NovelToon NovelToon

The Mystery Of Life: MAGICAL TREE

CHAPTER 1 - THE WORK

Pada hari Selasa di jam 6.00 pagi, aku baru saja bangun dari tidurku yang cukup nyenyak dan membuka mataku lalu melihat ke arah langit-langit kamar tidurku itu yang berwarna cream dengan sebuah lampu gantung yang tidak terlalu panjang menjuntai ke bawah dan tidak terlalu mewah, kira-kira hanya terdapat 3 bohlam di lampu gantung itu yang terletak di tengahnya.

Lalu beberapa menit setelahnya aku pun bangun dari kasurku itu dan duduk di sana sebentar, aku pun melirik ke arah jendela dengan tirai gordennya yang terbuka lebar berada tepat di samping kiri tempat tidurku itu. Cahaya sinar matahari yang saat itu menyinari kamarku dengan terang dan hangat membuatku merasa tidak terlalu mengantuk lagi.

Aku pun mulai beranjak dari kasurku itu dan berjalan menuju meja kerjaku yang ada di tepat sebelah kanan tempat tidurku itu. Aku menarik kursi yang ada di depan meja belajarku itu dan duduk di sana sambil menyalakan laptopku yang ada tepat di hadapanku itu.

Sembari menunggu laptopku itu nyala, aku pun membuka buku catatan harian tentang detail jumlah pemesan buket bunga yang ditujukan untuk membantu usaha buket bungaku yang di mana saat beberapa hari yang lalu sudah aku buka juga melalui toko online. Ternyata pesanan buket bunga yang harus dikirim hari ini jumlahnya mencapai 10 buah, namun buket yang harus dikirim kali ini kebanyakan adalah tipe ukuran yang tidak terlalu besar.

Di toko buket bungaku ini, ada beberapa tetanggaku yang memesan buket bunga dariku, entah itu untuk keperluan wisuda anaknya atau bahkan untuk acara kondangan mereka. Toko buket bunga ini telah dibuka sejak 3 tahun yang lalu, jujur di saat pertama kali aku dan seorang kakak perempuanku memutuskan untuk memulai usaha ini, kami rela berjualan sampai berkeliling beberapa kompleks hanya untuk menawarkan buket bunga ini. Namun setelah seminggu kami berjualan, akhirnya kami memutuskan untuk berjualan di depan sekolah saja karena kami yakin pasti anak-anak bahkan remaja sangat menyukainya jika dijual setangkai bunga. Apalagi mengingat di zaman sekarang banyak anak-anak usia SD yang sudah mulai berpacaran, bahkan jumlahnya yang terkadang melebihi remaja.

Banyak pengusaha buket bunga berkata bahwa usaha ini tidak mendapatkan keuntungan sama sekali atau malah rugi, namun kami tidak peduli karena sesungguhnya kegiatan ini dilakukan hanya karena kami menyukainya. Di luar itu aku masih punya pekerjaan lainnya sebagai pemain piano atau biasa dapat disebut pianis yang tampil di berbagai acara seperti acara ulang tahun, acara pesta kantor, ataupun acara pesta lainnya.

Aku juga merupakan seorang penerjemah bahasa Inggris di sebuah agensi penerjemah khusus karya seni seperti novel, komik, ataupun yang lainnya dan aku dapat mengerjakan penerjemahan itu hanya dari rumah ataupun di tempat lain yang mana ini artinya aku tidak harus ke kantor untuk menerjemahkan semua hal itu.

Aku pun menutup buku catatan itu lalu menaruhnya kembali di atas meja kerjaku itu dan menatap layar laptop milikku yang sudah mulai nyala dan berfungsi itu. setelah itu, tangan kananku dengan gercep memegang sebuah mouse dan menggerakkannya lalu memencet ikon aplikasi dari agensi penerjemahan itu yang bernama TraensLitey untuk melihat apa saja daftar bacaan hari ini yang harus aku terjemahkan, selain itu juga untuk mengisi daftar hadir yang ada di aplikasi itu.

