“Sayang, kamu ada uang simpanan? tadi Bude Sari chat aku katanya dia mau pinjam uang untuk biaya masuk kuliah Si Rere, uangnya kurang 4 juta kamu ada kan uangnya?” ucap Danu sambil fokus memainkan Play Stationnya tanpa melihat wajah istrinya yang kelelahan sehabis bekerja.
Alina menghela napas panjang. “Mas, tolonglah aku ini baru pulang kerja aku lelah Mas! Bisa, kamu tidak membebani aku dengan masalah keluargamu. Lagi pula bukannya bulan lalu Bude Sari sudah pinjam uang 10 juta untuk merenovasi rumahnya, uang itu saja belum dikembalikan sekarang sudah mau pinjam lagi apa gak salah Mas!” Alina tidak bisa menahan gejolak emosi di dadanya.
“Apa kamu bilang beban! Jadi kamu menganggap keluargaku itu beban untuk kamu Alina? gitu maksud kamu!” Danu terlihat kesal ia kemudian melempar keras stick PS miliknya Danu tidak menyangka istrinya yang biasanya selalu mengiyakan permintaannya kini sudah mulai bisa menolak dan berdebat dengannya.
“Bukan begitu maksud aku Mas, tapi uang itu tidak aku dapatkan dengan mudah, minimal kalau Bude kamu mau pinjam uang lagi tolonglah lunasi dulu hutang yang lalu aku ini bukan bank Mas, uang itu juga aku dapatkan dengan susah payah,” suara Alina mulai pelan ia ingin menurunkan tensi diantara keduanya dan berusaha membuat Danu agar mengerti.
“Kok kamu jadi perhitungan gini sih Alina, biasanya kamu gak susah kalau di pinjami uang, kan uang kamu banyak, kamu jangan pelit jadi orang Alina siapa tau suatu saat kita butuh bantuan keluargaku. Hidup gak selalu di atas Alina ingat itu!” Suara Danu semakin keras sembari menunjuk-nunjuk wajah Alina dan matanya yang menatap tajam Alina.
“Iya … iya Mas, maafkan aku, kamu jangan marah yah sekarang aku transfer uangnya ke Bude Sari.” Seperti kerbau di cucuk hidungnya Alina tidak bisa melawan kehendak Danu ia terlalu takut kalau Danu akan meninggalkannya.
“Nah, begitu kan bagus. Kenapa tidak dari tadi saja, jadi kita kan tidak perlu berdebat untuk hal yang sepele seperti ini,“ Danu merasa di atas angin karena Alina akhirnya menuruti keinginannya bahkan semenjak menikah dengan Alina kehidupan Danu bak raja ia tidak perlu bekerja karena istrinya senantiasa mencukupi hidupnya.
Alina sepertinya dibutakan oleh cinta. Semenjak menikah ia seperti di stir oleh suaminya, harta dan tenaga diperas habis oleh Danu dan keluarganya. Hal itu mungkin karena Alina tidak mempunyai keluarga lain selain Danu semenjak kepergian kedua orang tuanya ia merasa sendiri di dunia ini, ia takut kehilangan Danu yang merupakan keluarga satu-satunya yang ia miliki.
“Iya maafkan aku, Mas. Aku yang salah mungkin karena aku sedang lelah karena masalah pekerjaan,” keluh Alina.
“Kamu gak usah capek-capek sayang, kenapa kamu tidak serahkan saja pekerjaan kamu ke Mbak Neti, biar kamu gak cepek kaya gini kamu bisa dirumah saja sama aku kita nikmati hari-hari kita di rumah ini, biar kita cepat punya anak bukankah Mbak Neti cukup kompeten, Kakak ku itu lulusan S1 Management Bisnis loh dia anak kuliahan gak kaya kamu yang cuma lulusan SMA bisa saja di tangan dia bisnis kamu semakin berkembang iya kan?“ rayu Danu sambil menghampiri Alina dan memeluk tubuh Alina.
