NovelToon NovelToon

Antagonis Yang Tertukar

Chapter 1 : Konser

Warning!

Mohon maaf bila ada kesamaan Nama, Tempat dan Waktu. Cerita dibuat berdasarkan pemikiran penulis.

Selamat Membaca~

...----------------...

...****************...

......................

Hiruk pikuk yang begitu menyesakkan, begitulah pikir Haylyn saat ini. Tanpa sengaja dia harus ikut terseret dalam kelakuan sahabatnya, padahal ia memiliki urusan yang begitu penting.

“Hei Bell? Kau kenapa, ikutlah menari, come on!” seru seorang gadis seusianya yang asik melambaikan light stick ditangannya sesuai irama.

“Oh ayolah, ini tak akan seru bila kau tak ikut menari bersama kami” timpal seorang pria dibelakang mereka yang ikut menari.

Haylyn menghela nafas pasrah, kedua sahabatnya selalu memiliki gebrakan baru, contohnya adalah saat ini, dua jam yang lalu dia dikagetkan oleh kemunculan mereka di kediamannya sendiri bahkan terang-terangan meminta izin pada orangtuanya untuk menyaksikan sebuah konser.

Hanya karna sebuah ‘Konser’

Mengingatnya kembali Haylyn berteriak dalam hati begitu kesal, saat dia hendak untuk membuntuti kemana pemuda yang dicintainya akan pergi, dia harus merelakan itu semua karna perintah sang Bunda yang harus menemani dua makhluk di sampingnya ini, sedangkan Paris dan Gerry asik dengan dunia konser mereka.

Namun sebuah sudah terlanjur dan itu semua tidak sepenuhnya membuatnya kesal, sebab saat ini dia berada di konser artis idolanya, My Star. Nyanyian yang begitu indah namun juga memabukkan, tenang tapi menghanyutkan, begitulah kira-kira mereka mendeskripsikan lagu dari My Star.

Melihat Paris dan Gerry yang melambai lambaikan tangan mereka dengan pelan menyesuaikan tempo lagu yang di nyanyikan My Star membuat Haylyn tergerak, dia melihat light stick miliknya dan beralih menatap kearah panggung dimana idolanya menyanyikan sebuah lagu 'kenangan', tanpa sadar tangannya terangkat dan ikut melambai-lambai seakan penampilan itu menghipnotisnya.

Gerry maupun Paris menatap satu sama lain dan tersenyum, sepertinya rencana mereka berhasil telah membuat sahabat mereka itu menikmati acara konser yang diselenggarakan itu, mereka pun saling memegang dan melambaikan light stick mereka, sesekali mereka akan ikut bernyanyi bersama sampai konser tersebut selesai.

...****************...

Keesokan paginya...

Di kediaman Jordan, Haylyn menuruni tangga dengan terburu-buru seakan akan dia dikejar oleh sesuatu. Nyonya Dhea yang sedang menata makanan di meja makan histeris kala melihat anak keduanya itu menuruni tangga secepat itu, walaupun ini bukan pertama kalinya Haylyn berbuat seperti itu tetap saja Ibu dengan dua anak itu khawatir akan keselamatan putrinya.

Dengan gerakan secepat kilat Nyonya Dhea menghampiri sang anak, “Ya ampun Haylyn, anak bunda ngapain sih? Jangan buat bunda jantungan pagi-pagi! Kamu nggak apa-apakan sayang, ada yang luka? Atau ada yang lecet?" Tanya Bunda Dhea beruntun membuat Haylyn memutar matanya jengah akan kelakuan overprotektif bundanya itu, "Sebenarnya ada apa sih sayang, kamu keliatan buru-buru gitu, hmm?” lagi lanjutnya bertanya.

Bagi Haylyn bundanya memang seperti itu, padahal dia hanya menuruni tangga seperti biasa tetapi bundanya selalu saja histeris dan menanyakan keadaannya, padahal dia tidak akan terluka hanya karna perkara tangga.

“Bunda, ayolah Haylyn kan sudah bilang kalau Haylyn baik-baik aja, Haylyn sedang buru-buru harus ke sekolah sekarang, jadi bunda~ Haylyn berangkat dulu.” Baru juga akan berpamitan, Dhea sudah menempelkan salah satu punggung telapak tangannya diatas dahi anaknya itu,

“Nggak panas kok?!” Gumamnya yang masih bisa didengar oleh Haylyn.

“Bunda apa apaan sih? Orang Haylyn nggak sakit juga, Haylyn tuh sehat.” Jawabnya penuh percaya diri

Bunda Dhea memicingkan matanya penuh curiga, “Tumben? Biasanya juga sering kesiangan perginya. Hayo kamu mau apelin anak orang kan?” Pertanyaan Dhea bukan tanpa sebab, karna memang anaknya yang satu ini rada spesial, tak peduli akan keluarganya jika sudah menyangkut pewaris Dhiranaraya dan seiring berjalannya waktu Bunda Dhea dan Papah Jordan sudah tak memusingkan hal itu lagi.