Lalu ketika aplikasi itu sudah terbuka di layar laptopku itu, jari jemariku dengan cepat mengetik nama lengkapku untuk mendaftar absensi pada hari ini. Setelah selesai mengisi absensi itu, aku pun langsung berjalan menuju kamar mandi yang terletak di sebelah kanan meja kerjaku itu untuk mandi, bersiap dan segera makan sarapan.

Sementara itu, di ruangan dapur tepat terletak di sebelah kiri kamar tidurku terlihat seorang kakak perempuanku yang saat itu mengenakan atasan kaos berwarna merah dengan corak garis-garis berwarna jingga muda dan bawahan celana pendek santai selutut berwarna biru muda dengan corak polkadot berwarna putih akhirnya sudah selesai memasak nasi goreng untuk sarapan hari ini dan saat ini sedang bersiap menghidangkannya untuk disajikan kepada kami di atas meja makan yang berada di depan dapur.

Tak lama kemudian, ibu kami yang saat itu sedang mengenakan atasan kaos berwarna biru tua dengan gambar bunga matahari berukuran lumayan besar di depan kaosnya itu dan celana santai berwarna hijau muda dengan panjang sebetis baru saja meninggalkan sebuah rajutan pakaian bayinya yang berwarna merah itu dalam kondisi yang masih belum selesai dan setengah jadi itu di atas meja bundar yang berwarna coklat muda dan terletak di depan sebuah sofa panjang berwarna abu-abu di sebuah ruang tamu akhirnya berjalan datang menghampiri kakakku yang sedang menaruh piring berisi nasi goreng di ruang makan untuk kami dan bertanya kepadanya sambil menatap ke arahnya, “Veirena, kamu bilang kamu akan buka apotek. Kapan bukanya?”

Setelah kakak perempuanku yang bernama Veirena itu selesai menaruh dan menata beberapa piring berisi nasi goreng itu untuk kami, akhirnya ia pun menoleh kembali ke arah ibu kami dan menjawabnya dengan intonasi nada suara yang santai, “Minggu depan bu, aku sama beberapa temanku udah ngurus surat izin dan keperluan lainnya. Semua barang-barang untuk membuka apotek juga sudah dipesan dan banyak juga yang sudah sampai”

“Apoteknya nanti di dekat sini juga kan lokasinya?” Tanya ibu kami dengan tujuan untuk memastikan kembali.

“Iya bu, tinggal jalan kaki aja udah nyampe. Oh iya ini sarapannya udah jadi, ibu sama ayah makan dulu aja” kata Veirena sambil menatap ke arah ibunya itu dan berjalan menuju teras di luar rumah untuk memanggil ayahnya makan sarapan terlebih dulu.

Saat di teras depan rumah, tepat di samping kiri pintu masuk rumah terdapat sebuah sofa kayu yang nyaman beserta 2 buah bantal berwarna abu-abu dan juga sebuah meja kecil di depan sofa tersebut. Di sana terlihat seekor kucing betina berwarna hitam putih sedang duduk manis di sofa itu dengan ditemani oleh ayah kami yang juga sedang duduk di sebelah kanannya kucing itu sambil membaca sebuah buku tentang keuangan yang di mana saat beberapa hari yang lalu baru saja diberikan oleh seorang temannya itu.

Veirena pun membuka pintu masuk rumah dan berjalan perlahan menuju ayah kami lalu berkata kepadanya untuk menyuruhnya makan sarapan, “Ayah ayo makan sarapannya, aku sudah bikin nasi goreng”

Ayah kami pun langsung berhenti membaca bukunya itu lalu menoleh ke arah Veirena dan beranjak dari tempatnya sambil membawa buku itu serta menjawabnya dengan nada suara yang terdengar sedikit kesal kepadanya, “Iya aku makan”

Setelah itu, ayah kami pun langsung masuk ke dalam rumah dan berjalan menuju ruang makan hanya untuk memakan sarapannya itu. Veirena yang masih berada di sana pun tiba-tiba merasa adanya sesuatu yang aneh, pasalnya ayah kami tidak pernah sembarangan merasa kesal apalagi berbicara dengan keluarganya sendiri dengan nada kesal seperti ini.