“Iya Mas, aku percaya kok sama Mbak Neti tapi aku masih mau bekerja, apalagi bisnis ini bisnis yang aku bangun sendiri sampai bisa seperti sekarang ini.“
“Iya, aku paham aku cuma tidak mau kamu kecapean sayang aku ingin segera punya anak,” ucap Danu sambil mengelus rambut istrinya itu.
“Maafkan aku Mas, aku belum bisa memberikanmu keturunan aku selalu berdoa kepada Allah agar segera dikaruniai anak tapi rupanya Allah belum berkenan memberikan kita buah hati, kamu yang sabar yah Insya Allah kita segera punya anak,” jawab Alina yang masih memeluk erat tubuh suaminya.
“Nggak apa-apa sayang, bagaimana kalau malam ini kita ikhtiar lagi gairahku sedang menggebu aku rindu permainan kamu,” Canda Danu sambil mencolek hidung Alina.
“Apa kamu lupa Mas, kalau aku sedang datang bulan,” protes Alina.
“Hah, apa belum selesai sayang, sepertinya sudah lama kamu datang bulan.”
“Tidak Mas, aku baru saja dapet dua hari yang lalu.”
“Oh iya, mungkin aku lupa. Ya sudah kamu mandi saja aku akan keluar sebentar. Aku ingin ke minimarket beli rokok,” ucap Danu sambil membawa kunci mobil Alina.
“Iya Mas, pulangnya jangan malam -malam yah,” teriak Alina.
“Iya, sayang.”
Malam itu Danu memacu kendaraannya dengan cepat, ia tidak pergi ke minimarket seperti yang ia katakan kepada Alina, melainkan ke tempat di mana ia akan menemui seseorang.
“Sayang… sayang buka pintunya,” bisik Danu sambil mengetuk pelan pintu rumah berwarna coklat itu.
Dengan cepat seseorang membuka pintu rumahnya secara perlahan, seakan tahu yang datang adalah tamu yang telah ia tunggu-tunggu.
“Mas Danu!” Teriak seorang wanita sambil memeluk erat tubuh Danu di depan pintu.
“Sayang, aku kangen banget sama kamu,” rayu Danu kepada wanita simpanannya itu sembari melingkarkan tangannya di pinggang perempuan itu.
“Ah, kamu bisa saja Mas, aku tahu tujuan kamu kesini pasti kamu rindu permainanku kan? kenapa? Apa istrimu sedang tidak bisa memuaskan hasratmu? Seperti nya memang seperti itu, aku sudah bisa membaca pikiranmu Mas,” ucap wanita cantik tinggi semampai bernama Astrid itu.
“Kamu memang gadis pintar nan cantik di tambah tubuh molek mu itu menambah gairahku tidak seperti istri ku yang seperti Ba*i hutan itu,” hina Danu kepada Alina.
“Ah, bisa saja kamu Mas, kalau kamu benar mencintaiku kenapa kamu dan keluargamu lebih memilih menikahi wanita itu dibanding aku yang lebih cantik ini,” rajuk Astrid.
“Hei, sayang bukankah kamu sudah tahu jawabannya lihat rumah dan mobil yang kamu miliki ini semuanya berasal dari uang Si gendut itu, jika aku tidak menikahi dia mana bisa aku, kamu dan keluarga ku bisa hidup sejahtera tanpa bekerja,” terang Danu seraya tertawa keras.
“Dasar kamu memang laki-laki brengsek Mas, tapi aku suka,” Astrid terkekeh senang.
“Sudahlah sayang, jangan basa-basi lagi ayo kita mulai aku sudah tidak tahan,” Danu kemudian menggendong wanita simpanannya itu kedalam kamar untuk menghabiskan malam panas berdua.
Setelah pelepasan yang nikmat itu selesai Danu kemudian terburu-buru untuk kembali ke rumah Alina karena ia tadi pamit hanya untuk pergi ke Minimarket akan aneh jika ia terlalu lama di luar.
