas, tiap hari terasa seperti di neraka.
Taera yang ceroboh sering dibuat tersandung (secara sengaja) saat jalan melewati lorong kecil di antara bangku (Taera langganan dipanggil ke depan untuk memecahkan soal-soal rumit, mulutnya pasif tapi otaknya aktif). Dia tidak sempat lagi berhenti ketika melihat sepatu putih mendadak terjulur ke samping. Taera tersandung dan jatuh lintang-pukang ke lantai, mendarat bertelekan pada siku dan lutut. Semua kertas beterbangan dari buku catatan dan berserakan dimana-mana. Seluruh kelas menganggap kejadian itu lucu. Mereka tertawa dan bersorak waktu Taera bersusah payah bangun.
Yerin dan teman akrabnya, Nayoung, tertawa paling keras. Begitu Taera menoleh, dia menangkap kilatan puas di mata Nayoung. Banyak yang bilang cewek itu iri. Tidak masuk akal. Konyol banget. Maksud Taera, buat apa cewek itu iri? Dia anggun. Dia atletis. Dia kaya. Dan dia manis sekali, kulitnya bagus, matanya juga bagus, punya rambut panjang, berombak, tergerai sampai punggung. Jadi apa yang diirikannya?
"Astaga, aku tidak percaya sekolah ini membiarkan sampah berkeliaran seenak jidat." Nayoung mencibir sinis. "Kemana sih petugas kebersihan? Dasar tidak becus."
"Jangan dipandangi kelamaan. Nanti kau mimpi buruk!" Yerin cekikikan. Segala hal yang melekat pada diri Taera selalu membuat dia terkikik. Pokoknya lucu saja.
Jujur saja, Jiha tidak peduli dengan urusan Kim Taera. Toh keberadaan Kim Taera tidak membuat Jiha takut kecantikannya tersaingi. Yang menyebar rumor murahan hanya kedua kawannya, Nayoung dan Yerin.
Jiha tidak tertarik. Lebih bodohnya lagi, banyak yang memakan mentah-mentah rumor picisan semacam itu.
Untuk kasus Park Jiha, asal kalian tahu, dunia ini memiliki dua jenis cewek cantik: "Cewek Cantik Jahat" dan "Cewek Cantik Baik Hati yang Takkan Menghancurkan Kehidupan Kita Secara Sengaja Kecuali Apabila Disenggol". Nayoung dan Yerin termasuk golongan "Cewek Cantik Jahat". Itulah sebabnya semua orang takut pada mereka. Mereka kerap menghancurkan hidup sembarang orang, secara berkala. Terkadang penyebabnya karena ada satu murid baru yang berani muncul memakai rok super pendek yang lebih pendek dari rok minimalis super mini milik mereka.
Tapi, Park Jiha, orangnya netral. Dia malas ikut campur makanya memilih bermain aman, dengan cara menjadikan duo nenek sihir paling kejam di Seoryeong Academy sebagai teman baik. Kehidupannya aman tentram. Gosip-gosip terkini juga lancar beterbangan ke telinga Jiha, si penggemar gosip. Mau belanja apa-apa, kurang duit, Jiha tinggal nebeng di kartu kredit dua cewek itu. Mereka tidak perhitungan. Itulah enaknya! Hidupnya aman dan tentram.
Yang menjadi masalah dari tipe cewek seperti Park Jiha adalah, cewek-cewek seperti itu tidak sengaja menjerumuskan kita dalam bahaya... yaaa... karena... mereka punya pesona dan mereka tidak sengaja terlahir dengan pesona. Kita yang bodoh kalau gampang terjerat.
Dia gemar menebar senyum, dia gemar menyapa orang-orang, tapi dia juga lihai membujuk orang mengerjakan ini-itu ketika ada maunya. Kombinasi tersebut sangat berbahaya. Jika kalian tidak percaya... mari kita lihat buktinya.
Untuk membuktikan teori, mari kita hadirkan murid baru di sekolah ini. Pendatang baru yang tidak tahu sama sekali bagaimana pesona Park Jiha bekerja. Cowok ini tampan dan imut, sayangnya orang-orang melihat dia sebagai pribadi yang kurang motivasi. Kita sambut.... Min Yoohan!
.
.
.
Ada orang-orang seperti Yoohan memang. Disaat semua orang sibuk mencari partner lab untuk mengerjakan tugas praktikum sama-sama, cowok itu cuma bersandar di kursi, sambil bersedekap, kakinya terjulur, mengedarkan pandangan ke segala penjuru dengan mata pengantuk yang herannya membuat beberapa cewek tergila-gila.
Daesung ssaem yang memunggungi papan tulis, berbalik dan mendapati murid satu itu tetap santai berleha-leha seperti di pantai, emosinya kumat. Langsung dia bentak. "Kita ini tidak sedang berada di rumah nenek moyangmu, Min Yoohan! Cari pasangan cepat dan mulai kerjakan tugasmu!"
