Hai semua selamat datang di Novel Istri Pengganti Tuan Muda Kejam
Novel ini BUKAN kelanjutan dari Novel Menikahi Tuan Muda Yang Kejam 1 dan 2. Kamu bisa langsung membaca disini tanpa perlu membaca Season 1 dan 2. Tapi di novel ini ada Sean dan Viana juga ya yang berperan sebagai teman dan rekan bisnis Shaka. Tapi mereka NGGAK selalu ada disetiap episode.
Dalam novel ini mungkin ada sedikit kemiripan dimana tokoh utama yaitu Shaka yang sangatlah kejam dan tidak berhati. Dan juga Alena yang sangat lemah dan cengeng.
Namun alur tetap beda. Memang motifnya berisi pembalasan dendam. Tapi tokoh utama membalas ke orangnya langsung dan akan ada misterinya.
Jika kamu suka, jadikan novel ini favoritemu. Dukung author dengan like dan komentar positif itu aja udah cukup. Author nggak minta vote atau koin. Kalau karya bagus pasti kalian akan kasih walaupun author nggak minta Eaaaaak.
Author juga tau pembaca setia author itu orang-orang bijak yang suka berpikir keras dan tentunya pinter-pinter kalo main tebak-tebakan sama author hehehe.
Jangan lupa Follow instagram @yenitawati24 untuk mendapatkan informasi update seputaran novel author.
Author juga aktif di Facebook Yenita Wati. Kalau pertemanan nggak bisa di konfirm karena kuota pertemanan nggak cukup. Kalau inbox atau DM IG Insya Allah author balas kalau lagi nggak sibuk.
Baiklah, berikut ini adalah prolog Novel Istri Pengganti Tuan Muda Kejam. Selamat membaca.
Shaka Prasetya adalah seorang pengusaha sukses dan tampan. Di usianya yang masih 27 tahun, dia sudah mendulang kesuksesan berkat kecerdasannya dalam bisnis dunia. Sosok Shaka sendiri merupakan seorang pria tampan dan bertubuh atletis. Namun sikapnya sangatlah dingin dan arogan kepada mereka yang tidak dia sukai.
Suatu hari dia tepaksa menerima perjodohan antara dirinya dan Nadia Wijaya yang merupakan putri pertama Alfian Wijaya. Awalnya Shaka menolak perjodohan ini. Namun karena ancaman dari kakeknya yang akan mewariskan seluruh hartanya kepada anak dari istri kedua ayahnya jika dia tidak menikah tahun ini membuatnya terpaksa menerima perjodohan itu.
Namun, seiring berjalannya waktu Shaka mulai mencintai Nadia. Selain parasnya yang cantik dan seksi, Nadia memiliki sifat yang lembut dan hangat.
Naas, beberapa hari sebelum ijab qobul mobil yang dikendarai Nadia dan Alena adiknya mengalami kecelakaan dan mobil itu jatuh ke sungai yang berarus deras. Alena selamat karena berhasil berenang ke tepi namun tim SAR tidak menemukan Nadia dan menduga Nadia di mangsa buaya karena mereka menemukan potongan baju dan celana Nadia.
Duka mendalam dirasakan dua keluarga itu. Apalagi Shaka yang terlanjur mencintai Nadia. Namun pernikahan harus tetap berlanjut. Akhirnya Shaka menikah dengan Alena yang merupakan adik Nadia. Mereka satu ayah namun beda ibu. Lebih tepatnya Alena adalah anak dari Alm. istri kedua Alfian wijaya.
Pernikahan tidak berjalan mulus, karena Shaka yang membenci Alena. Shaka menganggap bahwa Alena yang menyebabkan Nadia meninggal. Karena pada saat itu Alena yang menyetir.
Shaka terus memperlakukan Alena dengan kasar dan penuh kekejaman.
Bagaimanakah kelanjutan kisahnya?
Dan misteri apa yang ada dibalik kecelakaan itu?
Berikut ini visual Shaka dan Alena. Semoga suka ya
Shaka Prasetya.
Katakter : kasar dan arogan
.
.
