PROLOG
PRINCESS BEAUTY..
Nama yang menjadi bulan bulananku di setiap tahun. Dahulu semua orang memujiku dan
bermimpi ingin memiliki seorang gadis kecil seperti diriku ini, namun semua itu
hanya bertahan selama 5 tahun lamanya.
Di usiaku ke 7 tahun semua mulai
terlihat sosok bermuka dua di hadapanku, tampang polosku tidak membuat mereka
merasa iba pada diriku.
Benci? Tentu saja aku benci, siapapun akan membenci hidup mereka yang selalu di perlakukan berbeda oleh orang lain.
Mereka, meraka yang mungkin merasa kalah dengan kelebihan yang di tindas, dan yang di tindas selalu saja merasa tak berdaya hanya karna merasa takut dengan semua orang yang
menindasnya.
“ Dug, dug, dug, dug “ Detak jantung
“ Hiksss
hiksss hiksss hiksss hiksss.. “ Suara tangis seoarang gadis dari peti kamar
mandi.
“ Ting toooonggggg… “ Jam dinding telah berbunyi berkali-kali.
“ DUNIA INI KEJAM “ Seru suara hati yang sedang mengamuk marah.
“ Hikss hiksss.. Kenapa harus aku yang merasakan semua ini tuhan? Kenapa?!! Kenapa?!!! Tuhan KENAPAA!!!! “ ia meremas rambut panjang miliknya yang kini sudah tak lagi
kering.
Tubuhnya sengaja dibuat basah kuyub oleh ketiga kakak kelas yang memang sengaja menunggunya sejak 20 menit yang lalu ditoilet siswa perempuan. Mereka sangat kejam, sangat
tidak berperikemanusiaan, entah apa dan
mengapa? Namun yang dia tau bahwa mereka sangat membenci kehadiran sosok
PRINCESS BEAUTY ini di sekolah MITRA TARUNA NEGERI 3.
* 12 TAHUN YANG LALU *
“ Cuacanya cerah yah?! “ Tanya wanita paruh baya
yang menggandeng tangan mungil sosok gadis.
“ Emm !! “ Angguk gadis mungil yang melompat lompat kian kesana kemari.
“ Mah? Sekolah itu seru? “ Tanya sang gadis mungil dengan rasa penasaran.
“ Hemm sebetulnya tidak loh nak. Mama perna kok di hukum sama guru sampai pinsan waktu itu
sayang.. “ Canda wanita paruh baya yang sengaja ingin menakut-nakuti si gadis mungil tersebut.
“ Ahh benarkah? lalu apa yang terjadi selanjutnya Ma? “ sekejab ia menutup mulutnya dan kembali bertanya.
“ iyah beneran, mama sampai harus dibawa ke rumah sakit loh sayang! Dan tubuh
mama menjadi kaku seperti pensil kamu itu sayang. “ Ucap ibu sang gadis mungil sembari menunjuk kotak pensil miliknya.
“ Mama, Apa Afika ngak usah sekolah aja yah?Afika takut mah.. “ ia mulai merenggek manja di dalam pelukan sang ibu.
Seketika wanita paruh baya tersebut tergelak tawa akibat mendapati sang gadis
kecilnya yang kini telah terprofokasi sehingga ia mulai merasa ketakutan setelah mendengar cerita buatannya.
Jangan heran, semua itu demi menggoda anak keduanya yang masih sangat polos tentang dunia luar. Melihat Mamanya tertawa seperti itu, kini sosok gadis kecil yang biasa di sapa dengan sebutan Afika tersebut akhirnya menyadari bahwa ibunya memang sengaja ingin menakut-nakuti dirinya. Bukannya merasa kesal, justru Afika ikut menertawakan kepolosannya, sampai akhirnya mereka berdua bersama-sama tergelak tawa akan kejadian yang penuh kesederhanaan ini.
Gadis kecil yang bernama Afika itu adalah gambaran dari sosok diriku sendiri, dan disinilah akan aku mulai menceritakannya siapa sosok sebenarnya diriku ini. serta bagaimana pengalaman hidupku yang sering dipuji atas kecantikan wajahku, namun banyak mendatangkan kecemburuan social yang membuat aku sering ditindas, dijauhi,
digosipkan, dibuli, disakiti, bahkan tak segan segan bermain fisik. Percayalah!! Cantik adalah Kutukan dan itu nyata adanya!!
Apa Kalian perna merasa bahwa diri kalian itu sesungguhnya tidaklah berharga atau pun di
inginkan oleh masyarakat luar? , dan yang menginginkanmu hanyalah keluargamu
saja, keluarga yang sangat tulus ingin kau ada di lingkungan mereka, keluarga
yang ingin kau berbaur dengan dunia social baik secara langsung maupun tidak
langsung, keluarga yang selalu menanyakan harimu seberapa menyenangkan,
keluarga yang selalu ingin yang terbaik untuk anak-anaknya meskipun anaknya
tersebut adalah si buruk rupa. Lalu bagaimana denganku? Bagaiman dengan sosok
yang tidak buruk rupa? Melainkan mereka
yang sosoknya berkebalikan? .
Di salah satu lorong menuju kelasku, Samar-samar aku mendengar sebuah percakapan kecil mengenai fisikku.
" Hei? lihat, itu dia. Atika. adik kelas yang merasa paling cantik di sekolah ini. " ucap siswi 1.
" Iyah, tapi dia memang cantik sih. " balas siswi 2.
" Iyah, memang. Tapi lihatlah baik-baik, cara jalannya sedikit aneh. seperti habis di... " Ia sengaja menggantung kalimatnya.
" Le-Ceh-Kan. " Lanjutnya sambil menekan setiap pengejaan kata tersebut.
Itu menyakitkan, sangat menyakitkan. Aku sama sekali tidak perna merasa bahwa aku adalah gadis kecil tercantik di dunia ataupun seindonesia, ataupun seprovinsi, ataupun sekabupaten dan lain-lainnya. Yang aku tahu bahwa merekalah yang sudah memberikan sebuah nama serta julukan The Princess Beauty itu kepadaku.
Aku tertunduk sedih, " Namaku kan Afika bukan Atika.. Orang-orang kenapa sih, selalu mengataiku aneh-aneh.. " suara lirihku bergetar seiring dengan air mataku yang mulai menetes.
Aku tak begitu tau mengapa mereka malah permasalahkan setiap fisikku, itu seperti terdengar omong kosong. Rasanya aneh saja ketika orang yang ku kenal baik justru merekalah yang sering membicarakan ku yang tidak-tidak. Bagaimana aku tak ragu, jikalau kami berpapasan saat di jalan, ucapan pujian mereka sungguh manis jika didengar olehku sehingga bila dimasukan kedalam pikiran maka itu
akan setara dengan mengkomsumsi 1 gram Narkotika. Hal ini bukan sebuah cerita
fiksi yang selalu di ceritakan oleh penulis hebat lainnya, melainkan inilah
fakta yang aku ketahui dari pengalaman pahit kisah hidupku.
