Malam pukul 23.45 WIB.
Seorang wanita terbangun dari tidurnya karena merasa haus. Dia adalah Ayudisa Candraningtyas (25) atau yang kerap dipanggil dengan Ayu. Biasanya dia selalu sedia air menggunakan botol dan diletakkan di meja kecil sebelah tempat tidurnya. Tapi, malam ini ternyata isi botolnya kosong. Sebelum tidur dia lupa mengisinya karena saking lelah dan tak kuasa menahan kantuknya.
Bagaimana tidak? Sebelumnya, dia begitu sibuk mengurus hal-hal untuk acara yang akan digelar besok pagi.
Akhirnya Ayu memaksa beranjak dari tempat tidurnya dan keluar kamar membawa botol. Saat keluar dari kamarnya dan melewati kamar kakaknya, sayup-sayup dia mendengar suara yang membuatnya bergidik ngeri. Yang lebih membuatnya penasaran ketika ada suara laki-laki dalam kamar kakaknya tersebut.
"Ih, Kakak sama siapa itu? Kok geli banget aku dengernya. Atau jangan-jangan itu hanya suara HP ya?" Gumam Ayu penuh keheranan.
"Tapi, aku kok merasa familiar banget ya sama suara laki-lakinya. Atau jangan-jangan?" Sambungnya setelah menajamkan pendengarnya.
Saking penasarannya dan tak mau salah mengira, Ayu menempelkan telinganya ke pintu kamar kakaknya.
"Yah, Doni. Terus."
Mata Ayu membola dengan sempurna ketika mendengar nama yang disebutkan kakaknya di dalam sana. Tangan kanannya menyentuh dadanya yang kini mendadak terasa sesak. Tubuhnya bergetar hebat. Sedang tangan kirinya saat ini mengepal dengan sempurna.
Tak mau semakin kalap, Ayu memejamkan kedua matanya untuk menguatkan hatinya dan memberanikan diri untuk membuka pintu kamar kakaknya tersebut.
Ceklek.
Ayu membuka pintu kamar kakaknya sedikit, Ia tercengang melihat pemandangan yang ada di hadapannya. Sungguh hatinya tak percaya dengan apa yang dia lihat.
Di dalam sana kakaknya sedang mendayung perahu bersama tunangannya yang besok akan sah menjadi suaminya.
Ayu terus menggelengkan kepalanya. Laki-laki yang dia sayang dengan segenap hati dan jiwa ternyata tega mengkhianatinya.
"Haahh, iya sa-yang, begitu. Ak-u hampir sam-pai" Suara Dina terdengar tersenggal. Partnernya begitu menikmati setiap galian dari hentakannya.
Tapi, apa iya belum sah menjadi sepasang suami istri dan melakukan kegiatan begini bisa dibilang partner?
Dina Rahmasari (27) adalah kakak kandung Ayu. Dia adalah seorang janda. Dia dicerai karna sifat Dina yang tak pernah bisa menghargai laki-laki.
Merasa posisi sekarang kurang nyaman, keduanya berganti posisi.
Blush!!
Doni terlihat merem melek ketika memperlambat ritme gerakannya.
"Ini sempit banget sayang, berasa diurut-urut, bener-bener bikin nagih. Huahhh,,," Doni yang sudah dimabuk kepayang tak memikirkan hal lain kecuali yang dirasakan saat ini, dia begitu menikmati kegiatannya dengan Dina.
Doni Rahmanto atau yang kerap di panggil Doni (28) adalah laki-laki yang besok pagi akan menikah dengan Ayu.
"Jelas dong sayang. Aku pastikan kamu akan selalu c4ndu denganku." Wanita tersebut menarik nafasnya yang sedikit tersenggal. "Aku sebenarnya ragu, apa kamu benar-benar akan menikah dengan adikku yang kuper itu? Aku jadi gak rela kalau kamu menikah dengannya."
