NovelToon NovelToon

Menikahi Pria Kejam

Pria Kejam

"Tuan, kumohon jangan.! Maafkan kesalahan yang telah Papaku perbuat." ucap Gladis, sambil terisak memohon dikaki pria kejam itu.

Gladis adalah putri semata wayang Mahendra Saputra. Gladis, gadis yang cantik, putih, polos dan bertubuh mungil. Ia, berusia 20 tahun. Sedang, berkuliah disalah satu Universitas terbaik dikota ini.

"Cih.. Maaf katamu? Apa kau tau, kesalahan apa yang telah diperbuat Ayahmu ini ha?." tanya pria itu, ia menjambak rambut Gladis. Gladis, menggeleng pelan.

Gladis memang tidak mengetahui apa-apa soal ini. Sepulang kuliah, Gladis kaget melihat Papanya yang sedang terduduk dilantai. Dengan, wajah sedikit lebam.

"Ayahmu telah menipu perusahaanku, aku telah menginvestasikan uangku untuk bekerja sama. Tapi, apa? Ayahmu sama sekali tidak pernah muncul lagi dihadapanku." ucap pria itu, ia melepas jambakannya dengan kasar.

"Maafkan aku tuan, aku sama sekali tidak menipumu. Aku, tertipu oleh rekan kerjaku tuan. Dia, membawa semua uangku dan juga uang tuan." ucap Mahendra, Papa Gladis.

"Itu urusanmu.! Mengapa kau tidak hati-hati dalam berbisnis. Hajar dia.! Buat sekujur tubuhnya tidak berbentuk lagi, terutama wajahnya." perintah pria itu, ia tersenyum menyeringai.

Saat bodyguard ingin menghajar Papa Gladis, Gladis langsung mendekat kepelukan Papanya. Dan, melihat kearah pria kejam itu.

"Tidak tuan, jangan.! Kumohon.. Papa adalah satu-satunya kelurga dan hartaku. Aku akan melakukan apapun, untuk membayar segala kerugianmu tuan. Tapi, tolong jangan hajar Papaku." ucap Gladis, sambil terisak. Pria itu kembali menyeringai, ia mengangkat tangannya. Agar, para bodyguard itu diam.

"Baik, jika itu yang kau inginkan. Aku akan membawamu tinggal bersamaku." ucap pria itu santai.

"Tidak, jangan nak. Papa tidak apa-apa dihajar olehnya. Daripada Kamu harus ikut dengannya." ucap Mahendra, sambil menggenggam tangan Gladis.

"Tidak apa-apa Pa, aku akan baik-baik saja. Papa jaga kesehatan, Gladis akan sangat merindukan Papa." ucap Gladis, terisak sambil memeluk Papanya.

"Ayo.! Aku tidak punya banyak waktu untuk melihat drama kalian." ucap pria itu, ia berjalan duluan.

"Papa, aku pergi dulu. Papa harus sehat-sehat saja. Jaga kesehatan.! Jangan pikirkan tentang Gladis, Gladis menyayangi Papa." ucap Gladis, ia berlari kecil meninggalkan Papanya yang sedang menangis.

Gladis duduk disamping pria itu, Gladis menatap keluar jendela saja. Air matanya terus saja mengalir, tanpa diminta.

"Jangan terus menangis.! Aku tidak suka ada orang yang menangis didekatku. Kau mengerti!!." bentak pria itu, sontak Gladis kaget. Jantungnya terpompa lebih kuat.

"I-iya tuan, maafkan saya. Saya tidak akan menangis lagi." ucap Gladis terbata-bata. Gladis, dengan cepat mengusap air matanya.

Beberapa menit berlalu, mobil telah memasuki rumah besar nan megah. Gladis, terkesima melihat rumah itu. Gladis tersadar saat suara besar itu menggema ditelinganya.

"Apa kau masih nyaman dimobilku? Sehingga kau tidak ingin turun dari sana?" teriak pria itu.

"I-iya tuan, saya akan turun." ucap Gladis, Gladis dengan cepat turun dari mobil. Dan, mengikuti langkah pria itu.

"Selamat datang tuan." ucap kepala pelayan, sambil membungkukkan badannya.

"Siapkan satu kamar tamu untuknya.! Dan, suruh pelayan untuk membeli seluruh pakaian untuknya." perintah pria itu, dengan dingin.

"B-baik tuan, saya permisi." ucap kepala pelayan itu. "Nona, mari ikuti saya!." Gladis, mengangguk. Kemudian, mengikuti langkah pelayan itu.

