NovelToon NovelToon

Menjadi Ibu Sambung Sahabatku

Lulus

Seorang gadis, baru saja tiba di Warung bakso Mang Asep. Ia langsung memesan bakso karena sejak tadi cacing yang ada di dalam perutnya terus-terusan berdemo meminta haknya. Di sana, Ia bersama sahabat baiknya.

"Mang, pesen bakso kaya biasanya, tuto-tuto ya! Minumnya es teh sama es jeruk!" Seru gadis itu pada Mang Asep.

"Hah, apaan tuh tuto-tuto, Neng? Mamang gak paham." Mang Asep garuk-garuk kepala karena tidak mengerti bahasa gadis itu.

"Hihihi, maksudnya dua, Mang." Sahutnya dengan terkekeh pelan.

"Wallah, habisnya Neng bilangnya pakai bahasa gaul. Ya Mamang gak paham toh. Oke siap atuh, Neng. Silahkan cari tempat duduk dan menunggu ya! Pesanan kalian akan segara Mamang antar." Sahut Mang Asep.

Gadis itu mengangguk.

"Wah, warungnya rame banget nih." Matanya berkeliling dan menangkap bangku yang masih kosong.

"Nah, di pojokan masih kosong, ayo kita kesana." Gadis itu mengajak sahabatnya melangkah menuju bangku yang ada di pojok ruangan.

Mereka duduk di pojok belakang. Sambil menunggu pesanan datang, keduanya kembali mengobrol. Saking asiknya obrolan mereka sampai cekikikan, banyak pasang mata yang tengah menatap mereka, namun sama sekali tak mereka hiraukan.

Tak lama pesanan mereka berdua pun datang.

"Mangga atuh Neng." Mang Asep meletakkan satu persatu mangkok bakso dan minuman di atas meja.

"Mamang perhatikan kalian ini terlihat senang sekali. Mang Asep jadi ketularan ketawa ketiwi loh, padahal mah gak tau apa yang sedang kalian berdua bicarakan." Seru Mang Asep yang tengah kepo. Mang Asep penasaran dengan apa yang tengah mereka bahas.

"Oh ini Mang, kita lagi bicarain masalah kelulusan kita. Alhamdulillah kita lulus dengan nilai terbaik, Mang." Sahutnya.

"Wallah, Alhamdulillah ya Neng. Selamat untuk kalian berdua. Tadinya Mamang kira kalian baru aja dapet kupon undian berhadiah." Mang Asep terkekeh pelan.

"Tapi, walaupun udah lulus, nanti kalian harus tetap sering-sering mampir ke sini ya, Neng! Kan Neng berdua ini pada pelanggan setia Mamang." Imbuh Mang Asep.

"Ashiap atuh Mang. Tenang aja. Lagian bakso Mamang ini paling top markotop gak ada lawan alias tandingannya. Lidahnya udah paten disini, Mang." Sahut gadis itu sambil mengacungkan kedua jempolnya.

"Ah Neng bisaan. Ya udah, Mamang tinggal ya Neng, mangga dinikmati."

"Maacih ya, Mang." Sahut gadis itu dengan gayanya yang sedikit di manis-maniskan.

Selepas Mang Asep balik ke depan, mereka berdua langsung melahap bakso yang terlihat melambai-lambai menggoda iman.

"Jangan pakai sambel banyak-banyak, Zaazaa. Mules kamu nanti." Sang sahabat mengingatkan gadis itu agar tidak memakai sambal berlebihan.

Ya, gadis itu bernama Zaazaa. 𝗔zalea Admadja anak pertama dari Leo Admadja dan Wulan 𝗥𝗮𝗵𝗮𝗿𝗱𝗷𝗼. Zaazaa memiliki adik laki-laki bernama Riko Admadja.

"Ini level biasa kali, Dina. Gak pedes-pedes amat kok. Tenang aja."

Mendengar jawaban Azalea, Dina mengedikkan kedua bahunya.

Keduanya menikmati makanan mereka dengan sesekali mengobrol. Suara dentingan sendok dan garpu terdengar mendominasi.

Mereka berdua ini pelanggan setianya Mang Asep. Apalagi bakso adalah makanan kesukaan Azalea.

Ah mungkin bukan hanya Azalea tapi, makanan sejuta umat gak sih? Iyain aja kali ya? Siapa coba yang gak suka sama Bakso? Hayo coba komen siapa yang gak suka sama bakso.