Pada pagi hari ini, adalah sesi paling penting bagi para wali agar bisa mengetahui tiap nama dari muridnya, yakni sesi perkenalan. Di sesi ini Mam.Merni akan memakai system perkenalan diri dengan berdiri di depan kelas, agar seluruh murid atau anak yang mendengarkan akan terfokus ke depan kelas dan dapat mengetahui tiap nama teman kelas mereka sendiri. Sekolah kami sejak dulu menerapkan siswa/siswinya untuk mencoba berbica dengan memakai bahasa inggrish, untung saja aku telah diajari oleh Mama setahun yang lalu.
Di depan kelas telah berdiri seorang gadis kecil dengan kedua rambutnya yang telah terkepang rapi, gadis itu tampak manis dan ceria ketika bersiap untuk memperkenalkan dirinya kepada kami semua.
“ Hello, my name is Ananda Putri, I life at jalan manggadelima no.47, I 6 years
old, Mam? I just know that “ ucap teman kelasku.
“ Its okay girl. Emmm next, I want you.. Yesss its you.. Come here .. Goodjob
girl “ Kini Mam.Merni menunjukku.
Tibanya aku dihadapan seluruh teman kelasku, aku merasa sangat canggung,
nafasku mendadak menjadi susah untuk menghela, kakiku kaku, dan tanganku
menjadi dingin. Akupun mencoba menenangkan perasaanku dan mulai menghayalkan
hal-hal menyenangkan seperti film kesukaanku Berbie Mariposa, Doraemon, Dan
lain-lain.
“ Hello, my name is Afika Nur Azizah, I life at ahmadyani no.07, Im 6 years
odl, my hobby is singing, playing with my best friend, I hope your like me in
here, thank you “ kataku masih terasa bergetar di bawah.
“ Good job Afika.. Banyak belajar yah soal berbicara dengan bahasa inggris
agar bahasamu lebih mantap lagi yah sayang “ Ucap Mam padaku,
Begitulah cerita di hari pertamaku bersekolah di taman kanak-kanak pagi ini, hal seru terus terjadi di kelas bintang B, aku sangat senang sebab ada banyak teman yang sangat suka bermain
denganku, akupun sangat senang sebab Mam menyukaiku dan terus berada di sebalahku untuk membimbing ku dalam belajar. Di sekolah aku akan bermain seluruh permainan yang telah disediakan untuk kami, dan tentunya itulah titik
keseruan dalam berteman di lingkup sekolah. Usai sudah kesenanganku selama 2 minggu belakangan ini, kini cerita selanjutnya akan penuh dengan kekonflikan dimana pun aku berada.
“ Aapa!, pindah? Kemana mahh? “ jawabku sedih.
“ iyah saat ini ada keluarga mampu yang ingin menyekolahkan kamu di sekolah
terkemuka sayang, dan sekolahnya pun pakai mobil jemputan! “ ucap Mama senang.
“ tapi kenapa mah? Fika kan sudah suka sama sekolah itu. ‘ tanyaku sambil
cemberut.
“Sebab sekolah yang ini sesuai dengan keyakinan kita sayang yaitu islam,
sekolamu yng sekarang adalah keyakinan agama adven, mama mendapat bantuan
disana maka dari itu mama terpaksa menyekolahkan kamu di sana sayang, semua itu
karena mama tidak memiliki cukup dana sekolah kamu dan kaka kamu, dan
Alhamdulillah Allah menjawab doa mama yakni kamu di sekolahkan di sekolah terkemuka
seperti sekarang ini sayang. “ Panajang lebar Mama menjelaskan dengan senang.
Diusia seperti ini tentu tidak akan mengerti tentang keyakinan suatu agama,
namun aku tau satu hal yaitu perasaan yang kurasakan saat ini hanyalah rasa
sedih sebab harus berpisah dengan teman-temanku disana, padahal kami baru saja
bertema dan bersekolah bersama selama 2
minggu terakhir ini.
“ Semoga saja mereka suka padaku “ isi otakku mulai bergejolak untuk positife
thinking.
YAYASAN TERPADU KASIH
Sekarang ini pukul 05:30 waktu setempat, tubuh mungilku saat ini tengah duduk
di atas kursi merah kecil, biasanya aku tak perna bangun sepagi ini. Cuacanya
sangat bagus, sang fajar menyapa sosokku untuk pertama kalinya, awalnya aku
kebingungan dengan menunggu seperti ini, akan tetapi alam membantu mengirimkan
jawabannya padaku setelah 10 menit kemudian. Rambutku tak lagi ku biarkan angin
meniupnya dengan leluasa, pakaianku tak lagi menampakkan tiap bentuk
pergelangan tanganku maupun kakiku, sebab busana kali ini adalah seragam yang
menutupi seluruh tubuhku terkecuali telapak tanganku, dan wajahku saja. Mama
membekaliku sebuah kue donat besar buatannya yang sangat aku gemari.
“ Hemm.. Dudu dududu. Lalala.. Dudud..hemmmhemm.. “ Senandungku pagi hari.
“ Fika sayang ini bekal kamu, tak lama lagi jemputanmu akan datang, kamu disini
yah nak mama mau melayani pembeli dulu yah sayang. “ Kata mama seraya mengelus
kepalaku.
Aku hanya diam kala Mama membuka suara, Aku juga melihat sosok tubuh penuh
ketulusannya meninggalkanku di tempat aku berada, tak lama kemudian jemputanku
akhirnya datang juga, Aku lumayan kaget ketika mendapati isi jemputanku adalah
sebagian dari murid murid di sekolah baruku, aku mengetahuinya dari seragam
yang mereka kenakan tampak sama dengan pakaian yang ku kenakan, sopir tersebut
akhirnya meminta ijin pda ibuku untuk membawaku bersekolah. Hebat aku tak takut
sedikit pun hanya saja aku merasa risi dengan tatapan teman teman yang semobil
denganku.
“ Nama kamu Afika yah?? Jangan canggung yah nak, berbaurlah agar temanmu
semakin banyak. “ Ucap sopir.
Pak sopir kami
tampaknya adalah seorang yang baik kepada semua orang, itu sudah terlihat jelas
saat ia berpamitan dengan Mamaku pag ini. Perjalanan kami sangat lah jauh,
sehingga aku harus merasa sedikit suntuk di dalam mobil tampa ada yang
mengajakku berbicara layaknya anak anak yang idientik dengan kecerewetan pada
umumnya. Kini saatnya kami tiba di depan gerbang sekolah kami yang jauhnya kira
kira lebih dari 50 km, wajar saja di tempat itu masih sangat baru dengan penampakan
hutan yang masih alami dan bersih dari padatnya polusi dan juga masih dalam
tahap pembangunan perkotaan yang diinginkan oleh pemerintah kami setempat.
