Halo para readers-ku, selamat datang di cerita keduaku ini.
Sesuai deskripsi, cerita ini itu [Bastian x Catherine] Bukan kelanjutan dari cerita 'Pria seksi itu suamiku' Jadi kedua cerita ini bisa dibaca secara terpisah ya.
Jangan lupa komen dan jempolnya ya, biar bisa jadi penyemangat setiap kali mau update cerita :)
Happy reading, semoga suka!
----
Suara hiruk piruk musik yang berdentum dengan keras menggema sepanjang kelab malam itu.
Sebagian kaum hawa disana sibuk meliukkan tubuh mereka, menampilkan tarian eksotis dan seksinya di tengah-tengah lantai tari dengan pakaian mereka yang terlampau ketat, menampilkan setiap lekuk tubuh mereka. Dengan bagian dada yang terekspos bebas, membungkus erat dada besar mereka yang hampir tumpah itu. Turun pada paha mereka yang nyaris naik memperlihatkan pakaian dalam mereka.
Disusul kaum adam yang sibuk menancapkan fokus mereka demi mencari mangsa mereka malam ini, bola mata mereka yang terus bergerak dari satu target ke target lainnya. Tatapan mereka kian jatuh pada dada para wanita kemudian turun menjelajahi bokong montok mereka yang ikut bergoyang saat mereka melompat-lompat di tengah musik yang berdentum sangat keras. Senyuman meremehkan cenderung mereka tampilkan, tampak memilih siapa yang akan dijadikan teman tidur mereka malam itu.
Alur mainnya didalam kelab itu sangatlah mudah.
Si pria akan menghampiri si wanita yang berhasil menaikkan hasrat seksual mereka dengan tarian mereka kemudian mengajaknya menari sebentar di area lantai dansa sebelum mereka akan saling berciuman dan berakhir pergi ke lantai dua yang berisi sebuah lorong dnegan jejeran pintu kamat yang memang sengaja disediakan oleh para tamu.
Kelab malam itu bukanlah kelab malam seperti umumnya. Itu adalah salah satu kelab yang terkenal di kalangan para pebisnis tinggi dan kelas atas, mereka serong menghabiskan malam disana. Setelah berkutat dengan bisnis mereka yang memakan kinerja otak, mereka akan memuaskan hasrat mereka di kelab itu sebagai hiburan atas kerja keras mereka.
Semua tamu itu tidak memandang usia, baik yang muda hingga yang sudah menikah juga ada disana. Dan setiap tamu yang dapat masuk ke dalam sana pastinya sudah memiliki akses sebagai tamu VIP di kelab malam itu.
Tepat di sudut ruangan, berdiri seorang pria dengan tatapan elangnya yang tertancap fokus ke arah depan sana, tertuju secara jelas kepada seorang wanita yang tengah duduk diam di area bar tempat penyedia berbagai jenis minuman alkohol.
Kehadirannya berhasil memikat minat para kaum hawa yang tengah sibuk menari dia rea lantai dansa. Pembawaannya yang begitu tegas dan serius itu berhasil menarik perhatian mereka., dengan kemeja putih tanpa dasi teringat, kancing atasnya terbuka. Pahatan wajah begitu sempurna,. Nyaris sempurna.
Mereka tahu betul siapa pria itu.
Bastian, pemilik dari kelab malam yang sedang emreka kunjungi itu.
Bisa dibilang satu-satunya wanita yang tidak bergabung ke lantai dansa malam itu.
Hanya melihat dari perawakan tubuh bagian belakangnya saja Bastian sudah bisa mengenal secara tepat siapa wanita itu.
Awalnya wanita itu tampak duduk sendirian sembari sesekali meraih gelas alkoholnya dan menyesapnya pelan. Bastian tahu betul wanita itu tidak terbiasa dengan minuman bodoh seperti itu, tetapi entah kenapa malam ini wanita itu tampak menikmatinya.