Selesainya makan, mereka merasa lega karena rasa lapar yang sejak tadi tengah melanda akhirnya terbayar lunas.

Mereka berdua tidak langsung pulang, mereka menunggu makanan yang baru saja mereka lahap tadi turun ke perut dahulu dengan sesekali menyeruput minumannya.

"Hah, akhirnya ya Zaa." Ujar Dina setelah meneguk minumannya.

"Sama, Din. Cacing dalam perutku sekarang udah pada anteng." Sahut Azalea sambil mengelus perutnya yang terasa kenyang.

"Hihh, bukan itu yang aku maksud Zaa. Akhirnya kita lulus gitu maksudnya, Zaa. Tapi, kamu juga gak salah sih, Zaa. Kamu bener juga, akhirnya kenyang juga ini perut." Jawab Dina diakhiri dengan kekehan.

Pletak!

Azalea menyentil dahi Dina, membuat Dina mengaduh dan mengusap-usap dahinya.

"Lah kok malah nyentil dahiku sih, Zaa? Kan sakit."

"Salah siapa? Makanya kalau ngomong itu yang bener, jangan mengambang gak jelas. Lagian mana aku tau kalau itu bukan maksud kamu."

Dina terkekeh. "Ya maap deh."

"Maap maap. Makan tuh maap."

"Sorry, udah kenyang makan bakso, ngapain makan maap?"

"Oh iya. Kali mau nambah."

Bukannya kesal dan marah, keduanya malah terkekeh.

"Perasaan baru kemarin kita daftar sebagai murid baru. Eh udah lulus aja. Singkat banget gak sih? Kaya mimpi aja gitu." Azalea merasa masa abu-abunya begitu cepat berlalu.

"Bener, Zaa. Aku juga merasa begitu."

Azalea tidak menyangka 3 tahun terlewati dengan begitu cepat.

"Oh iya, kamu beneran mau lanjut di Kampus AX?"

"Kamu sendiri gimana? Aku sih cita-cita pengen lanjut ke Negara Kincir Angin. Tapi, kamu tau sendiri kalau aku gak bisa jauh-jauh dari Bunda. Setelah aku pikir-pikir, Kampus AX adalah pilihan terbaik. Apalagi udah dapet beasiswa begini, masak mau disia-siain sih, Din. Kan sayang."

Karena Azalea mendapatkan nilai terbaik. Ia langsung mendapat beasiswa dari Kampus AX. Apalagi Azalea juga sering mendapat prestasi, membuat Kampus AX tertarik padanya.

Azalea sama sekali tidak malu karena mendapat beasiswa, justru Ia sangat bangga dengan pencapaiannya.

Azalea bukan berasal dari keluarga yang tidak mampu, bahkan sangat mampu. Leo mempunyai perusahaan dibidang properti, LA Group. Sedang Wulan memiliki restoran dan sudah memiliki cabang di beberapa wilayah. Kalian bisa bayangin kan gimana kayanya mereka? Kekayaan mereka gak akan habis 7 turunan.

Azalea sendiri juga memiliki sebuah restoran yang sudah berdiri selama 2 tahun ini. Dan semua itu karena Ia mengikuti jejak Wulan. Azalea termasuk anak yang mandiri dan gigih. Azales tak mau begitu merepotkan kedua orang tuanya. Sehingga uang sakunya selama ini Ia tabung dan tabungan tersebut Ia gunakan untuk mendirikan restorannya. Kedua orang tuanya juga selalu mendukung Azalea selagi itu positif. Meskipun Azalea masih terbilang muda dengan usianya yang masih 17 tahun tapi, tidak membuatnya merasa terpaksa maupun tertekan. Restoran Azalea tak kalah terkenal dari restoran Wulan. Pengunjung di sana selalu ramai. Tapi semua itu tidak membuat Azalea menjadi pribadi yang sombong.

"Kalau gitu aku juga ikutan deh."

"Hmm, dasar curut. Suka banget ngintilin aku."

"Enak aja aku disamain sama curut. Gak ada yang lebih bagus apa?"

"Enggak, itu aja udah bagus banget. Wleeee."

Dina memanyunkan bibirnya. Dan hal itu membuat Azalea tertawa terbahak-bahak.

"Terus aja ketawa. Puas-puasin."

Bukannya diam, Azalea semakin terbahak. "Habisnya muka kamu tuh ngenes gitu. Mana bibirmu manyunnya 3 meter. Siapa coba yang gak ketawa?"