“ Wah sekolahnya besar sekali, ada musholahnya juga.. Tapi di mana kantin
sekolah? “ Aku tersanjung dengan luas sekolah baruku.
“ Eh anak baru jangan diam di situ, sini duduk sama yang laen. “ Seru gadis
kecil yang sedikit tomboy.
Halaman sekolah baruku memang sangatlah luas walupun seruluh bangunannya hanya
sebagian besar dari halaman ini yang berdiri kokoh , sesungguhnya sekolah ini
adalah kepemilikan seorang kakak dari suami tanteku, kita sebut saja dengan
sebutan Ustd.Aa’. Akan tetapi bukan dialah yang membiayai sekolahku namun salah
satu temannya yang menyekolahkanku di sekolahnya sebab mereka merasa iba padaku
yang harus bersekolah yang bukanlah aliran agama kita hanya karena keterbatasan
biaya hidup.
“ Anak anak, mari masuk dulu. “ Ucap guru kami.
Kami pun menuruti apa kata guru kami, dan betapa terkejutnya aku ketika melihat
kelasku telah terpajang TV yang amat besar layaknya di rumah orang pejabat. Aku
pun seketika berpikir kalau.
“ TV-nya gede amat. Punyaku ngak segede ini deh paling sebesar rak buku di
kelas ini, mereka pasti orang yang sangat kaya. “ Pikirku melihat-lihat.
Kami masih
mempunyai waktu 20 menit untuk bell pelajara pertama, sebagian teman temanku
sedang asik bermain di teras kelas dengan berbagai macam keseruan yang mereka
ciptakan, sedangkan aku masih ingin melihat-lihat seisi kelasku yang sangat
luar biasa ini. Kakiku terhenti di depan benda kotak yang sangat besar yaitu Tv
dengan bermerk Politron.
“ Wa hebat! Aku bisa bercermin di TV ini? Canggih sekali.. Bahkan dirumahku
tidak sebesar ini dan se bagus ini “ Aku menyentuh benda tersebut.
“ Belom perna liat Tv yah? Hahaha dasar aneh!! “ Seru salah satu teman kelasku.
Mendengar ucapannya yang sengaja ditujukan padaku, sontak wajahku yang tadinya
begitu ceria dan penuh kagum dengan sekolah ini, tiba-tiba saja berubah menjadi
datar dan merasa hal aneh yang ada dalam diriku, aku sendiri tak tau hal apa
itu? Tapi yang ku tau perkataan itu sepertinya kejam.
Jujur saja, pasti kalian tidak akan percaya ataupun menduga bahwa anak sekecil
kami mampu melontarkan kata yang tidak pantas untuk teman yang bukan dari
kalangan mereka yakni orang kaya. Aku tak berani berkata ataupun berguman kecil
untuk menjawab sebab sekecil ini pun aku telah diajarkan oleh Mamaku untuk
tidak membalas dan lebih baik membiarkan apa kata orang pada kita.
“ Tettttttt…teeeeeetttt…. “ Bell telah berbunyi tanda seluruh siswa masuk.
“ Wahahiububscbusvbbdbvdbuoinrgi…. “ Seru anak-anak yang mengambil tempat untuk
berbaris di depan kelas sebelum memasuki kelas.
“ Salah satu siswa/siswi apa ada yang mau memberanikan diri untuk memimpin
kelas?? “ Tanya guru kami.
Karena sekolah
kami baru beberapa tahun didirikan, jadi untuk kelas TK atau Taman Kanak-kanak
hanya memiliki satu ruang sendiri dengan jumlah guru pembimbing sebanyak 3
sampai 4 orang untuk membantu murid murid dalam belajar, sedangkan kelas 1 s/d
kelas 6 SD hanya memiliki guru pembimbing sebanyak 2 orang dengan masing-masing
per angkatannya hanya dua kelas banyaknya. Tapi disekolah ini sangat aneh,
sebab ada perbedaan perhatian yang di berikan padaku dan murid murid lainnya.
Singkat cerita.
“ Anak-anak sekarang ini kita kedatangan teman baru yaitu Afika. Dia dari Tk
Yayasan pendidikan Adven, mohon untuk berteman dengan baik yah “ Ucap guru kami
atau disapa dengan Ustazda ummi.
“ Lanjut saja yah….di pagi ini kita semua akan menggambarrrr yeeeeeee!!! “
Laginya dengan semangat.
“ Horeeeeeeeeee!!! “ Koor semangat teman temanku saraya merayakan kemerdekaan
Indonesia.
Aku bangga mempunyai teman yang semangatnya sangat luar biasa dalam belajar.
Singkat cerita Kini waktunya untuk sesi mewarnai gambar-gambar yang diberika
oleh Ustazda kami, akan tetapi lagi lagi aku merasa dijatuhkan untuk kedua kalinya.
“ Hemmm…duududuu..lalala..dududu.dududu “ Senandungku seraya menikmati tiap
polesan warna yang ku pilih untuk sebuah gambar beruang lucu.
“ Wahh ,, warna kamu baguss sekali yah.. Kamu pandai mewarnai “ seru temanku
disebelahku.
“ iyah ma.. “ kataku terputus.
Ternyata pujian itu hanya ditujukan oleh salah satu temanku yang lainnya. Dan
jujur saja warna itu sangat bagus, sangat terang, dan sangat indah, lain dengan
punya ku yang warnanya masih pudar walau pun telah di tebalkan.
Waktunya mengumpulkan hasil kerja kami,
pelajaran selanjutnya ialah hafalan surah pendek yaitu tiap rutinnya kami akan
menghafal 3-4 surah Al-qur’an.
“ Auzdubillah himinasyaitonnirojimmm, Bissmillah hirrahman nirrahiimmm,
Alhamdulillah hirabbil’alamin….. ihdinasyirotolmusthakimm… “ Surah Alfatiha
sebagai pembuka hafalan kami semua.
Cara Ustazda kami untuk mengajarkan sangat unik sebab tiap orang akan membaca
satu ayat tertentu dari surah yang akan di lanjutkan oleh kami, tergantung pada
siapa yang ditunjuk oleh Ustazda, dan apabila salah melanjutkan ataupun lupa,
Ustazda kami akan membantu mengucapkan awalannya saja agar kami ingat, dan
kalau tidak di lanjutkan dengan cara itu maka akan mendapat ganjaran untuk
metulis namanya di papan, sedangkan nama yang paling banyak akan kami tuntun
menuju kursi hukuman. Kursi hukuman dilakukan dengan menyanyikan lagu anak-anak
sambil memakaikan mahkota yang bertuliskan “ Aku dihukum “ lalu kami
akan mencoret-coret wajahnya dengan bedak. Lain halnya bila siapa yang paling
banyak mendapatkan bintang, maka ia akan diberi hadiah berupa snack saat pulang
sekolah nanti. Semua itu agar murid ingin menjadi yang terbaik tampa harus
saling mengejek, akan tetapi itu tidak berlaku padaku.
