NovelToon NovelToon

Rich Man And Poor Woman

Sebelum Semua Dimulai

Lampu sorot yang sedari tadi menyala membuat suasana tempat hiburan malam itu semakin ramai. Baik orang dewasa maupun remaja berkumpul di tempat itu untuk bersorak gembira dan bersenang-senang. Namun disisi lain, seorang remaja sedang duduk di area bar seraya menenggak segelas alkohol yang sudah ia pesan. Setelah habis alkohol yang ada di gelas, ia menuangkan alkohol dari botol dan kembali meneguknya hingga habis. Tak lama, seseorang menepuk pundaknya.

"Udah Ar, Lo udah ngabisin 2 botol. Inget besok kita masih ada kelas pagi" Ucap seorang lelaki berambut coklat yang baru saja menepuk pundak Arga.

".. Udahlah minggir!" Usir Arga seraya menepis tangan Deon kasar.

"Galak banget~ Kenapa sih? Ada apa?" Tanya Deon yang kini duduk di bangku sebelah Arga.

"Ga papa, cuma lagi pengen minum aja" Jawab Arga yang kembali meneguk alkohol di gelasnya.

"By the way, Rafa ga bisa ke sini, biasa ngelatih anak-anak taekwondo" Jelas Deon yang kini sedang menuangkan alkohol ke gelasnya.

"Ga nanya. Lagian gue udah tau dia ga bakal ke sini" Balas Arga tak acuh.

"Hai Arga~ Sendiri aja nih? Ya ampun.. Kamu minum banyak banget, pasti pusing ya? Yuk ikut aku, kita istirahat" Ajak seorang perempuan yang tiba-tiba datang dan mengalungkan tangannya pada leher Arga.

"Apaan sih! Minggir ga Lo?!" Bentak Arga kesal.

"Kamu pasti gitu deh.. Galak banget, tapi lucuuu" Perempuan itu mencolek hidung Arga, namun dengan cepat Arga menepis tangan kecil yang menyentuh hidungnya.

"Haha, udah tau Arga galak, masih aja di godain. Mending sama gue, berapa malam ini?" Goda Deon seraya mengedipkan matanya genit.

"Ah Deon pake nanya!" Gerutu perempuan yang sedang memainkan rambutnya itu.

"Gue balik" Arga bangkit dari duduknya lalu melangkah perlahan meninggalkan tempat itu.

"Gue juga balik ya, dah~" Deon melambaikan tangan pada perempuan yang kini sudah duduk di sampingnya.

"Loh De, ga jadi?" Tanya perempuan itu.

"Lo pikir gue bisa ngebiarin tu anak pulang sendiri? Kapan kapan deh ya" Balas Deon kemudian melangkah menyusul Arga yang sudah jauh di depan.

"Mana kunci mobil Lo?" Seakan sudah paham, Arga menyerahkan kunci mobil miliknya pada lelaki bermata biru itu.

Setelah memastikan Deon keluar dari pekarangan rumahnya, Arga melangkahkan kaki berat memasuki rumah. Sebelum memasuki rumah, matanya tertuju pada 2 mobil yang terparkir di garasi, kedua orang tuanya pulang.

Sakit di kepalanya semakin menjadi ketika mendengar pertengkaran kedua orang tuanya. Dengan tangan yang masih memijat pelipisnya, Arga berlalu melewati orang tuanya. Pertengkaran tak lagi terdengar, perhatian kedua orang tuanya kini beralih padanya.

"Arga! Dari mana kamu?! Ugh.. Kamu mabuk?!" Tanya ayah yang meninggikan suaranya.

Arga berhenti sebentar lalu menatap ayahnya kesal, lalu kembali melanjutkan langkahnya. Tak membiarkan Arga berlalu begitu saja, ayah menarik pergelangan tangan Arga.

"Anak kurang ajar! Sini kamu!" Tak menurut, Arga melepaskan genggaman sang ayah secara paksa, lalu melanjutkannya langkahnya menuju anak tangga dan naik ke kamarnya

"Kamu lihat kan? Anak yang kamu lahirkan jadi anak yang kurang ajar! Gimana sih kamu mendidiknya?!" Ucap ayah marah.