"Yee aku manyun kan karna kamu nyamain aku sama curut. Pokoknya besok aku ikut sama kamu. Sahabatku kan cuma kamu. Aku gak mau pisah sama kamu. Bahkan kalau bisa kita seperti sandal jepit yang kemana-mana selalu berdua."

"Atutu sayang. Melas amat sih! Jadi gemes deh." Azalea mencubit pipi Dina karena gemas.

"Ih Zaa, apaan sih?" Ucap Dina kesal.

Azalea kembali terkekeh. Menurutnya sahabatnya ini lucu dan menggemaskan.

"Oh iya, Zaa. Ngomong-ngomong masalah liburan, besok kamu mau liburan kemana? Atau kamu mau fokus ngurus restoran kamu?"

Liburan ya?

Azalea nampak berpikir. Dia sama sekali belum memikirkan hal ini.

Azalea menggeleng. "Aku belum memikirkannya. Kalau urusan restoran, aku udah mempercayakan semuanya sama Pak Reno. Kamu sendiri mau liburan kemana?"

Dina nampak mengangguk. "Kalau aku rencananya mau ke Kampung. Papa kemarin mengajakku ke sana sekalian mau jenguk Nenek."

"Kamu hanya berdua sama papa kamu?"

Dina mengangguk. "Mau sama siapa lagi? Kan aku hanya punya papa. Pengennya nyari mama tapi, papa kaya gak punya minat."

"Ya kali papamu masih pengen sendiri, Din. Siapa tau nanti di Kampung, papamu mendapatkan jodoh. Ya gak?"

Dina menghela nafas. Ia sendiri tidak yakin akan hal itu. Ia melirik Azalea, tiba-tiba mempunyai sebuah pikiran, sudut bibirnya melengkung tipis.

"Zaa. Gimana kalau kamu ikut aku aja? Biar aku juga ada temennya. Pasti seru kalau kamu ikut."

Sepertinya tawaran yang bagus.

"Boleh, Din. Nanti aku coba tanya sama papa mama dulu ya. Semoga aja nanti boleh."

'𝘒𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘭𝘪𝘣𝘶𝘳𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘳𝘦𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘩𝘢𝘣𝘢𝘵! 𝘗𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘳𝘶. 𝘋𝘢𝘳𝘪𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘯?' Pikirnya.

"Pasti boleh, aku berani jamin deh. Lagian kamu kan perginya sama aku, pastinya Om Leo sama Tante Wulan langsung mengijinkannya."

Azalea mengangguk setuju, karena biasanya juga begitu.

Hooammm!

Tiba-tiba Azalea menguap. "Ya udah yuk, kita pulang sekarang. Mulai ngantuk nih."

Benar-benar tak melihat situasi dan kondisi. Kebiasaan Azalea kalau kenyang pasti mengantuk. Cantik sih cantik tapi yah mungkin memang begitu kali yah kebiasaan jelek dia. Asal gak pelor aja mungkin masih terkondisikan.

"Huu dasar. Gak cuma sangklek, ngebonya juga kumat." Umpat Dina yang memang sudah hapal dengan kebiasaan sahabatnya itu.

Pletak!

"Aduh, Zaa. Kamu itu kenapa suka banget sih KRDT sama aku? Lama-lama aku laporin kamu ke bapak penghulu."

Azalea menaikkan alisnya sebelah. "Apa hubungannya? Lagian siapa yang KDRT? KDP tuh baru bener."

"Hah, apa tuh KDP?"

"Dasar kepo."

"Ihhh Zaa. Awas loh ya, aku sumpahin kamu nikah sama duda." Sambung Dina.

"Do'amu jelek banget sih, Din. Tapi, bodoamat lah, lagian aku belum mau mikir soal laki-laki atau pasangan. Ah udah gak usah dibahas, kamu kan juga tau sendiri aku orangnya kaya apa dan gimana. Lagian, kamu juga masih jomblo. Ih jomblo kok nyumpahin jomblo."

Azalea terkekeh karena hal itu.

"Yee, awas lo ya jangan nangis kalau do'aku dikabulin."

Azalea memutar bola matanya malas, Ia tak menghiraukan Dina. Ia beranjak dari tempat duduknya diikuti oleh Dina.

"Mang, kita berdua udah nih makannya, kita mau bayar, ini uangnya." Azalea menyerahkan beberapa lembar uang kertas pada Mang Asep.

"Udah, Neng? Cepet amat sih, Neng? Ingat ya Neng, jangan lupa mampir kesini walau kalian udah lulus." Ucap Mang Asep pada mereka berdua.