“ Asik yah bila jadi diri mereka “ Ucapku sambil tersenyum
“ Punya banyak teman, diperhatikan oleh Ustazda ainun dan ustazda zurin.. Kira
kira siapa yah yang akan perhatian sama aku? “ Kata hatiku dengan mimik
tersenyum iri.
“ Fika kenapa kamu seharian ini sedirian terus? “ Saut temaku, Tika.
“ Eh? Iyah, saya memang seperti ini kok “ jawabku tersenyum.
“ Wwah senyum Fika menawan sekali yahh.. Seperti inilah setiap hari yah.. Aku
akan betah bersamamu, sayang sekali mungkin rumah kita jauh yah, kalo tidak aku
akan bermain denganmu “Kagum tika padaku.
“ Hahaha Tika berlebihan, makasih sudah mau berteman, sekarang dan
selamanya kita berteman yah?? “ Jawabku sebari memberikan jari kelingkingku
padanya tanda janji berteman.
“ kita temann …… “ Tika menerimaku.
Setelah kejadian itu aku juga Tika akhirnya berteman. Selama beberapa hari kami
terus saja menghabiskan waktu bersama-sama di sekolah, dan dia mulai
mengajariku cara berdoa yang baik soalnya aku masih terikat dengan adat agama
sekolah lamaku. Dia sangat baik, sangat baik, begitu baiknya dia selalu bersamaku, meski ia tahu ada yang
tak suka padaku. Bohong semua bohong, Penipu semua penipu mereka kejam, meski
perkataan kami sangat sederhana layaknya anak kecil namun untuk sesama anak
kecil itu sangatlah jahat.
“ Tika kalo kamu mau main sama dia kita tidak mau teman kamu yah. “ kata
temanku Tiara.
Setelah kejadian itu aku juga Tika akhirnya berteman. Selama beberapa hari kami terus
saja menghabiskan waktu bersama-sama di sekolah, dan dia mulai mengajariku cara
berdoa yang baik soalnya aku masih terikat dengan adat agama sekolah lamaku.
Dia sangat baik, sangat baik, begitu baiknya dia selalu bersamaku, meski ia tahu ada yang tak suka padaku. Bohong
semua bohong, Penipu semua penipu mereka kejam, meski perkataan kami sangat
sederhana layaknya anak kecil namun untuk sesama anak kecil itu sangatlah
jahat.
“ Tika kalo kamu mau main sama dia kita tidak mau teman kamu yah. “ kata
temanku Tiara.
“ Fik? Maaf yah? Bundaku adalah teman Bunda Tiara juga, aku takut diadu oleh
Tiara. “ Wajahnya berubah sedih.
“ Tenang! saya akan bermain dengan Yusuf saja, diakan selalu di jauhi karena
air liurnya, tapi aku tidak akan menjauhinya, walaupun sesungguhnya aku pun
merasa sedikit jorok hihihihihih.. “ Jawabku berakhir canda agar tak saling
menyinggung.
“ Hihihi, aku main dulu yah. “ Iapun berlalu pergi.
“ Fika! kita tangkap capung yok! Disana ada banyak! Mau ikut menangkap!? “ Seru
Kak Farhan mengajakku.
“ Fika! sini lagi banyak capung lohh. Ada banyak warna yang bisa kamu pilih “
Saut kak Fadli tetanggaku.
“ Iyah! tunggu Fika ke situ yah kak, nanti kakak pegangin fika yah kak.. “
Jawabku buru-buru memakai sandal.
“ Ayukk Fikk nanti capungnya pada pergi “ Saut Kak Reza.
Aku, kak Fadli, Farhan, Rifky, Rehan, Dan teman-teman lainnya saat ini memburu capung
dihalaman sekolah, ini sebuah tantangan yang menarik sebab bila tidak hati-hati
maka kita akan kehilangan capung. Tapi tidak dengan kami semua, menurut kami
ini hal yang mudah dan sudah biasa di lakukan oleh kami sebab setelah menagkap
capung kami akan memperlihatkan warna capung pada yang lain dan melepaskan lalu
menangkapnya lagi, dan seterusnya hingga bell masuk. Terkadang kami juga
menangkap belalang, hal inilah yang
paling sulit bagiku soalnya bila lengah ia akan melompat sebelum tangan kita
mendarat di tanah, itu salah satu keseruan yang paling aku rindukan tiap libur
sekolah.
Jangan heran dengan semua kegiatan bermain kami sebab guru kami tidak melarang
kami bermain apapun di halaman sekolah kami sebab bagi mereka itu adalah suatu
metode kembang diri bagi anak anak seperti kami ini. Lalu bagaimana dengan
pakaian kami, apkah kotor? Itu sudah pasti jangan ditanyakan lagi, Orang tua
kami tidak perna marah pada kami sebab kami hanya akan melakukannya setiap hari
rabu, kami,dan jam senam saja sebab saat itulah kami tidak memakai pakaian
putih putih.
“ satuuuuu, duaaaaa, tiga,,!!!! Hup!! “ hitungku dalam hati.
“ Yehhh dapattt!!! “ senangku saat menangkap belalang kunyit yang besar.
“ Wahh hebatt.. Fika kamu lincah yah sampai bisa dapat sebesar itu, nanti bantu
aku menangkap belalang sebesar itu yah? “ Puji Rifky merangkulku.
“ Siapa dulu.. Itukan Adikku hehehe.. “ Saut Kak Fadli ikut merangkulku juga.
“ Fadli, adikmu ini cewek tapi lincah yah hahahah kamu kalah sama dia, Hahahaha
“ Ejek Kak Alamsyah, teman Kak Fadli.
“ Badanku kan besar aku mana bisa mengejar belalang sebesar itu, dan lagi itu
pasti lompatannya tinggi juga jauh iyah kan Fikk?? “ Elak ka Fadli.
“ Hahahaahah “
Sontak tawa kami terdengar nyaring.
Beberapa hari
kemudian..
Pagi ini aku dan Dinda terlibat perkelahian mulut, sesungguhnya aku tidak melakukan apa-apa
untuk mencari masalah dengan teman kelasku sendiri, akan tetapi entah kenapa
mereka sangat membenciku dan seakan mereka ingin aku pindah dari sekolah ini,
padahal aku hanya ingin menggantung tasku di lemariku saja namun tiba-tiba ada
yang mendorongku.
“ Jauh-jauh sana! Plinses biutiii!! Nanti bajuku bau
tepung kayak kamu lagi. “ Dinda mendorongku.
“ Memangnya bau tepung itu bagaimana sih? Bukannya tepung itu tidak punya bau yah? “
tanyaku dengan sedikit takut.
“ itu karna kamu sudah biasa dengan bau tepung jadi hidungmu tidak bisa lagi mengenali bau
itu, kan kamu hanya anak dari tante penjual kue! “ katanya mengejekku.
“ Memangnya kenapa kalo AFIKA! anak dari penjual kue !!! “ Nadaku berubah menjadi kasar.
