"Tapi, janin dalam kandungan saya benar-benar anak Mas Jerry, Tuan!" Indah masih bersimpuh, air mata berurai.
"Dan kau pikir aku akan percaya? Aku tahu trik gadis miskin sepertimu. Kau pasti sengaja mendekati lalu menjebak putraku, kan? Kau ingin naik kasta menjadi menantu konglomerat, hah?"
Indah beralih menatap Jerry yang tertunduk diam. "Tolong katakan sesuatu, Mas!" Namun, Jerry bergeming. Dan itu membuat Indah benar-benar kecewa dengan sikap Jerry.
Mana kata-kata manisnya dulu saat mengejarnya? Bukankah dia bilang akan bertanggung jawab? Bukankah lelaki di hadapannya ini, yang sekarang tertunduk diam bak patung itu mengatakan bahwa apapun yang terjadi mereka akan hidup bersama dalam suka maupun duka? Tapi, kenapa sekarang pria yang dicintainya hanya pasrah pada ucapan papanya?
"Katakan sesuatu, Mas!" Mohon Indah lagi. Air matanya terus mengalir, tak bisa berhenti.
"Pa…!" Jerry melihat Tuan Handoko, mencoba memohon.
"Tidak!" Tuan Handoko memotong ucapan Jerry yang belum sepatah kata pun. "Sampai kapan pun papa tidak akan merestui hubungan kalian ataupun mengakui anak dalam kandungannya. Papa tidak percaya dengan apa yang diucapkan gadis miskin itu!" lanjut Tuan Handoko. "Jangan bodoh, Jerry, trik seperti ini biasa dimainkan rakyat jelata sepertinya!" lanjutnya lagi.
Indah menggelengkan kepala, airmatanya semakin tak terbendung, mendengar ucapan Tuan Handoko yang tak henti menghinanya. Sehina itukah dirinya?
"Dan kau boleh memilih, Jerry! Turuti keputusan papa, dan kau akan tetap hidup bergelimang harta. Atau ikuti gadis miskin itu, tapi papa akan mencabut semua fasilitas yang sudah papa berikan. Bersiaplah menjadi gembel!" Tuan Handoko memandang tajam ke arah putranya.
Jerry terduduk lesu. Dia ingin bertanggung jawab, cintanya pada Indah begitu besar, dan dalam hatinya percaya bayi dalam kandungan Indah adalah miliknya karena dia membuktikan sendiri ketika pertama kali menerobos gawang Indah.
Akan tetapi, dia juga tak sanggup hidup melarat. Apa kata teman-temannya nanti jika tiba-tiba dia berubah status menjadi rakyat jelata? Tidak, dia tidak bisa membayangkan dirinya dikucilkan dari pertemanan.
"Kau sudah lihat keputusan anakku, kan?" sinis Tuan Handoko yang melihat Jerry tak lagi bicara. "Jadi, pergilah kau dari tempat ini. Saya tidak mau tempat saya yang bersih ini ternodai oleh virus miskin yang kau bawa. Sampai kapan pun saya tidak akan pernah menerima anak dalam kandunganmu sebagai keturunanku!"
"Dasar gadis miskin murahan! Aku tidak tahu sudah berapa banyak lelaki yang menikmati tubuhmu. Dan sekarang, enak sekali kau ingin meminta anakku bertanggung jawab. Kau pikir aku bodoh? Hah?!"
"Cepat pergi dari istana ku! Aku berbelas kasih padamu! Gunakan ini untuk makan, atau… atau jika kau mau, kau bisa menggugurkan kandunganmu. Dasar pengemis!" ucap Tuan Handoko sambil melemparkan segenggam uang berwarna merah yang baru saja dia ambil dari saku celananya.
Indah menepis lembaran-lembaran uang berwarna merah yang dilempar Tuan Handoko ke wajahnya, lalu beranjak berdiri, menyeka air mata yang membasahi pipinya dengan punggung tangannya. Ditatapnya tajam lelaki tua yang sejak tadi tak henti menghinanya.
Sakit dalam hatinya tak terperi. Demi Tuhan, dia bukanlah gadis pengejar harta. Dia hanya ingin tanggung jawab Jerry sebagai ayah dari janin dalam kandungannya, tetapi inikah yang layak dia terima? Dia sungguh tak rela harga dirinya terinjak.