“Mas, kamu sudah pulang?” tanya Alina yang terbangun karena mendengar suara pintu dibuka.
“I..iya sayang aku baru pulang,” jawab Danu agak gugup.
Alina lalu melihat ponselnya untuk melihat jam yang ternyata sudah tengah malam itu. “Kok malam banget Mas, pulangnya?” tanya Alina yang penasaran karena Danu tadi berpamitan hanya ingin ke minimarket.
“Iya tadi ketemu teman-teman aku sebentar biasalah ngobrol-ngobrol, aku mandi dulu yah badanku bau asap rokok,” kilahnya sambil melempar ponselnya tanpa sadar ke atas kasur.
“Iya Mas, aku tidur duluan yah,” jawab Alina
Alina yang tadinya hendak tidur tiba-tiba saja hatinya tergerak untuk membuka ponsel suaminya yang kini berada di depan matanya itu, rasa penasaran yang membuncah mendorongnya untuk melihat ponsel suaminya.
Ia mengambil ponsel Danu dan membuka aplikasi chat alangkah terkejutnya ia, ketika baru saja menggenggam ponsel suaminya itu. Ternyata…
Ketika Alina baru saja menggenggam ponsel Danu, ia dikejutkan dengan suara pintu kamar mandi yang dibuka. Ia buru-buru untuk berpura-pura tidur dan mengembalikan ponsel itu di tempat semula. Karena jika Danu tahu Alina menyentuh ponselnya ia akan marah besar.
“Mas, pagi ini kamu ikut yah ke rumah sakit, aku sudah buat janji sama Dokter Obgyn di Rumah Sakit Sehati.
“Mau ngapain kamu ke Dokter Obgyn memangnya kamu hamil?” Ucap Danu ketus sambil memasukkan sepotong roti ke mulutnya.
Alina seperti sudah terbiasa mendengar perkataan sinis suaminya itu, hatinya benar-benar sudah kuat. “Aku mau periksa Mas, sekalian program hamil katanya kamu mau cepat punya anak, kamu mau yah sekalian kamu juga diperiksa siapa tahu masalahnya tidak di aku saja,” sahut Alina.
“Apa kamu bilang! Maksud kamu aku yang mandul gitu! Hati-hati yah kamu kalo ngomong aku ini sehat dan subur palingan juga masalahnya ada di kamu aku tidak Mau ikut diperiksa kamu saja!“ dengus Danu.
“Iya.. Iya oke aku saja tapi kamu tetap harus ikut buat dampingi aku yah,” pinta Alina.
“Hmm,” ucap Danu ketus.
Setelah menunggu satu jam lebih di rumah sakit kini giliran Alina yang dipanggil oleh Petugas perawat.
“Bu Alina,” teriak seorang perawat perempuan itu. “Silahkan Bu, sebelah sini,” ucapnya dengan ramah dengan senyuman tersungging di bibirnya.
“Silahkan duduk Bu,” ucap seorang Dokter Obgyn muda nan tampan yang di mejanya terletak papan nama bertuliskan DR. Raffa Rahardi SPOG.
“Dengan Bu Alina Raharja?” tanya Dokter itu ia termenung sejenak ketika mengucapkan nama itu ia seperti tidak asing dengan nama tersebut.
“Iya betul, Dok,” jawab Alina gugup karena ini baru pertama kalinya ia menemui dokter kandungan.
Dokter itu masih di dalam pikirannya yang melayang. “Dokter,” panggil Alina karena dokter itu hanya terdiam dan tak bergeming.
“Maaf Bu, saya melamun ada suatu hal yang saya pikiran,” jawabnya sedikit malu.
“Mari kita mulai konsultasi bisa ceritakan keluhan ibu?”
“Begini Dok, saya sudah 2 tahun menikah tapi belum kunjung hamil saya ingin memeriksakan rahim saya mungkin ada masalah,” jawab Alina.
“Baik Bu, mari kita mulai dengan USG dulu saja yah silahkan ibu berbaring,” pinta Dokter Raffa.