"Bagian jelek nya baru bilang anakku, anakmu! Kamu juga tidak ikut mendidik anak itu!" Balas ibu.

"Hah! Terserah!"

Setelah pintu terkunci, Arga merebahkan tubuhnya di kasur dan memejamkan mata berusaha untuk tidur. Belum sempat tertidur, ia merasakan sesuatu yang bergetar di saku celananya. Segera ia meraih ponsel yang terus bergetar di saku celana itu dan melihat ada panggilan masuk, ia segera mengangkat nya.

".. Apa?" Tanya Arga pada seseorang di seberang sana.

".. Lo udah sampe?" Tanya Rafa, sahabat Arga.

"Udah, kenapa?" Tanya Arga lesu.

"Ga papa. Gue cuma mau mastiin Lo masih idup" Jawab Rafa yang kemudian dibalas deheman oleh Arga. Mendengar nada bicara Arga, sepertinya Rafa tahu, ada sesuatu yang terjadi, dan Arga tidak baik-baik saja.

".. Udah tidur sana, istirahat" Titah Rafa yang kembali mendapatkan deheman dari Arga.

Panggilan berakhir, Arga melempar ponselnya ke kasur, disusul dengan dirinya yang kemudian merebahkan tubuhnya di atas kasur.

...***...

Sinar matahari pagi masuk melalui jendela dan celah celah kamar, rasa hangat menyelimuti tubuh Arga. Rasanya begitu malas untuk pergi sekolah, tubuhnya terasa lemas dan kepalanya masih sedikit pusing.

Masih duduk di atas kasur mengumpulkan nyawa, sebuah pesan masuk membuat Arga seketika meraih ponselnya. Sebuah foto masuk, membuatnya tersenyum simpul dan segera bangkit dari kasur.

Setelah selesai mandi, Arga turun ke bawah dan meneguk segelas susu yang sudah disiapkan oleh bi Sri, pembantu di rumah itu. Dilanjut dengan nasi goreng hangat yang sudah tersaji. Setelah sarapan, ia meraih helm miliknya dan pergi menuju garasi dan melaju menuju kampus.

...***...

Dalam waktu 15 menit, Arga sampai di kampus. Ia berjalan santai sembari menikmati suasana pagi yang sejuk, dan hari ini menjadi lebih ramai, karena banyaknya mahasiswa baru yang mulai berkuliah.

Sesampainya di kantin, benar saja, suasana sudah ricuh, dan menjadi semakin ricuh saat Arga tiba di kantin.

"Good morning Arga sayang~" Sapa Sandra, teman kelas yang sejak lama menaruh hati pada Arga.

"Apaan si, berisik!" Ucap Arga seraya menepis tangan Sandra yang menyentuh lengannya.

"A-Arga.. Tolong lepasin gue.." Pinta seseorang yang sudah bersimpuh di lantai, ia terlihat begitu ketakutan.

Arga berjongkok, menyetarakan tubuhnya dengan lelaki yang memohon tadi. ".. Sakit? Ini baru permulaan bro" Ucap Arga seraya menepuk-nepuk bahu Jio, korban bully Arga selanjutnya.

BERSAMBUNG....

Diganggu

Seorang gadis dengan earphone yang terpasang di telinganya berjalan menyusuri koridor kampus, matanya melihat ke beberapa arah, memperhatikan betapa mewah dan megahnya kampus yang kini menjadi tempatnya untuk menimba ilmu. Namun, ketika sampai di kantin matanya tertuju pada kerumunan yang entah sedang melihat apa. Gadis itu melepas earphone dari telinganya dan mempertajam penglihatannya, ada apa disana. Penasaran, ia pun mendekati kerumunan tersebut.

Ia berusaha masuk ke kerumunan dan melihat apa yang menjadi pusat perhatian orang-orang ini. Ia melihat 3-4 laki-laki bergantian memukul dan menampar seorang mahasiswa yang terduduk di lantai. Gadis bernama Khansa itu memicingkan matanya dan menyadari, bahwa mahasiswa yang terduduk tak berdaya itu adalah Jio, teman sekelasnya ketika SMA dulu.

