NovelToon NovelToon

Jaring Cinta Istri Pengganti

Pernikahan

"Apa kamu yakin tidak ingin menikah?"

"Sekarang apa gunanya aku mengatakan bersedia atau tidaknya?" pedang menekan lehernya. "Ayah, aku akan menikah. Asal ayah menepati janji memasukkan Xiao Wei ke silsilah keluarga Xiao. Jika janji itu tidak di tepati. Meskipun aku mati. Aku akan tetap menyeret seluruh keluarga Xiao dalam kesengsaraan," menatap penuh amarah di dalam dirinya.

Tuan besar Xiao Tang menarik pedang yang ia todongkan ke leher putri ketiganya. "Pelayan," berteriak kuat. Para pelayan wanita berdatangan masuk ke dalam kamar. "Bantu pengantin wanita bersiap." Dia pergi begitu saja meninggalkan kamar Nona ketiga Xiao Xinyi.

Gadis di lantai itu di bantu para pelayan untuk bangun. Dia di arahkan duduk di depan cermin besar di kamarnya. Sebagai putri ketiga di keluarga Xiao gadis itu harus selalu patuh terhadap perintah ayahnya.

Membutuhkan waktu dua jam untuk menyelesaikan riasan juga menata gaun pengantin agar terlihat rapi juga pas di tubuh Xiao Xinyi. Gadis itu hanya bisa pasrah dengan semua pengaturan ayahnya untuk masa depannya.

"Nona muda, kereta pengantin telah tiba. Sudah waktunya anda keluar," suara pelayan wanita dari arah luar kamar terdengar.

Di bantu dua pelayan di kedua sisi Xiao Xinyi berjalan perlahan. Gaun pengantin menjuntai dari pundak jatuh ke lantai. Tudung kepala di kenakan kepada pengantin wanita. Dia bergerak perlahan keluar dari kamarnya di tuntun ke arah aula depan. Keramaian terdengar saling bersautan membuat iringan musik kebahagiaan.

"Biar aku saja," Nyonya Xiao mendekat mengantikan pelayan yang menggandeng tangan Xiao Xinyi. Dia mendekatkan wajahnya, "Xinyi, hutang budi ini akan aku bayar di kemudian hari."

Wanita itu berbisik sangat pelan.

Senyuman tipis penuh kecewa terlintas di wajah pengantin wanita. Langkahnya terhenti di saat kedua tangan kecil menyentuh gaunnya. Dia melihat kearah bawah. Sepatu yang di kenakan adiknya ia sulam dengan kedua tangannya sendiri. Air matanya menetes.

"Kakak, kakak," Tuan muda ke empat Xiao Wei berusaha untuk menahan kakak perempuannya agar tidak pergi.

"Apa yang kalian lakukan. Cepat bawa Tuan muda keempat pergi," Nyonya Xiao menatap kesal kearah para pelayan.

"Baik," dua pelayan berusaha untuk membawa Tuan muda keempat pergi dari aula depan. Tapi dia terus memberontak tanpa henti.

Tuan Xiao Tang sudah menatap tajam dari kejauhan. Saat dia ingin berjalan mendekat. Dia menghentikan langkahnya karena Putri ketiganya telah berhasil menenangkan adiknya.

Sebaliknya Xiao Xinyi memeluk adiknya sangat erat dan melepaskan di menit berikutnya. "Ibu kita pergi."

Nyonya Xiao mengandeng putrinya keluar dari kediaman naik ke atas kereta pengantin.

"Berangkat," teriak seorang wanita tua pelaksana pernikahan. Rombongan berangkat di saat waktu menunjukkan pukul dua siang.

Membutuhkan waktu sekitar tiga jam untuk dapat sampai di kediaman Adipati Ling Yun. Keramaian terlihat sepanjang jalan. Kebanyakan orang akan berhenti melihat arak-arakan pernikahan sebelum melanjutkan perjalanan mereka kembali.

Kediaman megah di pinggiran kota telah di hiasi warna merah. Di atas pintu masuk kediaman terdapat pelakat nama yang tergantung 'Adipati Ling Yun'. Di depan kediaman sudah ada banyak orang yang datang menyambut pengantin wanita.

"Nona anda bisa keluar sekarang," suara wanita tua penyelenggara pernikahan berbisik pelan di balik jendela luar.