"Ya mau gimana lagi? Besok pagi aku harus menikahinya. Tenang saja sayang, walaupun aku menikah dengannya, aku pastikan hatiku tak akan berpaling darimu dan aku jamin aku akan lebih banyak menghabiskan waktu denganmu." Jawab Doni tanpa berhenti dan terus melakukan kegiatannya sambil merem melek.
'Cihh, benar-benar sepasang manusia yang tak tahu malu.' Ayu berdecih dalam hati sambil melipat kedua tangan didepan dada. Kini dia merasa jijik melihat calon suaminya.
"Tentu dan itu harus. Aku yakin kamu gak akan bisa pu4s jika bersamanya, apalagi katamu aku sudah membuatmu nagih. Aku gak bisa bayangin kalau kamu lagi melakukan hal ini dengannya, yang ada kamu akan bekerja sendiri dan dia hanya akan diam seperti batang pisang."
Jelas Dina akan berkata seperti itu, karena dia sudah begitu mahir dalam melakukan berbagai gaya dalam bertempur.
"Benar sayang, dia aku sentuh aja gak mau apalagi aku c1-um. Menyebalkan sekali. Gak seperti kamu yang bisa mengerti aku. Kamu tahu caranya menyenangkan hatiku. Hah aku mau keluar sayang." Doni pun lebih mempercepat gerakannya.
'Gila-gila, benar-benar sepasang manusia menjijikkan.' Gumam Ayu dalam hati.
"Aku juga sayang, kita keluar sama-sama."
"Aarghhhhh,,,, " Dengan hentakan yang kuat, Doni mencapai puncak dan menyemburkan mayonesnya kedalam sangkar Dina, begitupun dengan Dina, dia begitu pu 4s dengan servisan Doni.
Mereka berdua pun terkulai lemas setelah bertem pur. Doni pun memeluk dan memberikan kecupan di kening Dina.
"Rasanya lemes dan capek banget, kamu sangat bersemangat dan kuat sayang." Ucap Dina memuji Doni.
Plok! Plok! Plok!
"Wah, sepertinya pertempuran kalian ini begitu menyenangkan ya?" Lontar Ayu sambil bertepuk tangan.
Doni dan Dina sontak kaget dengan asal suara tersebut.
"A-ayu, sejak kapan kamu disitu?" Tanya Doni gugup.
Ayu hanya menaikkan kedua bahunya.
"Ak-ak-."
"Ak, ak apa? Kamu mendadak gagap ya?"
"It-itu sayang. Anu."
"Apa? Kamu mau bilang apa?"
Sesaat Doni tersadar.
"Sayang, semua ini hanya salah paham." Doni langsung bangun dan beranjak dari tempat tidur, Ia memunguti semua pakaiannya dengan sangat susah karena saking gugupnya.
Ayu spontan langsung mengalihkan pandangannya dari sana.
'Laki-laki tak tahu malu.' Batin Ayu.
Dina yang sedari awal memang tak menyukai hubungan Doni dan Ayu sengaja diam ditempat tidur dan melengkungkan bibirnya tersenyum puas.
Doni buru-buru mengenakan pakaiannya. Dia berjalan mendekati Ayu.
"Sa-sayang, dengarkan aku dulu, tadi itu ak-." Ucapan Doni pun dipotong oleh Ayu.
"Stop, jangan melangkah lagi. Kamu tak perlu menjelaskan apapun lagi, semua sudah jelas. Kamu aja sampai merem melek begitu, nikmat ya? Terusin aja kalau masih kurang. Sana jauh-jauh jangan dekat-dekat, aku mendadak jijik sama kamu."
"Eng-enggak sayang. Bukan begitu." Doni yang merasa khawatir hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia benar-benar merasa bingung sekarang.
"Hebat sekali ya kamu, berani main dibelakang aku. Dan apa? Ternyata kalian berdua sebelumnya sudah sering melakukannya. Sejak kapan? Ternyata aku selama ini bo doh. Beruntung malam ini aku mengetahui semua." Ucap Ayu yang tak salah mendengar ucapan mereka saat melakukan pergulatan tadi.