Tiba-tiba seorang pria dari arah belakangnya berjalan mendekati wanita itu kemudian duduk tepat disampingnya.
Bastian masih memperhatikan semuanya dari tempatnya berdiri. Tatapannya tak lepas dari pemandangan itu barang sedetikpun.
Kendati deru napasnya terasa teratur, namun jauh dalam dirinya timbul perasaan tidak nyaman, percikan amarahnya mulai bangkit secara perlahan. Sebab yang dilihatnya sekarang adalah wanita itu tidak menolak kehadiran pria asing yang disampingnya itu.
Wanita itu malah menyambutnya dengan seulas senyuman manisnya yang seharusnya hanya diberikan kepada Bastian seorang.
Mereka tampak mengobrol sejenak saat kesabaran Bastian sudah benar-benar habis disana. Bastian sudah cukup memberikan kelonggaran kepada wanita itu untuk tidak menariknya paksa keluar dari kelab malam saat pertama sekali wanita itu secara berani menginjakkan kakinya di area miliknya itu.
Bastian melangkah dengan tergesa-gesa, kakinya yang panjang itu menuntun tubuhnya secara cepat untuk sampai di hadapan wanita itu. Dengan sekali sentakan, ia meraih tangan wanita itu kemudian menariknya secara kuat membuat wanita itu berakhir bangkit dari duduknya.
Bastian menuntun langkah mereka dengan cepat, membelah kerumunan orang yang berlalu-lalang di kelab malam itu hingga melewati pintu keluar.
“Bas, apa yang sedang kau lakukan?” teriak wanita itu sembari meronta meminta agar tangannya dilepaskan.
Namun tampaknya Bastian memang tidak ada niat untuk melepaskan tautan tangan mereka, pria itu malah menariknya menjauh dari area pintu keluar kelab malam kemudian berhenti di depan sebuah gang sempit yang berjarak belasan langkah dari area kelab.
“Apa kau sudah gila?” teriak wanita itu lagi, berusaha menyentak tangannya tetapi pria itu mencengkramnya dengan sangat kuat, ia yakin nantinya itu akan membekas pada pergelangan tangannya .
“Bastian!” teriak Catherine yang sudah mulai kesal dengan sikap pria itu sebelum akhirnya Bastian membawa mereka berdua masuk ke dalam gang yang sempit dan gelap itu.
Bastian kemudian memojokkan Catherine ke dinding lorong gang itu. Benar-benar sepi dan dengan cahaya dari lampu jalan yang sudah padam itu membuat mereka berdua susah untuk melihat ekspresi wajah satu sama lain saat ini.
Tetapi deru napas Catherine yang tampak memburu itu membuat Bastian mengetahui satu fakta bahwa wanita itu sedang meluapkan amarahnya kepadanya.
Memang itu yang Bastian mau, membuat Catherine naik pitam saat di detik selanjutnya Bastian tanpa aba-aba mendekatkan wajahnya dan langsung mendaratkan bibirnya pada bibir Catherine kemudian menciumi wanita itu dengan brutal.
Catherine yang tampak belum siap dengan serangan tiba-tiba itu hanya berakhir meronta sembari menggelengkan kepalanya dan secara gesit bergerak asal membuat Bastian kesusahan meneruskan tautan bibir mereka itu.
Namun tampaknya Bastian tidak ingin melepaskannya dengan begitu mudah, Bastian malahan mendaratkan tangannya pada area belakang kepala Catherine kemudian menekannya kuat-kuat guna memperdalam tautan bibir mereka.
Bastian menciuminya secara buas.
Awalnya Catherine menutup rapat bibirnya untuk menghalangi akses masuk Bastian, namun pria itu malah dengan kurang ajarnya mengigiti bibirnya guna menerobos masuk, membuat Catherine membuka akses mulutnya secara terpaksa.
Bastian terus memperdalam ciuman mereka, menekannya dan menyesapnya tanpa memberikan jeda bagi Catherine untuk mengambil napas.