Pengantin wanita keluar di bantu dua pelayan wanita. Dengan sangat hati-hati gaun pengantin di rapikan kembali saat kedua kaki telah menginjak tanah. Pengantin wanita di tuntun masuk ke dalam kediaman tepat di depan aula utama. Saat upacara akan di mulai semua orang masih harus menunggu kedatangan pengantin pria. Tapi sudah lewat satu jam pengantin pria masih belum datang. Semua orang sudah memandang ke arah pintu masuk dengan sangat cemas.

Namun bagi Xiao Xinyi, semua tidak ada bedanya. Entah pernikahan bisa di langsungkan atau tidak dia tetaplah putri yang telah di nikahkan. Di saat kakinya sudah melangkah masuk ke dalam kediaman ada atau tidaknya prosesi pernikahan. Dia secara resmi menjadi keluarga Ling.

Eskpresi takut di wajah semua orang kini menjadi lega. Pengantin pria datang dengan jubah pernikahan.

"Waktu yang baik telah tiba."

Prosesi sakral pernikahan di langsungkan kurang dari setengah jam. Pengantin wanita di arahkan ke kamar pengantin setelah pernikahan selesai. Saat malam hari hanya tinggal menunggu pesta pernikahan untuk semua kerabat yang datang.

Nyonya besar Ling berusaha untuk menyapa semua tamu dengan sangat baik. Begitu juga Nyonya tua Ling nenek dari pengantin pria. Di keluarga Ling hanya ada satu cucu yaitu Adipati Ling Yun atau lebih di kenal Tuan muda Yichen. Karena banyaknya kabar buruk yang beredar tentang Adipati Ling Yun. Di usianya yang mencapai dua puluh delapan tahun dia masih belum memiliki istri. Ibu dan neneknya selalu mencarikan gadis yang pas juga baik dari segi perilaku juga penampilan. Namun kebanyakan dari mereka akan kabur ketakutan melihat pandangan mata Adipati Ling Yun yang selalu dingin juga tajam.

Kekejaman dalam mengintrogasi penjahat membuat dirinya di juluki iblis berwajah giok.

Di dalam kamar pengantin Xiao Xinyi berusaha mengintip kearah luar tudungnya. Dia hanya berharap untuk beberapa saat tidak akan ada orang yang masuk ke dalam kamar. Rasa lapar sudah menyerang perutnya. Dia tidak dapat menahannya lagi. Dua hari dalam kurungan kamar di bawah kendali ayahnya gadis itu tidak mendapatkan makanan.

Di saat dia melihat keadaan aman, dia bangkit perlahan menuju ke kursi di bagian tengah ruangan. Di meja sudah ada beberapa macam kue juga buah. Dia memakannya tanpa menunggu lagi. Yang penting perutnya terisi baru kembali duduk tenang menunggu suaminya datang.

Dari arah depan suara langkah kaki mendekat perlahan. Langkahnya kuat juga penuh hentakan.

"Adipati," dua pelayan di depan pintu langsung pergi setelah Adipati Ling Yun datang.

Xiao Xinyi berlari menyeret gaun pernikahan. Dia duduk membenarkan kembali tudung pernikahannya. Remah kue di dalam mulutnya di kunyah lebih cepat dan di telan begitu saja.

Krekkk...

Pintu kamar di buka.

Langkah kaki mendekat dan tudung di atas kepala Xiao Xinyi di lepaskan. Gadis itu menatap wajah tampan suaminya. Namun tatapan pria di depannya sangat tajam dan dingin.

Pria itu langsung bergerak menuju ke arah meja. Mengambil dua cangkir berisi anggur pernikahan. Dia mendekat kembali ke arah istrinya memberikan cangkir di tangan kirinya. Setelah mereka meminumnya, pria itu justru berjalan pergi meninggalkan kamar pengantin.

Xiao Xinyi menghela nafas lega. "Ini lebih baik," dia merebahkan tubuhnya kearah tempat tidur. Hiasan di atas kepalanya terasa sangat berat bahkan gaun pengantin yang ia kenakan seperti batu besar yang menekan tubuhnya.

Dia memejamkan kedua matanya tertidur lelap hingga pagi tiba.

Nyonya muda Adipati Ling Yun

Tokk...

Suara ketukan pintu terdengar hingga beberapa kali. Gadis dengan gaun pengantin bangkit perlahan dengan hiasan kepala yang masih lengkap. "Masuk."

Dua pelayan wanita masuk dengan menundukkan kepala. "Nyonya muda, kami akan membantu anda berbenah."