Namun meskipun begitu, Veirena pun memutuskan untuk mengabaikannya saja dan berpikir mungkin saja ayah kami berada dalam suasana hati yang kurang baik maka itu ia tidak sengaja melepaskan perasaan kesalnya itu kepadanya. Lalu ia pun melihat ke arah kucing betina itu dan tersenyum gemas ke arahnya, kucing betina itu memiliki bentuk wajah yang cantik dan imut seperti anak kucing yang baru berusia 5 bulan.

Ia pun langsung berjalan mendekati kucing betina itu dan duduk di samping kirinya sambil mengelus kepala kucing tersebut dengan tangan kanannya dengan perlahan dan halus.

Setelah beberapa menit ia mengelus kucing itu, tiba-tiba kucing betina itu pun berdiri dan meregangkan dirinya sendiri lalu setelah itu ia pun berjalan pelan ke arah Veirena dan duduk dengan nyaman di pangkuannya. Veirena yang melihatnya itu pun langsung tersenyum senang lalu berkata kepada kucing itu, “Kamu nyaman sekali berada di dekatku”

Tak lama kemudian, Veirena pun teringat bahwa jadwalnya bekerja sebagai apoteker di sebuah rumah sakit telah diganti untuk minggu ini, sehingga hari ini ia harus berangkat lebih awal lagi. Maka dari itu, raut wajahnya berubah menjadi sedih ketika harus berpisah dengan kucing betina imut itu. Veirena pun langsung menatap kucing itu dengan perasaan sedih lalu berkata kepadanya sambil menggendong kucing itu agar lepas dari pangkuannya, “Sayang, aku harus segera pergi bekerja dulu ya. Nanti saat aku pulang baru kita akan bermain lagi”

CHAPTER 2 - THE UNEXPECTED EVENT

Kucing betina itu pun langsung menurut dan melompat turun dari sofa itu lalu berjalan ke bawah kolong sofa. Veirena yang sedang melihat tingkah kucing itu pun langsung merasa yakin jika kucing betina itu pasti akan tidur di sana dan mengetahui hal itu, ia pun merasa lega.

Setelah itu, ia pun membawa tas ranselnya yang dari tadi sudah disiapkannya di ruang tamu lalu berpamitan sebentar kepada kedua orang tua yang ada di ruang makan untuk pergi bekerja terlebih dulu dan setelah itu ia pun berjalan keluar rumah melalui pintu masuk rumah tersebut.

Pada saat jam dinding telah menunjukkan pukul 6.33 pagi di kamar tidurku itu, aku pun berjalan keluar dari kamar mandi dengan kondisi rambutku yang masih basah karena tadi baru saja keramas. Saat itu aku sedang mengenakan atasan kemeja berwarna hijau muda dan bawahan celana panjang hitam berjalan ke arah lemari pakaian yang terletak di samping kiri pintu kamarku itu lalu mengeluarkan sebuah tas tenteng karena nantinya aku ada kerjaan sebagai pianis di sebuah nikahannya teman satu sekolahku dulu dan membawanya sambil berjalan keluar dari kamarku itu menuju ke ruang makan untuk segera memakan sarapan hari ini.

Saat aku sudah sampai di ruang makan yang berada di lantai 1 itu, aku pun langsung memakan sarapanku di sana. Suasana di lantai 1 sangat sepi, terlihat ibuku yang kembali melanjutkan rajutan baju bayinya itu setelah memakan sarapan dan ayahku yang kembali membaca buku tentang keuangan itu di teras depan rumah.

Setelah selesai makan sarapan, aku pun langsung membereskan meja makan itu yang terlihat sedikit berantakan itu karena tadi kedua orang tuaku baru saja selesai memakan sarapan dan meninggalkan piring juga peralatan makan lainnya di atas meja makan ini. Lalu aku pun berinisiatif untuk mencuci semua peralatan makan itu di wastafel tempat cuci piring yang berada tepat di sebelah kanan dapur kami itu.

Tak lama kemudian, saat aku sudah selesai mencuci semua peralatan makan itu, tiba-tiba aku melihat sebuah bayangan yang memiliki penampakan mirip malaikat di cermin depan wastafel itu. Bayangan itu berada tepat di samping kananku saat itu dan menampilkan raut mukanya yang sedang senang bahagia sambil tersenyum ke arahku.