"Halah, lebay amat sih. Makanya jadi orang jangan kuper. Asal kamu tahu ya, Doni itu sebenarnya terpaksa mau menikahimu. Lagian Doni itu cintanya sama aku bukan sama kamu. Jadi, wajar dong kalau kita melakukannya, kita kan saling cinta. Iya kan Don?" Dina mengatakannya dengan begitu santai.
Ayu menggelengkan kepala tak percaya dengan apa yang dia dengar, dia tak habis fikir dengan kakaknya. Kakaknya begitu tega melakukan hal itu dengan calon suaminya.
"Apa benar itu, Mas?" Ayu ingin memastikan jawaban Doni.
"Em, anu, a-aku memang menyukai Dina, tap-tapi, ak-ku juga mencintai kamu, Yu."
Plaakkk.
Ayu mengangkat tangan dan melayangkan sebuah tamparan keras tepat di pipi kiri Doni.
Doni pun meringis dan mengelus pipinya yang terasa panas dan kebas.
"Ada apa ini kok ribut-ribut?"
"Ada apa ini kok ribut-ribut?"
Seketika ketiga manusia yang berada di dalam kamar menoleh kearah asal suara.
"Ini sudah larut malam, besok kalian akan melakukan akad, kenapa belum juga istirahat?" Ucap Rudi yang tiba-tiba datang dan menghampiri Ayu dan Doni di depan pintu kamar.
Rudianto adalah ayah dari Dina dan Ayu.
Rudi tak sadar jika kamar yang dia hampiri adalah kamar anak pertamanya. Yang Rudi lihat hanya kedua calon pengantin yang besok akan segera menikah.
"Lihatlah, Pak. Anakmu dan dia sudah mengkhianati ku. Aku tadinya mau ambil minum di dapur tapi, saat melewati kamar anak tertuamu ini, aku mendengar suara orang sedang melakukan hubungan suami istri. Ternyata benar, dengan tidak tahu malunya mereka melakukan perbuatan zina. Bahkan, mereka sangat menikmatinya tanpa merasa bersalah sedikit pun. Aku mau bapak membatalkan pernikahanku dengan dia. Aku gak mau menikah sama laki-laki yang gak setia ini." Ayu menceritakan hal itu pada ayahnya.
"Hah, apa?" Seketika Rudi kaget.
Doni yang sudah ketangkap basah mendadak kaku diam seperti patung.
Rudi baru sadar jika dia berada di depan kamar Dina. Lalu Rudi masuk ke dalam kamar dan melihat anak sulungnya itu sedang berbaring santai dengan menutupi tubuh polosnya itu menggunakan selimut.
"Dina, apa yang kamu lakukan?" Rudi seketika naik darah dan berbicara dengan keras.
"Ih berisik banget sih. Udahlah, Pak. Bapak tidur aja sana, lagian ngapain diributin sih?" Sahut Dina dengan enteng dan santai. Padahal Rudi saat ini sedang bersungut-sungut.
Rudi pun menarik selimut yang menutupi tubuh polos Dina.
"Astaghfirullah, dosa apa bapak ini? Sampai hati kamu melakukan hal itu dan menyakiti saudaramu." Ucap Rudi sambil mengelus dadanya.
Dina yang kesal pun langsung beranjak dan memakai pakaiannya tanpa merasa malu.
"Kamu" Rudi menunjuk Doni dengan mata melotot.
"Bapak batalkan pernikahanmu dengan Ayu dan kamu nikahi Dina. Bapak gak mau kalian terus-terusan melakukan zina. Apalagi status Dina yang seorang janda. Kalian sudah melakukan dosa besar. Bapak gak mau menanggung dosa kalian." Ucap Pak Danu.
Dina menyinggungkan senyum, dalam hatinya bersorak-sorai tanda kemenangan telah dia dapat.