"Baik," Xiao Xinyi bangkit dari tempat tidurnya. Dua pelayan wanita itu langsung mencabuti hiasan kepala yang sangat berat. Lapisan gaun pengantin di lepas satu-persatu menyisakan gaun bagian dalam. Lapisan kain merah tidak terlalu tebal. "Kalian bisa pergi. Aku akan melanjutkannya sendiri."

"Baik."

Sebelum dua pelayan pergi. Salah satu pelayan berhenti. "Nyonya muda, air hangat untuk mandi juga telah siap. Nyonya besar dan Nyonya utama telah menunggu di aula depan."

"Iya. Aku mengerti," saut Xiao Xinyi berusaha untuk tetap tenang. Dia melepaskan lapisan bagian dalam gaun pengantin. Berjalan menuju ke arah pintu ujung ruangan yang langsung menyatukan kamar mandi. Kepulan asap panas dari air yang ada di bak mandi membuat udara di dalam ruangan menjadi jauh lebih hangat. Dia mengarahkan rambut panjangnya kearah pundak bagian depan baru masuk ke dalam bak mandi untuk berendam. Gadis itu memejamkan keduanya matanya bersandar di pembatas bak mandi.

"Huh," mengela nafas dalam. Dia membuka kedua matanya menatap samar kearah langit-langit kamar mandi. Sekitar lima belas menit dia melamun dan tersadar kembali di saat ketukan pintu terdengar.

"Nyonya muda, apa anda sudah siap?"

Xiao Xinyi bangkit dari bak mandi mencari handuk untuk menyeka tubuhnya. Dia kembali ke kamar dengan handuk melilit tubuhnya. Gadis itu melangkah ke tempat gaun barunya telah di siapkan. Wadah perhiasan berjejer di atas rak khusus untuk meletakkan perhiasan. Ada begitu banyak perhiasan mahal memenuhi tempat itu. Dari gelang, kalung, cincin, anting-anting, tusuk konde. Semua memiliki kualitas nomor satu. Semua perhiasan itu berlapiskan giok, emas, bertaburkan permata langka bahkan mutiara merah juga ada di antaranya.

Kemewahan yang ada di depannya hanya dapat membuat senyuman tipis di wajahnya. Xiao Xinyi meraih gaun berwana hijau daun teh dengan campuran warna putih susu yang sangat mewah. Jahitan benang emas menembus setiap detail membentuk guguran daun jatuh ke ujung gaun. Gadis itu mengenakan tiga lapisan gaun bagian satu lebih tipis, bagian dua sedikit lebih tebal dan nyaman. Dan lapisan ketiga bagian luar terlihat lebih halus juga tegas. "Kalian bisa masuk untuk membantuku merapikan rambut."

Dua pelayan masuk ke dalam kamar, mereka menatap kagum ke arah gadis cantik di depan mereka. Saat masuk pertama kalinya mereka menundukkan kepala takut Nyonya muda memiliki suasana hati yang buruk karena Adipati tidak menemani selama malam pengantin. Sebagai pelayan mereka tentu harus dapat membaca suasana hati tuannya agar lebih dapat berhati-hati. Dan kini mereka mengangkat wajah karena tahu Nyonya muda tidak terlihat kesal atau marah.

"Kenapa hanya diam?" suara Nyonya muda mereka membuyarkan lamunan.

"Baik."

Kedua pelayan itu langsung menata rambut Nyonya muda Adipati Ling. Membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit hingga rambut di tata dengan sangat baik.

"Nyonya muda, silakan memilih perhiasan yang anda inginkan?" salah satu pelayan menunjukkan kumpulan tusuk konde di atas tempat kayu.

"Kalian saja yang memilihkan mana yang lebih baik," Xiao Xinyi menatap tidak peduli kearah cermin.

"Baik," dua pelayan itu bergegas mencari perhiasan yang pas untuk Nyonya muda mereka. Tusuk konde perak dengan manik yang jatuh tergantung di ujungnya sangat cocok dengan gaun yang di kenakan Nyonya muda.

Dua pelayan mundur dua langkah setelah semua beres.

Xiao Xinyi bangkit dari tempat duduknya. "Tunjukkan jalan. Nenek dan ibu sudah lama menunggu."

"Baik," dua pelayan itu berjalan lebih dulu menjadi pemandu jalan.