Melihat perlakuan tak wajar itu, membuat Khansa geram sekaligus merasa heran, mengapa orang-orang yang ada disini tidak membantu Jio namun malah ikut bersorak semangat melihat Jio teraniaya. Ketika melihat Jio dipukul hingga badannya jatuh ke lantai, secara tak sadar Khansa menerobos kerumunan dan menghampiri Jio dan berteriak "Hey!!"

Khansa yang tiba-tiba menghampiri Jio membuat semua pandangan kini tertuju padanya. Ia yang baru sadar akan tindakannya terdiam sesaat sambil menatap Jio.

Keheningan membuat suasana menjadi tidak nyaman, bahkan suara sepatu yang sedang berjalan ke arahnya dapat Khansa dengar saking heningnya. Perlahan ia menoleh dan melihat siapa yang sedang berjalan mendekat.

Matanya tertuju pada seorang laki-laki berparas tampan dan tinggi. Laki-laki itu dengan tatapan tajam itu sedang berjalan ke arahnya, dan kini sampai di hadapannya.

".. Berdiri" Titah lelaki itu setelah diam memperhatikan Khansa selama beberapa saat.

Tanpa membantah, Khansa berdiri dan berhadapan dengan Arga, mahasiswa semester 3 yang kini sedang menatapnya tak suka. Suasana ini membuat Khansa bingung, apa yang sebenarnya terjadi. Sesekali ia melirik Jio yang masih terduduk di belakangnya.

"Jurusan apa Lo?" Tanya Arga setelah puas memperhatikan Khansa.

".. Pendidikan Bahasa Jepang" Jawab Khansa singkat yang entah mengapa membuat Arga tersenyum menahan tawa.

".. Kenapa?" Tanya Khansa jengkel.

"Wibu! Hahaha" Ejek Arga membuat Khansa semakin kesal. Tak segan, gadis itu menginjak kaki Arga emosi, membuat Arga merintih kesakitan.

"Sakit!" Pekik Arga yang tak dihiraukan oleh Khansa.

Khansa menatap Arga kesal sebentar, lalu berbalik dan membantu Jio untuk berdiri, mereka pergi meninggalkan kantin. Kini mereka berada di taman kampus, duduk di bangku taman dan saling menatap.

"Lo tuh kenapa sih Ji? Lo kenapa tadi?" Tanya Khansa penasaran.

"Haah.. Gue emang payah dari dulu" Ucap Jio tak percaya diri.

"Lo ga payah Jio. Jujur deh, Lo tuh kenapa?" Tanya Khansa lagi.

".. Harusnya Lo ga ke sini Sa.. Di sini bahaya" Ucap Jio sembari menatap Khansa dengan mata sayu.

"Jio, bisa ga Lo langsung bilang aja, sebenernya tuh ada apa? Lo kenapa? Sampe luka gini lho..." Khansa menunjuk luka di ujung bibir Jio.

".. Laki-laki yang kakinya Lo injek tadi, dia itu donatur terbesar di kampus ini, ya lebih tepatnya orang tuanya sih. Jadi dia merasa berkuasa di sini, suntikan dana dari bokapnya gede banget, makanya mungkin ga ada yang berani sama dia"

"Dia itu sombong, sok ganteng, dan yang paling parah, dia suka bully orang. Ya salah satu korbannya sekarang gue.." Sambung Jio.

"Kok Lo bisa dibully?" Tanya Khansa penasaran.

".. Waktu itu gue ceroboh, numpahin sup yang gue bawa ke baju Arga. Mana supnya masih panas banget waktu itu.." Jelas Jio yang menyesali perbuatannya.

"Ya gimanapun, dia ga boleh sampe ngebully. Ga bener nih!" Ucap Khansa tak terima.

"Lo ga usah macem-macem ya Sa, dia itu bukan orang sembarangan. Gue ga mau Lo deket-deket sama dia, nanti Lo kenapa-kenapa!" Ucap Jio memperingatkan.

".. Iyaa" Jawab Khansa pasrah. Meski merasa tak terima, namun ia sadar, ia tak mampu melakukan apapun, apalagi melawan orang kaya seperti Arga. Ia menghela napas lalu pamit pada Jio untuk kembali ke kelasnya.