Sesampainya didalam kamar, Gladis lagi-lagi terpesona melihat kamar berdominan berwarna gold. Kamar ini, tiga kali lipat lebih besar dari kamarnya.

"Ini kamar anda nona, kalau ada apa-apa. Nona, bisa memanggil saya dengan memencet tombol yang berada diatas kepala kasur itu." ucap kepala pelayan, sambil menunjuk tombol diatas kepala kasur.

"Baik bu, Terimakasih." ucap Gladis, membungkukkan badannya.

"Panggil saja bibi non.! Jangan ibu." ucap pelayan, merasa aneh dengan panggilannya.

"Baiklah bi, Terimakasih." ucap Gladis, sambil tersenyum. Pelayan, itu mengangguk dab mengundurkan diri.

Gladis, menutup pintnya. Ia, merebahkan dirinya dikasur yang luas itu. Sambil menatap langit-langit kamar.

"Aku tidak tau, apa yang akan pria itu lakukan padaku. Aku berharap dia tidak menyakitiku." ucap Gladis, didalam hati. Kemudian, ia memejamkan matanya.

-

-

-

• Selamat Membaca, semoga para readers mau mendukung karya saya. Dengan, memberikan like, comment, votenya:') •

Kenyataan Pahit

Gladis terbangun karena mendengar suara ketukan pintu dari luar kamar.

"Iya, sebentar." kata Gladis, ia beranjak membukakan pintu.

"Ada apa bi?." tanya Gladis, saat sudah membuka pintu.

"Ini nona, pakaian yang dibelikan tuan untuk anda." ucap bibi, sambil menyodorkan beberapa baper bag ketangan Gladis.

"Sebanyak ini bi?." Bibi, mengangguk sambil tersenyum. Kemudian, ia mengundurkan diri.

Gladis, kembali menutup pintunya. Dan, membawa paper bag kedalam. Ia, melihat semua pakaian yang dibelikan oleh pria kejam itu. Bahkan, ia belum mengetahui siapa nama pria itu.

"Dia benar-benar aneh, kenapa membelikan pakaian sebanyak ini? Dan, semua pakainnya branded pula." gumam Gladis, sambil menyimpan seluruh pakaiannya didalam lemari. Ia, meraih handuk baru. Kemudian, berjalan ke kamar mandi. Ia tidur, baru beberapa jam. Namun, badannya sudah sangat lengket.

*****

Sore hari telah tiba.

Seusai Gladis selesai membersihkan diri, ia keluar dari kamar. Berniat akan memasak untuk makan malam.

"Hai bi, boleh saya bantu?." tanya Gladis, menghampiri bibi yang sibuk didapur.

"Eh non, tidak usah non. Biar bibi saja, non menonton atau istirahat saja dikamar." ucap bibi.

"Tidak bi, aku akan membantu bibi." ucap Gladis, ingin mengambil sayuran didalam lemari es.

"Permisi nona." ucap pelayan.

"Iya pak, ada apa?." tanya Gladis, sambil melihat pelayan itu.

"Nona dipanggil tuan, tuan sedang menunggu anda diruangan kerjanya. Mari, saya antar." ucap pelayan itu.

"Tapi, saya ingin memasak dulu pak. Untuk, makan malam tuan." ucap Gladis.

"Pergilah non, nanti tuan muda bisa marah besar. Terlalu lama menunggu, tuan tidak suka membuang-buang waktu." ucap bibi.

"Baiklah bi, aku akan segera kembali bi." ucap Gladis, ia mengikuti pelayan itu berjalan menuju ruangan tuannya.

*****

"Ini ruangannya nona, silahkan masuk. Tuan, sudah menunggu didalam." ucap pelayan.

"Terimakasih pak." jawab Gladis, pelayan itu menganggukkan kepalanya. Kemudian, mengundurkan diri.

Tok.! Tok.!

Setelah mendengar perintah dari dalam, Gladis masuk dengan kaki yang gemetaran.

"A-ada apa tuan memanggil saya?." tanya Gladis gugup.

Pria itu membalikkan badannya, ia menatap Gladis dengan tatapan remeh.

"Tidak usah gugup begitu, aku tidak akan memakanmu. Ayo duduk dulu.! Ada yang ingin aku sampaikan kepadamu." titah pria itu, sambil duduk kembali dikursinya.

"Terimakasih tuan." ucap Gladis, ia duduk persis didepan pria itu.