Dari kamar menuju ke aula depan membutuhkan waktu sekitar lima menit. Saat masuk ke dalam ruangan terlihat wanita tua dengan gaun berwana coklat tanah duduk santai menikmati tehnya. Di sampingnya ada wanita usia hampir lima puluh tahunan duduk tenang.

Xiao Xinyi berjalan masuk ke dalam aula depan. "Nenek, ibu. Maaf sudah membuat kalian menunggu," gadis itu menyatukan tangannya sedikit menurunkan tubuhnya untuk beberapa detik sebagai penghormatan atau salam.

Nyonya besar Ling dan Nyonya utama bangkit menatap menantu baru yang datang ke kediaman Ling. Nyonya besar tidak pernah menyangka jika cucu menantunya akan sangat cantik juga anggun. Begitu juga Nyonya utama Ling yang langsung mendekat kearah menantunya. "Kamu Xiao Xinyi?"

"Benar," sedikit menundukkan kepalanya beberapa saat.

Nyonya utama melihat kearah ibunya. "Ibu," dia tersenyum puas.

"Ajak cucu menantu ku lebih dekat," Nyonya besar duduk kembali menatap dengan kehangatan. Dia meraih tangan cucu menantunya saat gadis itu sudah ada di dekatnya. "Cantik. Sangat cantik," menggenggam lembut tangan gadis kecil di depannya. "Mulai sekarang kamu akan menjadi bagian dari keluarga Ling," menarik gelang giok warisan keluarga yang telah ia kenakan puluhan tahun. "Saat ibu mu baru datang. Nenek juga memberikan gelang yang sama. Gelang ini telah di turunkan secara turun temurun selama beberapa generasi. Dan hanya ada sepasang."

Xiao Xinyi tidak menyangka dia akan di perlakukan dengan baik di keluarga Ling. Meskipun suaminya tidak memperdulikannya.

Nyonya besar Ling memakaikan gelang di tangan kiri cucu menantunya. "Nenek tahu kamu sudah menderita. Kami juga tidak dapat menebusnya. Hanya saja berharap kamu dapat bertahan dengan sifat suami mu yang kaku itu."

Gadis itu hanya tersenyum tipis memberikan tanggapan.

Nyonya utama Ling mengeluarkan kalung permata langka berwana merah delima di lehernya. Tanpa persetujuan dari menantunya dia langsung mengenakan pada leher Xiao Xinyi. "Xinyi, jangan sungkan jika kamu butuh sesuatu. Ibu akan selalu menyiapkan semua yang kamu inginkan. Ayah mu pagi tadi sudah lebih dulu berangkat ke istana karena ada panggilan darurat. Dia merasa bersalah karena tidak bisa menemui menantunya. Ibu mewakili ayah mu untuk meminta maaf."

Xiao Xinyi meraih tangan ibu mertuanya. "Ibu tidak perlu meminta maaf. Menantu ini tidak merasa keberatan."

Dari arah pintu masuk Adipati Ling Yun datang dengan mengenakan brokat hitam berjahitkan benang emas membentuk kumpulan awan. Dia melirik kearah gadis muda di samping neneknya. Dia istri yang baru ia nikahi kemarin dan ia tinggalkan semalam. "Nenek, ibu."

Nyonya besar Ling menatap marah kearah cucunya. "Berlutut."

Adipati Ling Yun berlutut sesuai perintah neneknya.

Xiao Xinyi justru terkejut, dia bangkit ikut berlutut di depan Nyonya besar Ling.

Semua mata menatapnya.

"Xinyi, kenapa kamu ikut berlutut?" Nyonya besar Ling bangkit membantu cucu menantunya bangun.

"Nenek. Xinyi istri dari Adipati. Jika suami ku berlutut sebagai istri tentu harus mengikutinya," jawaban dari gadis itu membuat Nyonya besar Ling dan Nyonya utama Ling semakin merasa bersalah terhadap cucu menantu mereka.

Nyonya besar Ling menatap kearah Adipati Ling Yun. "Yichen, jika bukan karena istri mu. Aku sudah menghukum mu dengan tegas. Cepat bangun, aku tidak ingin cucu menantu ku ikut berlutut karena mu."

Adipati Ling Yun bangkit dari lantai menatap dingin kearah istrinya.

Xiao Xinyi bangun dari lantai duduk kembali bersama Nyonya besar Ling. Gadis itu menatap kearah suaminya tanpa ada perasaan kesal atau takut.

Kembali ke kediaman Xiao

"Nenek, ibu. Jika tidak ada hal lain lagi. Aku akan pergi," Adipati Ling Yun sudah membalik tubuhnya bersiap pergi.