Bastian terlihat seperti hewan buas yang sedang menyantap mangsanya.
Decakan bibir mereka terdengar begitu jelas bagi keduanya, kian panas saat bibir mereka saling bertubrukan. Catherine dapat merasakan bibirnya terasa lembap.
Seperti yang bisa dibayangkan, Bastian adalah seseorang yang handal. Ciumannya begitu memabukkan dan mendebarkan disaat yang bersamaan.
Bastian adalah seseorang yang terampil dalam memanfaatkan pesona dalam dirinya untuk menghipnotis orang-orang untuk tunduk padanya. Pebawaan pria itu selalu terasa kuat dan tangguh disaat yang bersamaan.
Namun Catherine juga bukan lawan yang lemah untuknya, dia bukan tipe wanita yang akan secara sukarela membiarkan Bastian mengambil ahli pertahanan dirinya. Catherine tidak akan m Bastian untuk mengontrol diirnya secara sesuka hati seperti ini.
Untuk sejenak Catherine hampir terbuai dalam permainan pria itu namun kewarasannya masih tertanam kuat dalam dirinya saat ia mendorong kuat dada pria itu.
Bastian akhirnya melepaskan ciuman panjang mereka disusul deru napas keduanya yang terdengar begitu sensual dan liar. Bastian berakhir menjilat sudut bibirnya yang lembap itu sembari menghujam lurus kedua manik milik Catherine.
“Kau sedang dipenuhi oleh emosimu. Dan aku sedang tidak mood jadi pergilah dari hadapanku sekarang Bas,” ujar Catherine kemudian memutuskan kontak mata mereka sembari berusaha meredam amarahnya yang memuncak karena tindakan kurang ajar pria itu barusan.
Sejujurnya Catherine tahu alasan dibalik aksi Bastian yang bertingkah diluar kendalinya itu. Pasti karena Catherine tidak mematuhi perintah pria itu dengan pergi ke tempat yang seharusnya dia tidak pergi.
Tetapi Catherine terlanjur penasaran, sebenarnya Bastian selama ini itu hidup dalam dunia yang seperti apa.
“Jangan kesana lagi,” ujar Bastian dengan nada bicaranya yang berubah serius.
Kalimat itu berhasil memancing Catherine untuk kembali mendongakkan kepalanya ke atas, membuat tatapan mereka kembali bertemu.
“Kenapa tidak boleh?” tanya Catherine balik dengan nada menantangnya.
Berbeda dari deretan wanita lain yang dekat dengan Bastian, Catherine bukanlah tipe wanita penurut yang selalu tunduk pada seua perintah pria itu hanya karena sentuhan dan pesonanya yang liar itu.
Bastian memanglah seorang pemain handal, tetapi jika dalam urusan menjadi wanita pembangkang yang suka melanggar semua aturan yang telah ditetapkan Bastian dalam hubungan mereka, itu adalah keahlian Catherine.
Sebagaimana Bastian yang merubah Catherine dari wanita polos yang pemalu menjadi wanita liar yang tidak kenal aturan.
Semua itu karena Bastian.
Bastian yang mengajarinya semua hal gila itu kepadanya.
Bastian mengacak rambutnya sekali, tampak frustasi menghadapi Catherine.
“Catherine, kumohon sekali saja kau mematuhi ucapanku ini,” ujar Bastian yang kesal dengan wanita didepannya itu yang cenderung selalu membangkang dan keras kepala.
“Itu adalah tempat umum,” balas Catherine lagi tidak mau kalah.
“Itu adalah tempatku dan aku melarangmu masuk,” ujar Bastian langsung dengan nada tegasnya membuat Catherine diam untuk sesaat.
“Tapi…”
Catherine sudah siap untuk kembali melontarkan kalimat penolakannya sebelum tangan Bastian terangkat kemudian secara perlahan mengusap sudut bibir Catherine dengan sangat pelan dan lembut membuat Catherine menahan napasnya sekali.