"Tapi ssaem, saya kan memang tidak punya pasangan," jawab Yoohan santai.
Semua orang terkejut mendengar pengakuan jomblo yang begitu percaya diri. Secara tidak langsung dia telah membuat pengakuan di depan seisi kelas bahwa dia penyindiri dan hal itu bukan masalah besar baginya.
Terlebih lagi, Yoohan bukan orang yang mau bersusah payah menyesuaikan diri. Dia masuk ke Seoryeong Academy pada pertengahan semester, sebelumnya dia tinggal di perumahan elit di dekat pantai, daerah kaya pokoknya. Orangtuanya pengacara dan mereka baru saja bercerai, hak asuh anak dimenangkan oleh ibunya, mereka tinggal bersama di Seoul. Sebagian besar murid enggan menghabiskan waktu istirahat sendirian atau makan siang sendirian, mereka ogah duduk sendirian di kelas. Itu bisa memberikan citra buruk. Tapi Yoohan tampaknya jenis orang yang tidak keberatan menghabiskan waktunya sendirian. Dia juga tidak pilah-pilih dalam bergaul. Atau karena merasa dirinya anak orang kaya dia harus masuk ke perkumpulan anak-anak populer. Malah, Yoohan agak antipati dengan anak-anak populer di Seoryeong Academy.
Ada beberapa kelompok tertentu di sekolah yang dijauhi karena bisa mempengaruhi reputasi. Contohnya, kutu komputer, kutu buku, dan kutu game. Yoohan tidak keberatan duduk bersama para kutu di satu meja pada jam makan siang, dia juga tidak keberatan menyapa mereka, lalu ikut membicarakan perangkat lunak dan seluruh komponen laptop.
Mungkin anak-anak lain merasa terintimidasi dengan sikap Yoohan yang "tidak peduli dengan pendapat orang lain". Makanya itu bikin Sojin kagum. Tidak peduli dengan siapa dia bergaul atau apa yang orang lain bicarakan di belakangnya. Faktanya orang-orang memang bergunjing, menuduh Yoohan sombong karena tidak mau nongkrong bareng dengan kelompok mayoritas. Aneh kan?
Yoohan tidak dipukuli, tapi dikucilkan. Secara pribadi Sojin lebih suka serangan fisik. Satu tonjokan selesai. Tapi dikucilkan? Sakitnya terasa lama. Tentu saja, kecerdasan Yoohan tidak membantu, juga ketidaksukaannya pada olahraga serta kegiatan outdoor yang menguras banyak energi. Ditambah Yoohan paling senang ketiduran di kelas ketika guru-guru asik mendongeng. Itulah alasan mengapa para guru membangun radar siap "tembak!" saat menghadapi Yoohan.
"Ada lagi yang belum punya pasangan?" tanya Daesung ssaem menatap seisi kelas.
Sojin angkat tangan. "Saya juga tidak punya pasangan."
Yoohan tersenyum miring. Pret! Tidak punya darimana! Yoohan tahu rahasia Sojin sang murid teladan yang diidolakan dunia.
Tapi biarlah itu kita beberkan belakangan.
.
.
.
Kwangho ssaem merupakan satu-satunya guru yang lumayan di Seoryeong Academy. Dia masih muda dan sepertinya kebal terhadap siksaan batin di SMA. Banyak guru muda di Seoryeong yang menangis sekurang-kurangnya sekali hari. Namun pria itu tahan banting dibanding guru-guru lain. Dia berkepala plontos, lengan kirinya bertato. Dia paling berapi-api ketika berbicara dan senang menyesap Pho (makanan khas Vietnam) sebagai bekal. Intinya Kwangho ssaem adalah guru yang paling supel, gila, dan terkadang dia mengajar di kelas sambil bertelanjang kaki.
Mungkin banyak murid yang ngeri melihat gelagat dan tato si bapak. Takut kalau macam-macam mereka bakal disundul sampai mati dengan kepala botaknya.
Si bapak gundul satu ini punya hubungan yang akrab dengan Namgil dan Haekyung, selalu mengizinkan dua sohib dari orok itu makan siang di ruangannya.
Haekyung selalu cemberut pada jam makan siang. Dia ikut kelas remedial dan teman-teman sekelasnya dungu. Bikin darah tinggi, mereka cuma jago ribut berkoar-koar seperti sekelompok bebek. Tong kosong nyaring bunyinya. Teman-teman seperti itu malah bikin capek menurut Haekyung, mana tidak ada yang bisa ditempati bertanya. Omong-omong, Haekyung sebenarnya pintar. Dia bisa saja mengambil pelajaran apa pun yang dia inginkan. Gara-gara Haekyung ikut kelas gymnastik persiapan khusus atlit pelari, dia jadi sering kecapekan dan jarang menatap buku lama-lama. Kepala Haekyung sering pusing, berputar-putar, kliyengan.