"Pak, lalu bagaimana nanti kita menjelaskan kepada ibu?" Ucap Ayu yang khawatir dengan ibunya, takutnya ibunya terkejut dan membuatnya kepikiran.
Ibunya saat ini sudah tidur duluan, karena tadi sempat mengeluh kelelahan.
"Sudah, itu nanti akan jadi urusan bapak. Kalian sekarang bubar, masuk kedalam kamar kalian masing-masing. Doni, awas kalau kamu macam-macam dan kabur, akan ku penggal kepalamu." Ucap Rudi memberi ancaman pada Doni.
Yah, seharusnya besok adalah acara sakral antara Ayu dan Doni. Kenapa Doni saat ini sudah berada di kediaman sang wanita? Itu karena di Kampung tempat tinggal Ayu, setiap akan melakukan akad, hari sebelum akad si laki-laki sudah diantarkan ke kediaman si wanita. Jadi, kalau Doni sudah berada di rumah Ayu itu karena memang sudah tradisinya begitu. Nanti tinggal keluarga mempelai pria yang datang ke rumah mempelai wanita dihari akad akan berlangsung.
Mereka pun akhirnya bubar. Doni tidur di kamar tamu.
"S1al, bagaimana bisa aku besok menikah dengan Dina? Mana dia janda lagi, aku kan cuma suka sama goyangannya. Ah, semuanya gagal. Tapi, jangan panggil aku Doni kalau tak bisa mendapatkan apa yang aku inginkan. Besok aku akan menikahi Dina dan setelah itu aku akan merayu Ayu, aku gak bisa kehilangan sumber keuanganku. Ya, begitu." Gumam Doni yang merasa bingung.
Doni sebenarnya tak pernah mencintai Ayu, dia hanya suka dengan uangnya. Bagaimana tidak? Ayu sudah bekerja dengan mapan, apalagi jabatannya sudah menjadi seorang manajer di sebuah perusahaan terbesar di Kota M. Apalagi Ayu yang selalu royal dengannya. Doni menjadi sering memanfaatkannya.
*****
Ayu yang berada di kamarnya merasa tak perlu menyesali ataupun menangisi semua yang telah terjadi. Justru dia beruntung karena dia mengetahui penghianatan itu sebelum dia sah menjadi istri dari Doni.
Ayu memiliki perawakan yang terbilang mungil karena hanya 150 cm, tidak pendek juga tidak tinggi. Dia memiliki lesung pipi yang ketika dia tersenyum akan membuatnya semakin manis. Kulitnya khas orang Indonesia sawo matang, dia juga terbilang masih muda. Dia bangga dengan dirinya karena diusianya sekarang dia berhasil menjabat menjadi seorang manajer di PT MERINDU. Semua itu berkat keuletan dan kegigihannya hingga dia berhasil dititik sekarang.
Ayu kini lebih memilih memejamkan matanya, dia tak sabar ingin segera melihat hari esok.
Pukul 05.00 WIB Ayu sudah bangun dari tidurnya. Gegas dia beranjak dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih sekalian mengambil air wudhu dan melaksanakan kewajibannya. Karena, dia sadar bukan dia yang akan menjadi pengantin, dia mandi dengan santai. Lagian jadwal ijab nanti jam 09.00 WIB.
Selesai mandi dan berdandan, Ayu keluar kamar dan turun ke lantai bawah, ternyata sudah banyak para warga yang datang untuk memasak dan sebagainya. Ayu menyapa mereka dan mereka pun membalasnya dengan senyum ramah.
Para tetangga belum tahu masalah yang telah terjadi tadi malam, Ayu pun menuju kamar kedua orang tuanya dan mengetuk pintu.
Tok! Tok! Tok!
Pintu pun terbuka.
"Ayu, masuk nak." Ucap seorang wanita paruh baya. Dia adalah ibunya Ayu, panggil saja dia Sri.