"Baiklah, jika itu keputusan Anda! Akan tetapi, dengar baik-baik oleh kalian berdua!"
"Demi apapun, saya tidak terima dengan penghinaan ini. Karena itu, saya, Indah Cahyani, saya bersumpah, saya mengutuk Anda, wahai Tuan Handoko yang terhormat, bahkan jika Anda menangis dengan air mata darah sekalipun, ketika Anda menginginkannya, Anda tidak akan pernah mendapatkan keturunan dari darah daging Anda sendiri!"
"Darah keturunan Anda akan terputus sampai di sini, tak akan ada lagi keturunan Anda setelah hari ini!"
"Suatu saat nanti Anda akan ingat dan akan mencari gadis yang Anda anggap miskin ini, dan pada saat itu terjadi maka semua sudah terlambat!"
Indah berucap dengan derai air mata yang kembali membasahi pipinya. Ucapan yang sesungguhnya tidak dia sendiri duga sebelumnya. Ucapan yang keluar begitu saja karena amarah dan kepedihan dalam hatinya.
Tatapan mata Indah beralih ke arah Jerry yang hanya diam membisu. Jerry menatap nanar mendengar ucapan menyakitkan yang keluar dari mulut Indah, air matanya tanpa sadar mengalir begitu saja.
"Dan kamu. Kamu yang sudah menyia-nyiakan darah dagingmu, Jerry!" Tak ada lagi sebutan 'Mas' tersemat untuk sosok yang telah menanam luka.
"Aku mengutukmu untuk tidak lagi bisa memiliki keturunan seumur hidupmu. Suatu saat kau akan mencari kami, Jerry, suatu saat kau akan bersimpuh di hadapan anakku, kau akan mengemis pada anakku, kau akan bersujud dan memohon padanya untuk dipanggil Ayah!" lanjut Indah.
"Tapi itu tidak akan pernah terjadi, Jerry. Anak ini hanya akan menjadi anakku!"
Hatinya benar-benar terasa sakit atas hinaan yang keluar dari mulut Tuan Handoko. Betapa tidak, Tuan Handoko menyebutnya sebagai seorang perempuan murahan, perempuan penjual harga diri. Tuan Handoko juga tidak mempercayai bahwa janin yang ada di dalam kandungannya adalah darah daging dari putranya, Jerry Handoko. Lebih parahnya, Tuan Handoko mengatakan bahwa dia memang berniat untuk menjebak Jerry Handoko agar dia bisa menikah dengan keluarganya yang kaya raya.
Jeduar… jeduar…
Tiba-tiba petir terdengar bersahutan di atas bangunan mewah milik Hardi Handoko, langit sore yang semula cerah tiba-tiba berubah menjadi mendung. Dan perlahan air hujan turun membasahi bumi. Alam seakan ikut menangis.
Hati Jerry dan Tuan Hardi bergidik, apakah baru saja langit mendengar dan meng-amin-i sumpah yang terucap dari mulut Indah?
Indah pergi meninggalkan tempat itu, rumah mewah kediaman keluarga Handoko, setelah mengucapkan kutukannya. Entah apa yang terjadi dengan sore yang cerah itu, kenapa tiba-tiba saja menjadi hujan yang sangat deras. Alam seakan ikut menangis dengan apa yang dialami oleh Indah.
Indah berjalan dan terus berjalan, di tengah derasnya hujan, tubuhnya sudah menggigil, tapi dia tak tahu harus ke mana. Dia sudah diusir dari tempat kosnya karena seorang teman kosnya tahu kalau dia sedang hamil, padahal dia belum bersuami, temannya itu lalu melaporkan dia pada si empunya tempat kos.
Lalu sekarang dia mau ke mana? Sedangkan di toko tempatnya bekerja, dia juga sudah dipecat. Indah menyesali semua yang telah terjadi. Kenapa dia dulunya percaya begitu saja pada mulut manis Jerry Handoko. Lebih menyesal lagi karena dia yang begitu gampangan dengan rela menyerahkan kehormatannya pada lelaki itu. Ya, mungkin dia memang layak disebut murahan.
