NovelToon NovelToon

Menikah Dengan CEO Keras Kepala

Bab 1 - Kekacauan

“Apa yang terjadi? Siapa dia?“ ucap Anggun sambil terperanjat bangun dari tidurnya. Kepalanya terasa berdenyut-denyut dan pandangannya pun masih nanar.

Gadis berusia 27 tahun itu terperangah sambil menyaksikan bayangan seorang pria yang tengah mengguyur sekujur tubuhnya di balik kaca bathroom.

“What? Gue sama tuh orang habis ngapain?”

Kecemasan segera melanda Anggun saat menyadari tubuhnya saat ini benar-benar polos tak berbusana, hanya selimut yang menutupi tubuhnya dan entah apa yang terjadi semalam dia tak bisa mengingatnya.

Tak ingin membuat kegaduhan, dan tak ingin berurusan panjang dengan pria asing yang tak dikenalnya, Anggun beringsut turun dari ranjang dan segera memunguti pakaiannya yang berceceran di lantai.

"Apapun yang terjadi gue harap pria itu tidak mengingatnya!" batin Anggun sambil mempercepat gerakan tangannya memakaikan baju di tubuhnya.

“Tunggu dulu, gue harus tahu setidaknya siapa dia," ucap Anggun sambil melirik ke arah meja sudut di mana sebuah dompet berada di sana.

Dengan sangat gugup, Anggun membuka dompet tersebut. Dia memandangi foto kecil yang terselip di dalamnya, kemudian mengambil ponselnya dan memotret identitas dari pria tersebut untuk berjaga-jaga jika saja suatu saat nanti terjadi kekacauan maka setidaknya dia memiliki barang bukti dan identitas pria itu. 

Setidaknya begitulah pikiran sederhana yang saat ini bisa dipikirkan oleh Anggun.

“Haduuh, bisa-bisanya gue mabuk dan terdampar di kamar asing bersama cowok yang entah dari negeri mana berasalnya!" keluh Anggun sambil terus mempercepat langkahnya di antara koridor hotel.

“Sandikala Hotel”

Anggun pun mulai mengingat apa yang terjadi setelah dia tiba di lobi dan melihat papan nama hotel tersebut bertuliskan Sandikala Hotel,ya.Semalam tadi dia baru saja memergoki tunangannya Yudi tengah bercumbu dengan seorang wanita yang masih sangat muda dan hal itu membuat Anggun sangat marah hingga dia pun mabuk berat dan tak mengingat lagi apapun setelahnya.

“Syukurlah, setidaknya gue udah lepas dari tuh cowok,” batinnya sambil mengusap wajah. Tak lama kemudian, taksi yang dipesannya datang, Anggun segera naik dan meminta sopir mengantarnya pulang.

Hari masih cukup pagi ketika Anggun sampai di rumahnya.

“Kau baru pulang jam seperti ini?” sang ayah langsung menodongnya dengan kalimat yang penuh tekanan membuat Anggun hanya bisa tertunduk karena kali ini dia tidak bisa berkelit lagi jika dia baru saja pulang.

"Ayolah Ayah aku hanya ketiduran di tempat seorang teman, jadi aku baru bangun dan aku langsung pulang. Aku rasa itu tidak masalah untuk zaman sekarang," jawab Anggun berusaha tetap baik-baik saja sambil meneguk jus jeruk yang sudah tersedia di meja.

Bukannya menerima alasan Sang Putri, Teguh Pribadi justru semakin murka. Pria paruh baya itu menggebrak meja dengan sangat kencang dan memarahi Anggun setelahnya.

“Ayah sudah cukup bersabar padamu! Anggun, usiamu sudah tak muda lagi dan ayah juga butuh penerus untuk keluarga ini, Ayah sudah lelah dengan semua gosip tentang kamu! Sementara kau hanya sibuk bermain-main dengan gaya hidupmu yang modern dan kebablasan!" bentak sang ayah dengan penuh kekecewaan.

“Ayah, aku rasa ini bukan masalah yang serius hingga harus dibahas seperti ini," protes Anggun sambil tetap berusaha tenang mengisi perutnya yang memang sudah sangat lapar dan keroncongan itu dengan menyuapkan sendok demi sendok nasi goreng di piringnya.