Empat jam terdampar di kelas remedial, harus menyaksikan kebodohan abadi berputar-putar di ruangan itu, Haekyung naik pangkat jadi satu-satunya murid terpintar. Ini bikin dia emosi dan ingin mengiris nadinya sendiri.
Selama sepuluh menit pertama Namgil mengobrol sambil melahap bekalnya, Haekyung menanggapi semua ucapan dengan gelengan penuh amarah atau tanggapan singkat-singkat kayak "Nggak", "Ogah", "Malas ah".
Namgil diam, menunggu amarah Haekyung mereda.
"Jadi gimana hubunganmu dengan cewek itu?" tanya Namgil.
"Cewek yang mana pula? Perjelas!"
"Si poni rambut kepanjangan," kata Namgil tidak punya hati. Jelas-jelas cewek itu punya nama manusia. Bukan "si poni rambut kepanjangan".
"Oh... dia." Haekyung senyam-senyum aneh.
Namgil bergidik melihat senyumnya. Selera Haekyung memang tak biasa.
Si poni rambut kepanjangan berhasil mencuri perhatiannya sejak dari awal masuk di Seoryeong Academy. Menurut Haekyung, cewek itu unik. Dia tertutup dan pemalu. Itulah yang membuatnya menggemaskan (menurut Haekyung). Kabarnya Taera juara kelas berturut-turut. Justru dia yang paling kelihatan tidak menonjol. Memang ya, anak pintar kelakuannya beda. Anak-anak pintar ini menghindari perhatian sebisa mungkin. Bukan tong kosong.
Tidak, mereka bukan teman sekelas, mereka beda kelas. Kebetulan saja, kelas Taera pasti berada di jam yang sama dengan anak-anak dari kelas Haekyung dan Namgil. Pertukaran tatapan dan curi-curi lirik seringkali terjadi. Haekyung yang aktif melakukannya, sedangkan Taera kebanyakan menunduk, sembunyi, jalan cepat-cepat menghindari sengatan matahari. Kabur lalu menghilang seperti bayangan.
"Kali ini aku berniat melakukan sesuatu." Haekyung melipat tangan di dada. "Aku punya rencana."
"Rencana apa?"
"Rencana menjadikan dia tutorku." Haekyung masih senyam-senyum aneh.
"Bukannya itu harus diusulkan oleh guru? Tidak boleh sembarangan," kata Namgil.
Haekyung menyikut lengan Namgil saat Kwangho ssaem melangkah dari pintu menuju ke singgasana. Rencana Haekyung melibatkan si gundul. Pokoknya Haekyung merasa dirinya brilian dan sangat jenius saat ini. Semalam dia mati-matian bertapa di atas ranjang empuk mencari solusi biar gimana caranya agar hubungan tidak jelas sebatas lapangan olahraga itu bisa naik pangkat.
"Namgil. Haekyung." Kwangho ssaem duduk di kursinya, menghadap Namgil dan Haekyung.
"Siang pak." Mereka berdua mengangguk singkat. Lalu memperhatikan si botak menyalakan kompor listrik di meja. Entah sejak kapan kompor mungil itu nangkring di situ. Parahnya mereka baru sadar karena terhalang buku-buku.
"Kabel di ruang guru lagi dalam tahap perbaikan." Pria itu menggelengkan kepala. "Sayang sekali, kerja mereka lambat, padahal pemasukan sekolah besar."
Namgil dan Haekyung cuma meringis, mereka lebih fokus memandangi panci besar Kwangho ssaem. Di dalamnya ada sup penuh tentakel dan mie bihun, lembaran hijau lepek seperti daun favorit hewan ternak dijejalkan ke dalamnya bersama segala macam bahan. Sup tersebut mirip sebuah ekosistem utuh. Namgil samar-samar berharap bakal melihat siput gemuk lewat.
"Kalian suka makan Pho?" tanya Kwangho ssaem. "Pho" rupanya dilafalkan sebagai "feh".
"Boleh minta?" Haekyung langsung-langsung saja.
"Tidak boleh," sahut Kwangho ssaem langsung-langsung juga.
"Kalau tidak ada niat ngasih jangan bertanya." Haekyung rada jengkel.
"Aku tidak boleh memberi kalian makanan," Kwangho ssaem minta maaf. "Guru dilarang melakukan itu."
"Sejak kapan ada aturan kayak gitu," balas Haekyung. "Maksud saya, ini bukan kebun binatang dimana para hewan dilarang diberi makan oleh para pengunjung."
Kwangho ssaem mengernyitkan alis. "Hewan? Oh, jadi menurutmu sekolah ini sama dengan kebun binatang?"
"Saya tidak bilang begitu, tapi fakta yang menunjukkannya sendiri."