"Siap Mang" Sahut Dina singkat.

Mereka berdua pun menuju ke parkiran. Azalea dan Dina pulang dengan berboncengan. Tujuan Azalea adalah mengantar Dina pulang. Setelah mengantar Dina baru Ia akan pulang ke rumah.

Hai, semua. Selamat membaca novel pertama saya. Semoga kalian suka. Jika ada kesalahan tulisan maupun yang lain tolong dimaafkan. Terima kasih.

Mendapat izin

Azalea baru saja sampai di rumah. Ia memarkirkan motornya di halaman dekat garasi. Setelah itu, Ia masuk ke dalam rumah.

"Assalamu'alaikum, Bunda, Zaazaa yang cantik nan manis sudah pulang." Ucap Azalea mengucapkan salam dan memanggil bundanya.

"Wa'alaikumussalam wa rahmatullah, eh anak Ayah yang paling cantik sudah pulang." Bukannya Bunda Azalea yang menjawab. Namun Leo, Ayah Azalea yang menjawab sapaan tersebut. Leo sedang duduk manis di sofa sembari menyeruput kopi buatan istri tercintanya.

"Lohh, Ayah, kok Ayah di rumah? Gak kerja yah?" Ujar Azalea yang kaget karena ternyata ayahnya di rumah.

"Ayah sudah pulang, katanya tadi Ayah hanya meeting sebentar lalu Ayah memutuskan untuk langsung pulang." Sahut Wulan yang tiba-tiba datang dari dapur dengan membawakan beberapa cemilan untuk suaminya.

"Oh begitu." Azalea hanya manggut-manggut lalu menghampiri dan menyalami serta mencium tangan Ayah Bundanya.

"Ayah Bunda. Zaazaa lulus dengan nilai terbaik nih. Dan kalian tau gak? Tarraaaa, coba tebak! Zaazaa langsung dapat beasiswa dari Universitas AX." Ucap Azalea dengan menunjukkan kertas yang dia bawa sedari tadi.

"Wah, benarkah ini? Bagus, ini baru anak Ayah dan Bunda. Sini bunda peluk. Atutu sayangnya Bunda. Bunda bangga banget sama kamu, sayang. Apalagi ayah. Iya kan Yah?" Ucap Wulan memeluk Azalea dengan penuh rasa bangga dan Leo pun menyetujuinya.

"Sepertinya ada yang melupakan, Ayah. Apa Ayah tidak diajak berpelukan?" Ucap Leo menyinggung kedua perempuan kesayangannya tersebut.

"Ah, apakah Ayah cemburu atau iri denganku? Ayo sini, Ayah." Ucap Azalea merentangkan kedua tangannya. Mereka bertiga pun berpelukan.

Ditengah-tengah rasa haru mereka, datang seorang laki-laki tampan masuk mengagetkan mereka.

"Wah, ada apa ini kok rame, pada pelukan lagi?" Tanya laki-laki tersebut.

Ya, dia adalah adik laki-laki Azalea yang bernama Riko. Riko beda dua angkatan dengan Azalea.

"Kakakmu lulus dengan nilai terbaik, Dek. Dia juga mendapat beasiswa di Universitas AX." Ucap Wulan pada Riko.

"Wah, selamat ya kak, Riko ikutan seneng dan bangga sama kakak. Gimana kalau kita merayakan semua ini dengan makan-makan, Yah? Jarang-jarang kan kakak yang nraktir kita?" Ucap Riko.

"Boleh-boleh. Gimana kalau ke restoranmu aja Zaa?" Ucap Leo menyetujui usulan Riko.

"Emb." Nampak Azalea tengah berpikir. "Oke, Yah. Tapi, kamu jangan pesan banyak-banyak ya Riko. Bisa tekor kakak nanti. Kalau buat Ayah sama Bunda sih sepuas mereka, tak masalah. Tapi, kalau kamu, no no no." Ucap Azalea sedikit perhitungan.

"Ah kamu ini, Kak. Tekor juga sama keluarga sendiri. Apalagi aku ini adek satu-satunya kakak loh. Jangan pelit-pelit dong. Kuburan kakak nanti sempit baru tau rasa." Ucap Riko menasehati Azalea.

"Kamu doain kakak gitu? Dasar adek durhaka, awas aja nanti kakak kutuk kamu jadi corong bensin baru tau rasa pula." Balas Azalea pada Riko.