Flashback Indah
Indah adalah seorang gadis desa, dan berasal dari keluarga yang kurang berada. Ia merantau ke kota dengan tujuan untuk mencari pekerjaan, agar dia bisa merubah kehidupan keluarganya. Akan tetapi, kebodohan nya membuat dia seperti ini sekarang.
Bekerja di sebuah toko besar yang cukup ramai, sedikit demi sedikit gajinya bisa dia tabung, dan sebagian telah dikirimkannya kepada orang tuanya di desa.
Indah bertemu dan berkenalan dengan seorang pemuda tampan bernama Jerry juga di toko tempatnya bekerja.
Jerry yang pada saat itu sedang bersama dengan teman-temannya membeli sesuatu di toko itu, begitu terpesona dengan sosok Indah yang cantik, lugu, dan polos. Kecantikan Indah benar-benar alami. Membuat Jerry kemudian penasaran hingga datang ke toko itu lagi dan lagi. Dan akhirnya mereka pun menjadi akrab.
Wanita cantik tentu saja bukan hal yang asing bagi Jerry. Sebagai seorang cowok dari keluarga konglomerat, tentu saja banyak memiliki pergaulan high class. Dan banyak di antara teman wanitanya yang berderet berjajar antri, ingin menjadi kekasihnya. Akan tetapi, tak satu pun dari mereka yang benar-benar menarik perhatiannya. Akan tetapi, bertemu dengan Indah, Jerry seperti menemukan berlian di atas lumpur.
"Siapa gadis itu? Apa dia karyawan baru di toko ini?" batin Jerry pada saat itu, di saat pertama kalinya dia melihat Indah.
"Semua jadi seratus dua puluh lima ribu, Mas!" ucap Indah setelah menghitung belanjaan Jerry seraya menyerahkan kantong belanjaannya.
Suara merdu Indah membuyarkan Jerry dari tanda tanya nya sesaat tadi.
"Ah iya.. ini!" ucap Jerry sambil mengulurkan dua lembar uang berwarna merah, sambil terus memandangi wajah ayu Indah. Indah pun menerima uang itu dan menyerahkannya kepada temannya yang bertugas sebagai kasir, sekaligus mengambil kembalian.
"Kembali nya tujuh puluh lima ribu ya, Mas. Terima kasih sudah berbelanja di toko kami!" ucap Indah sopan, sambil mengulurkan kembalian itu.
"Terima kasih!" ucap Jerry. "Mbak-nya baru ya di sini?" tanya Jerry kemudian.
"Iya, Mas, baru empat hari!" jawab Indah.
Itu adalah perkenalan pertama mereka. Dan setelah hari itu, Jerry jadi sering berbelanja di toko itu. Walau hanya sekedar membeli sebungkus rokok.
***
Sudah genap satu bulan dari awal perkenalan Indah dan Jerry.
Di akhir pekan, setiap karyawan dan karyawati mendapat jatah libur. Begitupun dengan Indah. Dan Jerry yang mengetahui itu, tak menyia-nyiakan kesempatan.
Pagi-pagi sekali, Jerry menghampiri tempat kerja Indah, dan kebetulan Indah sedang membuang sampah. Jerry mengungkapkan niatnya untuk mengajak Indah berjalan-jalan.
Indah ikut saja ketika Jerry mengajaknya jalan-jalan, karena Indah memang tak pernah jalan-jalan kemanapun sebelumnya. Rasa penasarannya akan cerita tentang pesona Ibu Kota yang hanya sering di dengar lewat cerita teman-temannya, membuat hatinya tak kuasa menolak ajakan Jerry.
"Apa kamu suka tempat ini?" tanya Jerry ketika keduanya sedang duduk di sebuah bangku di taman kota.
"Aku suka sekali, Mas. Terima kasih sudah mengajakku jalan-jalan. Kalau tidak, mungkin aku hanya akan berbaring sendirian di kamar, lalu mendengar cerita liburan teman-temanku ketika sore datang!" jawab Indah.
Indah memang jujur. Dia memang senang sekali dengan hari liburnya kali ini. Ini adalah untuk pertama kalinya dia melihat dengan mata kepalanya sendiri betapa indahnya taman kota. Karena biasanya dia hanya mendengar keindahan itu dari cerita teman-teman satu asramanya.