"Berikan satu contoh mengapa kau menganggap sekolah ini sama payahnya dengan kebun binatang," tantang Kwangho ssaem. Dia selalu memberi pertanyaan jebakan, intinya ingin mengetes sampai sejauh mana perkembangan otak murid-muridnya.
"Pak, bapak bisa lihat sendiri, di kebun binatang, yang menjadi daya tarik adalah para binatang. Sama seperti sekolah ini, dimana yang menjadi pusat perhatian adalah anak-anak berisik kelebihan hormon. Mereka tak ubahnya seperti binatang. Sedangkan para manusia hanya berkeliling sambil mengamati dari luar kandang. Pada dasarnya, hewan-hewan buas yang kelihatan kuat dan berkuasa itu terkurung dalam kandang. Mereka diawasi oleh makhluk yang menurut mereka lemah dan lebih kecil. Anak-anak yang tidak eksis merupakan para pengamat. Manusia punya otak dan sering menggunakan otaknya penuh pertimbangan. Tidak cuma bisa mengaum ketika lapar. Saya tidak menganggap diri saya setingkat dengan para hewan, jadi bapak tidak berhak melarang saya makan kapan pun saya mau."
Kwangho ssaem cengo takjub, manggut-manggut, ekspresinya berkata "Ini didikan saya pasti".
"Oke oke. Ini hadiah untuk kalian." Kwangho ssaem menyendok sup beraroma kaldu ayam itu ke kotak bekal Namgil dan Haekyung. Mereka berdua nyengir kegirangan dapat jackpot.
"Pak, sebelum saya mencicipi sup buatan anda, izinkan saya mengungkapkan keinginan saya dari lubuk hati yang paling dalam," Haekyung menatap syahdu.
"Apa itu muridku?" sahut Kwangho ssaem. Mereka mirip aktor di film kungfu. Kwangho ssaem berkepala botak kan? Cocok jadi guru saolin.
"Kalau boleh saya tidak ingin mengikuti kelas remedial lagi," pinta Haekyung.
"Terus maumu apa?"
"Ini masalah percintaan, pak." Namgil main sambar. "Ada cewek dari-"
Haekyung menyikut si kampret agar tutup mulut. "Saya ingin belajar private, pak. Kalau bisa tutornya-"
"Cewek dari kelas lain yang kau taksir?" tebak Kwangho ssaem main potong seenak jidat.
Haekyung melirik Namgil dengan sorot menyalahkan. Gara-gara dia sekarang Haekyung jadi tampak thirsty-as-animal.
"Sebenarnya aku juga sudah lama tidak setuju dengan sistem kelas remedial. Selain kurang efektif karena murid-murid dari seluruh kelas dicampur dalam satu ruangan, pasti kerjaan mereka cuma berisik. Rasa-rasanya tidak efektif, kan sayang waktunya." Kwangho ssaem menyesap supnya dengan sangat menikmati. "Mungkin salah satu cara untuk membuat kalian berbaur satu sama lain sekaligus mengatasi masalah kesenjangan sosial, harusnya digunakan sistem belajar private. Murid-murid pintar tapi kurang pergaulan yang direkomendasikan oleh para guru nantinya turun tangan mengajari kalian."
"Saya tidak perlu diajari, pak," sanggah Namgil. "Saya bukan bagian dari kelas remedial."
"Ya ya, aku tahu bagaimana prestasimu, Namgil." Kwangho ssaem manggut-manggut. "Ngomong-ngomong siapa nama gadis itu?"
"Darimana bapak tahu dia seorang gadis?" Haekyung masih juga pura-pura bodoh.
"Jadi dia bukan gadis? Apakah dia nenek-nenek?"
"Bukan, pak, dia gadis." Haekyung garuk-garuk kepala salah tingkah.
Kwangho ssaem menarik selembar kertas dari laci meja bagian bawah. "Ini, tulis namanya di kolom paling atas, nanti saya yang tanda tangan."
Jantung Haekyung berdebar-debar, segera dia gosok-gosok dadanya dengan niat menghapus debaran. Percuma. Usaha nihil dan sia-sia. Debarannya malah semakin kencang.
Ayolah! Mau sampai kapan percintaanmu hanya berakhir seperti ini? Kau sudah menekuni profesimu jadi pengagum rahasia semenjak taman kanak-kanak. Sekaranglah saatnya untuk maju! Move on! Make a change! Jangan biarkan orang lain merebut kesempatan itu.
Akhirnya, setelah menghela napas dalam-dalam, Haekyung membulatkan tekad. Dia harus maju. Step-by-step. Tidak boleh stuck!
"Selamat bung," bisik Namgil sempat-sempatnya. "Jangan lupa pajak jadian."
Haekyung cengar-cengir aneh. Minta ditimpuk.
.
.
.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!