Ayu masuk setelah ibunya memintanya untuk masuk. Sri langsung menutup pintu kamarnya dan langsung memeluk Ayu, Ia merasa bersalah hingga Ia menangis dan tergugu.
Ayu paham dengan apa yang ibunya lakukan, pasti bapaknya sudah menceritakan semuanya tentang masalah tadi malam.
"Maafkan ibu, nak. Ibu merasa gagal menjadi orang tua." Ucap Sri dengan sesenggukan.
"Ibu, sudahlah, semua bukan salah Ibu. Mungkin memang Doni bukan jodoh Ayu melainkan jodoh Kak Dina. Restui mereka, Bu, Pak. Ayu sudah ikhlas dengan semuanya." Ucap Ayu yang memang sudah memantapkan hati dan ikhlas.
"Semoga nanti kamu mendapatkan ganti jodoh yang lebih baik lagi ya, Nak." Ucap Rudi.
Rudi sebenarnya sedih dengan apa yang telah terjadi.
"Aamiin, Pak. Kalian do'akan saja yang terbaik untuk Ayu. Ayu sayang kalian berdua." Ucap Ayu haru. Mereka bertiga pun berpelukan.
"Ya sudah, sebentar lagi MUA akan datang. Ayu, bapak minta tolong kamu panggilkan mbakmu untuk turun kebawah ya. Bapak akan bangunkan Doni dulu." Ucap Rudi meminta tolong Ayu untuk memanggilkan Kakaknya agar siap-siap sebelum MUA datang.
"Baiklah, Pak." Jawab Ayu singkat sambil menganggukkan kepalanya.
Ayu pun bangkit dan pergi meninggalkan kedua orang tuanya yang masih berada di dalam kamar. Ayu langsung naik ke atas dan menuju kamar Dina.
Tok! Tok! Tok!
"Kak, ini aku, kamu sudah bangun belum?" Ucap Ayu.
Tak ada sahutan sama sekali. Ayu pun terpaksa membuka pintu kamar kakaknya tersebut. Ayu masuk ke dalam dan betapa kagetnya dia melihat kakaknya yang masih pulas diatas tempat tidur.
"Astaga. Ini orang, jam segini belum bangun juga." Guman Ayu.
Ayu pun menghampiri kakaknya lalu membangunkannya. Sedikit ekstra untuk membangunkan kakaknya itu tapi akhirnya Dina bangun juga. Lalu Ayu menyuruh Dina untuk segera mandi dan siap-siap untuk turun ke bawah. Setelah melihat Dina masuk ke dalam kamar mandi, Ayu pun gegas keluar kamar kakaknya tersebut.
Tak lama MUA pun datang dan kamar Dina lah yang dijadikan tempat untuk merias.
Dina didandani dengan begitu cantik. Ibunya yang melihat anak sulungnya itu sedikit emosi namun hanya bisa Ia tahan. Dia mencoba menerima. Yang bisa dilakukan Sri hanya menangis didalam hati. Ayu yang melihat raut wajah Ibunya pun mendekati dan mengelus punggungnya untuk menguatkan. Ayu tak mau dengan masalah seperti ini Ibunya nantinya akan jatuh sakit.
Dina akhirnya selesai didandani. Sedang Doni sudah berada di bawah bersama penghulu dan keluarga dari masing-masing mempelai serta para tamu undangan.
Acara pun dimulai, ijab kabul dilangsungkan. Namun, keluarga Doni dan para tamu undangan yang kebanyakan adalah tetangga dari Rudi sedikit heran dengan nama mempelai wanita yang disebutkan oleh Doni.
"Bagaimana para saksi, sah?"
Sah.
Sah.
Sah.
Alhamdulillah.
Meskipun sempat heran namun mereka sah sah saja.
Setelah sah mempelai wanita pun disuruh untuk turun.
Dina turun dengan dituntun oleh Ayu, membuat para tamu semakin heran.