.
Alena Wijaya
karakter : Penyabar, baik, dan lembut
Mata Shaka menatap tajam ke arah sungai yang telah merenggut nyawa calon istrinya yang akan dia nikahi beberapa hari lagi. Nadia Wijaya, wanita yang sangat dia cintai sekarang sudah tiada karena hilang di telan arus dan di mangsa predator yang ada di sungai itu.
Tanpa terasa air mata Shaka berlinang. Begitu indah momen yang sudah dia lewati bersama Nadia sang kekasih. Sosok Nadia yang lembut dan penuh kasih sayang membuat dada Shaka terasa sesak.
"Shaka, sabarlah Nak, kuatkan dirimu." tangis seorang wanita disampingnya. Dia adalah Rika, ibu kandung Shaka.
"Aku sangat mencintai Nadia Bu, bagaimana bisa aku kuat menerima kenyataan ini." Shaka memeluk ibunya.
"Ini semua sudah takdir Nak, Nadia bukanlah jodohmu." Rika mengusap punggung Shaka.
Tidak jauh dari sana, terdengar suara jeritan memilukan dari seorang wanita paruh baya. Dia adalah Sarah, ibu kandung Nadia. Dia tengah menangis histeris dan suaminya yaitu Alfian tengah memeluknya.
"Anakkuuuuuu, kembalikan anakku. Nadiaaaa." teriakan yang terdengar begitu pilu.
"Sabarlah Sarah, ini semua sudah takdir." Alfian mencoba menguatkan istrinya.
"Tidak, aku tidak bisa menerima semua ini. Nadia kembali laaaaaaah." tangisan Sarah semakin pecah.
"Bu, kita harus bisa menerima semua ini."
Seorang gadis muda menghampiri Sarah dan membuat Sarah berhenti berteriak. Dia adalah Alena Wijaya. Putri kedua Alfian dan Alm. Istrinya.
"Kau, kau pembunuh. Kau sudah menyebabkan anakku meninggal. Kalau saja kau tidak pergi bersamanya tentu Nadia tidak akan mengalami semua ini. Dasar anak pembawa siaaaaal." Sarah menarik kerah baju Alena dan berusaha memukulnya. Alena hanya menangis. Dia diam saja menerima pukulan demi pukulan dari ibu tirinya.
"Sarah, hentikan. Ini semua bukan salah Alena. Ini sudah menjadi takdir." Alfian berusaha menghentikan tindakan Sarah.
"Kau selalu saja membelanya. Bahkan setelah Nadia meninggal, kau masih membelanya." Sarah berteriak dan memberontak.
"Alena kembalilah ke mobil Nak. Kau masih perlu ditangani," ucap Alfian.
Alena menurutinya dan berjalan kembali menuju ke ambulan. Dia memang masih membutuhkan penanganan medis mengingat bahwa dia sempat beberapa kali tenggelam karena derasnya aliran sungai membuatnya susah berenang ke tepi.
Saat berjalan melewati Shaka, mata Alena menangkap ekspresi tidak biasa dari Shaka. Mata Shaka menatap tajam penuh dendam. Rasanya dia tau penyebabnya. Seperti Sarah, Shaka juga menyalahkan Alena atas kejadian ini. Alena kembali tertunduk dan terus berjalan ke mobil tim medis.
Keluarga Wijaya dan Prasetya juga kembali ke rumah Wijaya dan mengurus acara tahlilan Nadia.
Di rumah keluarga Wijaya semua pelayat berdatangan dan mengucapkan bela sungkawa termasuk teman-teman Nadia. Mereka tampak sangat kehilangan.
"Hiks kasihan ya Nadia harus mengalami nasib setragis ini."
"Padahal Nadia itu baik dan ramah. Kenapa dia pergi secepat ini."
"Aku dengar pada saat kecelakaan itu Adik tirinya yang menyetir."
"Maksudmu Alena? Dia memang anak pembawa sial. Lihat saja bagaimana dulu Ibunya meninggal karena menyelamatkannya. Kalau dia tidak ada didunia ini pasti semua orang akan bahagia dan tentu Nadia pasti masih hidup."