“Kau kira ayahmu ini buta dan tidak tahu apa-apa! Lalu ini apa? Jelaskan pada ayah apa yang kau lakukan di tempat seperti itu bersama seorang pria yang entah siapa!“ Teguh Pribadi benar-benar sangat murka kepada putrinya, dia tidak menyangka jika Anggun memiliki kebiasaan buruk seperti itu dan semua foto-foto yang dikirimkan oleh orang tak dikenal kepadanya pagi hari tadi benar-benar telah membuat Teguh sangat kecewa.

Anggun sangat syok. Belum pernah dia mendapatkan Ayahnya semarah ini kepadanya selama ini. Tergagap, Anggun meraih map coklat yang dilemparkan oleh sang ayah di atas meja. Satu persatu isi dari amplop tersebut dikeluarkannya dan Anggun hanya bisa terdiam saat menyadari bahwa semua hasil gambar itu adalah foto-fotonya dengan pria asing yang tadi bermalam dengannya.

“Ayah sangat yakin kau tidak punya penjelasan masuk akal untuk semua ini! Putri yang ayah bangga-banggakan yang selalu dengan alasan berkarir dan juga ingin menjadi kebanggaan keluarga ternyata kau tidak lebih dari seorang wanita rendah yang terus bergonta-ganti pasangan! Itulah kenapa Ayah mengerti Yudi tidak pernah serius akan hubungan kalian! Ayah benar-benar sangat kecewa! Ayah tidak mau tahu, kau akan menikah dengan pria pilihan ayah jika sampai tiga hari ke depan kau tidak membawa calon suami dalam pesta ulang tahun nenekmu!" ucap Teguh sambil bangun dari duduknya dan bergegas meninggalkan meja makan.

Anggun terdiam, dia benar-benar kehilangan semua kosakata di dalam otaknya. Sementara sang mama tiri dan juga saudari tirinya yang sedari tadi menyaksikan pertengkaran hebatnya dengan sang Ayah justru terlihat begitu puas dan tersenyum lega dengan keterpurukan Anggun saat ini.

“Aku tidak menyangka, wanita pendiam sepertimu bisa menjadi seorang player! Ini cukup mengejutkan," ucap sang Mama tiri yang bernama Helen sambil tetap menikmati irisan apel di piringnya.

Anggun sadar dia tidak perlu melayani kedua wanita yang saat ini sedang berusaha menyerangnya itu karena hal tersebut hanya akan memperkeruh suasana emosinya saja.

“Dengar Tante, mungkin untuk kalian sekarang bisa bernapas lega karena Ayah benar-benar marah padaku tapi bisa dipastikan itu tidak akan berlangsung lama. Sangat wajar jika seorang ayah dan putri kandungnya bertengkar tapi semua itu adalah karena kasih sayang bukan karena kebencian! Aku sudah kenyang, aku juga harus segera bekerja!” pungkas Anggun langsung membungkam perbincangannya dengan kedua wanita paling menyebalkan dalam hidupnya itu dan segera bergegas naik ke lantai atas menuju kamarnya karena dia harus bersiap untuk berangkat bekerja.

Hampir pukul 10.00 tepat di menit-menit terakhir sebelum jam kerjanya dimulai Anggun baru saja tiba di lobby perusahaan. 

"Anggun! Lu kemana aja sih? Gue kirimin pesan dari semalam wa-mu nggak aktif dan gue telepon juga gak nyaut! Bokap lu tuh nyariin tahu! Semalaman gue diteleponin sampai bingung jawabnya apa,“ papar Lala sambil bergegas menyusul langkah Anggun. Keduanya memang bekerja di perusahaan yang sama meskipun pada divisi berbeda. Sehingga sangat memungkinkan jika pagi hari seperti ini mereka bisa bertemu di lobby perusahaan.

“Bad banget! Nanti gue cerita deh apa yang terjadi, masalahnya ini jadi rumit karena bokap gue mendapatkan laporan dari orang tak dikenal dan sialnya, semalam gue sama tuh cowok jadi gue nggak bisa menyangkal," ucap Anggun sambil melambaikan tangannya kepada Lala.

“Pantes aja, udah nanti kita ketemuan balik kerja ya.bye." seru Lala seraya membalas lambaian tangan Anggun.