“Ayolah bunda~ ada yang harus Haylyn lakukan, jadi.. ..Haylyn harus berangkat ke sekolah sekarang, Lyn pergi dulu bye bunda.”

“Tap-?” Belum sempat Bundanya mengatakan sesuatu, Haylyn sudah berlalu begitu saja setelah berpamitan, dia bahkan melewatkan sarapannya lagi dan lagi.

Bunda Dhea menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah putrinya itu yang selalu seenaknya sendiri, bahkan jarang sekali untuk meluangkan waktu bersama keluarga mereka, itulah mengapa ia selalu overprotektif.

...****************...

Angkasa Raya High School

Brum... Brum... Brum...

Suara deru mesin mobil sport terdengar begitu nyaring memasuki kawasan sekolah, semua mata memandang kearah suara bising tersebut, beberapa diantara murid bertanya-tanya akan kehebohan apa yang akan terjadi berikutnya.

Dan benar saja belum lama mereka memikirkan hal itu, mereka dibuat terkejut dengan aksi pengemudi. Bagaimana tidak jika pengemudi mobil tersebut melakukan aktraksi putaran 360 derajat dikawasan parkir sekolah, tak tanggung-tanggung semua murid yang melihatnya bersorak histeris, ‘terpukau’ satu kata itu mungkin bisa mendeskripsikan semua murid Angkasa Raya.

Ciiit~

Brak.

Dengan lihainya sang pengemudi memarkirkan mobilnya setelah melakukan aktraksi gila-gilaan, semua murid yang sudah tau siapa pengemudi mobil sport tersebut tetap menunggu kemunculannya dan benar saja, seorang gadis cantik nan perfect dengan style cool-nya dan jangan lupakan sikap tomboy dan bar-barnya keluar dari mobil sport itu, dia adalah Haylyn Bell Jordan anak kedua dari Pengusaha terkenal kedua Perusahaan Bel J. Corporation.

Dengan sikapnya yang angkuh, Haylyn berlalu meninggalkan area parkir sekolah, dia tak memedulikan tatapan orang-orang disekitarnya saat ini, hanya satu tujuannya sekarang yaitu ke kelas, dan yang pasti itu bukanlah kelasnya.

...****************...

Disinilah Haylyn berada didepan pintu masuk sebuah kelas, sejenak dia menatap angka yang tertera diatas pintu tersebut dan tanpa ba-bi-bu dia kemudian menendang pintu tersebut, semua murid yang berada didalamnya tampak terkejut walau sesaat.

Tak butuh waktu lama Haylyn menemukan sosok yang dicarinya, matanya terpaku pada sosok pria yang sedang duduk dipojok kelas membelakangi jendela yang juga sedang menatap kearahnya, mereka saling menatap namun pria itu memutuskan tatapannya dan beralih kembali dengan gadget ditangannya.

Karna waktu yang masih menunjukkan 07:15 pagi, sehingga suasana kelas belum terlalu ramai dan hanya beberapa orang saja terutama pria itu dan teman-temannya.

Haylyn mulai melangkahkan kakinya perlahan, sikapnya berubah 180 derajat, sikap tomboy nya sudah tak kelihatan lagi sangat berbeda jauh pada saat pertama kali dia datang, entah kenapa tapi bagi Haylyn dia ingin selalu menjaga image-nya didepan pria tersebut.

Seperti biasa ketika sudah berada dihadapan pria itu, Haylyn akan mengeluarkan gadget miliknya dan akan mengintrogasi pria tersebut, dan seperti biasa pria itu tak akan menggubrisnya.

“Katakan padamu siapa dia Jean?" pertanyaan itu tidak mendapat jawaban, dia kemudian bertanya lagi. "JEAN aku tanya siapa dia?” serunya dengan kekesalan, dia sangat butuh penjelasan dari pria didepannya itu saat ini

Jeandra Arya Dhiranaraya pria yang sangat di sukai dan dicintai oleh Haylyn, pria dengan sejuta pesonanya dan keahliannya diberbagai bidang, sayangnya Jeandra tak menyukainya entah apa sebabnya hanya pemuda itu yang tau isi hatinya.

Begitu banyak murid perempuan yang menyukai Jeandra bahkan mengaguminya, namun tak ada yang berani untuk sekedar mengungkapkan perasaan mereka sebab jika hal itu sampai terjadi maka mereka akan berhadapan langsung dengan Haylyn.

Sekilas Jeandra menatap foto dalam gadget milik Haylyn dan kembali fokus dengan games yang sedang dimainkannya, hal itu malah membuat Haylyn naik pitam dan dengan kasarnya merebut gadget Jeandra dan membantingnya kelantai.

Prang.

Hancur. Sudah pasti!

Suara bantingan gadget tersebut begitu nyaring terdengar sampai dikelas sebelah, membuat semua murid yang mendengar suara tersebut penasaran apa yang sebenarnya terjadi, begitupun murid dan teman-teman Jeandra dalam ruangan tersebut begitu shock.