Seketika Ustazda kami datang sebab mendengar suara teriakanku yang begitu besar, dan
benar saja semua terjadi dengan kemauan mereka, rencana mereka berhasil, seakan
disini aku yang paling salah, dan disinilah aku yang paling disudutkan.
“ Heh!? Siapa yang tadi teriakk teriakk !! “ Tanya Ustazda Ummi yang marah dengan nada pelan.
“ Dia stazda…. Si Afika tadi bentakin Dinda.. “ Adu Dinda padanya.
“ Afika! Kamu ini kenapa seperti itu hah? Skarang juga kamu harus minta maaf pada Dinda “
Kata Ustazda menatap tajam padaku.
Dimata Ustazda Ummi seperti telah terjadi kebaran yang kini tengah berkobar-kobar, juga tak
segan-segan untuk meratakan siapa saja dan apa saja.
“ Tpi Usstt….. “ Kataku terputus
“ Tidak Afika! Tidak.. kamu harus meminta maaf pada Dinda, kalian itu teman satu kelas bukan
teman beda kelas, bahkan tema beda kelaspun harus kamu jaga silahturahmimu
oadanya, ayok sekarang minta maaf pada Dinda, “ Lagi Ustazda Ummi yang mulai
memaksaku.
“ Tidak, tidak mau, Afikaa ngak salah kok, kenapa harus Afika yang minta maaf. “ jawabku
dengan nada ragu-ragu.
“ Afika!! Ustazda akan hitung sampai 3 kamu harus minta maaf… “ Lgi Ustazda Ummi
mengancamku.
“ 1……………..2………… “ Ustazda Ummi mulai menghitung.
“ …. “ Mulutku bungkam berucap.
“ 3!, Kamu ini keterlaluan yah!! Jam istirahat nanti kamu tidak Ustazda IZINKAN untuk memakan
bekal kamu dan kamu harus berdiri disini sampai pulang nanti, paham kamu!!! “
Nada Ustazda mulai meninggi Karen merasa kesal padaku.
Aku sangat ingat kejadian ini, kejadian yang membuatku merasa dikucilkan, merasa sangat
tersisihkn, merasa sangat lemah, merasa sangat tidak dibutuhkan. Dunia kejam!
Mereka tidak memandang bulu untuk menginjak-nginjak harga diri seseorang selagi
mereka memiliki kekuasaan maka tidak diperlukan adab yang benar untuk menghukum
orang kecil seperti kami. Aku baru saja berusia 6 tahun, akan tetapi harus
merasakan masa masa pembulian dilingkungan sekolah. Saat itu aku pun perna
berpikir, apakah seperti ini cara guru kami mengajarkan muridnya, sebab
seingatku Mam.Merni tidak perna memperlakukanku seperti ini, dia sangat baik
dan suaranya sangat lembut, dia juga tak perna memarahi muridnya bila ada yang
berkelahi ataupun membela salah satu muridnya meskipun terbukti salah.
Sepulang sekolah, Mama mengecek kembali kotak bekalku dan juga Buku PR ku, itu sudah
kebiasaan Mama sedari Kakakku dahulu hingga sekarang masih ia lakukan pada
kami. Awalnya dia menanyakan aku tentang sokalahku hari ini akan tetapi pembicaraan
kami dihentikan oleh Mama sebab mendapati bekalku yang masih utuh tidak
tersentuh sedikitpun, tatahannya masih sebagus saat dibuat pagi ini.
“ Afika? kenapa kamu tidak makan bekalmu?? Apa kamu sakitt? “ Tanya mama memegang kotak
bekalku.
“ Zuuu… Zuuuu… tadiiiiiiii…Afikaaaaaaaaaa dihukummmmmmmm “ jawabku sambil bermain motor motoran pemberian kak Fadli.
“ Loh kok dihukum… “ Tanya Mama.
“ Ngeeeeeenggg.. zuuuu….bib bibbbbbbbb.. zuuuuuuuuu.. “ Aku tidak menghiraukan.
Tentu saja tidak aku hiraukan, saat itu aku masih anak anak yang selalu berpikir untuk fokus
pada permainanku sediri dibandingkan memikirkan sebuah masalah yang terjadi
padaku, dan aku pun bukan sosok anak kecil yang suka mengadu jika suatu hal
telah terjadi padaku ini bukan kali pertamanya aku pulang dengan perut yang
kosong, tetapi sudah 4 atau 5 kalinya, namun Mama tidak perna tahu sebabnya apa.
Tiba-tiba aku merasa terserang sesuatu yang mengenai perutku dan rasanya sangat
sakit, begitu sakitnya yang kurasakan tampa sadar aku pun mulai menangis dengan
suara yang keras, dan sontak membuat para tetanggaku menjadi kaget
mendengarnya. Mamaku yang kala itu sedang melakukan aktifitas jualannya yang
berletak dipinggir jalan raya, memdadak meninggalkan tempat jualannya
dikarenakan salah satu tetanggaku berlarian untuk memberi tahukan bahwa aku
saat ini sedang menangis kesakitan di dalam kamar. Sungguh berita buruk bagi
seorang Ibu yang sedang menacari tambahan nafka bagi keluarga sederhananya.
Bagi seorang Ibu sesibuk apapun pekerjaannya, namun tetap saja ia akan terkejut
apabila mendengar anaknya saat ini sedang menagis kesakitan, dan secepat
mungkin ia akan pergi memberi pertolongan pertama yang ia ketahui untuk
meringankan rasa sakit pada anaknya.
Sesampainya dirumah.
“ Aduhh sakiitttt.. hikss hiksss hiksss hiksss sakit aduh perut ku sakit Mahhh..
Mama…Mama.. sakitt huhu sakitt perut hiks hiks hiks.. “ Tangis ku mendadak
makin membesar dengan diikuti rasa sakit yang menusuk-nusuk.
“ Afika?? Kamu kenapa?? Sayang!! Sayang!! Kamu kenapa.. sini Mama kasih kamu obat yah biar
sakitny areda yah sayang “ Panik Mama mencari obat pereda sakit perut.
“ Ini diminum yah nak! “ Mama memberiku obat.
Setelah kejadian yang menimpa diriku barusan, mendadak Mama menapakkan kakinya menuju rumah Tante Lina
yang bersebelahan dengan rumah kami untuk meminta tolong. Mama menerka bahwa aku
terkena mag sebab aku tak makan apa pun sedari pagi hingga jam 12 siang dini
hari.
“ Ina?? Fajar ada tidak? “ Tanya Mama.
“ Ada kak, kenapa kak? Kok panik gitu sih, ada apa? “ Balas Tante Lina.
“ Ituu, Afika sakit perutt, kakak mau minta tolong dianterin ke dokter, soalnya suami kaka
dapat Shiff pagi dikantornya dia. “ Jawab Mama Panik.
“ Yah sudah kak tunggu sebentar yah? “ Tante Lina pergi meninggalkan mama.