Aku pun langsung merasa sangat kaget dan akhirnya memutuskan untuk kabur dan berlari ke ruang tamu untuk menemui ibuku. Saat di ruang tamu yang berada tidak jauh dari dapur dan hanya terpisahkan oleh tangga yang terletak di sebelah kiri dapur tersebut. Aku melihat ibuku yang baru saja selesai merajut itu dan ketika ia ingin menyimpan benang wol merah tersebut kembali ke dalam tas kecilnya itu, tiba-tiba ia menyadari kehadiranku dan menatap ke arahku lalu ia pun bertanya menurut insting keibuannya itu, “Kamu kenapa? Kayak lagi dikejar hantu aja”

Aku yang masih ngos-ngosan dan jantungku yang saat ini sedang berdegup kencang karena merasa ketakutan tentang apa yang baru saja kulihat itu pun akhirnya mencoba untuk menenangkan diriku sebentar lalu menarik napas panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Setelah itu, aku pun mulai mencoba dengan perlahan menjelaskan apa yang baru saja terjadi.

“Ibu, tadi tuh ada kayak bayangan gitu dan dia punya bentuk malaikat. Aku kaget banget tahu terus aku lari”

Ibuku yang terlihat baru saja menaruh benang wol merah sebelumnya ke dalam tas kecil miliknya dan saat ini mengambil benang wol baru yang berwarna kuning itu pun akhirnya menoleh ke arahku kembali dan menjawab, “Dia harusnya sih ada di dalam pohon yang di taman depan rumah kita”

Aku pun semakin bingung dengan apa yang dikatakan oleh ibuku barusan karena tidak ada yang salah sama sekali dengan pohon yang dimaksud oleh ibuku itu. Lalu aku pun menanyakan kepadanya kembali dengan raut muka yang sedikit bingung, “Kalo gitu, kenapa juga dia ada di dalam pohon? Ini buktinya keluar”

“Iya karena ada sesuatu yang baru saja terjadi sehingga dia keluar dari pohon itu” jawab ibuku dengan santai sambil menggulung wol kuning itu di jari tangan kirinya lalu mulai merajut sepasang kaos kaki bayi dengan tangan kanannya itu.

Setelah mendengar hal itu, aku pun langsung duduk di samping kiri ibuku itu lalu bertanya kepadanya kembali, namun kali ini dengan topik yang berbeda.

“Bu, ini rajutannya bakal dijual kah? Tumben bikin banyak”

“Iya buat bantuin ayah kamu yang saat ini sedang mengutang kepada bank”

Jawab ibuku itu dengan raut muka yang serius sambil melanjutkan merajut kaos kaki bayi itu.

Aku pun menatap ke arah muka ibuku itu dengan perasaan yang masih sedikit bingung karena seingatku keluarga kami masih berkecukupan lalu kenapa harus meminjam kepada bank? Apakah seseorang merampok barang milik ayahku?

Dibandingkan harus memikirkan ini semua sendiri, aku pun langsung saja bertanya kepada ibuku itu, “Emang ayah kenapa?”

Ibuku itu pun langsung menggelengkan kepalanya lalu tiba-tiba berhenti merajut kaos kaki itu dan menoleh ke arahku lalu memberitahuku sesuatu, “Sebenarnya orang tua ayahmu dulu saat ia masih remaja, sangat suka mengutang banyak uang kepada bank karena memang kehidupan mereka di saat itu sangat kesusahan untuk dapat uang”

Aku pun kaget mendengar hal itu, pasalnya uang bulanan yang biasanya aku berikan kepada ayahku itu juga dapat terbilang cukup banyak dan menurutku seharusnya sudah dapat membayar semua utangnya, lalu karena merasa jengkel akhirnya aku pun bertanya kembali kepada ibuku itu sambil menatap ke arah matanya yang sedang menatap sedih ke arah rajutannya itu sambil melanjutkan kembali rajutan kaos kakinya itu, “Lah, uang bulanan yang aku sama cece kasih kan udah banyak, emangnya masih belum cukup?”