"Nyenyenyeeee."

"Nyinyinyi.. welk." Azalea yang tak mau kalah gantian meledek adiknya dengan mengangkat tangannya kesamping telinga sambil menjulurkan lidahnya.

"Hus,, kalian ini, ribut terus kalau ketemu. Sekali-kali lah akur. Masak kakak adek kaya Tom and Jerry begini sih? Mau sampai kapan kalian begini?" Ucap Wulan melerai kedua anaknya, Wulan memang sudah sering melerai anak-anaknya berantem. Meskipun mereka sering ribut tapi, Wulan tahu kalau kedua anaknya ini begitu saling menyanyangi.

"Sekarang kalian ke atas cepat ganti baju terus siap-siap buat acara nanti malam." Imbuh Wulan memberi perintah kepada kedua anaknya.

"Oke siap laksanakan Ibunda ratu yang cantik jelita nan tak tertandingi sejagat nusantara."

Jawab kakak adik dengan kompak dan langsung ke atas. Mereka menaiki tangga dengan sesekali bercanda meninju lengan satu sama lain sembari cekikikan dan menuju kamar mereka masing-masing.

Leo yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala dengan tingkah kedua anaknya itu.

"Mereka ini paket komplit ya, Bun? Kalau di luar dengan orang yang belum mereka kenal sikap mereka dingin bak kulkas 3 pintu. Tapi, kalau dengan orang yang mereka kenal berasa kaya lenongan, kadang juga berantem tapi selalu menghibur." Seru Leo kepada Wulan.

"Ayah Ayah, mana ada kulkas 3 pintu? yang ada dinginnya mereka ini ya turunan dari ayah sendiri. Bunda yakin kok mereka ini saling menyayangi dan menjaga." Ucap Wulan mengoreksi perkataan suaminya.

"Iya Bun, ya udah yuk Bun kita juga ikutan siap-siap."

"Siap-siap gimana yah? masih lama juga." Wulan yang sedikit heran dengan perkataan suaminya.

"Ya gak apa-apa bun, kan bisa sembari nyicil. ehem." Ucap Leo dengan sedikit jahil.

Bugh?!!!

Wulan memukul lengan suaminya, dirasa ajakan sang suami sedikit vulgar. Untung anak-anaknya sudah berada di kamar mereka. Gimana kalau tidak. Betapa malunya Wulan. Sekarang saja wajah Wulan sudah memerah karena malu.

"Ayah ini. Udah ah bunda mau ke kamar." Wulan berjalan melangkahkan kaki ke kamarnya dengan sedikit cepat karena gak mau semakin terlihat malu.

"Eh Bun, kok Ayah ditinggal." Leo pun gegas mengejar Wulan. Dan setelah itu entahlah apa yang mereka lakukan.

Tak terasa malam pun telah tiba. Keluarga Admadja kini sudah siap untuk merayakan kelulusan Azalea dengan makan-makan di Restoran Azalea. Dengan perjalanan setengah jam dari Mansion. Kini mereka telah sampai di Restoran Azalea. Mereka disambut dengan hormat oleh para pelayan. Semua juga sudah disiapkan oleh mereka. Karena sebelumnya Azalea tadi sudah menelpon Pak Reno.

Lelaki paruh baya menghampiri mereka yang tak lain orang kepercayaan Azalea di Restorannya yaitu Pak Reno.

"Tuan Nyonya, tuan muda, nona Azalea, suatu kehormatan bagi kami bisa melayani kalian. Dan Nona Azalea, selamat atas kelulusan Nona. Selamat menikmati."

"Terima kasih atas semuanya Pak Reno. Anda benar-benar mempersiapkannya dengan baik dan Anda memang dapat diandalkan. Putriku tak salah mempercayakan semuanya kepadamu."

"Kalau begitu saya pamit undur diri, Tuan."

Pak Reno menunduk hormat lalu beranjak pergi meninggalkan keluarga Admadja.

Selepas kepergian Pak Reno, mereka menikmati makanan yang telah disajikan. Dan semuanya begitu mewah. Tak ada obrolan disana. Hingga akhirnya mereka selesai makan. Wulan membuka obrolannya.

"Sayang, kamu mau minta hadiah apa dari ayah dan bunda?"

"Zaazaa gak mengharapkan hadiah ayah bunda, tapi kalau boleh, Zaazaa mau minta ijin ikut liburan bersama Dina ke Kampung papanya. Gimana, boleh tidak?"