"Lohh, bukannya Ayu yang mau menikah? Kok yang dandan Dina bukan Ayu?"
"Loh kenapa jadi Dina kakaknya yang nikah? Pantas aja tadi namanya bukan Ayu yang disebut melainkan si Dina."
"Kenapa bisa berubah mempelainya?"
"Apa sebenarnya yang telah terjadi?"
"Apa gak nyesel ya dia, malah menikah sama janda bukan sama perawannya?"
Berbagai bisikan yang mereka lontarkan. Namun, Ayu dan keluarga hanya abai saja, mereka seolah menebalkan telinga. Sementara dari keluarga Doni meskipun dalam hati mengganjal tapi, mereka lebih memilih tetap diam. Mereka akan meminta penjelasan nanti ketika acara sudah selesai.
Setelah acara sakral selesai. Para tamu undangan bergantian bersalaman dan memberikan ucapan selamat kepada sang pengantin baru. Lalu mereka menikmati jamuan yang sudah disiapkan sebelumnya. Acara pun berjalan dengan lancar.
Sore hari semua sudah bubar. Hanya tinggal kedua orang tua Doni yang masih singgah. Mereka meminta penjelasan tentang mempelai wanita yang telah berganti. Dan Rudi pun menjelaskan tragedi yang terjadi tanpa mengurangi maupun mengimbuhinya. Keluarga Doni begitu terkejut, mereka menjadi malu karna kelakuan anaknya tersebut. Apalagi saat mengetahui status Dina sebelumnya namun karena semua sudah terlanjur akhirnya mereka pun mau tak mau menyetujuinya, menurut mereka, mau Ayu atau Dina akan sama saja.
Ah, mereka tak tahu saja bagaimana sifat dan sikap Dina.
Hari pun berganti. Pagi ini kedua orang tua Doni berpamitan untuk pulang ke Kota karena memang mereka asli dari Kota. Sementara Doni dan Dina akan berangkat nanti bersamaan dengan Ayu ketika Ayu balik ke Kota.
Enak bener ya manusia gak tau malu itu mau nebeng? Gak merasa bersalah gitu?
Ayu diberi cuti seminggu untuk acara pernikahannya. Namun, karena kini keadaan telah berubah dan bukannya dirinya yang menikah melainkan malah kakaknya si Dina. Ayu berencana akan balik ke Kota besok siang. Ayu sedikit santai karena dirinya membawa mobil sendiri. Mobil tersebut dia beli menggunakan tabungannya selama dia bekerja di PT MERINDU.
Ayu pun kini berkumpul dengan kedua orang tuanya. Mereka ngobrol sambil menikmati secangkir teh dan beberapa kue brownies buatan Sri.
"Nak, kamu yakin akan balik ke Kota besok?" Ucap Sri menanyakan perihal Ayu yang akan kembali ke Kota.
"Iya, Bu. Ayu tidak bisa lama-lama libur, masalahnya kan sekarang yang menikah bukan Ayu, nanti kalau ketahuan bukan Ayu yang menikah, bisa-bisa Ayu dapat SP1 karena dikira membohongi tempat Ayu bekerja." Jawab Ayu.
Bagaimana tidak? Jelas Ayu tak akan mengambil kesempatan karena memang bukan Ayu yang menikah.
"Yang penting kamu hati-hati ya, Nak. Apalagi besok kakakmu sama suaminya mau ikut sama kamu." Ucap Rudi.
"Iya, Pak." Ucap Ayu singkat.
"Lihatlah, kakakmu jam segini masih saja di dalam kamar bersama suaminya. Apa ya gak bosen gitu loh di dalam kamar terus?" Ucap Sri yang heran dengan anak sulung dan mantunya.
"Namanya juga pengantin baru, Bu. Biarkan saja. Mungkin mereka kelelahan. Kaya Ibu gak pernah muda aja sih. Hihi."