Kedua sahabat ini pun berpisah menuju ruangan kerja masing-masing.

Sesampainya di meja kerja, kejutan lainnya ternyata sudah menanti seorang Anggun Pribadi.

“Apa ini Pak? Kenapa isi mejaku berubah semua?” ucap Anggun memprotes atasannya karena meja kerja yang biasa digunakan mendadak diisi oleh barang-barang dari staf yang lain.

Soro tajam pria bertubuh tambun yang sedang diajak bicara oleh Anggun segera mengunci manik mata hazel wanita itu.

“Terlalu asyik clubbing lagi semalaman atau berkeliaran hingga kamu tidak sempat membuka pengumuman grup perusahaan? Lihat ini! Kamu sudah dipindahkan ke divisi yang lain karena tidak bisa mempertahankan prestasimu selama di divisi ini, dengan senang hati saya ucapkan selamat tinggal dan selamat memulai kembali karirmu dari nol,” ucap atasannya itu dengan senyuman mengejek.

"Loh tapi Pak, apa yang terjadi? Saya sudah menyelesaikan semua laporannya tepat waktu sebelum jam bekerja berakhir. Seharusnya tidak ada masalah. Saya sudah mengirimkan filenya ke divisi yang Bapak tunjuk dan itu 2 jam sebelum jam kerja usai. Jadi saya masih memenuhi target bapak!” Anggun membela diri.

“Hah sudah tahu salah sekarang berusaha ngeles! Dengar Anggun, banyak yang ngantri bekerja disini. Dan saya, sudah lelah ya dengan semua janji-janji kamu dan juga kelalaian kamu! Sesuai kesepakatan ketika laporan terakhir kemarin kamu gagal maka kamu akan dipindahkan ke bagian marketing dasar lagi! Kamu belajar lagi dari awal! Kamu belajar lagi dari nol! Faham kamu!“ bentak atasannya tersebut sambil menunjuk ke arah pintu keluar dari ruangan kerjanya.

Anggun terdiam, batinnya sesak oleh kebingungan dan kemarahan yang sulit dia jelaskan. Anggun benar-benar bingung dan sangat buntu kali ini. File dokumen dan juga laporan yang sudah dikerjakannya kemarin dia sendiri serahkan secara langsung kepada divisi yang bersangkutan sehingga sangat tidak mungkin dia lalai dan juga tidak mengirimkannya kecuali sekretaris divisi tersebut tidak menyerahkannya kepada atasannya mereka sehingga dianggap Anggun lah yang bermasalah.

“Pak aku akan pastikan laporannya sudah selesai sekarang juga, tapi tolong jangan turunkan jabatanku lagi Pak, aku sudah capek jadi SPG!" rengek Anggun.

Bab 2 - Tawaran Yang Mengguncang

Anggun melangkah keluar dari ruangan atasannya dengan dada bergemuruh. Dadanya naik turun menahan emosi yang hampir meledak. Seumur hidupnya, dia belum pernah dipermalukan seperti ini. Bagaimana mungkin dia dipindahkan ke divisi marketing dasar setelah sekian lama bekerja keras membangun kariernya.

"Ini pasti ulah seseorang!" geramnya dalam hati. Dia tidak percaya kalau semua ini hanya kebetulan. Ada yang dengan sengaja ingin menjatuhkannya.

Anggun mengepalkan tangannya, bergegas menuju meja sekretaris divisi untuk meminta penjelasan. Namun, sebelum dia bisa mencapai ruangan yang dituju, ponselnya bergetar di dalam tas.

[Nomor Tidak Dikenal]

Biasanya, dia tidak akan mengangkat panggilan dari nomor asing, tetapi entah kenapa kali ini dia melakukannya.

"Halo?"

"Kamu Anggun Pribadi, kan?" Suara dalam dan berwibawa itu terdengar di seberang telepon.

Anggun mengerutkan keningnya. "Ya, siapa ini?" tanya Anggun penasaran.

"Datanglah ke lantai 25. Sekarang." jawab seseorang disana.Dengan langsung menutup panggilannya pada Anggun.

Klik.

Panggilan terputus.

Anggun pun langsung mengernyit pandangannya.