Tiba-tiba ayahku yang dari tadi mendengarkan pembicaraan kami terdengar sedang menyeletuk dari belakang kepadaku, “Maaf, tapi uang bulanan dari kamu dan cecemu itu sudah habis buat dipakai untuk bayar biaya makan, dan kebutuhan lainnya”

Mendengar hal itu, aku pun langsung merasa sangat kaget dan juga tidak percaya tentang apa yang terjadi karena aku tidak menyangka kedua orang tuaku yang dari dulu membesarkanku ini bisa tiba-tiba semiskin ini? Serius kah semua yang sedang terjadi ini kenyataan?

“Lalu uang hasil kerja kalian dipakai kemana? Bayar hutang?” Tanyaku kembali kepada ayahku itu dengan muka yang menunjukkan perasaan jengkel dan tidak terima dengan apa yang sudah terjadi karena mereka sama sekali tidak bisa menjelaskan alasan yang jelas untuk semua ini.

Ayahku itu pun langsung menjawabku, “Iya itu semua untuk bayar hutang dan juga beberapa kusisihkan untuk membayar biaya perawatan rumah sakit seorang remaja laki-laki yang berusia 24 tahun”

Aku pun langsung tersenyum aneh lalu menundukkan kepalaku ke bawah sambil menarik napas panjang dan dalam sambil berpikir kenapa ayahku mau saja membayar biaya perawatan rumah sakit orang lain yang mahal itu, tanpa berpikir panjang aku pun langsung menanyakannya kembali soal ini karena hal ini sangat tidak masuk akal, “Kenapa ayah harus bayar biayanya sih? Emang orang tuanya tidak ada apa?”

“Gak ada, aku menemukannya dalam kondisi yang sudah mengerikan di tengah jalan lalu itu terjadi di sebuah gang dan langit juga sudah malam jadi tidak ada yang melihat selain aku” jawab ayahku itu sambil menceritakan bagaimana pada awalnya ia bisa menemukan remaja laki-laki itu.

Ibuku yang sedang sibuk merajut kaos kaki berwarna kuning itu pun akhirnya berhenti sebentar lalu menoleh ke arahku dan mencoba menjelaskan semuanya kepadaku karena semenjak tadi aku tidak kunjung paham dengan apa yang terjadi, “Kebetulan dia anak yatim piatu, jadi ia tidak punya siapa-siapa lagi untuk dihubungi saat itu dan juga ketika kami berusaha menanyakannya kepada tetangga sekitar sana, mereka juga menjawab bahwa mereka tidak mengenalnya”

Aku yang tadinya hampir merasa kesal dengan pernyataan mereka yang tidak masuk akal tersebut dan tiba-tiba menyelamatkan seorang remaja laki-laki akhirnya dapat memahami sepenuhnya dan merasa sedikit lega. Namun masih ada beberapa pertanyaan yang janggal di pikiranku ini, bagaimana bisa mereka menemukannya di tengah jalan gang yang gelap dan kurang pencahayaan itu? Sejak kapan orang tuaku ini keluar berjalan-jalan ke gang tersebut malam-malam?

CHAPTER 3 - THE PREDICTION

Tapi di sisi lain, aku jadi memiliki sebuah perspektif baru mengenai keluargaku ini. Awalnya aku mengira bahwa mereka sangat egois karena hanya sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing dari beberapa hari yang lalu namun ternyata yang terjadi adalah hal tidak terduga ini. Pantas saja raut wajah mereka seperti sedang mengalami kegelisahan akhir-akhir ini.

Tak lama kemudian, tiba-tiba notifikasi pesan chat masuk ke dalam ponselku dan saat aku menyadarinya, aku pun melihat notifnya dan ternyata itu merupakan pesan dari rekan kerjaku yang adalah seorang penerjemah juga dan bekerja di tempat yang sama denganku.

Ia memberitahu jika nanti di jam 2 siang aku harus datang ke kantor TraensLitey untuk menerjemahkan sebuah buku materi pelajaran bahasa Inggris yang diterbitkan langsung dari perusahaan buku pembelajaran bahasa asing yang bernama Englingo yang saat ini tengah bekerja sama dengannya.