“APA YANG KAU LAKUKAN!” geram Jeandra tak peduli bahwa orang didepannya saat ini adalah perempuan, berbeda dengan Haylyn yang tak peduli dengan bentakan tersebut,

“SEHARUSNYA AKU YANG BERTANYA! SIAPA WANITA ITU JEAN? JIKA SAJA KAU MAU MENJAWAB HANDPHONEMU TAK AKAN SEPERTI ITU.” Dada Haylyn naik turun menandakan dia juga bisa marah.

“Bukan urusanmu aku dekat dengan siapapun, kau bukanlah siapaku, PAHAM?!” Jeandra tak lagi meninggikan suaranya namun diakhir kalimatnya ia menekankan kata-katanya

“Tidak! Aku berhak tau tentangmu, aku menyukaimu, aku sangat~ mencintaimu, dan.. ..aku tidak akan membiarkan siapapun wanita yang mendekatimu! Kau itu hanya milikku Jean, milik Haylyn Bell Jordan!" sanggahnya percaya diri.

"Dasar gadis gila!"

Kata hati Jeandra, lalu pemuda itu terpikirkan sesuatu dan tersenyum smirk, mendekatkan wajahnya dan membisikkan sesuatu ke telinga Haylyn yang justru membuat gadis cantik itu membatu seketika, deru nafas Jeandra begitu menggelikan dan membuatnya menahan napas gugup jantungnya berdetak tak karuan, akan tetapi semua tak berlangsung lama sebab apa yang dikatakan oleh Jeandra justru membuatnya kembali meradang, sedangkan si empu berlalu keluar begitu saja dari kelasnya diikuti teman-temannya.

Haylyn yang sempat membatu kembali tersadar karna perkataan Jeandra, dia berteriak dengan kesalnya menginjak-injak lantai bahkan menendang kursi yang diduduki oleh Jeandra sebelumnya. Tak lama setelah meluapkan kekesalannya ia pun menoleh ke belakangnya dimana semua murid masih menatap kearahnya,

“Apa lihat-lihat HAH?!” ucap Haylyn sarkas membuat semua murid yang tadinya menonton pertengkarannya dan Jean segera kembali ke kelas mereka sedangkan murid dalam ruangan tersebut berpura-pura membaca buku dan sibuk dengan urusan mereka, sebelum terkena amukan dari Ratunya Angkasa Raya itu.

...****************...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hay Hay Hay, duh gimana nih pada penasaran nggak sih sama apa yang dibisikin oleh Jean sampai-sampai Haylyn marah gitu, mau tahu? Yaudah tunggu Chapter berikutnya yah, Bye~ Bye~.

Chapter 2 : Ingin berhenti

Disebuah mansion kini telah terjadi kekacauan dan itu semua disebabkan oleh pemilik rumah ralat lebih tepatnya istri dari pemilik mansion besar itu.

Prang~

“Dasar anak tak tahu diri, hal begini saja kau tak bisa kerjakan, mau jadi apa kau nantinya, Hah?!” suara seorang wanita menggelegar di mansion tersebut, siapa lagi kalau bukan Moris istri baru ayahnya yang selalu tampil dengan riasan tebal dan penampilannya seperti wanita malam.

“Ma-af tan-“ ujar seorang gadis yang menunduk ketakutan melihat kemarahan ibu tirinya itu

“Maaf kau bilang?! Apa dengan maaf saja vas bunga kesayanganku bisa kembali utuh sedia kala, apa kau bodoh?!” lagi dan lagi Moris menggertak anak tirinya itu bahkan telunjuk tangannya menekan-nekan kepala Amoera sampai hampir terjungkal kebelakang.

Gadis yang sedang dianiaya oleh ibu tirinya itu adalah Amoera Samantha anak dari Bamasatya Samantha dan mendiang Aurelia putri. Semenjak Ayahnya menikah lagi setelah dua tahun menduda, hidup Amoera berubah drastis.

Siapa sangka ibu sambungnya yang selalu terlihat baik itu ternyata bermuka dua.

Semua bermula ketika Ayahnya keluar kota untuk perjalanan bisnis selama beberapa minggu 2 tahun yang lalu tepatnya satu bulan setelah ayahnya menikah, watak asli dari ibu tirinya mulai terlihat, setiap hari dirinya dijadikan tak lebih seperti pembantu bahkan dia tak diberikan makanan jika pekerjaannya belum selesai.

Mbok Jum selaku pelayan di mansion bersama pelayan lainnya tak berani membantu, sebab jika sampai ibu tirinya mengetahui hal tersebut mereka akan mendapatkan hukuman dan Amoera tak menginginkan hal itu terpaksa melakukan apa yang di suruh ibu tirinya.

Dan seperti biasa, Ayah Amoera baru saja berangkat beberapa jam yang lalu untuk perjalanan bisnis selama tiga hari kedepan ke kota Ares, hal itu dimanfaatkan oleh Moris untuk menyiksa anak tirinya itu. Ayahnya selalu percaya kepada istrinya itu membuat Amoera semakin menderita, jika saja bukan karna acting dari ibu dan saudara tirinya yang selalu memutarbalikkan fakta ketika dia mendapatkan bukti kelakuan mereka mungkin ayahnya akan percaya padanya.