Meskipun Azalea mandiri dan kadang masih manja dengan kedua orang tuanya, namun dia selalu meminta ijin dan pendapat kepada ayah bundanya.

"Dina sahabat kamu kan sayang? Kesana dia sama siapa?" Tanya Leo pada putrinya.

"Dina sama Om Damian, Yah Bun. Tadi Dina ngabarin, katanya berangkat ke kampungnya besok siang." Ucap Azalea.

Ya, tadi sore Dina memang sudah memberi kabar tentang acara liburannya ke kampung papanya.

"Kalau ayah bunda mengizinkan, besok Zaazaa akan dijemput sama Dina dan papanya." sambung Azalea.

"Awas makin putih kamu kak, pulang-pulang bikin pangling. Jangan sampai nyasar pula kak kalau main. Nanti ilang lagi." Ledek Riko pada kakaknya.

"Ihh,, ya gak bakal lah dek, kan kakak disana pasti selalu sama temen kakak. Mana ada Ilang. Kalau kulit kakak item mah nanti gampang tinggal perawatan lagi. Kaya orang susah aja sih." Kesal Azalea.

"Sudah-sudah, kalian ini kebiasaan."

"Sayang, Ayah bunda mengijinkan kamu buat ikut liburan bersama Dina. Tapi, kamu harus hati-hati ya disana. Jangan merepotkan Om Damian. Jaga diri baik-baik." Wulan pun menganggukan kepalanya yang tandanya dirinya ikut menyetujui apa yang disampaikan suaminya.

"Bener yah? Yeye asik, terima kasih ayah bunda, kalian memang paling terlopeh-lopeh." Azalea menghampiri dan memeluk ayah bundanya.

"Ihh,, Aku gak diajak pelukan nih? anak ayah bunda kan gak cuma kak Zaazaa doang. Ingat disini masih ada si tampan nan mempesona." Ucap Riko sedikit cemberut karena tak diajak berpelukan.

"Atutu adeknya kakak yang paling tampan, jelek amat sih kalau lagi cemberut begitu! Gak kebayang kalau nanti ada cewek yang naksir kamu terus lihat wajah jelekmu begini, pasti dia gak jadi suka sama kamu." Azalea terkekeh.

Riko mencebirkan bibirnya.

"Atutu adekku sayang. Jangan ngambek ya! sini sini yuk." Mereka bertiga tertawa dengan sikap Riko.

Mereka berempat pun berpelukan. Ah keluarga yang sangat hangat yah?

Berangkat liburan

Azalea terbangun karena mendengar suara adzan subuh. Ia bergegas bangun dan melaksanakan kewajibannya. Selesai shalat subuh Azalea melirik jam yang berada di layar HPnya. Dirasa masih terlalu pagi akhirnya dia berencana menyiapkan pakaian yang sekiranya nanti mau dibawa liburan bersama sahabatnya. Tak banyak yang Azalea bawa. Setelah selesai dengan barang yang akan dibawaannya, Azalea berniat ingin membuat coklat panas sebelum mandi. Akhirnya dia turun ke dapur. Di bawah sudah ada beberapa pelayan yang sibuk dengan peralatan pekerjaan mereka masing-masing.

"Eh Nona, Nona ada yang diinginkan?" Tanya salah satu pelayan yang berada di dapur.

"Aku hanya ingin coklat panas Bi, tolong buatkan terus nanti diantar ke atas yah."

"Baik Nona." Jawab pelayan singkat.

Gegas Azalea kembali ke atas. Belum ada tanda-tanda Ayah dan Bunda keluar dari kamar. Apalagi Riko, jam segini mana mungkin dia keluar dari kamar. Sesampainya di kamar Azalea menghempaskan tubuhnya diatas pulau gabus, maksudnya sih kasur gitu.

Dia rebahan sambil memainkan gawainya. Juga dia selalu rutin mengecek kiriman laporan dari Pak Reno. Sesekali dia juga membuka IG dan FBnya. Serasa sudah tak ada yang menarik, HP dia letakkan kembali ke atas meja. Tak lama terdengar suara ketukan pintu.

Tok! Tok! Tok!

"Nona, saya mengantarkan coklat panas pesanan, Nona Zaazaa." Ucap pelayan yang dimintai tolong untuk membuatkan minuman Azalea.

"Masuk aja Bi, tolong letakkan dulu di atas meja ya Bi, sepertinya aku mau mandi aja dulu. Jangan lupa tutup pintunya lagi ya Bi. Terima kasih." Ucap Azalea yang akan masuk ke dalam kamar mandi.