Setelah beberapa saat aku membaca pesan notifikasi itu, tiba-tiba aku teringat jika jam 8 lewat 30 menit pagi nanti aku akan tampil di sebuah acara nikahan salah satu teman satu sekolahku dulu. Lalu aku pun langsung beranjak dari tempatku dan pergi berpamitan kepada kedua orang tuaku untuk menjadi pengisi pianis atau bagian piano di acara nikahan temanku itu. Setelah aku pamit, bayangan itu pun mulai mengikutiku dan langsung menghalangiku di depan pintu masuk rumahku itu dengan raut wajah yang kesal dan tatapan matanya yang sedang melihat ke arahku dengan dalam serta kedua tangannya yang dibentangkan seolah aku tidak bisa melewatinya.

Aku yang langsung dapat melihatnya di depan mataku itu pun akhirnya mengabaikannya saja lalu seperti pada biasanya berjalan ke luar rumah dan menembus dirinya, jujur aku merasa agak sedikit takut namun aku sudah tidak peduli lagi karena sebentar lagi aku akan telat sampai di sana jika sekarang aku ketakutan lalu mengulur waktu lebih lama lagi hanya karena merasa takut.

Saat aku sedang berjalan menuju halte busway dekat rumahku itu, tiba-tiba bayangan yang memiliki bentuk malaikat itu pun menampakkan dirinya di depanku sambil terbang menggunakan kedua sayap putihnya yang tidak terlalu besar itu lalu berkata kepadaku dengan berbisik, “Nanti saat jadi pianis di sana, tolong perhatikan keadaan karena ada seseorang yang akan merusak acara itu”

Aku yang sedang sibuk berjalan itu pun akhirnya merasa kaget dengan ucapan bayangan yang memiliki bentuk malaikat itu, pasalnya aku tidak berekspektasi jika bayangan itu bisa berbicara padaku dan kukira tugasnya hanya menggangguku saja dari tadi.

Mendengar apa yang barusan bayangan itu katakan, aku tidak bisa langsung memercayainya meskipun ia memiliki bentuk seorang malaikat namun kenapa ada seseorang yang mau merusak pernikahan temanku sendiri? Temanku itu hanya mengundang keluarganya, kerabatnya dan juga teman-temannya yang masih berhubungan dengannya. Tidak mungkin jika salah satu dari mereka ada yang berpikiran jahat kepada temanku itu.

“Seorang pria berkacamata, tinggi, tidak terlalu kurus dan memiliki rambut tipis, dia juga merupakan tamu undangan dan teman satu SMAnya pengantin wanita itu” jawab bayangan itu dengan suara bisikan yang lebih jelas dari sebelumnya.

Ketika aku sudah sampai di halte busway itu, aku pun memikirkan kembali jawaban dari bayangan itu. Karena aku tidak tahu sama sekali ternyata orang yang tadi disebutkannya itu adalah teman satu SMAnya dan yang kutahu adalah temanku ini akan menikahi teman satu kuliahnya, kami hanya satu sekolah saat SMP saja, lalu setelah itu ia pindah sekolah. Namun sepertinya aku tahu deh, soalnya pas dia sudah mulai bekerja di sebuah toko pakaian, dia pernah bercerita soal orang yang karakteristiknya mirip sekali dengan yang baru saja disebutkan oleh bayangan malaikat itu.

Tak lama setelah itu, bus tujuanku itu pun akhirnya datang. Aku langsung beranjak dari tempatku dan berjalan masuk ke dalam bus itu dan menempelkan kartu elektronik khusus untuk transportasi umum itu ke suatu mesin untuk mendeteksi kartu elektronik itu yang tujuannya adalah untuk membayar transportasi umum tersebut lalu berjalan masuk ke dalam bus itu.

...***...

Pesta pernikahannya teman satu sekolahku dulu yang bernama Meirilyn itu nantinya akan diadakan di sebuah ballroom yang ada di dalam hotel Carreilly, dan saat ini tepatnya di ruang ganti pakaian pengantin wanita.

Di dalam ballroom, terdapat sebuah meja rias yang indah terletak di sebelah kiri pintu masuk dengan beberapa kursi yang tertata rapi di sudut ruangan dan terlihat juga Meirilyn yang mengenakan gaun pernikahannya dengan gaya barat yang di mana terlihat seperti gaun putri kerajaan yang indah dengan menggunakan aksesoris sarung tangan berwarna putih elegan duduk di sebuah kursi yang berada tepat di depan meja rias dan bersiap untuk melakukan riasan wajah yang akan dilakukan oleh make up artist yang di sana.