Kini Amoera mulai mengumpulkan pecahan-pecahan vas yang hancur berserakan dilantai, namun keadaan tak terduga terjadi, Moris tanpa perasaan menginjak tangan Amoera dengan High Heels merah miliknya, membuat Amoera mengerang kesakitan, ”Arrghh sa-kit, kumohon tolong le-paskan!”

Bukannya melepaskan kakinya, Moris malah menekan kakinya lebih kuat lagi dan dengan teganya dia menutup mulut Amoera agar tak mengeluarkan suara, tangan Amoera yang semula putih bersih kini berwarna merah karna darah dan itu semua disebabkan pecahan vas yang menancap tajam ditangannya, Amoera hanya bisa menahan rasa sakit dari tangannya, air matanya pun ikut jatuh karna tak kuasa menahan sakit.

Setelah puas menyiksa anak tirinya itu, Moris berlalu meninggalkan Amoera bahkan pergi entah kemana meninggalkan mansion, para pelayan yang menyaksikan nona mereka di siksa segera mengambil kotak P3K, begitu pula Mbok Jum segera menghampiri Nona-nya itu dengan sebaskom air hangat.

Perlahan tangan Mbok Jum membersihkan tangan Amoera dan hanya menyisakan pecahan vas yang besar masih tertancap disana, “Tahan ya Non” Ujar Mbok Jum mendapatkan anggukan pelan dari Amoera.

Dalam sekali tarikan pecahan vas itu berhasil tercabut, Amoera kembali mengerang kesakitan namun ditahannya dengan menggigit bibirnya, Mbok Jum kembali membersihkan luka Amoera dan kemudian mengobatinya, salah satu pelayan memberikan Kotak P3K kepada Mbok Jum, mereka senantiasa berada dibelakang takut-takut bila ada yang diperlukan.

****************

Bina Bangsa High School...

Setelah tragedi yang membuat tangannya harus diperban, kini Amoera berada dalam kelas sedang memperhatikan wali kelasnya menjelaskan materi, dia hampir saja terlambat masuk sekolah.

Pikirannya pun melayang mengingat kejadian sebelum ke sekolah tepatnya saat Mbok Jum melarangnya ke sekolah karna tangan kanannya yang terluka dan tak memungkinkan untuk mencatat penjelasan guru, tetapi Amoera yang bersikeras akhirnya mau tak mau diantar oleh suami Mbok Jum atas desakan Mbok Jum sendiri.

Lamunannya berhenti kala mendengar suara intrupsi dari Pak Yudha wali kelasnya, “Baiklah anak-anak Bapak ingin kalian mengerjakan soal dari halaman 45-46 dan kumpulkan sebelum pulang nanti.. ..apa sampai di sini paham? Apa ada yang ingin ditanyakan?” jeda pak Yudha sebelum memberikan pertanyaan.

Semua murid menjawab serempak, kecuali Amoera “Paham Pak!”

Yudha mengakhiri kelasnya siang itu dan berlalu meninggalkan kelas, Amoera yang melihat wali kelasnya keluar pun mengejarnya, “ Pak. Pak Guru tunggu Pak” panggil Amoera

Yudha yang mendengar ada yang memanggilnya spontan menoleh kebelakang, “Loh, Amoera? Ada apa nak, ada yang bisa bapak bantu?” tanya beliau saat mengetahui anak muridnya yang memanggilnya

“I-itu pak, saya boleh tidak meminta keringanan untuk mengumpulkan tugas yang bapak berikan tadi?” tanya Amoera mencoba bernegosiasi

“Memangnya kenapa nak?” tanya wali kelasnya itu sekali lagi, sebab tak biasanya muridnya yang satu ini meminta keringanan dalam pengumpulan tugas, karna selama ini dia adalah murid teladan yang selalu mengerjakan tugasnya tepat waktu.

Amoera tak menjawab, dia langsung memperlihatkan tangannya yang di perban, membuat gurunya itu mengangguk paham dan mengerti,

“Tanganmu kenapa Amoera, kenapa bisa terluka?”

“Sa-saya terluka karna ngambil bunga mawar di rumah pak, saya lupa kalau tangkainya berduri.” Jawab Amoera berbohong

Sejenak Yudha berpikir, “Hmm, ya sudah bapak beri keringanan, kamu bisa mengumpulkan tugas dipertemuan berikutnya minggu depan, bapak juga akan memberitahukan guru yang lain, sebaiknya kalau seperti ini kamu izin saja Amoera tidak apa-apa.” Terang Yudha menasehati

Amoera tersenyum, wali kelasnya memang orang baik dan perhatian pada setiap murid, “Terimakasih banyak pak, saya janji akan mengumpulkan tugas saya minggu depan, sekali lagi terimakasih!” setelah mengucapkan terimakasih Amoera kembali ke kelasnya.

...****************...

Disisi lain

Tepatnya di Angkasa Raya High School, pelajaran pertama baru saja berakhir, namun disalah satu kelas terlihat sangat sibuk memikirkan seorang murid yang tidak diketahui keberadaannya, Bu Kenny selaku wali kelas dari kelas tersebut bertanya pada tiap muridnya.