Hari demi hari berlalu, tak terasa satu Minggu telah berlalu semenjak kejadian Jio kemarin, dan perkuliahan berjalan dengan baik. Setelah menghabiskan makan siangnya di kantin, Khansa berjalan keluar dari kantin untuk kembali ke kelas. Namun tak disangka, ia kembali bertemu dengan orang yang seminggu lalu mengatainya wibu.

Lelaki itu mempertipis jaraknya dengan Khansa dan memasangkan sebuah topi berwarna merah dengan tanda silang di bagian depannya pada Khansa.

"Pake topi ini selama seminggu. Kalau gue liat Lo ga pake topi ini, gue bakal marah" Bisik Arga pada telinga Khansa, yang jujur membuat Khansa merasa geli.

Setelah mengatakan itu, Arga terkekeh sesaat lalu melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kantin. Khansa berbalik dan menatap punggung lelaki itu menjauh. Ia melepas topi itu lalu memeriksa apakah ada sesuatu di dalam topi tersebut. Namun tidak ditemukan sesuatu yang membahayakan. Karena tidak merasa berbahaya, Khansa menuruti perkataan Arga dan memakai kembali topi tersebut.

Selama melewati koridor, banyak mahasiswa dan mahasiswi yang melihat dan membicarakannya secara diam-diam, dan tentu itu membuat Khansa merasa risih. Ada apa sebenarnya.

"Khansa!" Tegur Jio yang nampak kaget melihatnya.

"Apasih Jio? Kenapa? Kok kaya kaget gitu liat gue?" Tanya Khansa heran.

"K-kok Lo bisa pake topi itu??" Tanya Jio

"Dikasih sama kating yang Lo ceritain waktu itu" Jawab Khansa.

"Astaga... Gawat Sa, gawat!" Jio mengacak rambutnya nampak sangat cemas.

".. Kenapa?" Tanya Khansa bingung.

"Lo dijadiin target Sa! Lo bakal kena bully juga! Dengerin gue, Lo harus hati-hati. Jangan pergi ke tempat yang sepi, diem aja di kelas jangan kemana-mana" Titah Jio.

"Jadi gue ga boleh ke toilet? Ke kantin?" Tanya Khansa heran.

"Kalau ke toilet minta temenin temen deket Lo. Bawa bekal aja, ga usah ke kantin. Dengerin kata gue kalau lo ga mau kenapa-kenapa. Gue harus ke kelas sekarang, kalau ada apa-apa, telfon gue!" Setelah mengatakan itu, Jio berlalu meninggalkan Khansa.

Khansa merasa tenang karena kini ia berjalan menaiki anak tangga yang keadaan sekitarnya sepi, jadi tidak ada yang memperhatikannya. Namun, itu tak bertahan lama. Ketika sampai di lantai 3, tiba-tiba dari lantai atas ia disiram seember air.

"Yaah.. Jadi basah deh. Sorry ya" Ucap salah seorang perempuan yang menyiram Khansa.

Khansa mengangkat kepalanya dan menatap kesal 3 mahasiswi yang berdiri di lantai atas. "Ih takut banget.. Apa perlu kita bilangin ke Arga?" Ejek mereka.

Ketiga mahasiswi itu pergi meninggalkan Khansa ke tangga berikutnya sembari tertawa puas, membuat Khansa benar-benar kesal. Kini pakaiannya menjadi basah karena ulah mereka.

Melihat lantai yang basah, membuat Khansa khawatir akan membuat seseorang terpeleset jika dibiarkan. Ia pergi ke ruang petugas kebersihan dan mengambil peralatan untuk membersihkan lantai.

Setelah selesai mengepel lantai yang basah tadi, Khansa menghela napas lalu mengelap keringat yang mengucur di dahinya. Baru akan mengembalikan peralatan kebersihan itu, Khansa dibuat naik pitam karena beberapa mahasiswa menumpahkan sampah basah tepat di atas kepalanya. Ember yang mereka gunakan untuk membawa sampah pun dilempar pada Khansa.

".. Sialan!!" Umpat Khansa seraya menatap nyalang pada beberapa mahasiswa yang kini tengah mentertawakan dirinya. Dan lagi-lagi mereka pergi begitu saja meninggalkan Khansa.