Tak lama kemudian, ibu Meirilyn yang tadinya sedang membaca data nama tamu di ponselnya sambil duduk di kursi sudut ruangan itu pun akhirnya menoleh ke arah Meirilyn dan bertanya sesuatu kepadanya, “Kamu mengajak si Ghaleo juga ya ke acara ini?”

“Iya bu, memangnya kenapa?” tanya Meirilyn kebingungan sambil menutup matanya karena wajahnya sedang diberikan foundation dan diratakan oleh sang make up artist.

Ibunya pun langsung menatap ke arah Meirilyn dengan tatapan yang menunjukkan perasaan yang sangat bingung karena pengalaman masa lalu putrinya dengan anak itu sangat tidak baik, “Dia kan dulu pas masih satu SMA sama kamu sudah menimbulkan keributan di sekolah sampai kamu dipulangin di hari itu juga, apa kamu yakin?”

“Sudah lah bu, udah lama juga” jawab Meirilyn dengan pasrah sambil membuka matanya kembali saat foundation sudah diratakan ke seluruh wajahnya oleh make up artist tersebut.

Tak lama setelah itu, tiba-tiba ponselnya Meirilyn yang berada di atas meja rias itu pun berdering dan ternyata setelah dilihat sebentar, seorang adik laki-lakinya yang saat ini berumur 20 tahun itu lah yang sedang menelepon kakak perempuannya yang akan menikah tersebut. Tanpa berpikir panjang, langsung saja ia mengangkat teleponnya itu.

“Halo” jawab Meirilyn sambil menyalakan fitur speaker di ponselnya itu.

“Halo juga kak, lagi ngapain nih?” tanya adiknya itu sambil basa basi menanyakan hal tersebut sambil tersenyum senang.

Meirilyn pun tersenyum bahagia lalu menjawabnya dengan mukanya yang sambil dirias itu, “Aku lagi siap-siap nih, sekarang lagi di make up in”

Lalu adik laki-lakinya itu pun dengan nada bicara yang iseng berkata kepadanya, “Waduh pasti norak banget ya nanti haha, oh iya kakak iparku si pengantin prianya apa kabar”

Meirilyn pun tersenyum lebar lalu menjawabnya dengan singkat, “Dia jelas juga lagi siap-siap di ruangannya dong”

“Eh iya kak, tadi aku lihat ada Ghaleo di dalam ballroom tadi, kamu ajak juga ya? Wihh udah baikan nih, dulu perasaan berantem hebat” kata adik laki-lakinya itu yang terdengar sedang meledeknya sambil tertawa sedikit di akhir kalimat yang baru saja dikatakannya itu.

“Heh dengar ya Therion, itu sudah lama banget dan sekarang kita temenan lagi kok” jawab Meirilyn dengan nada bicaranya yang terdengar sangat kesal itu dengan raut wajahnya yang sangat sebal dengannya yang terus menerus mengungkit hal buruk itu kembali.

Adik laki-lakinya yang bernama Therion itu pun menanyakan hal tersebut kembali kepada kakak perempuannya yang hendak menikah itu dengan nada bicara yang terdengar sedang bercanda dan meledek, “Ah yang benar? Pasti ada sesuatu di balik ini, ga usah bohong deh haha”

Meirilyn pun menghela napas panjang dan menjawabnya kembali dengan nada bicara yang pelan dan santai, “Iya benar, aku yakin tidak ada masalah apa-apa kok”

“Owalah ya udah kalau begitu santai aja, ini aku nanti agak telat ya datangnya soalnya di jalan lagi macet nih” jawab adik laki-lakinya itu dengan nada bicara yang terdengar santai itu.

“Oh oke baiklah, hati-hati ya di jalan” jawab Meirilyn dengan perasaan senang, lalu setelah itu ia pun langsung mematikan hubungan telepon dari adik laki-lakinya itu dan make up artist tersebut lanjut merias wajahnya Meirilyn tersebut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!