"Apa kau tau, kesalahan apa yang telah Ayahmu perbuat?." tanya pria itu, dengan nada dingin. Gladis, mengangguk pelan. Ia, tidak berani bertatap mata dengan pria itu.

"Papa telah bersalah, karena tidak hati-hati dalam berbisnis. Sehingga, Papa tertipu oleh rekan kerjanya. Dan, membawa semua uang Papa dan juga Tuan." jawab Gladis, ia masih menundukkan kepalanya.

"Apa kau tau, berapa kerugianku karena Ayah bodohmu itu haaa?." bentak pria itu, sambil mengebrak meja. Gladis, semakin gugup. Ia, menggelengkan kepalanya.

"Ayahmu telah membuat kerugian sebesar 3 miliyar, tau? Apa kau pikir uang segitu sedikit? Sehingga kau hanya mengatakan maaf saja haa?." ucap pria itu, ia benar-benar marah. Gladis, kaget dengan kerugian yang telah Papanya perbuat.

"T-tapi tuan, Papa juga korban disini. Uang Papa juga dibawa oleh rekan kerja Papa itu." jawab Gladis.

"Kau berani menjawabku ha?." tanya pria itu, ia mencengkram dagu Gladis.

"Maaf.. " ucap Gladis lirih. Ia, mulai terisak dengan bentakan dan juga cengkraman pria itu.

"Sudahku katakan, jangan menangis didepanku.! Apa kau tidak mengerti juga haa?." bentak pria itu lagi. Gladis, dengan cepat menghapus air matanya yang sempat jatuh.

"Sebagai gantinya, kau harus menjadi istriku. Kau harus menikah denganku.!" ucap pria itu.

Gladis membelalakan matanya, ia tidak percaya dengan ucapan pria ini. Bagaimana mungkin, ia menikah dengan orang kejam seperti dirinya. Yang, suka membentak. Lama-lama bisa jantungan Gladis hidup bersamanya.

"T-tap.. " belum selesai Gladis bicara, pria itu sudah dulu memotongnya.

"Keluar!!!." bentak pria itu. Gladis, berjalan keluar ruangan. Ia, masuk kedalam kamar. Lalu, menguncinya. Ia, meringkuk dibawah kasur dan menangis sejadi jadinya.

"Mengapa takdir begitu kejam kepadaku tuhan? Apa salahku? hiks.. hiks.. " kata Gladis, didalam hati.

Drt.. Drt.. Drt..

Ponsel Gladis bergetar yang berada diatas nakas. Ia melihat nama yang tertera disana.

Papa is calling..

Dengan cepat Gladis, menghapus air matanya. Lalu, menjawab telepon tersebut.

"Hallo Pah, Papa baik-baik aja kan?." tanya Gladis dengan suara serak.

"Hallo nak, Papa baik-baik saja. Apa Kamu baik-baik saja nak? Apa dia menyakitimu?." tanya Papa, bertubi tubi.

"Iya, aku baik-baik saja Pa. Papa, jaga kesehatan ya. Maaf, Gladis nggak bisa nemani Papa dirumah lagi." ucap Gladis, menahan tangisnya.

"Papa yang seharusnya minta maaf nak, tidak seharusnya Kamu terlibat dalam urusan Papa. Papa minta maaf," ucap Papa.

"Papa ngomong apasih? Papa tu nggak salah. Yaudah Pah, aku tutup dulu. Bye Papa, Gladis menyayangi Papa." ucap Gladis, ia langsung memutuskan sambungannya. Dan, kembali menangis diatas tempat tidur. Sanking lelahnya menangis, ia terlelap dengan sendirinya.

.

.

.

•Selamat Membaca, semoga kalian suka•

Macan Jantan

Kenny Rahardian, pria tampan dan juga kaya raya. Namun, kejam dengan siapa saja yang mencari masalah kepadanya. Ia, tidak akan mengampuni siapapun.

Pria bertubuh atletis, cool, memiliki badan yang kekar. Ia, seorang Ceo di Rahardian Group. Mempunyai sifat dingin, kasar, dan juga kejam. Ia, berusia 27 tahun. Ia, juga memiliki kekasih bernama Shella yang sedang mengisi job nya disalah satu kota. Shella, memiliki profesi sebagai model tersexy dan tercantik.

Shella selalu menolak ajakan Kenny untuk menikah, ia mengatakan bahwa dirinya belum siap untuk menikah. Apalagi, untuk memiliki anak.

Permintaan orangtua Kenny dan permintaan Shella bertolak belakang. Orangtua Kenny, ingin segera Kenny menikah untuk secepatnya memberikan mereka cucu. Sedangkan, Shella berkata. Ia, belum siap untuk memiliki anak. Ia, takut badannya tidak sebagus saat ini.