(Lantai 25 adalah area yang hanya bisa diakses oleh jajaran eksekutif. Apa urusannya dia di sana?).Tapi, daripada terjebak di dalam ruangan penuh intrik, dia memilih mengikuti rasa penasarannya.

Dengan langkah penuh kebimbangan, dia naik lift menuju lantai 25. Begitu pintu lift terbuka, suasana berubah drastis. Tidak ada kesibukan layaknya di lantai-lantai lainnya. Semua tampak lebih mewah, lebih eksklusif.

Seorang pria berpakaian formal sudah menunggunya di depan lift. "Silakan masuk. CEO sudah menunggu." ucap pria itu saat mempersilahkan Anggun untuk memasuki ruangan tersebut.

"CEO?" Anggun semakin bingung. Dia tidak pernah punya urusan dengan CEO perusahaan ini. Tapi, sebelum dia sempat menolak, pria itu sudah membuka pintu sebuah ruangan luas dengan pemandangan kota yang spektakuler.

Di balik meja kerja besar, seorang pria duduk dengan tenang, mengenakan setelan hitam elegan. Ketika pria itu menoleh, mata Anggun membelalak.

"S-Sandikala Mahendra?" serunya dalam hati.

Pria yang tadi malam tidur bersamanya.

Anggun hampir tidak percaya. Pria yang dia kira hanya seorang pebisnis biasa ternyata adalah CEO perusahaan tempatnya bekerja?

Kala menatapnya dengan ekspresi tenang, seolah kejadian tadi malam hanyalah insiden kecil yang tidak berarti.

"Duduklah, Anggun," ucap pria itu dengan suaranya penuh otoritas.

Anggun masih dalam keadaan syok, tetapi dia akhirnya menarik kursi dan duduk.

"Aku ingin menawarkan sesuatu kepadamu," lanjut Kala.

Anggun menelan ludah. "Menawarkan apa?" tanya Anggun penasaran.

Kala menyandarkan punggungnya, jemarinya saling bertaut. "Menikah denganku." jawab pria itu.

Dunia Anggun serasa berhenti berputar. "Hah?Apa?" seru Anggun yang terkejut sata mendengar ucapan pria yang menjadi CEO-nya.

Kala menatapnya tanpa berkedip. "Kamu butuh suami dalam tiga hari, bukan?"

Anggun menegang.(Bagaimana pria ini bisa tahu?)

"Kenapa aku harus menikah denganmu?" tanya Anggun sedikit curiga pada pria itu.

Kala mengangkat alisnya, seolah pertanyaan itu tidak perlu dijawab.

"Kamu pikir aku membiarkan seorang wanita yang pernah menghabiskan malam denganku pergi begitu saja tanpa konsekuensi?"

Anggun merasa wajahnya memanas. "Jadi, ini semacam tanggung jawab? Dengar, aku tidak butuh rasa kasihan atau semacamnya." jawab Anggun dengan sedikit lantang.

Kala menghela napas, lalu bersandar ke depan, tatapannya tajam. "Bukan. Ini bukan tentang kasihan. Ini tentang kesepakatan."

Anggun menyipitkan mata. "Kesepakatan seperti apa?" tanya Anggun sedikit penasaran.

"Kamu menikah denganku selama satu tahun. Setelah itu, kita bisa berpisah. Aku akan memastikan keluargamu tidak akan lagi menekanmu untuk menikah dengan pria lain. Sebagai gantinya, kamu harus menjalani peran sebagai istriku dengan sempurna di depan publik." jelas pria itu panjang lebar.

Anggun menggigit bibirnya.(Ini gila. Dia baru saja bertemu pria ini, dan sekarang dia ditawari pernikahan kontrak?)

"Apa untungnya buat anda?" tanyanya tajam.

Kala tersenyum tipis. "Aku punya alasan pribadi. Kau tidak perlu tahu."

Anggun masih ragu. "Bagaimana kalau aku menolak?"

Kala menatapnya lekat-lekat. "Maka aku tidak bisa menjamin posisimu di perusahaan ini tetap aman." jawab pria itu sedikit memberi peringatan pada Anggun.

Anggun terkejut. "Apa anda sedang mengancam ku?"

"Tidak. Aku hanya memberitahumu konsekuensi dari keputusanmu," jawab Kala santai.

Anggun terdiam.(Sial. Ini situasi yang sulit.)