“Paris dimana Haylyn? Ibu tidak melihatnya dari tadi sedangkan mobilnya ada dihalaman parkir itu artinya Haylyn masih ada di sekolah kan?”

“Maaf bu, saya juga kurang tau dimana Haylyn sekarang, dari tadi saya coba hubungi tapi nggak diangkat bu, pesan saya juga nggak dibaca.” Terang Paris pusing kemana sahabatnya itu pergi kali ini, sahabatnya itu suka sekali berkeliaran entah kemana saat berada di sekolah, jarang sekali untuk duduk menyaksikan pelajaran.

Bu Kenny menoleh kearah Gerry, namun si empu menyambutnya dengan gelengan, “ Yang lain ada yang tau dimana Haylyn?” Bu Kenny mencoba menanyakan kepada murid-murid yang lainnya, akan tetapi pertanyaan tersebut malah mendapat gelengan kepala.

“Astaga anak ini, pergi kemana dia, kalau sampai bundanya tau habis aku dimarahi.” monolog Kenny yang stress kemana putri dari sahabatnya itu menghilang,

“Oh. Aku tau dimana Haylyn Bu!” tiba-tiba seorang murid yang ber-name tag Chaca berseru membuat lamunan Kenny buyar, hal yang sama terjadi pada murid lainnya yang berada dalam kelas tersebut, mereka semua menoleh ke sumber suara.

“Benarkah?!” kali ini Gerry yang bersuara bukan wali kelas mereka

“Kurasa Haylyn ada di gedung Olahraga, yah~ kan tadi pagi Haylyn habis marah-marah sama Jean terus heboh, pokoknya sampe handphone Jean hancur. Dan setelah itu Haylyn pergi kearah selatan.” Jelas Chaca mendapatkan anggukan tanda mengerti dari semua orang.

Semuanya sudah jelas sekarang begitulah pikir semua orang dalam ruangan tersebut. Kenapa?

Alasannya cuma satu, ketika Haylyn ratunya sekolah membuat keributan dan bertengkar dengan pemuda yang dicintainya itu, maka gadis itu akan mencari tempat untuk melampiaskan semua emosinya disatu tempat sendiri, dan arah selatan dari kelas Jeandra adalah tempat yang cocok, itu adalah gedung olahraga, dan hari Senin tidak ada mata pelajaran olahraga tidak akan ada yang akan kesana.

“Cha, gue bingung deh, kok lho bisa tau sih? Sedangkan kita aja nggak ada yang tau tuh!” tanya Gerry mendapat jawaban judes dari teman kelasnya itu,

“Ya iyalah, Chaca ada disana, orang Chaca apelin pacar Chaca juga.” Semua orang meringis kaget dengan ucapan Chaca yang terang-terangan itu.

Kenny masih menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan salah satu muridnya itu, “Paris, Gerry tolong kalian panggil Haylyn untuk menghadap ibu sesudah istirahat makan siang, ibu tunggu di ruangan ibu.” Titah Bu Kenny sebelum akhirnya meninggalkan kelas

Paris dan Gerry mengangguk tanda mengerti, “Baik bu!”

...****************...

Sementara itu di gedung olahraga Angkasa Raya, Haylyn masih fokus men-dribble bola basket dan memasukkannya ke dalam jaring, keringat bercucuran memenuhi wajah dan lehernya.

Tak.

Tak.

Tak.

Buk.

Bola yang dilempar Haylyn masuk, bertepatan dengan kedatangan sahabat-sahabatnya itu,

“Hei~ what’s wrong girl? “ Gerry bertanya dan langsung mendudukkan diri disamping Haylyn yang sedang minum sebotol air, begitupun Paris ikut mendaratkan bokongnya di samping sahabatnya itu.

Haylyn masih terdiam dan menatap nanar bola yang berada ditengah lapangan basket itu.

“Aku sudah dengar dari Chaca.”

Pernyataan Paris membuat Haylyn terkekeh, “Hah, gue cape banget. Sampai kapan gue harus kayak gini?” tanya-nya pada kedua sahabatnya itu

“.......”

baik Gerry maupun Paris tak berani menjawab karna hal itu bukanlah kuasa mereka

“Gue lelah terus ngejar cinta seorang Jean. Gue lelah bertengkar sama dia karna masalah sepele, gue pengen lupain dia tapi......nggak bisa."

"Kenapa susah banget buat dia jatuh cinta sama gue?!” lanjutnya meratapi kisah cintanya pada dua sahabatnya itu.

Mereka menjadi sahabat yang selalu menemaninya suka ataupun duka.

Haylyn menelungkupkan wajahnya diantara lutut dan tangannya, matanya sudah berkaca-kaca dia tak bisa membohongi dirinya yang sakit hati karna teringat perkataan Jean sebelumnya.

“Sepertinya kau harus berhenti sekarang nona Bell, gadis yang ada di foto itu adalah kekasihku kami bahkan sudah ketahap yang serius, kau tau apa artinya itu kan?!” kata kata yang dibisikkan oleh Jean padanya seperti kaset rusak yang berputar dipikirannya dan itu membuatnya gila setengah mati.