"Iya Non, sama-sama, kalau begitu saya permisi." Karena sudah melayani Nonanya pelayan langsung pamit dan kembali ke dapur.

Jam pun kini sudah menunjukkan pukul 10.30 WIB. Azalea berkumpul bersama Ayah dan Bundanya di ruang keluarga. Riko? Karena belum masa libur anak sekolahan jadi dia masih masuk seperti biasa. Mereka menunggu kedatangan Dina sambil berbincang-bincang santai layaknya keluarga pada umumnya. Tak lama kemudian yang ditunggu-ditunggu pun datang.

"Assalamu'alaikum,,," Sapa Damian dari depan.

"Wa'alaikumussalam wa rahmatullah, Ah Anda sudah datang Pak Damian, maaf sudah merepotkan Anda. Mari, silahkan masuk dulu." Jawab Leo yang menghampiri Damian ke pintu depan.

"Tidak merepotkan sama sekali Pak Leo. Justru saya malah senang karena putri kesayangan saya disana ada temannya." Ucap Damian jujur.

"Om tante" Sapa Dina sembari menyalami dan mencium tangan kedua orang tua Azalea.

"Ah Dina, makin dewasa makin cantik aja kamu nak." Puji Wulan pada Dina. Dina pun menanggapinya dengan tersenyum malu.

"Tolong jaga anak saya ya Pak Damian. Dia ini sedikit nakal anaknya tapi, meski begitu dia anak kesayangan saya. Kalaupun mau menghukumnya, jewer saja telinganya." Ucap Leo dengan sedikit bercanda. Azalea langsung cemberut karna candaan ayahnya itu. Tapi, karena ekspresi Azalea yang terlihat menggemaskan mereka semua menjadi tertawa.

"Pak Leo tenang saja. Semua akan aman terkendali. Kalau begitu kita langsung saja. Keburu semakin macet nanti di perjalanan." Ucap Damian.

"Iya. Hati-hati kalian. Lain kali kalau ada waktu luang kita bisalah ngopi bareng."

"Bisa diusahakan Pak. Assalamu'alaikum." Ucap Damian.

"Wa'alaikumussalam wa rahmatullah."

Azalea pun pamit kepada ayah bundanya. Kini mereka bertiga sudah jalan. Karena jarak dari Jakarta-Jogja lumayan jauh dan sebentar lagi masuk makan siang mereka memutuskan untuk istirahat makan dan melaksanakan kewajiban sebagai umat muslim, dan itu akan menambah waktu tempuh mereka. Setelah selesai mereka melanjutkan perjalanan lagi. Situasi di jalan lumayan padat. Azalea yang biasanya setelah kenyang dia mengantuk pun kini tertidur pulas, sedang Dina yang merasa bosan karena sahabatnya sudah tertidur pulas pun memutuskan untuk mendengarkan musik, tak lama rasa kantuk menghampirinya dan dia pun ikut tertidur. Damian melirik mereka melalui pantulan kaca tersenyum. Tak terasa setelah memakan waktu hampir 11 jam lamanya kini mereka sampai di kampung, tepatnya di Bantul, Jogjakarta. Kini jam menunjukkan pukul 22.00 WIB. Kedatangan mereka pun disambut hangat oleh Kakek dan Nenek Dina.

"Alhamdulillah, anak cucu nenek sampai dengan selamat. Wah, genduk ayu ini siapa? Bagaimana perjalan kalian?" Nenek Dina langsung keluar dan menyambut kedatangan mereka di teras depan saat dirasa mendengar sebuah kendaraan datang masuk ke halaman rumahnya.

"Alhamdulillah lancar Buk, ini anak teman bisnis Mian di Kota, juga sahabat Dina." Jawab Damian dan langsung menyalami dan mencium tangan serta memeluk ibunya diikuti dengan kedua anak gadis itu. Damian dengan Leo memang sudah beberapa kali bertemu. Apalagi kalau tidak membahas tentang bisnis mereka yang memang terikat sebuah proyek.

"Oalah, ngunu, ayo langsung mlebu wae, simbah kakung ana dalem, lagi nonton TV." Ucap nenek Dina mengajak mereka untuk langsung masuk ke dalam rumah. Mereka pun langsung mengekori nenek Dina. Setelah nenek Dina mengajak mereka masuk kedalam, Beliau langsung menuju ke dapur.