Tidak lama kemudian Tante Lina pun akhirnya keluar dengan suaminya dan segera mengeluarkan
mobilnya dari halaman rumah mereka untuk menjemputku. Paman dengan sigap
langsung menggendongku masuk kedalam mobil mereka dengan kondisiku yang masih
merintih kesakitan, perjalanan menuju puskesmas hanya membutuhkan waktu 30
menit dari jarak yang di tempuh pamanku. Tibanya kami disana, para perawat
langsung memeriksaku dengan benda aneh yang menggantung dilehernya, lalu
ditempelkannya pada perutku yang kesakitan.
Tak cukup 10 menit, dokter tersebut lalu memberikanku sebuah obat serbuk untuk diminum saat
itu juga, sambil berkata bahwa aku akan segera sembuh dari sakit perutku ini.
Setelah meminumnya aku pun mulai menahan tangisku sebab rasa sakitnya memang
mulai berkurang dari sebelumnya.
“ Bagaimana pak mantri? Apakah anak saya akan baik baik saja?. “ Tanya paman pada dokter
tersebut.
“ Anak bapak mengalami keram pada bagian perut, apakah anak bapa sering terlambat makan
belakangan ini? Ataukah dia salah memakan sesuatu yang menyebabkan ia
kesakitan? “ Tanya kembali dokter pada pamanku.
“ Saya tidak tau pak?. “ jawab paman bingung.
“ Baiklah saya akan menanyakan sendiri pada anak bapak yah. “ jawab dokter tersebut sambil
berjalan menujuku.
Percakapan itu berlangsung didepan mataku, aku pun mulai memberanikan diri untuk bersuara pada
Dokter tersebut yang sedang menanyakan satu pertanyaan sulit dibandingkan
perkalian yang sudah aku kuasai disekolah. Saat menjawab aku takut bahwa jika
aku memberi tahukan bahwa belakangan ini aku sering beberapa kali dihukum oleh
Ustazda untuk tidak diperbolehkan makan siang karena tak ingin meminta maaf
pada sesame temanku.
“ Nona Afika?
Bapak dokter mau Tanya, Nona Afika sering tidak makan jajanan luar? “ Tanya
dokter dengan rama.
“….. “ Aku
menggelengkan kepalaku.
“ Ohhh, tidak
perna yah?. Kalau begitu Nona Afika sering tidak makannya itu tidak dihabiskan?
“ Lagi dokter tersebut.
“ …. “ Aku
enggan bersuara.
Melihat aku
diam ketakutan, Pamanku berniat untuk menyakankan hal itu lagi padaku, akan
tetapi dengan mengajakku bermain. Dan akhirnya BOOM!! .
“ Kakak?
Kenapa Afika sering dihukum begini dan kita tidak tahu, kalau kakak kasih tahu
dari awal maka saya akan bantu kaka untuk melaporkannya pada kaka saya sendiri,
agar guru itu bisa di proses dengan segera, sekalipun anak itu sangat nakal
namun ia tidak ada hak untuk melarangnya makan walaupun tak ingin meminta maaf
pada tema kelasnya!!! “ Wajah Paman mulai memerah.
“ Kakak juga
ngak tahu, setiap kakak tanyakan kenapa bekalnya tidak di habiskan, ia hanya
akan diam tak menjawab apapun, atau terkadang mengatakan sudah kenyang. “ Jawab
Mama.
“ Sudah-sudah.
Yanggg, mending kamu tanyakan sendiri kenapa teman temannya dan juga dia tidak
bisa akur, dan kenapa juga dia tidak meminta maaf saja jika itu sebuh
kesalahannya dia. “ Usul Tante Lina Pada suaminya dengan nada lembut.
Saat itu aku
di dudukan di kursi pelastik yang tak jauh dari percakapan para orang tua.
Mendengar usulan istrinya Paman akhirnya membujukku untuk menjelaskan semua ini
dengan sangat terperinci. Saat paman menjanjikan akan membawaku pergi bermain
di FunStastion akupun menjawabnya dengan tingkahku layaknya seorang anak
berumur 6 tahun.
“ Waktu itu
Afika mao…. Ehh apa yah?? Afika lupaa.. hihihi “ Jawabku menggaruk kepalaku
yang sebenarnya tidak gatal.
“ Oh,yah!
Waktu ituuu… Afika mao naroh tas Afikaaa.. tapiiii, Teman Afika pada ngedorong
Afika sampe jauhhhhhhh.. jauhhhhhhh sekali. “ Jawabku sambil menggerakkan
tanganku.
“ Terus apa lagi
nak? “ Lagi Pamanku.
“
Tteruuuussss.. Afika di katain gini. “ Aku pun mulai berdiri dengan langkah
yang tak imbang.
“ Eh, plinses
buti. Minggil Sanaa.. nantiii badanku bau tepunggg.. kamu itu anak penjual
kueee. “ Kataku memperagakan cara temanku membuli.
“ Lalu Afika
bilang apa?! “ Tanya Tante Lina yang menyimak.
“ Yah Afika
mallah dong, Afika teriak kayak gini. “ Lagiku memperagakannya sambil memegang
perutku.
“ Emangnya
kenapa kao Mamaku penjual kuee!! “ Seruku yang tak lagi sekencang kebenaran.
“ Kayak gitu
tante tapi suala Afika Lebih gede lagi dali pada itu. Udah yah Pelut Afika
sakit tante.. Afika mao tidur dulu deh. “ Kataku ingin meninggalkan.
“ Afika
sayangggg? Sabar dulu yah nak.. kamu harus cerita seeeeeemuanya, biar Mama tau
nak. Setelah tiu apa yag terjadi mengapa kamu dihukum oleh Ustazda kamu dan
tidak boleh beristirahat sayang? “Kali ini Mama yang bertanya dengan serius
namun tetap dengan nada membujukku.
Jangan lupa untuk like, dan love yah:))
“ Afika sayangggg? Sabar dulu yah nak.. kamu harus cerita seeeeeemuanya, biar Mama tau
nak. Setelah tiu apa yag terjadi mengapa kamu dihukum oleh Ustazda kamu dan
tidak boleh beristirahat sayang? “Kali ini Mama yang bertanya dengan serius
namun tetap dengan nada membujukku.
“ Iyah iyah, iyah. Terus Ustazda datang kalna kaget, Ustazda bilang aku halus meminta maaf
kalena suda belkata kasal sama teman kelasku, Afika ngak mao dong, jadi Afika
ngeyel mau ngadu balik tapi Ustazda bilang cukup, jadinya Afika diem tlus tetap
ngak mao minta maaf. Yah udah Ustazda bilang ngak boleh istlilaht tluus halus
beldiri sampe pulang. Jadi Afika nulut aja apakata Ustazda, yang penting Afika
ngak akan mao minta maaf yah sebelum meleka yang minta maaf sama Afikaaa,
Heheeh. “ Terus terangku berakhir tersenyum saat menyebut namaku sendiri.