Nyonya besar Ling bangkit. "Berhenti."

Nyonya utama dan Xiao Xinyi ikut bangkit.

"Yichen, kamu sudah membuat istri mu berdiam seorang diri di malam pengantinnya. Jika kamu masih memiliki rasa hormat kepada nenek mu ini. Kamu ikut pergi berkunjung di kediaman mertuamu bersama istrimu," jelas Nyonya besar Ling tegas. "Jika kamu tidak melakukannya. Lebih baik aku tidak memiliki cucu sepertimu."

"Ibu," Nyonya utama Ling menatap khawatir. "Jaga kesehatan ibu jangan terlalu marah," menatap kearah putranya. "Yichen dia istri yang kamu nikahi secara sah. Menantu pertama keluarga Ling. Apa kamu akan membiarkan istrimu di rendahkan dan di permalukan semua orang?"

Adipati Ling Yun hanya mirik sebentar melanjutkan kembali langkahnya tanpa memperdulikan perkataan nenek juga ibunya.

"Ah," Nyonya besar Ling menekan kuat dadanya, dia terjatuh di tempat duduknya.

"Nenek," Xiao Xinyi berusaha menopang tubuh Nyonya besar.

Nyonya utama berlari mendekat. "Ibu jangan terlalu marah. Kesehatan lebih penting."

Wanita tua itu menatap kearah cucu menantunya. Dia merasa bersalah telah menyetujui pernikahan cucunya. Sehingga membuat gadis kecil di depannya mendapatkan perlakuan tidak adil. "Xinyi, jika suamimu tidak ikut kembali. Biar nenek dan ibumu saja yang menemani. Setidaknya kamu harus kembali ke rumah orangtuamu dengan kemegahan."

Xiao Xinyi menatap dengan senyuman. "Nenek, Ibu. Tidak masalah. Cucu menantu akan kembali seorang diri saja. Orang lain justru akan memperburuk keadaan jika kalian ikut kembali bersamaku."

"Baiklah. Semua telah kami siapkan di depan kediaman. Biarkan ibumu mengantarmu. Nenek sudah tidak ada tenaga untuk bangkit lagi," Nyonya besar Ling mengelus lembut wajah cantik cucu menantunya.

Xiao Xinyi memberikan salam baru pergi bersama ibu mertuanya menuju keluar kediaman. Di luar sudah ada empat kereta berbeda. Satu kereta khusus untuk Nyonya muda sedangkan tiga kereta tanpa atap di gunakan mengangkut semua barang untuk di bawa pergi ke kediaman Xiao. Ada setidaknya seratus pengawal dan enam pelayan wanita yang di tugasnya mengantar Nyonya muda Adipati Ling Yun. Setelah gadis itu masuk ke dalam kereta. Kereta melaju perlahan di barengi semua pengawal juga pelayan.

Sesampainya di kediaman Xiao, Xiao Xinyi menatap cukup lama melihat pelakat yang tergantung di depan pintu masuk. Dia menghela nafas dalam di hatinya baru melangkah masuk kedalam. Semua barang juga ikut di masukkan ke halaman depan kediaman.

Nyonya Xiao mendekat, "Xinyi sudah kembali."

Gadis itu di arahkan masuk ke dalam aula utama kediaman. Semua pelayan diam di halaman depan begitu juga para pengawal. Setelah hanya mereka berdua yang ada di dalam ruangan. Nyonya Xiao meraih tangan putrinya. "Sebelum Ayahmu pulang. Kamu harus segera pergi."

"Kenapa? Kamu ingin melindungi gadis bodoh itu?" Tuan Xiao Tang masuk ke dalam aula utama dengan mengarahkan kedua tangannya mengait di belakang punggungnya. "Katakan kepada mereka semua putriku ingin menginap satu malam di kediaman. Setelah itu tutup semua pintu luar dan dalam."

"Baik," pelayan pribadi itu memberitahukan kabar ini kepada para pelayan juga pengawal agar mereka dapat pulang lebih awal. Sedangkan Nyonya muda mereka bisa di jemput kembali keesokan harinya. Para pelayan bersikeras untuk tinggal namun mereka tidak di berikan izin.

Kediaman kembali tenang, pintu luar dan dalam di tutup rapat.