"Assalamu'alaikum, Kung. Wah sepertinya asik sekali nontonnya!!" Ucap Damian menyapa bapaknya yang sedang menonton TV.

"Wa'alaikumussalam wa rahmatullah,, eh Le, wis teko,,kepiye perjalanane? Teler ora? Bapak kangen banget iki, endi cucuku sik paling ayu dewe?" Tanya kakek Dina yang sebelumnya kaget karena anak cucunya ternyata sudah datang.

"Alhamdulillah lancar Pak, ya walaupun sering berhentinya." Damian juga langsung menyalami dan mencium tangan bapaknya disusul oleh Dina dan Azalea.

Damian selama perjalanan memang sering berhenti di Pom Bensin, itu karena untuk istirahat, makan, juga untuk melakukan kewajibannya sebagai umat muslim. Karna itulah waktu tempuh mereka sedikit mulur.

"Nah ini Dina, temannya juga ikut liburan kesini." Sambung Damian.

"Siapa namamu nduk?" Tanya kakek Dina pada Azalea.

"Nama saya Azalea Kek, tapi sering dipanggil Zaazaa." Jawab Azalea.

"Kamu temannya Dina? Semoga betah ya disini nduk!!" Azalea membalasnya dengan tersenyum dan mengangguk.

"Cucu kesayangane simbah kakung. Kene nduk,  kakung kangen banget iki." Kakek Dina yang memang sudah rindu berat dengan Dina kini memeluk erat cucu kesayangannya itu. Tiba-tiba nenek Dina datang membawa minuman dan cemilan.

"Ayo, diminum dulu, terus kalian bersih-bersih lalu makan." Ucap nenek Dina.

"Tadi kita sudah makan kok Buk, karena takutnya kalian sudah pada tidur jadi gak mau terlalu mengganggu istirahat kalian. Tapi, ternyata masih pada melek aja." Ucap Damian berkata jujur. Memang tadi mereka sebelumnya sudah makan katena takut nanti merepotkan kedua orang tuanya.

"Ya wis, nanti langsung istirahat aja. Nduk, ajak temannya ke kamar tamu sana." Perintah nenek Dina.

"Iya nek." Dina yang  nurut dan mengajak Azalea

Dina dan Azalea pun langsung pergi ke kamar tamu untuk bersih-bersih dan istirahat. Meninggalkan papa, kakek nenek Dina di ruang keluarga. Rumah kakek nenek Dina tidak besar tapi terbilang mewah. Yah masih khas gaya Jogjanan. Disini mereka juga tidak menggunakan jasa pembantu. Mungkin kalau ada acara saja nenek Dina akan menyuruh beberapa tetangga untuk membantunya. Jadi kalau tidak ada acara semua pekerjaan dilakukannya sendiri karena sudah terbiasa. Bahkan diusianya yang sudah tua mereka masih menekuni pertanian. Kembali pada Azalea dan Dina, mereka berencana selama berlibur akan jalan-jalan keliling kota Bantul. Maka dari itu mereka tidak ingin membuang kesempatan ini.

"Zaa, kita langsung rehat aja, besok kita manfaatkan liburan kita dengan berjalan-jalan mengelilingi Kota Bantul. Aku udah ada jadwal nih. Kayaknya seru kita boncengan naik motor berdua." Ucap Dina dengan segala rencana dipikirannya.

"Iya, harus itu. Kalau gak gitu, rugi dong aku ikut kesini. Pokoknya kamu harus ajak aku ketempat-tempat wisata yang ada disini." Ucap Azalea.

"Hais, tenanglah tuan putri, aman terkendali. Semoga besok cuacanya mendukung ya?" Balas Dina.

"Aamiin, ya udah yuk kita langsung tidur aja. Awas lo ya, jangan ngorok. Nanti ku timpuk kau pakai bantal." Ucap Azalea bercanda dan tertawa.

"Sttt,, jangan keras-keras. Kamu ini, kebiasaan, ini udah malam, dasar. Aku gak akan ngorok, emang kamu." Ucap Dina mengingatkan Azalea yang lupa waktu.

"Hihi, maap maap." Ucap Azalea dengan hanya menyengir, lalu dia membaringkan tubuhnya dan memposisikannya dengan nyaman. Begitupun dengan Dina.

Dirasa badan begitu lelah karena perjalanan yang jauh. Akhirnya mereka memutuskan untuk segera beristirahat dan kini sudah berkelana di alam mimpi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!