Terlebih Jerry tidak hanya mengajaknya jalan-jalan, tapi juga mentraktirnya makan, dan juga membelikannya hadiah. Indah bukan matre, tapi ada yang memberikannya sesuatu, tentu saja dia tidak akan menolak.
Tak ada yang aneh. Jerry begitu menghormati Indah, tidak melakukan apapun, jika pun ada sentuhan, itu hanya sebatas bergandengan tangan.
"Ya ampun ini sudah banyak sekali yang dibeli, Mas!" ucap Indah ketika lagi-lagi Jerry mengajaknya mampir di tempat penjual aksesoris yang ada di gerai yang terdapat di pinggiran taman itu.
"Tidak apa, Indah. Coba pasang jepit rambut ini. Ini pasti sangat bagus, dan sangat bagus jika kamu yang pakai!" Jerry kekeh dengan keinginannya membelikan Indah jepit rambut. Dan akhirnya Indah pun tak dapat menolak.
Indah gadis yang sederhana, itu yang ada dalam pemikiran Jerry. Membuat Indah bahagia tak membutuhkan barang mewah. Hanya pita dan jepit rambut, gelang manik couple, jam couple, yang tentu bagi Jerry tidaklah menguras kantong.
Jerry bahkan pernah mendengar temannya bercerita, jika kekasihnya meminta dibelikan tas branded dan juga berlian. Ada yang pacarnya minta dibelikan sepatu impor, yang harganya bahkan lebih mahal dari harga sepeda motor. Bahkan ada juga yang minta dibelikan apartemen.
GILA!
Begitu pikir Jerry. Tapi memang seperti itulah pergaulan kelas atas. Dan Jerry pun tak kan keberatan andainya Indah meminta hal itu nanti. Bukankah hal wajar seorang lelaki membelikan sesuatu barang mewah untuk orang yang dicintainya? Tetapi masalahnya, Jerry belum berani mengungkapkan perasaannya.
Di Minggu berikutnya, Indah pergi lagi berlibur dengan Jerry, dan saat itulah Jerry mengungkapkan perasaanya. Indah bahkan tak menyangkanya. Dan ucapan manis Jerry membuat dia begitu terbuai. Apalagi dengan sikap Jerry yang begitu me-ratu-kannya, memberikan bahkan hal yang tak diminta oleh Indah. Hingga Indah pun menerima ungkapan cinta dari Jerry.
Hari-hari Indah begitu dipenuhi dengan bunga-bunga bermekaran. Dia merasa begitu beruntung, bertemu dengan sosok tampan dan baik hati seperti Jerry. Dan juga tidak menyangka jika Jerry ternyata jatuh cinta padanya.
Sejujurnya, Indah memang juga sudah terpesona pada Jerry sejak pertama bertemu. Hanya saja, tak mungkin kan sebagai seorang gadis, dia mengungkapkan perasaannya? Apalagi jika melihat status Jerry yang adalah anak orang kaya, sedangkan dirinya hanyalah seorang gadis desa yang miskin. Perbandingan mereka bagaikan langit dan bumi.
Jerry memang memiliki wajah lumayan tampan, bahkan bagi Indah sudah seperti berjumpa bintang idola yang sering dia lihat di TV waktu masih di desa. Sehingga ungkapan cinta dari Jerry bagi Indah bagaikan mimpi kejatuhan bulan. Dan begitulah, sejak saat itu Indah dan Jerry resmi berpacaran.
Indah betul-betul bahagia. Jerry sangatlah penuh dengan perhatian. Setiap kali sambil berbelanja, sering kali Jerry membawakan hadiah untuk Indah, entah itu berupa cemilan atau apapun makanan yang tidak ada di toko itu.
Jerry yang awalnya hanya sesekali membeli rokok di sana pun, jadi lebih sering berbelanja di toko itu, hanya agar bisa bertemu Indah. Pertama kalinya jatuh cinta membuat Jerry begitu memanjakan Indah. Sehingga apapun kebutuhan Indah, dia penuhi, bahkan sebelum Indah meminta. Karena jangankan meminta, diberi saja Indah banyak alasan untuk menolak. Itu juga satu alasan yang membuat Jerry semakin jatuh cinta. Baginya, Indah adalah gadis satu berbanding seribu.