Nyonya Xiao berusaha melindungi putrinya. "Suamiku. Sekalipun dia buka putri kandungku. Tapi tetap saja dia putri kandungmu. Apa kamu tega terus menyiksanya?" mengarahkan tubuh Xiao Xinyi agar bersembunyi di balik tubuhnya.

Tuan Xiao Tang berjalan perlahan dengan seringaian kejamnya. "Kenapa? Sekarang setelah dia bersedia di nikahkan. Kamu menjadi lunak? Bukankah kamu yang menyarankan agar anak haram ini menjadi pengantin wanitanya menggantikan putrimu?" terus berjalan mendekat. "Aku sudah bilang agar dia tetap patuh. Berusaha mengambil hati suaminya. Tapi lihat yang dia lakukan," berteriak kuat. Semua urat di lehernya menyembul keluar. "Suaminya bahkan meninggalkannya di malam pengantin. Semua orang tengah menunggu untuk menertawakanku," dia menarik tubuh istrinya agar menjauh.

Brukk...

Nyonya Xiao terjauh di lantai.

Pria paruh baya itu menarik leher putrinya mencekiknya kuat.

Xiao Xinyi justru tertawa melihat tingkah gila ayahnya. "Lebih baik aku mati dari pada menjadi bonekamu."

"Kamu berani?" Amarah Tuan Xiao Tang semakin memuncak. Dia lebih mengencangkan cengkeraman tangannya. "Baik. Jika itu yang kamu inginkan. Aku juga tidak membutuhkan putri yang tidak ada harganya."

Gadis itu menahan rasa sakit luar biasa di lehernya. Nafasnya juga telah tercekat di tenggorokan.

Krekk...

Pintu di buka,

Xiao Wei di bawa pengawal pribadi Tuan Xiao Tang. Pedang telah menekan leher Tuan muda keempat itu.

Pria paruh baya itu menyunggingkan bibirnya dengan tatapan tajam. Dia melepaskan tangannya dari leher putrinya.

"Uhuhkk...uhuhkk..." Xiao Xinyi terjatuh di lantai merasakan udara baru bisa masuk ke dalam dadanya. Dia menatap kearah adiknya. "Ayah," dia berusaha merangkak kearah ayahnya. "Aku akan melakukan semua yang ayah katakan. Aku mohon jangan sakiti Xiao Wei. Dia masih kecil," air matanya menetes.

"Kamu hanya perlu menjadi mata dan telingaku saat ada di kediaman Ling," melemparkan botol di tangannya. "Minum ini jika kamu benar-benar bersedia melakukannya. Nyawa adikmu akan aku jamin dengan hidupku," Tuan Xiao Tang masih menunggu keputusan putri ketiganya.

Xiao Xinyi mengambil botol dari lantai.

"Tidak," Nyonya Xiao meraih botol dari tangan putri ketiganya. Dia menatap suaminya yang terlibat acuh tak acuh lalu menatap kearah Xiao Xinyi lagi. "Xinyi, kamu tidak bisa meminumnya."

Gadis itu menjulurkan tangannya menatap putus asa. "Ibu biarkan aku meminumnya."

Tangan Nyonya Xiao bergetar dia tidak lagi mampu menahan keputusan gadis di depannya. Dia memberikan botol itu.

Isi di dalam botol langsung di tenggak begitu saja. Gadis itu merasakan pahit, panas yang mulai menyebar di sertai rasa sakit di dadanya.

Tuan Xiao Tang melambaikan tangannya pelan.

Pengawal pribadinya melepaskan Tuan muda keempat dari penjagaannya.

"Racun bunga mati. Akan selalu bereaksi satu bulan sekali. Rasa sakitnya seperti ratusan tusukan di jantung," Tuan Xiao Tang berjalan pergi menuju keluar. Saat dia berada tepat di ambang pintu, "Tidak ada penawar. Tapi aku bisa memberikan obat penghilang rasa sakit jika kamu mampu menyelesaikan tugas yang aku berikan," melangkah pergi.

"Aaaaa..." Gadis itu berteriak kuat. Rasa sakit itu membuat Xiao Xinyi meringkuk di lantai tanpa mampu bangkit kembali.

Nyonya Xiao meraih tubuh gadis itu mendekapnya dalam pelukan. "Maafkan aku. Maafkan aku," rasa bersalah karena keegoisannya telah mendorong Xiao Xinyi dalam kesengsaraan.

"Kakak," Tuan muda keempat berlari mendekat kearah kakaknya. "Orang jahat," menunjuk kearah pintu keluar.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!