Dokter itu kemudian menyiapkan segalanya dan memulai mengoleskan gel di bagian perut bawah Alina kemudian Dokter itu memeriksa dengan seksama.
“Mm..Ibu sepertinya ini PCOS (Sindrom Ovarium Polikistik) Di layar tampak gambar ovarium yang ternyata banyak mempunyai folikel ovarium (kista) yang cukup banyak, kemungkinan hal ini yang menyebabkan ibu belum hamil.”
Mendengar pernyataan Dokter tadi air mata Alina tiba-tiba tumpah padahal ia sudah mempersiapkan mental untuk kabar buruk ini tapi apa daya ternyata mentalnya tidak sekuat niatnya.
“Tapi bisa sembuh kan Dokter?” tanya Alina sambil terisak.
Danu yang sedari tadi di samping Alina hanya mematung ia tidak bisa berkata apa-apa bahkan tidak ada satu katapun yang keluar dari mulutnya untuk menguatkan istrinya sedang menangis.
“Tentu saja bisa sembuh Ibu, dimulai dengan mengubah gaya hidup bisa sehat, penurunan berat badan dan mulai makan makanan yang sehat. Tidak apa-apa Ibu, jangan terlalu bersedih semua ini pasti akan berlalu,” ucap Dokter itu.
“Sudah aku bilang kan pasti masalahnya ada di kamu bukan dia aku. Malah nyuruh aku buat periksa buat apa coba,” ucap Danu sinis.
“Tetapi memang betul Bapak juga wajib diperiksa supaya yakin memang sperma yang dihasilkan oleh bapak juga sehat,” timpal Sang Dokter.
“Buat apa! tidak perlu saya yakin saya sehat!” sambungnya. “Ayo kita pulang!” hardik Danu kesal.
Setelah kepergian Alina dari ruangannya. Dokter itu menyadari sesuatu ia ingat akan Alina yang merupakan teman SMA nya gadis yang ia taksir dulu gadis yang merupakan cinta pertamanya saat di SMA.
“Astaga aku nyaris saja tidak mengenalnya dia berubah begitu banyak,” ucap Dokter Raffa dalam kebingungan. “Astaga Alina itu kamu,” ucapanya dalam hati.
Sepanjang perjalanan ke rumah Danu terus saja mengomel kepada Alina membuat kuping Alina panas.
“Sudah cukup Mas! apa kamu begitu tersinggung aku suruh kamu periksa kenapa terus kamu bahas sih! aku ini sedang sedih bisa tidak kamu diam bukan menambah masalah ku!” gertak Alina
“Sebaiknya kamu turun di sini Mas, aku mau ke tempat katering untuk mengecek pesanan!” ucap Alina kesal.
“Tetapi Alina aku tidak mau naik kendaraan umum, “ rengek Danu yang terpaksa keluar dari mobil Alina.
“Terserah kamu Mas!” ucap Alina sambil tancap gas meninggalkan Danu di pinggir jalan.
Malam harinya Alina sampai di rumah cukup larut ia melihat Danu sudah tertidur pulas di atas sofa ia menatap dalam wajah suaminya itu perasaannya bercampur aduk antara sedih dan kecewa bergelayut di benaknya kepada sosok suaminya itu.
“Trrt..tiba-tiba suara getar ponsel Danu berbunyi dilihat nya layar ponsel Danu itu oleh Alina.
Ia membuka aplikasi chat untuk melihat chat-chat suaminya itu, lalu ia perasaan dengan sebuah grup chat yang dinamai “Keluarga Hartono tanpa si Ba*i”
Dari namanya saja sudah membuat penasaran ia kemudian membuka chat itu. Alangkah terkejutnya ia setelah membaca chat-chat yang ada di grup tersebut dadanya terasa sakit dan matanya mulai berkaca-kaca.