“ Selain itu apa lagi Afika? “ Lagi Paman.
“ Ehhhh.. samaaa apa lagi yahhh… kemaren Afika maen pazel tluss di lampas sama teman
kelas Afika padahal mainana meleka udah banyak loh Oommm.. jadi kita lebutan,
Eh ngak tau kenapa tiba tiba dia jatoh tluss nangiss deh.. teluss Ustazda
datang lagi nanyain teman Afika kenapa nangis, tlus teman Afika jawab karena
Afika yang ngedolong dia, Telus Ustazda malah lagii sambil bilang Afika itu
jangan nakal, Telus Afika bilang, Afika ngak nakal kok Ustzda, Afika Lgi maen
tluss dia mau ngambil mainannya Afika, yah kita beldua lebutan dong , ehh malah
dia yang jatoh. Telus teman Afika bilang lagi kalo Afika itu bohong katanya
Afika yang dolong, Yah udah Afika di hukum lagi Hehehehehe. Afika nakal yah Oom?
“ Jelasku sambil tertawa karena mengaku nakal.
Namun aneh!, sebab Mama, Paman, dan Tante Lina malah mulai berkaca kaca ketika usai
mendengar penjelasanku. Entah apa yang mereka sedihkan dari ceritaku tadi,
sebab merekalah yang sudah memintaku untuk bercerita tetang sekolahku, dan aku
pun hanya mengikuti apa kata mereka dan apa yang telah terjadi pada diriku
selama di sekolah baruku itu.
“ Apakah teman Afika sering mengganggu Afika sepert itu sayang? “ Lagi Paman sambil memegang
kedua pundakku.
“ Emm. Kayaknya begitu.. heheheh kenapa om? “ Jawabku polos.
Seketika mereka semua saling bertatapan secara langsung di hadapanku, diusiaku yang masih
sangat belia membuat otakku berpikir keras dengan mimik wajah mereka yang
mendadak berubah menjadi lebih terlihat sedih juga khawatir pada sesuatu.
Setelah percakapanku dengan ketiga orang tua tersebut, akupun akhirnya di
izinkan untuk memasuki kamarku dan beranjak tidur, sebab efek dari obat yang
berikan padaku sudah lama bekerja sejak percakapanku berlangsung dengan ketiga
orang tua tersebut.
2 minggu kemudian.
HARI KENAIKAN KELAS
Hari yang membahagiakan pada pagi hari ini kami semua, Siswa/Siswi Yayasan Terpadu Kasih
kini akan menuju jenjang selnajutnya yakni kenaikan kelas. Usai sudah kejadian
yang berlalu dikelas lamaku dank au berharap semoga semua menjadi suka padaku.
Belum, Belum sampai disini penderitaanku ini akan lebih memalukan bagiku di
awal cerita dan akan menjadi aib bagi guru-guru ku diakhir cerita sebab
memiliki Siswa/Siswa yang tidak mempunyai rasa saling menghargai satu sam lain.
“ Afikaaa? Kak Fadli minta air dong dek auss nih, Air kaka abis tadi. “ Pinta Kak Faadli
diabang pintu kelasku.
“ Ok kak!! tungguh yah kak “ Jawabku buru-buru mengambilkannya air.
“ Glek glek glek glek.. Ahh, Segerrrrr, maakasih yah dek “ Jawabnya berlari meninggalkan ku
pergi.
Saat Kak Fadli berlari pergi rupanya ada yang tertinggal, yaitu teman kelasnya namanya Kak
Rizky. Kak Rizky rupanya berniat sama dengan Kak Fadli untuk meminta sedikit
air padaku, entah karena aku memang memiliki sifat saling berbagi ataukah sifat
kasihan akupun memberikanya juga.
“ Glek glek glek glek glek glek.. makasih yah dek “ Ucap Kak Rizky melambaikan tangannya
padaku.
Aku tak tahu ternyata kakak kelasku yang bernama Rizky adalah sosok yang banyak digemari
oleh kakak kelasku yang perempuan. Akan tetapi Kak Rizky hanya suka bermain
denganku saja semua karena Kak Fadli yang senantiasa mengajakku bermain. Hingga
pada suatu hari terjadi konflik disekitarku.
“ Itu loh anaknya. “ Ucap kakak Kelasku sambil menunjukkan sosokku pada temannya yang lain.
“ Ohh yang itu, baru juga kelas satu SD sudah dekat dekat kakak kelas. “ Saut teman mereka
yang lain.
Saat itu aku sedang berjalan untuk menemui Kak Fadli, tapi tatapan mereka menghentikanku
untuk menuju ruang kelas Kakakku, dan ucapan mereka sangat tertuju padaku.
Bagaimana tidak lagi-lagi aku dihimpit sebuah masalah baru, namun kali ini
berbeda sebab masalah ini berurusan dengan kakak kelasku sendiri.
“ Afika!!! “ Suara lelaki sedang meneriakiku.
“ Itu Rizky, cha! “ Ucap sosok yang menunjukku.
“ Afika!! Sini main yuk!! Kita main ini “ Seru Kak Rizky tersenyum sambil menunjukkan
Permainan Stik kayu.
“ Iyah Kak! “ jawabku yang masih menatap balik kakak kelasku.
“ Mereka kenapa Ika? “ Tanya Kak Rizky yang ikut menatap segerombolan Siswi.
“ Afika ngaktau..” Jawabku mengangkat bahu.
“ Main bareng yok!! “ Ucap Kak Rizky.
“ Fadlii!!! Main ayok “ Lagi Kak Rizky.
“ Ehh main yukk.. Ada Rizky ama Afika tuh. “ Ucap Kak Fadli mengajak.temannya.
“ Ayukk.. ada Afika juga pasti aku menang. “ Seru teman yang lain.
Mereka pun akhirnya menghampiri kami berdua di depan kelas mereka, Permainan kali ini adalah stick
kayu yang biasanya dimainkan dengan cara memberikan tepukan angin pada stick
kayu tersebut agar bisa terbang lebih jauh dari milik lawan.
“ Yahhhh Afikaa kalah lagi deh hehehehe. “ Ucapku tegelak tertawa.
“ Aduh adeku ini kalu tertawa bikin melayang! Hahaha “ Goda Kak Fadli padaku.
“ Hahaha seharusnya kami yang menjadi kakaknya bukan kau “ Ledek Temanya, Farhan.
“ Kenapa memangnya kalo bukan aku? “ Tanya Kak Fadli.
“ Karna kamu tidak bisa menggendongnya di pundakmu, soalnyakan kamu itu berat mengangkat
badanmu yang besar itu, Hahahaha “ Mereka pun tertawa bersama sambil merangkul
satu sama lain.
Betapa terharunya aku ketika melihat pertemanan mereka yang begitu penuh kebahagiaan
meskipun ada pula bahan untuk saling mengejek satu sama lain, namun tidak
melunturkan ikatan pertemanan mereka. Aku beringin mempunyai pertemanan seperti
mereka dan pasti akan sangat bahagia bila bisa memiliki ikatan sekuat itu.