“Melihatmu bersama pria lain seperti itu rasanya membuatku gila Cat,”ujar Bastian dengan nada putus asanya.
Catherine menatap Bastian sebelum mengeluarkan dengusan kecilnya, “Kau cemburu?” tanya Catherine lagi-lagi dengan nada bicaranya yang tidak sopan itu, cenderung memberikan kesan merendahkan seolah wanita itu benar-benar tidak takut dengan Bastian.
Disaat wanita-wanita lain sibuk mengangkat ego Bastian secara tinggi, Catherine malah dengan mudahnya menginjak-injak harga dirinya itu.
“Bahkan sekarang aku terpikir untuk berc*nta denganmu disini. Sekarang juga,” ujar Bastian dengan nada bicaranya yang berubah rendah dan terkesan serak membuat Catherine berdigik ngeri.
Mati-matian ia berusaha tidak terpengaruh dengan sikap Bastian itu, sebab Catherine tahu, sekalinya ia tenggelam dalam dunia Bastian, maka tidak akan ada jalan kembali lagi.
Catherine kemudian mengedarkan pandangannya ke sekeliling, dimana tempat mereka berdiri adalah sebuah lorong sempit yang hanya muat dengan dua tubuh orang dewasa, itupun harus berdiri berdempetan seperti yang mereka lakukan sekarang itu.
Gelap dan kotor.
“Apa kau lebih senang dengan pria itu? Setelah aku mengajarimu semua hal nakal itu, sekarang kau ingin melakukannya dengan orang lain? Itu tidak adil Catherine,” ujar Bastian dengan nada frustasinya.
Catherine menatap kedua manik Bastian sebelum menautkan alisnya.
“Apa yang kau bicarakan, aku tidak mengerti. Kemudian ingatlah Bastian, taruhan kita itu hanya berjalan jika kedua belah pihak menginginkannya dan sekarang aku secara jelas menolakmu, tetapi kau melanggarnya. Kau seorang pria yang tidak bisa menepati janjimu Bastian. Jadi kuanggap taruhan itu sudah berakhir sekarang,” jelas Catherine lagi menyampaikan kekecewaannya.
Kalimat Catherine itu berhasil membangkitkan amarah Bastian lagi. Bastian kembali mengikis jarak diantara keduanya saat sekali lagi Bastian sedikit menunduk kemudian mendaratkan bibirnya pada leher jenjang milik Catherine, menjilatnya dan mengigitinya sekali.
Catherine mengerang, tampak mengatupkan bibirnya secara susah payah guna menahan desahannya yang hampir keluar itu.
Tangan Catherine sontak mendarat secara cepat pada kedua bahu lebar Bastian kemudian mencengkramnya kuat saat tangan Bastian secara cepat menyibak ujung pakaiannya kemudian menyusup masuk dan mulai meraba perut ratanya hingga naik ke area dadanya yang masih dibungkus bra-nya itu sebelum meremasnya.
“Kubilang aku…sedang tidak mood Bas,” peringat Catherine lagi kepada Bastian dengan susah payah, suaranya berubah berat dengan deru napasnya yang mulai kembali tidak beraturan.
Namun Bastian tampaknya tidak mau mendengarkan perintah Catherine atau lebih tepatnya tidak perduli, Bastian terus menciumi leher jenjang Catherine membuat Catherine semakin meremas bahu pria itu kuat-kuat.
Catherine tidak suka dipaksa. Walaupun kedekatan dan kontak fisik diantara keduanya itu sudah sering mereka lakukan, tetapi mereka selalu melakukannya diatas ijin kedua belah pihak. Tidak hanya dari sepihak dan Catherine juga tidak suka Bastian yang melakukannya dalam keadaan emosi seperti ini.
Catherine yang sudah mulai kesal karena kalimatnya tidak didengarkan akhirnya menendang kuat betis pria itu membuat Bastian yang tidak menduga dengan tindakan Catherine itu akhirnya merintih sembari mengumpat sekali.