[Danu, kamu jangan lupa mintain uang 4 juta ke istrimu itu buat nambahin DP kuliah si Rere, bilang aja Bude pinjam dulu bulan depan di ganti]
[Iya Bude, nanti Danu biang ke Alina palingan gak lama juga nanti langsung ditransfer ke rekening Bude biasanya juga kaya gitu kan Bude, tenang aja gak usah khawatir]
[Ibu juga Danu belum ditransfer uang belanja sama si Alina, tumben nih telat biasanya awal bulan langsung transfer kamu ingetin istrimu Danu bilang Ibu belum di kasih uang bulanan gitu]
[Iya Bu, nanti Danu ingetin Alina buat transfer uang ke Ibu mungkin dia lupa karena lagi sibuk sama katering, maklum lagi banyak orderan]
[Iya benar Bu, si Alina lagi sibuk di katering lagi banyak orderan Neti juga di kantor sibuk ngurusin banyak kliennya si Alina]
[Walah lagi banyak orderan ko ngasih duitnya malah telat. Danu kamu bilangin istrimu itu suruh dia nambahin uang bulan Ibu, Ibu gak mau tahu bulan ini uang nya harus lebih]
[Iya Bu tenang nanti Danu bilang ke Alina]
Alina perlahan membaca percakapan antara keluarga suaminya itu yang kebanyakan membicarakan masalah dirinya dan uang kemudian sepasang mata Alina teralihan kepada chat yang diketik oleh Neti yang merupakan kakak Danu sekaligus orang yang bekerja di perusahaan nya.
[Si Danu enak banget sekarang hidupnya padahal dulu dia susah bangat nyari kerja sekarang malah gak usah kerja duitnya ngalir untung kamu Danu nikahin Si Ba*i itu. Hidupmu sekarang bak raja apa aja sudah tersedianya gak perlu repot dan capek]. Neti mengetikan kalimat itu diakhiri dengan emot tertawa.
[Bener banget fisik no terakhir yang penting si Alina banyak Duit jadi bisa kita porotin hhhaaa]. tulis Darma suami Neti yang merupakan kakak ipar laki-laki nya.
[Danu sebaiknya kamu jangan diam saja ambil alih semua harta Si Alina, kalau kalian cerai kan kamu masih punya pegangan] balasan Ibu Danu.
[Danu sebenarnya gak cinta juga Bu sama Alina Danu nikahin dia kan cuma karena hartanya, Ibu tahu sendiri kan kalau Danu cintanya sama Astrid nanti kalo semua harta Alina sudah atas nama Danu akan Danu tinggalkan wanita gendut itu] balas Danu.
Air mata Alina perlahan mulai menetes hatinya hancur dan sakit, atas ucapan suami dan keluarganya, niatnya yang tulus membantu ternyata hanya untuk dimanfaatkan saja.
Grup chat rahasia yang tidak sengaja ia baca itu telah membuka matanya yang selama ini tertutup rapat oleh cinta semua kedok suami dan keluarganya telah terbongkar kini waktu nya Alina untuk membalas perbuatan mereka.
Sebelum tindakan nya ketahun Danu, Alina kemudian menyimpan kembali ponsel Danu di tempat semula. la berjalan perlahan menuju kamarnya, membersihkan diri dan menyiapkan mental melawan para parasit yang ada di hidupnya.
“Alina kamu sedang mandi?” teriak Danu dari kamar.
“Iya Mas, aku sedang mandi kenapa?”
“Tidak, Mas kaget aja ada orang di kamar mandi Mas kira kamu belum pulang,”
“Aku baru pulang Mas, terus langsung mandi badanku gerah,” sahut Alina.
“Oh, ya sudah Mas lanjut tidur saja,” jawab Danu.
Alina menatap dirinya ke dalam cermin, air mata tumpah pikirannya melayang. “Seburuk itu kah aku di mata kalian sehingga kalian tega memanfaatkanku dan menghinaku seperti itu terlebih lagi, Suamiku yang paling aku percayai ternyata tak lebih dari spesies parasit kejam yang dengan senang hati menghisap kehidupanku sampai kering dan mati. Dasar bodoh kamu Alina kemana saja kamu sampai tidak sadar telah dimanfaatkan oleh manusia-manusia tidak tahu diri itu,” Alina berkata kepada diri sendiri menyesali kebodohan selama ini.