Gery dan Paris memberikan pelukan hangat mereka untuk gadis yang tengah patah hati untuk kesekian kalinya pada orang yang sama.

...****************...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hallo sahabat Novelku, gimana nih? Masih mau lanjut nggak? Tungguin yah Chapter selanjutnya, dijamin bakal lebih menarik kok.

Chapter 3 : Biarkan saja, Aku tidak peduli lagi

Setelah menenangkan diri, saat ini Haylyn duduk berhadapan dengan wali kelasnya, tentu saja dia sudah mempersiapkan diri untuk mendengar omelan dari wali kelasnya sekaligus sahabat dari Bundanya itu.

“Kamu tau Haylyn apa kesalahan kamu?” tanya Kenny sesampainya Haylyn dalam ruangannya

“Tau aunty Ken.” Jawabnya tegas, membuat Kenny tak tahu harus berbuat apa lagi.

"Jangan memanggilku aunty saat di sekolah. Panggil aku miss atau ibu, aku wali kelasmu Haylyn."

Tidak habis pikir Kenny tentang muridnya satu ini, dia melanjutkan alasannya memanggil Haylyn kesana, “Apa kau mau aunty di omeli oleh bundamu lagi? Apa kamu tau Haylyn belum ada 24 jam aunty diomeli oleh bundamu dan sekarang kamu sudah berulah lagi, oh ya tuhan Haylyn~ kepala aunty akan selalu memakai koyo kalau seperti ini saking pusingnya.” Kenny sampai memijit kepalanya saking gemesnya akan tingkah gadis dihadapannya ini.

Ratu angkasa raya itu meringis menutup telinganya, sebenarnya dia juga tak mau harus di omeli seperti ini dan apalah daya baginya yang lupa akan semua hal ketika emosinya memuncak,

“Maaf aunty, kali ini Haylyn janji deh nggak ngulangin lagi, ya ya ya!” ujarnya dengan mengangkat dua jari tangannya menandakan ‘Peace’ dia bahkan tersenyum manis mencoba meluluhkan hati sahabat bundanya itu.

"Sudah aku bilang jangan memanggilku aunty!" Sungguh Haylyn tidak habis pikir, sahabat bundanya itu menyebut dirinya sendiri 'aunty' sebanyak tiga kali saat mengomelinya, tapi lihatlah sekarang, dia tidak ingin dipanggil seperti itu.

"Baiklah, bu Kenny aku minta maaf karena tidak mengikuti jam pelajaran pertama, aku janji tidak akan mengulanginya lagi. Berikan aku satu kesempatan lagi, ya ya ya?!" pinta Haylyn menyatukan kedua tangannya didepan dada,

Sayangnya semua hal itu tak berguna dimata Kenny, “Kamu pikir aunty bakal percaya? NO WAY, kamu bahkan sudah mengatakan hal itu ribuan kali Haylyn!” ucap Kenny dengan tegas bahkan berteriak di telinga Haylyn.

“Oh ya ampun kalau seperti ini aku tidak akan bisa selamat dari hukuman.” Monolog Haylyn dalam hati sambil menatap wali kelasnya itu yang sedari tadi mengomel tanpa henti.

...****************...

Saat jam istirahat, Amoera kembali menghadapi kesulitan besar. Saat ini dia baru saja ditindas oleh salah satu teman Maudy saudara tirinya itu, tubuh Amoera basah kuyup bahkan dengan teganya dirinya di kunci didalam toilet.

Buk.. Buk.. Buk.

“Buka~ siapapun tolong bukain pintunya, aku mohon, hiks~ hiks!” Amoera menggedor-gedor pintu toilet berharap seseorang datang menolongnya.

Sayangnya itu semua tak mungkin terjadi, Fiska yang merupakan teman Maudy itu dengan sengaja menaruh papan tanda toilet ‘sedang rusak’ membuat semua orang tak akan menyadari seseorang terkunci didalamnya, dengan senyum liciknya Fiska berlalu meninggalkan Amoera yang kedinginan didalam sana.

Amoera masih menggedor pintu yang terkunci, semakin lama gedorannya semakin pelan, tubuhnya gemetar kedinginan, tangannya yang sudah diobati kini kembali terbuka, perban yang semula bersih kini basah bercampur darah, entah sudah berapa lama dia dikurung dalam toilet dan belum ada seorangpun yang datang mencarinya bahkan menolongnya.

Kini Amoera menyandarkan tubuhnya di samping pintu toilet berharap masih ada yang akan datang menolongnya, “Tuhan hanya kepadamu aku memohon atas segalanya, tolong bantu aku untuk keluar dari sini,” lirih Amoera sebelum pada akhirnya memejamkan matanya.

...****************...

“Hei kalian, apa kalian tau dimana Amoera berada?” tanya seorang pemuda kepada teman sekelas Amoera

“Maaf Dim kami nggak tau.”