Tendangan itu cukup kuat, namun Bastian berhasil menahannya dan menanggap itu adalah pembalasan dari Catherine atas perilaku kurang ajarnya kepada wanita itu.
Bastian tahu bahwa yang ia lakukan sekarang itu adalah sebuah kesalahan besar. Tetapi Bastian tidak bisa berhenti, entah kenapa melihat Catherine yang berinteraksi dengan pria lain seperti itu membuatnya menggila.
Bastian terus menjelajahi leher jenjangnya dan meninggalkan bekas yang cukup banyak disana.
Catherine yang sudah tidak tahan akhirnya berakhir melayangkan tangannya dan menampar pipi Bastian.
“Ayo kita putus Bastian,” ujar Catherine serius.
Bastian tersenyum miring, “Putus? Sedari awal kita memang bukanlah sepasang kekasih Catherine.”
Catherine masih menatap Bastian lekat-lekat sembari tangannya bergerak menutupi area lehernya yang nyatanya sudah Bastian nikmati secara keseluruhan itu.
“Dan kuharap kita benar-benar menjadi orang asing sehabis ini.”
Bastian menaikkan alis kanannya tampak menatap penuh ketertarikan, “Permintaanmu itu mustahil untuk kukabulkan Catherine.”
“Kenapa?”
Pria tampan ini kemudian tersenyum sekali sebelum berujar dengan nada rendahnya yang penuh sensual.
“Sebab milikku ini selalu bangun ketika bersamamu, sayang.”
Sebenarnya bagaimana awal mulanya? Kenapa hubungan mereka bisa berakhir menjadi serumit ini?
[Untuk bab 3 sampai seterusnya akan menjadi flashback masa lalu mereka ya]
Note tambahan : Untuk cerita ini bakal update 1 bab per hari ya, tapi kalau rameee aku bakal usahain double bahkan triple update 😁]
Flashback On...
Di sebuah kelas dimana terlihat para mahasiswa yang sudah duduk secara lengkap didalamnya. Dengan dosen yang sudah berjalan masuk melalui pintu, menandakan kelas akan dimulai sebentar lagi.
Setelah melakukan sesi absensi diawal kelas, dosen tersebut akhirnya memulai pembelajaran mereka hari itu.
Baru berjalan beberapa menit, tiba-tiba pintu kelas terbuka lagi, sontak membuat perhatian seisi kelas tertuju pada pelaku dibalik pintu itu.
Bastian dengan santainya berjalan masuk sembari membungkuk sedikit ke arah dosennya yang dibalas gelengan kepala dari si dosen. Sudah biasa melihat mahasiswanya yang satu itu datang terlambat.
“Bastian, jika kau berniat terus-terusan terlambat dan bahkan nilaimu yang jelek itu tidak dapat menolongmu, maka kupastikan kau tidak akan bisa lulus di kelasku ini,” ujar si dosen serius sembari menatap Bastian yang berjalan melewatinya itu.
“Tidak apa-apa dan aku menyukaimu prof, jadi mengulang kelasmu satu tahun lagi bukanlah ide yang buruk. Kau benar-benar tipeku,” balas Bastian kepada profesor itu kemudian mengedipkan matanya sekali yang langsung disambut suara ricuh dari seisi kelas.
Para pria hanya bersiul tampak ikut menggoda si profesor sedangkan para wanita sibuk berbisik-bisik sembari tak melepaskan tatapan mereka ke arah Bastian.
“Kalai begitu aku akan ikut denganmu Bastian.”
“Aku rela ikut kelas profesor satu tahun lagi.”
“Aku menyukaimu prof.”
Kelas mendadak ricuh lagi membuat si profesor mendadak sakit kepala. Ia memijat pelipisnya sekali smebari membuat gerakan tangan mengusir ke arah Bastian, mengisyaratkan pria itu untuk segera duduk dan tidak bertingkah aneh lebih jauh lagi.