Alina keluar dari kamar mandi di lihatnya laki-laki itu yang sedang terbaring di tempat tidur dengan nyaman. ingin rasanya ia mencekik leher laki-laki itu atau membekap mukanya dengan bantal sampai mati kehabisan napas pikiran jahat itu memenuhi pikiran Alina. Tetapi pikiran itu buru-buru ia tepis. “istighfar Alina dari pada harus membunuh parasit itu lebih baik membalas perbuatan mereka dengan anggun tanpa harus mengotori tanganmu sendiri,” ucapnya dalam hati.
“Astaga..Sayang kenapa kamu memelototiku seperti itu apa ada sesuatu di wajahku?” ucap Danu yang terkejut melihat istrinya yang berada di depannya dengan wajah tegas.
“Kenapa kamu bangun Mas, apa kamu perlu sesuatu?” tanya Alina sambil mengenakan pakaiannya.
Danu tegang seketika ketika melihat istri nya setengah bug*l ia langsung menghampiri Alina di sudut kamar. “Sayang,” rayu Danu dengan nada manja untuk merayu Alina sambil melingkarkan tangannya ke pinggang istrinya itu.
“Ayo yang, aku sudah tegang nih,” rayu Danu.
“Kamu lupa lagi Mas, aku sedang datang bulan aku sudah bilang kemarin!” sahut Alina geram ia bahkan dengan sengaja menginjak kaki Danu dengan kencang.
“Aww.. sayang kakiku sakit,” teriak Danu.
“Ma.. Maf Mas aku tidak sengaja,” kilah Alina yang kesenangan melihat Danu kesakitan.
“Rasain kamu Mas!” ucap Alina dalam hati puas.
“Enak saja kamu minta berhubungan dengan aku jalankan untuk melakukan hal itu melihatmu saja aku sudah jijik kamu dan keluargamu akan merasakan balasan dari ku tunggu saja!” sambungan Alina.
Besok paginya Alina melihat Danu sudah berpakaian rapi tidak seperti biasanya yang selalu lusuh dan bau.
“Tumben kamu Mas, mau kemana pagi-pagi gini?” tanya Alina sambil menatap keheranan.
“Aku ada bisnis Alina, dengan teman SMA ku dia mengajak bertemu untuk membicarakan bisnis yang sedang trend,” jawab Danu sumringah sambil ia menyemprotkan banyak parfume ke bajunya.
“Ketemu teman ko wangi gini temen apa demen Mas,” sindir Alina.
“Apa sih kamu, bener ko sama temen SMA namanya Dirga dia pengusaha sukses siapa tahu aku jadi ketularan iya kan?” jawab Danu.
“Terserah kamu Mas! “
“Kunci mobil ku mana Sayang?”
“itu diatas meja,” sahut Alina.
“Oh iya, kalau begitu aku berangkat dulu yah Do'akan aku supaya berhasil,” ujar Danu sembari mencium kening istrinya itu.
“Hm,” jawab Alina sambil mencium tangan Danu.
Karena curiga akan tingkah suaminya yang tidak biasa itu, Alina memutuskan untuk mengikuti mobil suaminya dari belakang, karena semenjak ia membaca chat grup keluarga rahasia itu ia jadi curiga kepada semua orang ia tidak mau di bodoh-bodohi lagi.
Dengan perlahan Alina mengikuti mobil suaminya matanya benar-benar fokus untuk mengejar mobil Danu. Sampai pada akhirnya mobil Danu tiba di sebuah kafe, Alina pun ikut masuk ke kafe itu dengan mengendap-ngendap untuk melihat dengan siapa suaminya itu bertemu.