"Hm, dasar kamu ini malah ngledek Ibu. Kamu ini terlalu mengalah, Nak. Dina sudah menikah, mulai sekarang kamu jangan lagi memanjakan kakakmu lagi, Nak. Biarkan dia mandiri dan mengurus keluarga barunya sendiri. Jangan ngasih hati terus. Lagian kakakmu itu seharusnya bisa berubah dan belajar dari pengalaman sebelumnya tapi, nyatanya sama sekali gak ada perubahan. Eh sekarang malah buat ulah baru. Ingat, Nak. Kamu juga berhak bahagia." Ucap Rudi memberi pesan pada Ayu.
"Iya, Pak. Do'akan Ayu selalu ya, Pak, Bu." Ucap Ayu meminta doa restu kepada bapak ibunya.
"Selalu, Nak." Jawab Sri.
Sementara di dalam kamar. Sepasang pengantin baru terlihat begitu pulas. Mereka semalam lembur dan entah selesai jam berapa.
Tiba-tiba terdengar suara Handphone bergetar. Doni yang merasa tidurnya terganggu pun meraba di atas meja kecil samping tempat tidur dimana HPnya berada. Terlihat panggilan tak terjawab dari seseorang. Doni yang menyadarinya pun langsung membuka matanya dengan lebar dan bangkit dari tempat tidur.
Dengan cepat Doni mengirim pesan pada seseorang tersebut agar tak menghubunginya dahulu dalam waktu dekat ini. Setelah itu Doni menghapus jejak panggilan maupun pesan dari seseorang yang telah menghubunginya tadi.
Gegas Doni meletakkan HPnya kembali dan membangunkan istrinya.
"Din, Dina, bangun, aku laper nih." Ucap Doni menepuk bahu wanita yang sudah sah menjadi istrinya tersebut.
Tapi, Dina tak bereaksi apa-apa.
"Astaga, ini orang ngebo apa mati sih? Dibangunin susah banget." Heran Doni.
"Dina, Din. Dina. Bangun." Sekali lagi Doni mencoba membangunkan Dina. Kali ini Doni bukan menepuk bahu melainkan dengan menggoyangkan tubuh Dina.
Akhirnya Dina sedikit ada pergerakan.
"Emhh ,apa sih, Don? Masih ngantuk nih, jangan ganggu deh." Jawab Dina acuh karena masih mengantuk.
"Aku laper Dina. Ayo bangun terus buatin aku makanan." Ucap Doni sedikit kesal.
"Ih, apa sih, Don? Aku masih ngantuk, udah deh jangan ganggu. Lagian aku aja gak pernah masak, mending kamu turun aja sana minta sama Ayu, aku masih ngantuk banget mau lanjut merem." Ucap Dina tak peduli dengan Doni.
Doni mendengar jawaban dari Dina seketika merasa begitu kesal.
"Apa-apaan baru semalam jadi istri sudah ketahuan jeleknya, bukannya suaminya dilayani malah nyuruh orang lain. Kalau cuma melayani di ranjang mah, Tya tak kalah ganas dari Dina. Hah, kenapa jadi apes begini sih? Bukannya dapet yang lebih malah zonk. Setelah ini aku harus mendekati dan membujuk Ayu kembali." Gumam Doni.
Doni pun gegas turun kebawah untuk mencari makanan, siapa tahu ada makanan yang bisa dia makan. Doni menuju meja makan. Dia membuka tudung saji yang berada di meja makan. Terlihat beberapa lauk yang tersaji diatas meja dan hal itu berhasil membuat Doni bertambah lapar. Gegas Doni menuju dapur untuk mengambil piring. Saat dia akan kembali ke meja makan, Sri yang ingin ke dapur pun menegurnya.
"Doni, kamu sudah bangun? Mau ngapain?" Tanya Sri pura-pura tak tahu dengan apa yang dilakukan oleh Doni.
"Em, ini, Bu. Doni mau ambil piring, mau makan, Bu. Laper. Hehe." Ucap Doni.