Semua orang sudah tahu, Bastian si pangeran sekolah yang selalu menjadi idola para penghuni kampus. Kemanapun ia pergi, Bastian selalu mendapat sorot perhatian dan fokus dari orang-orang. Seolah ada cahaya yang terpancar terang dari tubuh pria itu, Bastian selalu bersinar baik dari ketampanannya dan sikap tengilnya yang biking geleng-geleng kepala.
Tetapi perlu digaris bawahi, tidak semua orang menaruh perhatian mereka pada Bastian sekarang.
Seorang wanita dengan kacamata bulatnya yang bertengger pas pada wajahnya yang nyaris tertutupi surai panjangnya yang menjuntai ke bawah itu. Tatapannya hanya menunduk fokus pada buku bacaannya, tidak perduli pada kericuhan yang terjadi di kelas itu.
Wanita itu bernama Catherine. Dijuluki mahasiswi culun yang tidak mengikuti zaman, baik dari cara berpakaiannya yang terkesan ketinggalan zaman Hanya kaos biasa dibalut jaketnya berikut dengan celana panjangnya. Rambutnya di gerai lurus ke bawah, menutupi sebagian wajahnya dengan kacamata yang sengaja ia pakai untuk menghindari interaksinya dengan orang-orang.
Bisa dibilang Catherine itu tipe wanita yang pendiam dan pemalu. Tetapi Catherine termasuk mahasiswa yang rajin dan pintar, dia bahkan bisa masuk ke kampus ternama itu berkat beasiswanya. Tidak seperti Bastian yang masuk lewat jalur orang dalam.
Karena kampus itu adalah milik kakeknya, Bastian dapat secara leluasa menancapkan kehadirannya di kampus dan menarik perhatian semua orang.
Berbeda dengan Bastian yang selalu berada d tengah-tengah pusat perhatian semua orang, Catherine adalah kebalikannya. Catherine benar-benar berada dalam dunianya sendiri.
“Bastian semakin tampan.”
“Tubuhnya semakin kekar.”
“Aku ingin melihatnya bermain basket lagi.”
“Bilang saja kau ingin melihat perut kotak-kotaknya itu, dasar.”
Berbagai bisikan mulai menggema saat Bastian berjalan melewati barisan tempat duduk untuk mencari tempat yang kosong dan berakhir menuju barisan belakang kemudian duduk di tempat kosong yang ada disana.
“Semuanya harap diam, ayo kita lanjutkan kelas hari ini,” ujar dosen lagi berusaha menenangkan kelas tersebut dan kembali melanjutkan pelajaran mereka.
Kendati semua orang masih mencuri pandang ke arah Bastian bahkan ada juga yang secara terang-terangan menatap pria itu, namun Bastian hanya memfokuskan pandangannya kepada seorang wanita yang duduk di baris paling depan.
Mereka jelas berbeda.
Bastian adalah tipe murid penghuni baris belakang yang malas belajar dan hobi bolos, sedangkan wanita itu adalah tipe murid penghuni baris depan yang rajin belajar dan teladan.
Pembelajaran mereka hari itu akhirnya selesai juga disusul kelas yang ikut dibubarkan dengan para mahasiswanya yang sudah berpencar keluar. Sebagian dari mereka kembali ke gedung asrama yang terletak satu kawasan dengan area kampus dan sebagian dari mereka ada juga yang pergi keluar untuk makan bersama dengan teman mereka.
Sebab itu adalah salah satu kampus ternama yang terkenal, banyak orang dari luar yang juga ingin berkuliah disana, sehingga disediakan fasilitas seperti kantin kemudian ada juga semacam asrama khusus yang terbagi menjadi dua gedung. Gedung pertama untuk para wanita dan gedung kedua untuk para pria.
Bagi para mahasiswa yang rumahnya jauh, mereka bisa tinggal disana.