"Dimana Dia? Kenapa tidak kelihatan? Apa dia sudah bunuh diri? Orang sepertinya memang tidak pantas hidup di dunia ini."
"Sudahlah, kita sedang berduka. Simpanlah sumpah serapah kalian untuk nanti saat kita bertemu dengan Alena."
Sementara itu didalam kamar. Alena sedang terisak. Dia tau bahwa semua orang pasti akan menyalahkannya atas insiden ini. Ingin rasanya dia turun dan ikut berdoa bersama yang lainnya, namun ibu tirinya melarangnya. Bahkan sang Ayah tidak bisa membantunya karena secara logika penyebab kecelakaan ini adalah Alena.
Sebelum mobil itu tercebur ke sungai deras, para saksi mata melihat mobil itu ugal-ugalan dijalan. Mobil itu bekendara dengan arah yang tidak beraturan dan hampir bertabrakan dengan pengguna jalan lainnya. Hingga pada akhirnya mobil itu kehilangan kendali dan tercebur kedalam sungai itu.
Alena menghapus air matanya. Dia mengambil wudhu dan melaksanakan sholat. Setelah selesai sholat, dia berdoa. "Ya Allah ampuni lah dosa Ibu dan kak Nadia semasa hidup. Terimalah semua amal ibadah mereka. Ya Allah sesungguhnya hamba sudah memaafkan sikap kak Nadia selama ini kepada hamba."
Begitulah isi doa Alena. Dan untuk sang kakak yang ternyata selama ini sering berbuat semena-mena kepadanya. Meskipun semasa hidup Nadia selalu kasar terhadapnya dan berpura-pura baik di depan semua orang, Alena tetap mendoakan yang terbaik untuk Nadia. Bahkan kecelakaan itu adalah kesalahan Nadia sendiri namun hanya Alena saja yang tau bagaimana? Apa? Dan kenapa kecelakaan itu terjadi. Yang pasti jika dia bercerita hanya akan membuat orang di sekitarnya tidak percaya dan balik membencinya.
Dia juga sudah berjanji pada Nadia bahwa dia tidak akan menceritakan hal itu kepada siapapun sebelum kecelakaan itu terjadi. Karenanya dia menganggap itu permintaan terakhir Nadia. Dan dia akan menjaga rahasia itu selamanya.
Suara ketukan pintu terdengar. Alena membuka mukenanya dan melipatnya lalu pergi membuka pintu.
"Ayah," ucap Alena.
"Kau sedang apa Alena?" tanya Alfian.
"Aku habis melaksanakan sholat, Yah." jawab Alena.
"Kau pasti mendoakan Ibu dan Kakakmu ya."
Alena mengangguk.
"Terima kasih ya Nak, Kau memang anak Ayah yang baik dan soleha. Ayah tau ini semua bukan keinginanmu, tapi Ibu Sarah belum bisa menerima semua ini. Jadi jika sikapnya kurang baik kepadamu, Ayah mohon maafkanlah Dia. Dia hanya belum bisa menerima kenyataan." ucap Alfian lirih.
"Iya Ayah, Aku mengerti." ucap Alena sambil tersenyum.
Alfian pergi keluar meninggalkan Alena yang kini tengah menitihkan air mata.
3 hari telah berlalu. 2 hari lagi seharusnya menjadi hari bahagia untuk Shaka dan Nadia. Namun takdir telah berkatan lain. Pernikahan indah itu tidak akan terjadi.
Di rumah keluarga Wijaya.
Shaka dan ibunya tengah duduk di sofa ruang tamu itu. Selama 3 hari ini Shaka dan ibunya membantu acara tahlilan di rumah itu.
Rika menatap wajah gadis yang tengah duduk disamping Alfian. Dia adalah Alena.
"Saya minta maaf karena ini waktu yang tidak tepat untuk saya membahas ini. Namun saya minta agar pernikahan ini tetap berlanjut." ucap Rika.
Semua yang ada disitu terkejut termasuk Shaka yang tidak tahu menahu bahwa ibunya akan berkata seperti itu.