Tanpa terasa dua bulan sudah Indah berpacaran dengan Jerry. Seperti biasa, di hari Minggu Jerry menjemput Indah untuk diajak jalan-jalan.
"Kita berangkat sekarang?" Jerry tersenyum manis sambil mengulurkan helm pada Indah.
"Ok, Mas, aku siap!" Indah menerima helm lalu memakainya, dan Jerry membantu untuk mengancingkan pengaitnya. Dan membantu Indah untuk bisa naik ke atas motor gede-nya.
"Pegangan, awas jatuh!" peringat Jerry. Dan Indah pun tanpa ragu melingkarkan tangannya ke pinggang Jerry. Lalu motor gede itupun berlalu membelah jalanan.
"Kita mau jalan ke mana, Mas?" tanya Indah dengan mendekatkan bibirnya ke telinga Jerry.
"Aku akan membawamu ke tempat yang indah, kamu pasti suka!" jawab Jerry.
"Benarkah?" tanya Indah.
"Tentu saja, kau akan lihat nanti!" jawab Jerry.
"Aaaaaa...!" Tiba-tiba Indah berteriak, karena ada pengendara mobil menyalip mereka tepat di jalanan yang tergenang air, akibat hujan semalam. Sehingga air muncrat dan mengenai tubuh Indah. Jerry menepikan sepeda motornya.
"Kamu gak papa, Sayang?" tanya Jerry panik.
"Aku gak papa, tapi bajuku basah semua!" jawab Indah cemberut.
"Ya udah, ga papa kita mampir di apartemenku dulu ya, kamu bersih-bersih dulu. Takutnya nanti kamu masuk angin!" ucap Jerry sambil mengusap kepala Indah dengan lembut.
"Tapi baju aku?" Indah menunjuk bajunya yang kotor terciprat lumpur jalanan.
"Gak papa, aku belikan dulu ya? Masa udah setengah jalan mau batal? Kan gak lucu?!" gurau Jerry supaya Indah tak lagi cemberut.
Indah mengangguk, dan mereka pun menuju ke apartemen Jerry setelah lebih dulu membeli baju di toko pakaian yang mereka lewati.
"Dah, kamu ganti baju gih! Tuh di kamar aku ada kamar mandinya di dalam!" Tutur Jerry sambil menunjukkan sebuah pintu pada Indah.
Indah melihat ke arah yang ditunjuk Jerry, pintu berwarna coklat dan di bagian depannya ada tempelan stiker bergambar motor gede. Benar-benar khas seorang Jerry. Mungkin untuk memudahkan, atau semacam identitas diri.
"Emang gak papa aku ganti baju di kamarmu?" Indah agak ragu. Masalahnya, itu adalah kamar seorang lelaki, dan selama ini Indah tak pernah masuk kamar cowok.
"Gak papa, dari pada kamu pakai baju kotor kayak gini?! Dah ayo, ku antar!" Jerry menggamit tangan Indah dan mengantarnya ke kamar. Dan Indah pun segera masuk.
"Aku tunggu di luar ya!" lanjut Jerry lagi. Kemudian berlalu.
Indah pun segera bergegas ke kamar mandi. Setelah Jerry keluar,
"Shit... jaket aku bau lagi ikut kena cipratan!" Jerrry mengendus tubuhnya sendiri. "Hah... harus ganti jaket ini!" gumamnya lalu berbalik menuju kamarnya. Bermaksud untuk mengganti jaketnya dengan yang bersih.
Cklek...
Jerry membuka pintu dan terbelalak melihat Indah yang belum selesai mengenakan baju atasnya. Posisi Indah yang membelakanginya menampilkan punggung yang putih mulus.
Dengan mulut yang masih terbuka menganga, Jerry melangkah semakin mendekati Indah. Tangan itu terulur hendak menggapai pundak Indah yang terlihat mulus berkilau. Tatapannya mengarah ke cermin di hadapan Indah, yang menampilkan dada montok gadis itu.
Jakunnya naik turun mendapati pemandangan indah ciptaan Tuhan yang belum pernah dilihatnya seumur hidup. Jerry menelan ludahnya kasar. Pemandangan di depannya sungguh menggoda iman.
