Aku Pergi,Tapi Tidak Meninggalkanmu.
nostalgia
nay
Hei, masih inget tragedi sejadah dulu? Haha.
afuh
Yaelah, masa lupa. Itu kan awal mula gue sadar kalau lo nggak sekaku yang gue kira
nay
Dulu lo bilang gue cool banget, jarang ngomong. Tau nggak, dalam hati gue ketawa.
afuh
Iya, ternyata lo bawel parah. Tapi gue suka.
nay
Haha… Lo masih suka Nabati coklat?
afuh
Masih lah. Lo kan yang ngajarin gue buat suka itu.
nay
Jadi… kalau gue pergi, lo bakal lupain Nabati juga nggak?
afuh
Nggak bakal. Kayak gue nggak bakal lupain lo
afuh
Kenapa? Lo takut kalau gue tetep inget lo, atau takut kalau suatu hari gue beneran lupa?
afuh
Gue nggak bakal lupa, Nay. Walau lo udah jauh, lo tetap bagian dari cerita gue.
afuh
Kenapa? Lo yang pergi, tapi gue yang nggak boleh inget?
nay
Bukan gitu. Gue cuma takut… kalau nanti gue balik, lo udah nggak ada di tempat yang sama
afuh
Gue di sini, Nay. Selalu.
Ada jeda di antara percakapan mereka. Seperti jeda di hati yang mereka biarkan terbuka, tanpa tahu kapan akan tertutup atau semakin melebar.
Karena di antara kata-kata yang mereka tuliskan, ada perasaan yang tidak pernah selesai.
sosok nayara dan alfarizhu
nayara:seseorang yang penuh kasih sayang, Namun, di balik kasih sayangnya yang besar, dia juga punya sisi posesif dan mudah cemburu, mungkin karena dia sangat menghargai hubungannya dan takut kehilangan.
Secara fisik, Nayara memiliki kecantikan khas dengan kulit sawo matang yang eksotis. Matanya sipit, memberi kesan tajam dan penuh ketegasan, yang semakin diperkuat dengan ekspresi wajahnya yang sering terlihat sinis. Meski begitu, di balik tatapan sinisnya, Nayara sebenarnya adalah orang yang baik hati dan peduli terhadap orang-orang di sekitarnya.Kombinasi sifat dan penampilannya membuatnya menjadi sosok yang unik dan menarik.
alfarizhu:Alfarizhu Akbar atau lebih sering di panggil afuh adalah sosok yang pada awalnya terkesan galak atau blak-blakan. Kalau belum mengenalnya, orang mungkin merasa dia sedikit pedas dalam berbicara karena ucapannya yang spontan dan tanpa filter. Dia juga bukan tipe yang mudah akrab dengan orang baru, sehingga kesannya agak dingin atau cuek di awal perkenalan.
Namun, di balik kesan awal itu, ketika seseorang sudah mengenalnya lebih dalam, Alfarizhu berubah total. Dia menjadi sosok yang sangat perhatian dan penuh kasih sayang, terutama kepada Nayara. Berbeda dengan Nayara yang cenderung introvert, Alfarizhu lebih friendly dan mudah bergaul dengan banyak orang. Hal ini sering membuat Nayara kesal karena sifat mereka yang bertolak belakang Nayara lebih tertutup, sementara Alfarizhu bisa akrab dengan siapa saja.
Meskipun begitu, Alfarizhu adalah orang yang humble dan pintar. Kecerdasannya membuat dia bisa menghadapi berbagai situasi dengan baik, dan kerendahan hatinya membuat orang-orang nyaman berada di sekitarnya. Hubungannya dengan Nayara mungkin penuh dinamika, tetapi justru itulah yang membuat mereka saling melengkapi.
nay
aku pergi,tapi hati ku tetap ada di tempat yg sama
afuh
tak semua yg berakhir benar benar selesai
afuh
kamu adalah rindu yang tak tau bagaimana caranya pulang
nay
jarak hanya menguji, bukan menghapus apa yang sudah ada.
bocah tengil
awalnya,aku dan dia hanya orang asing yang tidak saling mengenal,kita bertemu di pesantren aku dari sukabumi dan dia dari bekasi.tak ada yang istimewa,sampai tragedi sejadah itu terjadi,membawa kita pada kejadian tak terduga.
Hari itu, hujan turun begitu deras, membasahi halaman pesantren yang sepi. Malam pengajian, seharusnya para santri sudah berkumpul di kelas, tapi hanya beberapa anak perempuan yang datang—termasuk Nayara dan teman-temannya. Dengan langkah cepat, mereka memasuki kelas, hanya untuk menemukan ruangan yang sudah berantakan seperti kapal pecah.