"Maaf Ny. Rika, tapi Nadia telah tiada. Pernikahan itu tidak mungkin terjadi." Alfian mencoba memberi pengertian kepada Rika.
"Saya tahu. Tapi bukankah Alena putri anda juga." ucap Rika.
Alfian, Sarah dan Shaka langsung menoleh ke arah Alena. Mereka semua terkejut dengan apa yang dikatakan Rika.
"Apa? Tidak Ny. Rika, Alena tidak boleh menikah dengan Shaka." Sarah mencoba menolak permintaan Rika.
"Kenapa Nyonya? Alena juga anak keluarga Wijaya. Saya ingin Alena menjadi istri Shaka. Saya mengerti duka Nyonya, tapi saya juga menginginkan putra saya menikah dengan keluarga Wijaya sebagai perjanjian kerja sama perusahaan kita. Jika tidak ada pernikahan maka kerja sama akan saya batalkan." ucapan Rika sedikit mengancam.
Sarah dan Alfian terdiam.
"Maaf Paman, Bibi saya tinggal sebentar." Shaka menarik tangan ibunya dan menjauh dari ruang tamu itu.
"Bu, apa maksud Ibu? Kenapa aku harus menikah dengan gadis itu. Aku tidak mencintainya Bu." Shaka menatap penuh permohonan.
"Ya sudah ayo pulang dan lihat seluruh harta warisan akan jatuh ke tangan Fredi adik tirimu."
Mata Rika berkaca-kaca. Rasanya dadanya begitu sesak mengingat bagaimana suaminya berselingkuh dan menceraikannya demi wanita lain. Bahkan setelah suaminya meninggal, istri keduanya malah berusaha merebut harta peninggalan suaminya. Ayah mertua Rika memberi pilihan. Jika Shaka ingin menjadi pewaris maka dia harus menikah terlebih dahulu.
Shaka menghela nafas berat. Dia ingin sekali menolak tapi jika itu terjadi maka dia akan kehilangan hartanya yang akan jatuh ke tangan adik tirinya. Beruntung, kakeknya memberinya solusi untuk menjadi pewaris. Sehingga sang adik hanya akan mendapat sebagian kecil warisan Alm Ayahnya karena dulu Alm Ayahnya dan selingkuhannya hanya menikah secara agama saja. Tidak secara hukum karena larangan sang kakek.
"Baiklah Bu. Tapi tidak ada resepsi." tawar Shaka.
"Kenapa Nak." tanya Airin.
"Rencana awal Aku dan Nadia akan melangsungkan resepsi 3 bulan lagi saat ulang tahunnya. Tapi aku tidak menikah dengan Nadia Bu. Aku tidak mau menghancurkan Nadia. Lagi pula undangan belum disebar jadi pernikahan ini tidak perlu resepsi" jawab Shaka.
"Baiklah." jawab Rika.
Shaka dan Rika kembali mendatangi mereka.
"Bagaimana Tn. Alfian?" tanya Rika.
Alfian menghela nafas panjang. "Baiklah kami setuju." jawab Alfian.
Sarah hanya diam dan melirik Alena dengan tatapan sinis. Alena hanya menunduk sedih.
Rika tersenyum. "Terima kasih, kita akan langsungkan pernikahan seminggu lagi setelah mereka mendaftarkan pernikahan ke KUA. Saya yang akan mengurusnya." ucap Rika.
Mereka mengangguk. Sedangkan Alena masih tertunduk sedih. Shaka dan Rika pun berpamitan untuk pulang.
***
Seminggu telah berlalu. Hari penikahan pun tiba. Hari ini Shaka dan Alena akan menikah. Pernikahan ini hanya dihadiri keluarga kedua mempelai saja. Alena terlihat cantik dengan balutan kebaya berwarna putih, sedangkan Shaka terlihat gagah dengan setelan jas berwarna senada dengan Alena. Mereka menikah di rumah yang akan ditempati Shaka dan Alena.