"Terus dimana istrimu?" Tanya Sri.
"Dina masih tidur, Bu. Tadi ku bangunkan gak mau bangun, padahal aku laper banget." Ucap Doni jujur.
"Hm, kamu sebagai suaminya harusnya menegurnya. Kamu harus bisa membimbingnya. Bagaimana bisa suaminya lapar istri masih enak-enakan tidur di kamar. Ini sudah siang loh. Ya sudah, kamu makan dulu sana. Setelah itu kamu bangunkan Dina." Ucap Sri menasehati Doni.
"I-iya, Bu." Jawab Doni tergagu karena tidak enak hati.
Lalu Sri pergi meninggalkan Doni, tadinya Doni mau mengambil cemilan lagi namun dia urung karena merasa nyalinya sudah menciut.
Doni pun gegas melahap makanannya karena cacing yang berada di dalam perutnya sudah pada berdemo.
Sri yang tadi urung pun balik lagi berkumpul dengan suami dan anak keduanya.
"Bu, mana kuenya, katanya mau ambil lagi?" Tanya Ayu yang heran dengan Ibunya karena hanya membawa piring kosong.
"Ibu gak jadi ambil. Tadi ada Doni terus Ibu balik lagi. Dia lagi makan sekarang." Jawab Sri.
"Baru bangun dia?" Tanya Rudi.
"Iya, Pak. Kelihatan banget masalahnya rambutnya masih acak-acakan begitu. Mana anakmu masih tidur katanya." Ucap Sri menjelaskan.
"Hm, kapan anak itu akan berubah. Udah jadi istri orang aja masih seperti itu. Padahal ini udah yang kedua kalinya dia menikah."
Rudi sampai heran dengan anak sulungnya tersebut.
Ayu dan Sri pun hanya diam. Yang jelas mereka tak mau ambil pusing dengan masalah sepasang pengantin baru Dina dan Doni.
Singkat waktu hari sudah sore. Sri dan Ayu saat ini disibukkan dengan memasak di dapur untuk acara makan malam nantinya. Ayu yang merasa sudah lama sekali tak memasak bareng bersama ibunya kini mengulas senyum. Rasanya begitu rindu untuk masak berdua seperti saat ini.
"Bu, ternyata sudah lama ya aku gak pulang, masak berdua begini yang selalu Ayu rindukan di sana, Bu. Di Kota, Ayu masak kalau mau aja, kalau enggak ya jajan." Ucap Ayu mengungkapkan perihal rasa rindunya.
"Iya, Nak. Ibu juga begitu. Kadang Ibu cuma berdua sama bapak, rasanya sepi. Rindu disaat-saat seperti ini. Makanya Ibu sedikit sedih karena besok kamu sudah balik. Kalau Dina kadang ya pulang kadang enggak, selalu aja banyak alasan, lagian Ibu gak tahu kakakmu itu kerja apa dan dimana. Cuma yang ibu herankan, bagaimana bisa kakakmu bisa kenal dengan Doni?" Ucap Asih.
Ayu menggeleng. Ayu sendiri tak tahu menahu tentang masalah itu.
"Iya, Bu. Maaf ya kalau besok Bapak sama Ibu,Ayu tinggal lagi. Mau gimana lagi, Bu. Ayu kerja hanya ikut orang, Bu." Ucap Ayu hanya menjawab perihal dirinya saja. Dia tak mau menyinggung masalah kakaknya maupun mantan calon suaminya.
"Asal kamu jaga diri dan selalu hati-hati ya, Nak. Jangan lupa shalat 5 waktunya." Ucap Sri memberi pesan pada Ayu.
"Iya, Bu. Pasti." Jawab Ayu mengangguk tersenyum.
Lalu mereka melanjutkan acara memasaknya. Mereka memasak capcay, udang asam manis sama sayur daun ijo.
Setelah semua selesai. Sri dan Ayu menatanya di meja makan. Lalu Ayu pamit keatas untuk mandi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!