Dengan terpaksa, Kenny membawa Gladis pulang. Dan, memintanya untuk menjadi istri Kenny. Kenny, hanya ingin Gladis untuk melahirkan cucu untuk orangtua nya.

*****

Kenny sedang duduk didalam ruangannya, setelah mengatakan hal tadi kepada Gladis. Ia, memikirkan bagaimana jika Shella kekasihnya mengetahui ia menikah. Apa Shella, akan meninggalkannya.

Kenny mengambil ponselnya, dan memencet nomor asisten Zoe.

"Hallo tuan, ada yang bisa saya bantu?." jawab Zoe disebrang telepon.

"Siapkan semua kebutuhan pernikahanku besok, buat acara secara diam-diam saja. Jangan, ada media sampai tau. Kau mengerti." perintah Kenny.

"Baik tuan, sesuai perintahmu." ucap Zoe.

"Oh iya, jangan lupa. Undang Mahendra dalam pernikahan putrinya besok." ucap Kenny.

"Baik tuan." ucap Zoe.

Kenny langsung memutuskan sambungan secara sepihak. Kemudian, ia menekan nomer Shella. Namun, sayang. Operator lah yang menjawab teleponnya.

"Ah kemana sih dia? Kenapa ponselnya tidak aktif." ucap Kenny, merasa kesal.

Kenny beranjak dari tempat duduknya. Dan, berjalan menuju kamarnya. Ia, ingin segera membersihkan dirinya yang sudah lengket.

*****

Malam harinya,

Gladis terbangun lagi-lagi karena suara ketukan kamar.

"Iya, sebentar." jawab Gladis, ia beranjak membukakan pintu.

"Selamat malam nona, silahkan turun kebawah.! Tuan, sudah menunggu anda untuk makan malam bersama." ucap pelayan itu.

"Apa? Sudah malam? Astaga.. Aku sampai melupakan waktu. Matilah aku, aku telah membuat macan marah." batin Gladis, ia bergidik saat membayangkan Kenny marah.

"Ah iya bi, duluan saja. Saya, akan cuci muka dulu sebentar." ucap Gladis, sambil tersenyum. Bibi, mengangguk. Kemudian, melenggang meninggalkan kamar.

"Ya tuhan.. Tolong selamatkan aku, dari amukan macan jantan itu." gumam Gladis, sambil mengadahkan tangannya keatas. Ia, menutup pintu kembali. Dan, secepat mungkin mencuci wajahnya.

*****

"Dimana dia? Lama sekali?." tanya Kenny, ia mulai jengah menunggu.

"Maaf tuan, nona baru bangun tidur. Dan, nona bilang nona akan mencuci wajah terlebih dahulu." jawab pelayan itu.

"Baiklah, kau boleh pergi.! Jangan ada yang masuk kesini, selagi kami makan. Kau, mengerti.!" bentak pria itu.

"B-baik tuan, saya permisi." ucap bibi gugup, ia berlalu meninggalkan meja makan.

"Selamat malam tuan, maaf membuatmu menunggu." ucap Gladis, ia menundukkan wajahnya.

"Sudah tau, kenapa masih membuatku menunggu. Dasar bodoh." ucap Kenny jengkel.

"Sekali lagi maafkan aku tuan, aku ketiduran." ucap Gladis, keringat dingin sudah mulai membasahi dahinya.

"Sepertinya kau sangat nyaman tinggal dirumahku, tapi bagaimana? Apa tidurmu nyenyak ha? Sampai-sampai kau tidur tidak ingat waktu begini? Dasar, tidak tau sopan santun." ucap Kenny.

"Maaf.. " ucap Gladis, ia mengigit bibir bawahnya. Agar, tidak menangis.

"Diamlah.! Aku bosan mendengar maafmu terus. Jangan, buat selera makanku hilang." ucap Kenny, ia mengambil makanan untuk dirinya.

Gladis, duduk didepan Kenny. Lalu, makan dalam keaadan hening. Mereka, sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Tuan, apa boleh selesai makan. Kita berbicara sebentar? Ada yang ingin ak sampaikan?." tanya Gladis, disela-sela makannya.

"Cepat kau habiskan makananmu.! Ak tidak suka ada yang berbicara ketika makan. Kau, mengerti?." ucap Kenny. Gladis menangguk cepat. Ia, kembali melahap makananya.

•Bersambung•

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!