“Oh oke, Thanks” Pemuda itu sudah mengelilingi tiap sudut sekolah untuk mencari Amoera atas perintah Kakaknya

“Gimana Dim? Ketemu nak Amoera nya?” tanya Yudha pada adiknya itu

“Belum mas. Saya udah keliling ketempat biasa Amoera pergi tapi nggak ada.” Jawab pemuda itu lagi, Dimas adik dari Yudha guru dari Bina Bangsa High School sekaligus wali kelas Amoera.

Dimas sendiri merupakan teman yang dimiliki Amoera satu-satunya dan sebentar lagi mereka akan lulus.

“Kita harus cari kemana lagi yah Dim? Ini udah mau pulang sekolah.”

Yudha meminta bantuan Adiknya dan guru-guru yang lain untuk mencari keberadaan Amoera, pasalnya sehabis istirahat makan siang, Mis Lila yang mengajar di jam kedua siang itu memberitahukan salah satu muridnya absen dimata pelajarannya dan itu adalah Amoera. Yudha selaku wali kelas yang tahu setiap watak muridnya pun, khawatir jika terjadi sesuatu pada muridnya itu, segera meminta bantuan untuk mencari Amoera.

Flashback

“Anak-anak, sebelum ibu lanjutkan materi yang kemarin, ibu absen dulu yah?!” ujar Bu Lila mulai mengabsen, “Amoera Samantha? Amoera? Anak-anak ada yang tau Amoera kemana? Ibu tidak melihatnya?” tanya Bu lila ketika memanggil nama Amoera tetapi tak ada sahutan sama sekali

“Kurang tau juga bu, tadi pagi sih masih ada, tapi semenjak istirahat kita udah nggak lihat lagi, tasnya aja masih ada tuh.” Tukas salah seorang murid dalam kelas tersebut menunjuk kearah bangku yang biasa Amoera duduki.

Lila kemudian memberitahu Yudha bahwa salah satu muridnya Amoera absen di jam pelajarannya, dan tentu itu membuat Yudha bertanggung jawab sebagai wali Amoera di sekolah.

Flashback End

Sudah tiga jam berlalu semenjak Amoera menghilang dan mereka belum menemukannya, hingga seorang ibu-ibu berteriak dan mengatakan menemukan aliran darah dan saat membuka kunci dia menemukan seorang gadis sudah tergeletak dalam toilet itu.

Dimas dan kakaknya serta guru-guru yang lain menuju ke lokasi tempat wanita itu menemukan sosok murid dalam toilet, “Saya kaget loh bapak ibu guru, pas saya mau membersihkan toilet didepannya terpasang tanda ‘toilet rusak’ pas saya cek kedalam ternyata ada darah dari bilik paling ujung dan pintunya terkunci dari luar, saat saya buka ada seseorang gadis didalamnya, kasihan sekali anak itu,” Terang si Ibu itu yang berprofesi tukang pel, “Nah di sini Bapak Ibu guru!” tunjuknya

Dimas bergerak lebih cepat masuk kedalam dan melihat kondisi Amoera yang begitu mengenaskan, pakaiannya sudah lusuh, bibirnya pucat pasih dan tangan kanannya berdarah, tanpa pikir panjang lagi Dimas mengangkat tubuh Amoera keluar dari toilet, guru-guru yang melihatnya tentu merasa terkejut terutama Yudha, mereka pun membawa Amoera ke rumah sakit karna suhu tubuhnya semakin dingin.

Rumah sakit

Disinilah Dimas berada saat ini, rumah sakit ternama dan terbesar kota Bollin, guru-guru yang lain sudah pulang beberapa menit yang lalu, sedangkan kakaknya mencoba menghubungi keluarga Amoera tetapi tak ada yang mengangkatnya.

Kondisi Amoera sudah stabil beberapa jam yang lalu, pakaiannya pun sudah diganti dengan pakaian bersih dan kering, perban ditangan pun telah diganti tinggal menunggu siuman saja, sedangkan Dimas senantiasa menunggu Amoera sadar.

“Nak Amoera nya sudah sadar?” tanya Yudha begitu sampai

“Belum mas.” Jawab Dimas menoleh kearah saudaranya itu, “Ada apa mas, kok raut mukanya kayak pusing gitu?” lanjutnya bertanya

“Iya Dim, kakak sudah coba hubungi keluarga Amoera tapi yah nggak ada yang angkat.” Terang Yudha mendudukan dirinya di kursi sebelah adiknya itu.

“Yasudah mas, nanti coba hubungi lagi. Emang mas sudah nelpon bapaknya Amoera?”

“Sudah tapi yah gitu, diluar jangkauan.” Dimas ber oh ria mendengar jawaban kakaknya, mereka tak lagi berbicara dan memutuskan untuk beristirahat sebentar karna padatnya hari menguras energi mereka.

...****************...

Malam Hari...

Hujan mengguyur separuh kota Bollin malam itu, disebuah gedung apartemen terlihat seseorang berjalan menyusuri lorong, orang tersebut berdiri disalah satu pintu, menekan beberapa angka lalu,

Klik.