"Shit... kenapa dia tidak berganti pakaian di kamar mandi saja sih?!" rutuknya dalam hati. Jerry bukanlah seorang pria bajingan. Walau berasal dari keluarga yang kaya cukup berada dan bergaul dengan pergaulan kelas atas, pergaulan bebas. Tetapi dia bukan seorang playboy. Dan ini adalah untuk pertama kalinya dia melihat tubuh polos seorang gadis.
"Indah...?" panggil Jerry dengan suaranya yang berubah serak. Nafasnya memburu, sorot matanya berubah merah.
Jerry adalah lelaki normal. Sehingga melihat keindahan tersuguh di depan matanya membuat imannya tergoda.
Indah yang sedari tadi hanya menunduk terjingkat kaget. Fokusnya pada resletingnya yang ngadat, membuatnya tidak menyadari akan hadirnya seseorang di belakangnya. Dan sekarang dia melihat ada Jerry berdiri di belakangnya. Melihat tubuh bagian atasnya yang terlihat polos.
"Ap.. apa yang Mas Jerry lakukan di sini?!" Indah tergagap, wajahnya memerah karena malu, sekaligus takut. Lalu terburu-buru dengan gerak refleksnya, dia pun menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Guna menutupi aset bagian atasnya.
Indah benar-benar tidak menyangka jika Jerry akan kembali ke dalam kamar. Tadinya, karena Jerry sudah keluar dari kamar, dia merasa aman. Sehingga baginya tidak akan masalah jika dia berganti pakaian bukan di kamar mandi. Apalagi tadi Indah memang terkendala karena resletingnya bermasalah.
"Ah... ma.. maaf, ak.. aku, aku ti.. tidak sengaja. Sungguh, aku tidak bermaksud. Aku ingin berganti jaket, jaketku bau karena ikut terciprat genangan air tadi!" ucap Jerry sambil menunjuk memperlihatkan jaketnya, guna menjelaskan maksud kembalinya dia ke kamar itu.
Jerry berbicara dengan muka yang sudah berubah merah. Keringat sebesar biji jagung mulai membasahi wajahnya, karena menahan kegugupannya. Dan juga menahan sesuatu yang bergejolak di dalam dadanya.
Jerry pun kemudian berlalu meninggalkan Indah. Saking terburu-burunya, sampai-sampai terjegal oleh kakinya sendiri, dan terjatuh. Tapi kemudian dia segera bangkit, dan segera mencari jaketnya di dalam lemari kemudian menggantinya.
Dan Indah pun segera terburu-buru mengenakan pakaiannya agar tak lebih lama lagi tubuh polosnya dilihat oleh Jerry.
Tadinya, Indah sudah hampir selesai mengenakan bajunya. Akan tetapi, posisi resleting yang berada di bagian punggung, membuatnya kesulitan. Apalagi ketika resleting itu ternyata ngadat. Terpaksa Indah pun melepasnya kembali. Kemudian memutarnya sehingga resleting berada di bagian depan. Agar dia bisa membetulkannya. Akan tetapi, belum sempat resleting itu betul kembali, sudah ada Jerry berada di belakangnya.
"Aku sudah selesai berganti jaket. Aku tunggu di luar ya!" seru Jerry yang baru keluar dari walk in closet.
"Ma.. Mas..!" seru Indah pelan, memanggil Jerry yang hampir menutup pintu.
"Yaa..?" jawab Jerry dengan pandangan tetap ke depan. Dia bahkan tidak berani menoleh, takut imannya tak akan sanggup bertahan.
"Aku... Aku... Ti.. tidak bisa menaikkan resletingnya!" ucap Indah gagap. Sedari Jerry masih berada di ruang ganti tadi, Indah sudah terus mencoba untuk menaikkan resleting itu, tetapi dia benar-benar kesulitan. Resleting yang tadinya sudah bisa dinaikkan ketika posisi diputar di depan, tetapi ketika dibalikkan lagi di belakang, resleting itu mungkin ngadat lagi. Dan sampai saat ini Indah masih belum bisa menaikkannya.
Entah apa yang terjadi dengan resleting itu, apakah ini adalah resleting dengan kualitas rendah? Tetapi rasanya tidak mungkin seperti itu, karena gaun yang dibeli Jerry adalah gaun kualitas terbaik. Lalu apa? Ataukah memang itu hari sial Indah, atau kah Indah yang tak bisa memakai gaun mahal?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!