Masinh-masing gedung dijaga ketat oleh para pengawal dan satpan sehingga mahasiswa yang pulang ke asrama melewati jam malam mereka yaitu paling telat jam 10.30 malam maka akan dikenakan hukuman. Dan dilarang berkunjung ke gedung asrama lawan jenis walaupun dengan alasan bermain ke kamar teman.
Itu sudah peraturan kampus yang mutlak.
Bastian sedang menyenderkan tubuhnya pada dinding di lorong kampus sembari melipat tangannya saat tiba-tiba ada yang menepuk bahunay dari arah belakang.
Basstian menoleh dan menemukan Richard, temannya itu adalah pelakunya.
“Bas, kau tidak pergi malam ini?” tanya Richard kepada Bastian.
Bastian masih menancapkan pandangannay ek depan, tampak fokus seakan tengah mencari keberadaan seseorang sembari mulutnya terbuka untuk membalas pertanyaan Richard.
“Ada,” jawab Bastian singkat.
“Kalau begitu kita pergi bersama saja sekarang,” ujar Richard kemudian melirik ke arah jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul lima tiga sore.
Matahari sudah hampir tenggelam dan malam sebentar lagi akan menjemput mereka.
“Tidak bisa, mungkin aku juga akan telat nanti,” ujar Bastian yang baru menoleh ke arah Richard.
Bastian mendapati alis Richard yang tertaut kebingungan.
“Kenapa? Bukannya kelas sudah selesai? Come on, kita sudah lama tidak latihan basket.”
“Aku ada urusan,. Aku akan menyusul nanti,” jawab Bastian lagi singkat.
Sedangkan Richard semakin bingung, tidak biasanya Bastian menolak ajakannya itu, biasa Bastiana dalah makhluk yang paling santai dan senggang di muka bumi ini. Diajak kemanapun dan melakukan apapun pasti pria itu dengan mudahnya menyetujuinya.
Hidup Bastian penuh dengan kebebasan, ia tidak terikat dengan apapun membuatnya bebas melakukan hal apapun sesukanya. Terlebih dia berasal dari keluarga yang kaya raya, uang bukanlah penghalang bagi Bastian.
“Urusan apa?” tanya Richard yang semakin penasaran. Sebab ia tahu betapa sukanya Bastian dengan basket. Selain merupakan hobinya, Bastian juag sangat ahli dalam permainan basket itu yang terkadang memukau Richard dan membuatnya iri.
Terkadang dalam sekali lihat, kehidupan Bastian terlihat begitu sempurna.
“Kepo,” ujar Baastiand engan nada sewotnya membuat Richard mendendug kasar sekali saat Bastian dengan mudahnya berjalan meninggalkan Richard di belakang.
Richard sudah hendak menyusul Bastian sebelum seseorang merangkul lengannya kuat membuat Richard menoleh ke samping dan menemukan Lily, pacarnya itu.
“Richard sayang, ayo antar aku ke salon. Aku ingin membuat rambutku menjadi sedikit bergelombang untuk persiapan pesta besok malam,” pinta Lily dengan nada manjanya sembari memeluk tangan Richard manja.
“Oke,” jawab Richard kemudian mereka berdua langsung membelokkan langkah ke area parkiran kampus tempat mobil Richard di parkir.
“Ngomong-ngomong Bas ikut ke pesta besok?” tanya Lily sedikit penasaran sembari mencuri pandang ke arah Richard, menanti jawaban pria itu.
“Kenapa? Jika dia ikut, kau ingin berdandan lebih cantik lagi?” tanya Richard sebelum mencubit pipi Lily sekali dengan gemas.
“Tidak, aku hanya bertanya saja. Kau sudah sempurna untukku Richard, aku tidak butuh yang lain lagi,” ujar Lily dengan nada bicaranya yang dilembutkan sebelum menggeleng pelan, mengisyaratkan bahwa tuduhan yang diberikan Richard kepadanya itu salah.
“Baiklah, aku percaya. Dan Bastian akan datang, kita tahu pasti bahwa pria itu tidak pernah melewatkan pesta sekalipun.”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!