SIngkat cerita, 2 Minggu kemudian.
“ Heii.. apa yang kau bawa? “ Tanya Ilham.
“ Ohh ini itu makanan kesukaannya Afikaaa!!.. Ilham juga mau mencobanya? “ Tawarku
menyodorkan bekalku.
“ Tunggu aku juga akan membawa bekalku juga, agar kita bisa saling berbagi, Yahkan? “ Usul
Ilham yang tersenyum sehingga menampakkan giginya yang ompong.
“ Ini diaa.. Bundaku membuat nugget untukku dan menggorengkan sosis ini juga serta beberapa
sayur yang sdh diolahnya, apa kau mau? “ Ucap Ilham yang menyodorkan bekalnya
padaku.
“ Aku ambil ini satu dan ini satu. Kamuu ambil punyaku yang ini dan ini dan ini, ok beres
ayok makan! Hihihi “ Seruku yang ingin
menerkam seluruh bekal bawaanku.
“ Hup!!!! Hmmm, enakkkkkkkkkk.. Mama yang buatin yah dek! “ Tanya Kak Rizky yang
tiba-tiba menganmbil kentang goreng ditanganku.
“ Hm!! Enak yah, hehehe makan bareng yuk kak “ Anggukku lalu mengajak makan bersama.
Ketika kami bertiga saling berbagi bekal satu sama lain, ternyata masih ada lagi yang ingin
bergabung dengan kami, yaitu Kak Fadli dan juga teman-temannya yang lain.
“ Jangan habiskann!!!! “ Saut keras Kak Farhan yang berlari bersama lainnya.
“ Capek juga, eh jangan Habiskan dong, kamu juga! “ Kak Fadil mendorong Kak Rizky dengan
kencang.
“ Sapa suruh lemot, Hahahahah “ Jawab Kak Rizky.
“ Bilang aja kamu mau menang sendiri kan? . Yah kan Dill? “ Ketus Kak Fadli menyenggol Kak
Fadil.
“ Sudah-sudah, makan aja kakak-kakak libut banget. “ Ketus Ilham dengan mulut yang penuh.
“ Ilham harus biasa dengan sifat mereka, Afika aja sudah biasa. “ Sautku merasa geli.
Entah hari begitu cerah atau aku yang terlalu bersyukur, sebab semenjak Kak Fadli
menagajakku bermain bersama teman-temannya, kini aku tidak lagi dibuli oleh
siapapun di kelasku dan wali kelasku kali ini begitu menyangiku seperti
Mam.Merni sewaktu disekolah lamaku dulu. Selama berlangsungnya jam istirahat,
kami segera menghabiskan bekal kami dan mulai bermain di halaman sekolah.
Permainan ini sudah lama tidak kami mainkan semenjak adanya permainan stick
kayu yang perna kami mainkan kemaren. Ini adalah salah satu permainan kesukaan
kami sejak dulu, dan teman kelasku mulai tertular virus permainan Tangkap Capung dan juga Tangkap Belalan. ala kami semua.
“ Yehh aku dapat yang besar lagi.. aku menang lagii!! “ Seru kerasku memegang belalang
yang besar.
“ Yahh kalah lagi, Hehehehe “ Keluh Kak Reza lalu tertawa.
“ Heran ini anak cewek tapi kek bukan cewek aja, lincah banget sih anaknya. “ Heran Kak
Rizky lalu mengacak kudungku.
“ Kak Rizky!! hijabku nanti ngak cantik lagi aduhhhhhh. “ Ketusku cemberut.
“ Yahh dia marahh Fadd!! Hahahahahahaha “ Saut Kak Fadill lalu ikut tertawa bersama yang
lainnya.
“ Heran cuman gini aja kita kek terhibur banget yah padahal ngak ada yang lucu-lucu amat loh!
“ Pikir Reza yang diutarakan pada kami semua.
“ Kan Afikaa imuttt, lucu, dan Yang terpentingg Kalian sayang sama Afika… “ Pedeku berpose
sok imut.
“ Yehhh kepedeann. Hahahah “ Seru teman kelas ku, Ilham.
Usai sudah hari bahagiaku di sekolah Yayasan Terpadu Kasih, aku merasa lebih terlindungi
semenjak berteman dengan Kak Fadli dan kawan-kawannya, dan juga teman-teman
kelasku. Jangan heran bila aku yang paling berbeda sebab hanya akulah sosok
Siswi perempuan yang bermain dengan Siswa lelaki di sekolahku, entah kenapa dan
mengapa hanya akulah yang sering dijemput oleh mereka untuk bermain bersama
mereka semua, dan Yusuf yang memiliki kelainan mental pun aku ajak untuk ikut
bermain bersama, meskipun terkadang sesekali kami merasa sedikit jijik akibat
air liurnya yang terus dikeluarkannya namun kami tak mempermasalhkannya sebab
itulah kondisi yang dimiliki oleh Yusuf saat ini.
Lelahnya tubuh, memaksakan kami untuk duduk dibawah pohon sejenak seraya mendinginkan
badan dan menghilangkan penat akibat pemainan yang cukup menguras tenaga kami,
usai jam istirahat kami tidak lagi memiliki jam pelajaran apapun sebab para
guru kami sedang melakukan rapat mengenai suatu hal. Apakah
mereka tidak khawatir dengan murid mereka nanti? Tenang saja, pagar sekolah
kami terkunci kok walaupun belum memiliki satpam sekolah, dan kami pun tidak
akan bisa dan mau untuk keluar dikarenakan sekolah kami berada di daerah
permukiman baru, jadi masih sangat sepi terutama jajanan luar seperti yang
perna ada pada sekolahan di daerah perkotaan. Mungkin ini salah satu metode
agar siswa/siswi Yayasan Terpadu Kasih tidak merasakan dampak buruk dari para
penjual yang curang demi merayu nafsu makan setiap anak sekolahan.
“ Sayang sekali yah, besok kita libur karena rapat guru-guru. “ Saut sedih Kak Farhan
seraya mengkipas-kipas wajahnya yang berkeringat.
“ iyah kak!! Firman jadi ngak bisa main lagi sama kaka-kakak soalnya kan jumat kita diliburkan,
sedangkan sabtu/minggu itu memang tanggal merah sekolah kita. “ Curhat Firman
teman kelasku.
Sesaat mereka semua saling bertatapan sedih padahalkan cuman 3 hari libur, apa yang harus
disayangkan untuk itu semua? Itulah pikiranku saat melihat wajah mereka
terlihat sedih, agar bisa mengembalikan wajah ceria milik mereka semua, akupun
berniat untuk mengajak mereka membuat sesuatu yang menyenangkan dihari libur
esok.
“ Gimana dong Fad? Kamu ada ide tidak? “ Tanya Kak Rizky pada Kakaku.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!