Buku-buku berserakan, sandal entah di mana, dan di sudut ruangan, para santri laki-laki duduk santai dengan wajah tanpa dosa. Mereka bahkan sempat-sempatnya menuliskan “Kelasku Surgaku” di papan tulis seakan menikmati kekacauan ini.
nay
Gila ya, ini kelas apa kapal karam?
Nayara melirik ke arah anak-anak laki-laki dengan tatapan sinis. Dia baru saja ingin bersuara ketika seseorang dari kelompok itu bangkit, menatapnya dengan ekspresi datar.
afuh
Kenapa sih lo so asik banget
Nayara terdiam sesaat, menatap pemilik suara yang ternyata seorang anak laki-laki dengan postur tegap dan wajah serius. Alfarizhu Akbar. Anak baru, sama seperti dirinya, tapi dengan aura yang jauh lebih dingin.
Pengajian pun dimulai di tengah suara hujan yang mengguyur deras. Namun, ketenangan itu tak bertahan lama. Tanpa disadari, tiba-tiba pecahlah kekacauan lain—perang sejadah. Anak-anak laki-laki mulai bercanda, melempar sejadah satu sama lain, membuat suasana semakin riuh. Nayara hanya mendesah dan memilih mengabaikan, sampai sebuah suara tiba-tiba menggema.
afuh
Heh! Balikin sejadah gue!
Nayara menoleh dan menyadari sesuatu—di tangannya, ada sejadah yang entah milik siapa. Mungkin karena keributan tadi, dia tak sadar mengambilnya. Namun, bukannya mengembalikan, entah kenapa rasa kesalnya masih tersisa.
Orang yang merasa memilikinya mulai merebut sejadah itu, dan tanpa pikir panjang, Nayara melemparnya begitu saja ke lantai. Tatapan sinisnya bertemu dengan beberapa pasang mata yang terkejut. Tanpa menunggu reaksi lebih lanjut, dia berbalik dan melangkah pergi menuju asrama, membiarkan Alfarizhu dan yang lainnya menatap punggungnya yang menjauh.
Malam itu, tanpa sadar, awal dari cerita mereka pun dimulai.
Pagi itu, udara masih terasa sejuk sisa hujan semalam. Nayara melangkah keluar asrama lebih awal dari biasanya. Hari kedua sekolah, dan untuk pertama kalinya, dia pergi sendiri. Tidak ada teman yang menemani, hanya langkahnya yang terdengar di jalanan pesantren yang masih lengang.
Sebelum ke kelas, dia memutuskan untuk mampir sebentar ke minimarket kecil di sebelah masjid, sekadar membeli sesuatu untuk mengisi energi paginya. Namun, saat dia masuk, matanya langsung menangkap sosok yang tak asing—laki-laki dari semalam.
Dia berdiri di dekat rak minuman, tampak santai, seolah tak menyadari keberadaan Nayara. Namun, ketika mata mereka bertemu, laki-laki itu hanya mendengus kecil.
afuh
lo lagi lo lagi,bosen gue liat muka lo
Tanpa ada pembicaraan lebih lanjut, mereka mengambil barang masing-masing dan pergi ke arah yang berbeda, seolah tak peduli satu sama lain. Tapi nyatanya, entah kenapa, pertemuan itu justru semakin menyalakan api kecil di antara mereka.
Saat masuk kelas, Nayara masih merasa kesal, meski dia sendiri tak tahu pasti alasannya. Sejak pertemuan pertama, ada sesuatu tentang Alfarizhu yang selalu membuatnya ingin mencari masalah. Dan ternyata, hal itu bukan hanya dirasakannya seorang diri.
Hari-hari berikutnya, mereka mulai sering bertukar ejekan. Entah siapa yang memulai, tapi Alfarizhu selalu punya cara untuk mengganggu Nayara. Pernah suatu kali, dia mengejek sandal Nayara dengan sebutan “sendal kulit babi”, membuat teman-temannya tertawa terbahak-bahak. Nayara yang saat itu masih belum terbiasa dengan ejekan hanya bisa menghela napas panjang, menahan diri untuk tidak terpancing emosi.
Namun, ejekan tak berhenti sampai di situ. Setiap kali Nayara melewati asrama laki-laki, suara-suara usil mulai meneriakinya.
Gelar itu melekat begitu saja, hanya karena tubuh Nayara yang gemuk saat itu. Setiap kali dia lewat, pasti ada saja yang berteriak begitu, seolah sudah menjadi kebiasaan. Nayara hanya bisa pasrah, menundukkan kepala, pura-pura tak mendengar
Tapi jauh di dalam hatinya, ada sesuatu yang perlahan tumbuh—rasa tak suka, kesal, dan entah bagaimana, rasa ingin membalas semua ejekan itu suatu hari nanti.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!