Penghulu memulai acara pernikahan itu. Alfian pun menikahkan mereka. Dengan satu tarikan nafas, Shaka mengucapkan kalimat ijab qobul dengan lancar. Dan para saksi berkata "SAH".
Mereka resmi menjadi suami istri. Semua keluarga mengucapkan selamat kepada mereka termasuk kakek Shaka. Dia memberikan warisan Alm. Ayah Shaka kepadanya sebagai hadiah.
"Kau berhasil, jagalah aset keluarga kita." ucap Kakek Shaka.
Semua telah berpamitan termasuk para orang tua kedua mempelai.
Tinggallah Shaka dan Alena. Pelayan dan pengawal rumah mereka akan datang besok.
Di rumah besar ini kehidupan baru akan dimulai. Rumah ini akan menjadi saksi bisu kehidupan pernikahan mereka. Entah itu baik atau buruk tergantung mereka yang menjalani.
Bugg,,,Shaka menghempaskan tubuh Alena ke atas ranjang.
"Dengar ya, benar kata Ny. Sarah bahwa kau itu pembawa sial. Karenamu Nadia meninggal dengan cara tragis. Jika saja kau tidak pergi dengannya pasti sekarang Nadia masih hidup. Bukan, jika saja kau tidak lahir ke dunia ini kau tidak akan membawa kesialan dalam hidup kami.!!!" Sorot mata Shaka menunjukkan dendam yang sangat membara.
"Maafkan aku. Aku tidak sengaja. Saat itu..."
"Sudahlah hentikan ocehanmu. Dengar ya, jangan pernah sekalipun kau bermimpi untuk menjadi istriku. Karena seorang istri Shaka Prasetya haruslah wanita sempurna seperti Nadia, mengerti!"
Alena mengangguk.
Shaka pergi meninggalkan Alena yang berderai air mata.
"Jika kau tahu apa yang terjadi sebelum kecelakaan, apa kau akan tetap mencintai Nadia? Tapi karena janjiku padanya, aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya." Alena tersenyum getir. Dia menghapus air matanya dan segera ke kamar mandi untuk menyegarkan diri karena sebentar lagi hari akan gelap.
Selesai membersihkan diri, Alena segera turun ke bawah untuk menyiapkan makan malam untuk Shaka.
Setelah makan malam siap, Alena mencari keberadaan Shaka. Alena melihat Shaka sedang duduk di ruang keluarga sambil memainkan ponselnya. Raut wajah Shaka tampak sangat sedih. Alena berjalan mendekatinya. Saat sudah berada di belakang Shaka, Alena menangkap sebuah foto dalam ponsel Shaka. Ternyata sedari tadi Shaka terus memandangi foto Nadia. Pantas raut wajahnya sangat sedih. Ternyata dia masih merindukan Nadia.
"Suamiku ayo makan." ucap Alena.
Shaka langsung menoleh dan seketika ekspresi wajahnya berubah. Ekspresi yang semula sedih berubah menjadi marah.
"Berani sekali kau memanggilku begitu. Panggilan itu harusnya hanya untuk Nadia. Memangnya kau siapa ha? Panggil aku Tuan!!!" Suara bentakan Shaka memenuhi ruangan itu.
Alena terkejut. Tak disangka Shaka yang sering dia temui saat datang kerumah untuk menemui Nadia ternyata se-arogan ini. Padahal saat bersama Nadia dulu Shaka terlihat ramah dan lembut. Sekarang sepertinya Shaka telah menunjukkan sikap aslinya. Mungkin karena dia sangat mencintai Nadia sehingga dulu dia berubah menjadi orang yang hangat dan lembut.
"Maafkan aku Tuan." ucap Alena dengan suara pelan.
"Minggir, aku tidak sudih memakan masakanmu." Shaka pergi keluar rumahnya. Dia mencari restoran untuk makan malam.
Alena terisak mendapat perlakuan seperti itu dari Shaka. Dia pergi ke ruang makan dan memakan makanannya. Setelah itu dia menunggu Shaka pulang. Dia duduk di ruang tamu. Karena lelah dan terlalu lama menunggu, akhirnya dia tertidur di sofa ruang tamu itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!