Setelah mengatur napas dan berusaha meredam amarah, Khansa mengambil ember disampingnya lalu memunguti sampah dengan sabar. Rasanya sangat mual, pakaiannya kini kotor dan bercampur dengan bau sampah.

Setelah mengeringkan lantai untuk kedua kalinya dan membuang sampah, Khansa melamun sebentar. Ia berpikir, bagaimana ia masuk ke kelas dengan pakaian yang basah dan bau seperti ini. Saat ia berbalik, ia sedikit terkejut karena seorang mahasiswa berambut putih dan bermata biru sedang menatapnya dingin. Merasa tidak nyaman, Khansa hanya mengangguk kikuk lalu melangkah pergi dari sana.

".. Tunggu" Panggil laki-laki itu membuat langkah Khansa terhenti. Ia berbalik menatap lelaki berambut putih itu.

"Kenapa ya?" Tanya Khansa sedikit takut.

"Ikut gue" Titah lelaki itu membuat Khansa curiga.

"Maaf, kakak siapa ya? Ada urusan apa sama saya?" Tanya Khansa memastikan.

"Ga usah banyak tanya, ikut gue. Lo mau masuk kelas pake baju kotor kaya gitu? Ikut gue" Laki-laki itu berbalik, dan Khansa mengikutinya dari belakang.

"Disini ada baju, parfum sama make up. Ga perlu Lo kembalin, ini buat Lo" Ucap lelaki itu seraya memberikan sebuah tas pada Khansa.

"T-tapi ini kan toilet dosen kak. Emangnya boleh saya disini?" Tanya Khansa takut.

"Ga usah banyak tanya. Cepet ganti sana, gue jaga disini" Balas lelaki itu mendapat anggukan paham dari Khansa.

Setelah selesai mengganti pakaiannya, Khansa keluar dari toilet dengan ekspresi kikuk. "Sudah kak" Ucapnya pada lelaki yang sedari tadi menunggunya di luar.

"Hati-hati" Lelaki itu pergi meninggalkan Khansa setelah mengucapkan kalimat itu. Kini hanya Khansa, gadis itu merenung sebentar, memikirkan kejadian yang ia alami hari ini. Ia menghela napas lalu melangkahkan kaki menuju kelas.

Dua hari berlalu, dengan banyaknya gangguan yang ia dapat, untungnya Khansa masih dapat mengikuti perkuliahan dengan baik. Sore ini, seusai dari toilet dan hendak pulang, tiba-tiba beberapa mahasiswa menghampirinya dan memegang kedua tangannya.

"Lepasin ga?! Lepas! Cemen banget cowok ngeroyok cewek!" Ucap Khansa yang masih berusaha memberontak.

"Cantik juga ya ternyata, haha" Ucap salah satu dari mereka membuat Khansa merinding.

BERSAMBUNG....

Kakak Penolong

Hari ini di jam 5 sore, Khansa ditarik paksa masuk ke dalam gudang yang berada di belakang fakultas Bahasa Jepang, gudang yang sudah lama tak digunakan. Khansa semakin merasa takut ketika mereka menutup pintu gudang.

"Pegang yang bener" Titah seorang mahasiswa pada mereka yang sedang mencengkeram tangan Khansa

"Lo mau apa?! Jangan macem-macem ya!!" Ancam Khansa.

"Apa? Lo mau apa? Udah ga ada orang di kampus, ga ada juga yang mau nolongin Lo, hahaha" Balas lelaki yang kini ada dihadapan Khansa.

Khansa berteriak meminta tolong berkali-kali, suaranya kian lantang ketika lelaki dihadapannya tadi mendekatinya. Lelaki itu melonggarkan dasi dan juga ikat pinggangnya, dan mulai menyentuh rok Khansa.

"Engga! Engga!! Minggir Lo b*jing*an! Jauh-jauh dari gue!!" Air mata Khansa pecah, segala kata ia keluarkan. Ia juga menendang-nendang mahasiswa cabul ini. Namun mahasiswa lain justru ikut mencengkeram kakinya. Masih memberontak, beberapa mahasiswa menginjak kaki Khansa membuatnya berteriak karena kesakitan.