Di satu sisi, jika dia menerima tawaran ini, hidupnya akan berubah dalam sekejap. Menjadi istri seorang CEO bukan perkara kecil.

Di sisi lain, jika dia menolak, dia akan kehilangan segalanya—pekerjaan, reputasi, dan mungkin keluarganya akan semakin menekannya.

"Jadi?Bagaimana?" Kala menunggu jawabannya.

Anggun menarik napas dalam. Dia tahu ini gila. Tapi, dia juga tahu bahwa dia tidak punya banyak pilihan.

"Baiklah," katanya akhirnya. "Aku terima." jawab Anggun dengan nada tegas.

Kala tersenyum tipis. "Bagus. Kita akan menikah besok."

(What??Besok?!)

Anggun hampir pingsan.

Bab 3- Nikah??

Anggun menelan ludah, tangannya mencengkeram ujung rok dengan erat. (Besok? Pria ini pasti sudah gila! Dia bahkan belum pulih dari keterkejutan atas tawaran itu, tapi sekarang pernikahan harus dilakukan dalam waktu kurang dari 24 jam?)

"Tunggu." Anggun mengangkat tangan, seolah ingin menghentikan waktu. "Aku tidak bisa begitu saja menikah dengan seseorang yang baru kukenal. Ini gila!"

Kala menatapnya dengan tenang, tetapi di balik ketenangan itu ada sesuatu yang berbahaya. "Kau sudah menerima tawaranku, Anggun. Tidak ada lagi waktu untuk mundur."

"Tapi kenapa harus besok? Kenapa begitu terburu-buru?"

Kala bangkit dari kursinya, berjalan ke arah jendela besar yang memperlihatkan pemandangan kota dari ketinggian.

"Karena aku tidak punya banyak waktu. Dan aku yakin, kau juga tidak. Bukankah keluargamu sudah memberi ultimatum? Kalau dalam tiga hari kau tidak menikah, mereka akan menjodohkanmu dengan pria pilihan mereka. Apa kau ingin itu terjadi?"

Anggun terdiam. Itu benar. Keluarganya memang sudah mengancam akan menikahkannya dengan pria yang sama sekali tidak dikenalnya. Itu sebabnya dia begitu putus asa mencari solusi—dan tanpa disangka, solusinya justru datang dalam bentuk seorang CEO misterius yang baru saja mengajaknya menikah.

"Aku butuh jaminan," katanya akhirnya. "Kalau aku menikah denganmu, aku tidak mau hanya menjadi boneka yang bisa kau mainkan sesuka hati. Aku ingin kontrak tertulis."

Kala menoleh, ekspresi wajahnya sedikit berubah—seolah dia tidak menyangka Anggun akan berani mengajukan syarat. Tapi kemudian dia tersenyum tipis.

"Baik. Aku akan menyuruh pengacaraku menyiapkan kontraknya hari ini. Kau bisa meninjau dan mengajukan revisi jika perlu."

Anggun mengangguk, meskipun hatinya masih bergemuruh. "Satu tahun, kan? Setelah itu, kita berpisah?"

"Ya." Kala kembali duduk dan mengetukkan jarinya ke meja. "Dan selama setahun itu, kau akan berperan sebagai istriku di depan publik. Tidak boleh ada skandal, tidak boleh ada rumor buruk. Jika kau melanggar, kontrak ini batal, dan kau harus menanggung sendiri akibatnya."

Anggun meringis. "Tentu saja selalu ada konsekuensi, ya?"

Kala tersenyum. "Kau gadis pintar. Itu sebabnya aku memilihmu."

...****************...

Hari itu berlalu dengan cepat. Anggun nyaris tidak punya waktu untuk berpikir panjang. Begitu dia keluar dari ruangan Kala, dia langsung disibukkan dengan berbagai urusan pernikahan yang tiba-tiba menghantamnya. Sebuah tim dari perusahaan datang untuk mengukur gaun pengantin, seorang pengacara menyerahkan draft kontrak yang harus dia baca, dan telepon dari keluarganya tidak henti-hentinya masuk.

"Anggun! Kapan kau akan membawa calon suamimu menemui kami?" Suara ibunya terdengar penuh semangat di seberang telepon. "Kami butuh kepastian. Jangan bilang kau masih belum punya calon!"