Pintu terbuka, orang yang memakai jaket dan menutupi kepalanya itu lantas masuk kedalam apartemen dan langsung menyalakan lampu, membuat ruangan didalamnya menjadi terang.

Saat memasuki apartemen miliknya Haylyn menuju kearah dapur dan meletakkan kantong kresek yang dibawanya dan sepertinya itu adalah makan malamnya. Sebelum ke apart miliknya Haylyn sudah menghubungi orang tuanya terlebih dahulu jika ia tak akan pulang kerumah.

Alasannya karna di mansionnya saat ini sedang diadakan pesta ulang tahun sepupunya dan yang tidak masuk dipikiran Haylyn adalah mengapa harus mansion miliknya? Dan bukan mansion lain saja setara mansion Keluarga Bell bukan hanya satu.

Alasan lainnya gadis itu tak ikut karena Dicky merupakan sahabat Jeandra dan pastinya keluarga Arya Dhiranaraya juga akan akan datang dan dia tak ingin bertemu dengan Jeandra untuk saat ini

Ketika Haylyn sedang serius menonton acara kesukaannya, tiba-tiba dering ponsel miliknya berbunyi, sebuah panggilan video dari sepupunya yang baru saja ia pikirkan.

Tidak butuh waktu lama Haylyn mengangkat panggilan tersebut, “Ada apa?” tanya Haylyn to the point

“Kau tak datang di pestaku? Padahal ini diadakan dirumah mu!” seru Dicky ketika melihat wajah Haylyn terpampang di layar Handphone-nya

“Aku malas, disana terlalu berisik.” Jawab Haylyn

“Apa kau yakin? Disini ada seseorang yang sangat kau cintai itu dan sepertinya dia dikelilingi oleh banyak gadis cantik.” Kata sepupunya itu mengubah kamera video dan menyorot kearah Jeandra, berharap agar Haylyn terpancing dan akan datang di pestanya,

Sayangnya itu bukanlah apa yang diinginkan oleh Dicky ketika melihat respon sepupunya yang biasa saja, “Biarkan saja, aku tidak peduli.”

“What?! Kau serius! sepertinya besok matahari akan terbit dari arah barat, Oh aku tidak percaya ini kau mengatakan apa barusan? ‘Biarkan saja, aku tak peduli’ oh itu sungguh luar biasa.” Ujar Dicky dengan hebohnya membuat semua orang menatap kearahnya dan bahkan Jeandra juga ikut menatapnya.

Perkataan Dicky membuat Haylyn di sebrang sana memutar matanya malas, bertepatan dengan itu Jeandra sudah berdiri dihadapan Dicky dan saat akan bertanya dia tak sengaja mendengar suara gadis yang sejak tadi dia pikirkan dimana keberadaannya.

“Bisakah kau tak meninggikan suaramu? Aku masih bisa mendengarnya dengan jelas Dic!”

“Ini adalah berita eksklusif malam ini, kau tau itu.” Jawab Dicky sambil menatap Jeandra, sedangkan Haylyn tak tahu bila Jeandra memperhatikannya.

Dicky yang merasa bahwa Jean penasaran apa yang sedang dilakukan Haylyn sekarang, memikirkan sebuah ide, tentu saja membalik kamera video miliknya agar Jeandra bisa melihat wajah Haylyn tanpa diketahui sepupunya itu.

Kini Jeandra dengan leluasa melihat Haylyn yang berpenampilan berbeda, tidak seperti yang dia lihat selama ini, Haylyn dengan penampilan naturalnya.

“Jika tak ada yang ingin kau katakan lagi aku akan menutup tel-“ ujar Haylyn yang mulai mengantuk namun belum sempat menyelesaikan ucapannya Dicky langsung menyelanya,

“Eh tunggu, tunggu dulu, aku belum selesai, ada yang ingin aku tanyakan.” Haylyn mengangkat sebelah alisnya, saking malasnya berbicara karena diserang kantuk

“Apa kau mengantuk?” tanya Dicky dengan bodohnya begitu melihat sepupunya itu terus menguap, yang mana membuat Haylyn merasa kesal, “sebenarnya apa yang ingin kau tanyakan Dic?!”

“Ah... sorry, sebenarnya aku penasaran, jika kau tak pulang ke mansion lalu kau berada dimana sekarang?”

inilah yang ditunggu-tunggu Jeandra, kemana seorang Haylyn akan pergi jika tak pulang ke mansion bahkan dua sahabatnya saja berada di sini dan itu artinya dia tak mungkin menginap dirumah mereka.

“Aku punya Apart. Yaudah yah, aku ngantuk mau tidur.” Haylyn menjawab dan segera mengakhiri panggilan video tersebut. Padahal masih ada hal yang ingin ditanyakan Dicky.

Setelah mematikan panggilan dari sepupunya, Haylyn menuju ke kamarnya untuk tidur, dia harus bangun pagi-pagi dan berangkat ke sekolah lebih awal lagi, namun bukan untuk bertemu Jeandra lagi melainkan menyelesaikan hukuman yang diberikan oleh wali kelasnya.

...****************...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!