"Hahaha! Suka deh liat Lo kesakitan, makin cantik!" Ucap lelaki dihadapan Khansa, lelaki itu menampar wajah Khansa.

Tubuhnya terasa sakit karena beberapa kali dipukul, ujung bibirnya pun kini terluka. Saat ini, yang bisa ia lakukan hanyalah berteriak sekuat tenaga.

BRAKK

Semua mata tertuju pada seseorang yang mendobrak pintu. Lelaki berambut putih itu menghajar mahasiswa yang tak ikut memegangi Khansa.

"Banci Lo semua!" Ucap lelaki itu seraya lanjut memukuli para mahasiswa cabul itu.

Setelah membereskan semua, lelaki itu menggendong Khansa yang masih menangis sesenggukan keluar dari gudang. Sesampainya di parkiran, lelaki itu memakaikan jaket miliknya pada Khansa, dan memberikan sebotol air mineral untuk Khansa.

"Makasih kak.. Kakak nolongin aku lagi" Ucap Khansa setelah meneguk air pemberian lelaki dihadapannya.

".. Udah seharusnya" Balasnya singkat.

".. Nama kakak siapa?" Tanya Khansa penasaran.

Lelaki itu menatap Khansa sebentar, lalu memalingkan pandangannya ke arah lain.

".. Rafa"

"Saya Khansa kak" Rafa berdehem.

"Lo udah enakan?" Tanya Rafa mendapat anggukan dari Khansa. Rafa tau gadis ini berbohong, terlihat dari jemari tangannya yang gemetar.

"Dimana rumah Lo? Biar gue anter pulang" Ajak Rafa.

"Ga usah kak, makasih. Saya bisa pulang sendiri kok" Tolak Khansa.

"Lo mau kenapa-napa di jalan?" Khansa menggeleng kuat. "Makanya, ayo gue anter. Tapi gue naik motor, Lo ga masalah?" Tanya Rafa memastikan.

"Ga papa kak. Makasih banyak" Rafa berdehem.

Ketika hendak menyalakan mesin, Rafa berdecak kesal ketika melihat indikator bensin yang sudah hampir habis. "Deon si*lan! Abis pake bukannya isiin bensin!" Umpat Rafa kesal.

Akhirnya motor berjalan meninggalkan kampus, Rafa berharap motornya masih bisa sampai di pom bensin sebelum motornya mati. Namun sayang, belum sampai di pom, motor sudah tak dapat berjalan.

"Ada-ada aja! Deon si*lan!" Umpat Rafa yang mengacak rambutnya kesal.

"Lo pulang naik taksi aja ya, udah mau sore banget juga" Tawar Rafa.

"Terus ini motornya?" Tanya Khansa.

"Yah.. Pomnya ga gitu jauh kok, gue bisa dorong ke pom" Balas Rafa.

"Masa kakak dorong sendiri? Biar aku bantu" Pinta Khansa.

"Ga usah. Udah sana pulang, sebentar gue pesenin taksi online dulu" Rafa mengeluarkan ponselnya bersiap untuk memesan taksi.

"Gue bilang ga mau!" Rafa menoleh menatap Khansa. Rafa terkekeh saat gadis itu baru saja menggunakan bahasa tak formal padanya.

"Kenapa malah senyum-senyum? Ayo! Dorong motornya ke pom!" Titah Khansa yang sudah bersiap untuk mendorong. Tak memberikan perlawanan lagi, Rafa memegang stir motornya dan mendorong motor bersama Khansa hingga sampai di pom bensin.

Setelah mengisi tangki bensin hingga full, Rafa segera mengantarkan Khansa pulang ke rumahnya. Pintu diketuk, dan muncullah seorang wanita paruh baya yang menyambut kepulangan Khansa dengan senyum hangat. Tak lupa, Khansa memperkenalkan Rafa pada ibunya.

"Makasih ya udah nganterin Khansa pulang. Oh iya, ibu masak banyak lho. Yuk masuk dulu yuk? Kita makan malam sama-sama?" Ajak ibu Khansa.

"Tidak usah Bu, nanti saya merepotkan. Terima kasih" Tolak Rafa lembut.

"Padahal hari ini ibu masak telur balado kebanyakan lho. Yakin ga mau nak?" Bujuk ibu.