Anggun menghembuskan napas panjang. "Aku akan menikah besok, Bu."

Hening. Lalu, teriakan kaget terdengar. "Apa? Besok?! Dengan siapa?!"

"Nanti Ibu akan tahu." Anggun buru-buru menutup telepon sebelum ibunya bisa bertanya lebih jauh. Kepalanya sudah cukup pusing tanpa harus menjelaskan semuanya.

Malam harinya, Anggun duduk di apartemennya sambil menatap kontrak pernikahan yang sudah dia baca berulang kali. Semuanya tertulis jelas termasuk klausul bahwa mereka harus menjaga citra sebagai pasangan harmonis, dan bahwa Anggun tidak boleh menjalin hubungan dengan pria lain selama pernikahan berlangsung. Kala benar-benar sudah merencanakan semuanya dengan matang.

Tiba-tiba, suara ketukan terdengar di pintunya. Anggun mengernyit. Siapa yang datang larut malam begini?

Ketika dia membuka pintu, sosok pria berdiri di depannya dengan wajah serius.

"Radit?"

Mantan tunangannya, Radit, menatapnya dengan ekspresi yang sulit dibaca. "Aku dengar kau akan menikah besok."

Anggun menggigit bibirnya. "Dari mana kau tahu?"

Radit tersenyum sinis. "Kota ini kecil. Berita menyebar dengan cepat. Apa kau benar-benar akan menikah dengan pria yang baru kau kenal?"

"Itu bukan urusanmu." Anggun berusaha menutup pintu, tapi Radit menahannya dengan tangan kuatnya.

"Apa kau masih mencintaiku, Anggun?" Radit bertanya tiba-tiba.

Jantung Anggun mencelos. Dia tidak siap untuk pertanyaan itu. Radit adalah pria yang dulu ingin dia nikahi, tetapi semuanya hancur ketika dia menemukan bahwa Radit berselingkuh. Luka itu masih ada, meskipun dia sudah berusaha menguburnya dalam-dalam.

"Tidak ada gunanya membahas masa lalu," jawabnya dengan suara dingin. "Aku sudah punya jalan hidupku sendiri."

Radit menatapnya dalam-dalam. "Aku bisa mengubah keputusanmu. Jangan menikah dengannya. Kembalilah padaku."

Anggun tertawa miris. "Setelah apa yang kau lakukan padaku? Tidak, Radit. Aku sudah selesai denganmu."

Radit mengepalkan tangan. "Kau akan menyesalinya, Anggun."

Dengan sekali hentakan, Anggun menutup pintu dan mengunci rapat-rapat. Dia menekan dadanya, mencoba menenangkan debaran jantungnya. Mengapa Radit muncul sekarang, tepat ketika hidupnya sudah cukup rumit?

Pernikahan besok seharusnya hanya formalitas. Tapi sekarang, dia merasa ada badai besar yang akan menghantamnya setelah ini.

 

Pagi itu, Anggun berdiri di depan cermin mengenakan gaun pengantin berwarna putih gading. Gaun itu indah, tetapi dia tidak bisa menghilangkan perasaan aneh di dadanya. Ini bukan pernikahan impiannya. Ini bukan kisah cinta yang manis. Ini hanya kesepakatan.

Kala sudah menunggunya di altar, mengenakan setelan hitam yang membuatnya tampak semakin berwibawa. Ketika Anggun melangkah mendekatinya, dia bisa merasakan mata pria itu mengamatinya dengan intens.

"Siap?" bisik Kala ketika Anggun berdiri di sampingnya.

Anggun menarik napas dalam. "Sepertinya sudah terlambat untuk mundur, bukan?"

Kala tersenyum tipis. "Sangat terlambat."

Saat pendeta mulai membacakan janji pernikahan, Anggun melirik ke barisan tamu. Dan di sana, berdiri di sudut ruangan, Radit menatapnya dengan mata penuh amarah. Dia datang.

Anggun menahan napas. Dia tahu ini belum berakhir. Radit tidak akan tinggal diam.

Saat Kala menyematkan cincin di jarinya dan mencium keningnya di depan semua orang, Anggun hanya bisa bertanya dalam hati—apa yang baru saja dia lakukan?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!