Tidak disangka ternyata Danu bertemu dengan seorang wanita cantik tinggi semampai. Begitu bertemu mereka langsung berpelukan lalu Danu mencium tangan wanita itu.
Kelakuan seperti itu jelas tidak menunjukkan sikap sebagai teman tapi lebih sebagai pacar. Tidak mau tinggal diam Alina banyak mengambil foto mereka berdua yang sedang bermesraan untuk dijadikan bukti jika diperlukan.
“Ini kah, yang kamu maksud teman SMA Mas, dasar kamu memang pembohong!” gerutu Alina geram.
Tidak sampai di situ Alina mengikuti mereka sampai ke sebuah komplek perumahan, ia lalu menghentikan mobilnya depan perumahan itu karena ia tidak berani untuk mengikuti sampai ke rumah karena takut akan ketahuan, dan membuyarkan rencananya.
Tetapi ia tidak habis akal ia memberanikan diri untuk bertanya kepada Satpam komplek, karena tadi Alina melihat mereka saling sapa.
“Permisi Pak,” Alina mulai bertanya meskipun ragu.
“Iya Mbak ada yang bisa saya bantu,” jawab Satpam yang berperawakan tinggi besar itu.
“Pak, tadi saya lihat Bapak bertegur sapa dengan mobil yang baru masuk tadi, kalau boleh tahu apa bapak kenal dengan mereka?”
Petugas keamanan komplek itu terdiam ia ragu untuk menjawab pertanyaan seorang wanita asing di hadapannya.
“Maaf, kalau boleh tahu Mbak siapa yah? “
“Saya kenalannya Mas Danu Pak, betul kan yang tadi itu Mas Danu saya memang kenalan beliau kebetulan saya ada perlu dengan beliau mengenai bisnis,” karang Alina.
“Iya betul yang tadi masuk itu Pak Danu,” sahut Satpam itu.
“Terus wanita yang bersama Pak Danu tadi siapa Pak? apa istrinya?”
“Em, setahu saya sih iya itu istrinya Pak Danu namanya Mbak Astrid,” jawab petugas keamanan itu.
“Oh begitu Terima kasih yah Pak nanti saja saya bertemu Mas Danunya takut mengganggu,” ucap Alina kemudian langsung menuju mobilnya dan pergi dari tempat itu.
“Memang binatang yah kau Mas! sudah mokondo sekarang kamu selingkuh juga ditambah lagi keluargamu yang semuanya parasit itu,” gerutu Alina. “Ya Allah, malangnya nasibku,” isak Alina tidak bisa membendung air matanya.
Alina lalu memutuskan untuk pulang ke rumah, membawa perasaan yang terluka dan pikiran yang yang kacau, Karena sebab itulah di tengah-tengah perjalanan tiba-tiba.
Ia menabrak mobil di depannya “Astagfirullah,” Alina panik, ia dengan berani langsung turun dari mobil untuk meminta maaf dan bertanggung jawab atas kesalahannya.
“Maafkan saya Pak,” ucap kepada pemilik mobil. “Bapak tidak apa-apa? Apa perlu ke rumah sakit?” tanya Alina.
“Tidak, saya tidak apa-apa tidak perlu ke rumah sakit,” jawab pria itu.
“Sekali lagi saya minta maaf Pak, saya akan menanggung perbaikan mobil Bapak ini kartu nama saya silahkan bapak hubungi saya untuk biaya perbaikan. Pria itu lalu mengambil kartu nama yang diberikan Alina.
“Kalau begitu saya permisi dulu Pak, silahkan hubungi saya untuk biaya perbaikan mobil Bapak,” ucap Alina kemudian ia langsung pergi meninggalkan pria itu yang masih termangu melihat kartu nama yang di pegangnya.
“Tuu.. nggu Alina,” teriak pria itu. Kepada Alina yang sudah pergi tancap gas meninggalkannya
“Apa kamu tidak mengenaliku Alina,” ucapnya pada dirinya sendiri.
“Aku Raffa Alina,” ucapnya pada diri sendiri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!