Khansa yang merasa tak enak karena sudah malam, melirik kikuk ke arah Rafa, menunggu jawaban lelaki itu. Rafa diam sebentar sembari menatap Khansa, lalu mengangguk pelan sebagai jawaban dari tatapan Khansa. Dengan senang hati, ibu Khansa mempersilakan Rafa untuk masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang makan.

Rafa duduk sendirian di ruang makan, karena ibu sibuk menyiapkan makan malam, sedangkan Khansa sedang mengganti pakaian di kamarnya. Dalam keheningan, lelaki itu memperhatikan beberapa furniture yang ada di rumah sederhana itu. Ia juga melihat beberapa foto yang terpajang di dinding dan meja. Tak lama, Khansa yang sudah mengganti pakaiannya menghampiri Rafa dan duduk disampingnya.

"Maaf ya kak, jadinya harus makan dulu disini" Ucap Khansa merasa tak enak.

".. Ga papa" Balas Rafa singkat, membuat pembicaraan berhenti disana.

"Wah siapa nih? Pacar kakak ya?" Celetuk seorang anak laki-laki yang baru sampai di meja makan.

"Ken! Jangan sembarangan kalau ngomong! Ini senior kakak" Ucap Khansa panik.

"Yaah.. Iya deh. Halo kak, aku Ken, adiknya kak Khansa" Ucap Ken memperkenalkan diri.

"Halo, aku Rafa. Kelas berapa kamu?" Tanya Rafa.

"2 SMP kak" Balas Ken menyengir.

"Belajar yang rajin ya" Pesan Rafa lalu tersenyum. Khansa sedikit memicingkan matanya setelah melihat senyuman Rafa, karena sedari tadi Rafa hanya menunjukkan ekspresi datar.

"Nah ayo kita makan. Ayah, ayo yah masuk dulu, kita makan. Ada tamu juga nih" Panggil ibu pada ayah yang masih sibuk di kebun belakang.

Setelah semua berkumpul, mereka mulai mengambil nasi dan lauk lalu mulai makan. Hingga tiba saatnya Rafa harus pulang, dan Khansa mengantarnya sampai ke depan rumah.

"Kak, makasih banyak ya... Kakak nolongin aku terus. Hari ini, kalau ga ada kakak, aku ga tau aku bakal gimana. Makasih banyak kak" Ucap Khansa lalu menundukkan kepalanya sebentar.

".. Lo ga perlu bilang terima kasih, udah seharusnya gue nolongin Lo" Balas Rafa.

Khansa mengangguk. "Hati-hati ya kak, jangan ngebut" Pesan Khansa.

Setelah mengangguk, Rafa berjalan ke arah motornya terparkir. Namun belum sampai di motonya, Rafa berhenti dan berbalik menatap Khansa. "Ga usah panggil gue 'kak', dan pakai bahasa yang formal. Kita seumuran kan?"

Khansa terdiam sebentar lalu mengangguk mengiyakan. Rafa tersenyum kecil lalu berbalik menuju motornya. Setelah memastikan Rafa telah hilang dari pandangannya, Khansa masuk ke dalam rumah. Ia menghampiri ibunya yang tengah mencuci piring kotor.

"Biar Khansa bantu ya Bu" Dengan senang hati sang ibu mengiyakan.

"Temenmu tadi ganteng lho Sa, ibu kirain calon mantu, bukan ya?" Tanya ibu nampak kecewa.

"Ibu.. Becanda aja.." Timpal Khansa malas.

"Lho ga becanda.. Emang ganteng, keliatannya anaknya juga baik, ga macem-macem. Apalagi dia cowok pertama yang nganterin kamu pulang, kalian ga ada hubungan apa apa nih? Beneran?" Tanya ibu gemas.

"Ibu.. Udah ih ga usah bahas ginian. Udah mending ibu ke kamar aja istirahat. Disini biar Khansa aja yang beresin" Balas Khansa.

"Iya deh.. Bener nih ga deket??" Tanya ibu lagi membuat Khansa merasa gemas.

"Ibuuu!" Rengek Khansa dibalas gelak tawa sang ibu.

BERSAMBUNG....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!