NovelToon NovelToon

Gairah Dosen Arrogant

Part 1

Di sebuah kamar yg luas bernuansa hijau muda. Bukan hanya cat tembok nya saja yg berwarna hijau melainkan seluruh perabotan bahkan ranjang Queen size yang ada di kamar tersebut berwarna senada. Rupa nya sang pemilik kamar menyukai warna tersebut.

Radha Dwi Sasmita. Itu lah nama gadis yang kini sedang membereskan beberapa pakaian nya dan memasukkan nya ke dalam sebuah koper.

"Apaan sih papa, kayak ga ada wanita lain saja buat di jadikan istri. Kenapa harus wanita j*l*n* itu sih?" Radha ngedumel sambil terus memasukkan beberapa baju yg akan ia bawa untuk menginap di hotel.

Radha memilih menginap di hotel untuk menghindari papa nya yang mungkin saja akan meminta restu pada nya untuk menikahi wanita pilihan nya itu.

Setelah selesai membereskan beberapa pakaian nya, Radha bergegas keluar dari kamar ternyaman nya yg sudah ia tempati selama 22 tahun itu.

" Aku pasti akan merindukan kamar ku." lirih Radha.

Selang beberapa menit. Kini Radha sudah berada di sebuah kamar hotel yang sudah ia pesan sebelum nya.

Huh

Radha menghela nafas sambil menjatuhkan bobot tubuh nya di kasur yang empuk dan nyaman. Seketika terbayang kejadian beberapa jam yang lalu saat ia melihat sang papa sedang berada di sebuah cafe bersama seorang wanita.

Flashback on

Sore hari, Radha baru pulang dari kuliah dan memilih mampir di sebuah cafe untuk sekedar minum kopi demi menghilang kan rasa bosan nya.

Namun ketika Radha sedang duduk sendiri menikmati kopi nya, tiba tiba dari arah pintu, Radha melihat sang papa memasuki cafe tersebut dengan seorang wanita cantik dan seksi dengan riasan yg cukup tebal.

Radha segera memalingkan wajah nya agar sang papa tidak melihat nya ada di sana. Radha cukup mengenali wanita itu karena sebelumnya papa nya sudah pernah mengenalkan nya.

Sesuai harapan Radha, papa nya tidak melihat keberadaan nya. Pria itu hanya fokus kepada kekasihnya yang kini sedang mengelus elus tangan nya sambil menatap penuh rayuan.

" Kapan kamu nikahin aku, sayang? " Rengek wanita bernama Wina tersebut kepada papa nya Radha.

" Secepatnya sayang, nanti aku akan meminta restu kepada putri ku. Semoga dia mengizinkan ku menikahi mu." jawab pak Wijaya papa nya Radha.

Deg

Radha bisa mendengar percakapan mereka, karena jarak nya lumayan dekat. Hanya saja, posisi Radha membelakangi papa nya.

" Sampai kapan pun, aku tidak akan mengizinkan papa menikahi Tante Wina! " Batin Radha

Bukan tanpa alasan, sebenarnya Radha sering melihat Wina bersama laki laki lain. Hanya saja Radha tidak membicarakan nya kepada sang papa karena tentu saja papa nya tidak akan percaya dengan ucapan nya karena papa nya sudah termakan oleh rayuan busuk wanita itu.

Setelah mendengar pembicaraan yang membuat nya muak, Radha segera bangkit dan berjalan keluar dari cafe itu dengan mengikuti seorang pelayan yang sedang membawa pesanan agar pak Wijaya tak melihat nya keluar dari cafe. Lagi lagi harapan nya terkabul, Radha bisa keluar dari cafe tanpa di lihat oleh papa nya dan Wina.

Huh

Radha menghela nafas kasar setelah sampai di parkiran. Ia bertekad untuk pergi dari rumah demi menghindari papa nya meminta restu pada nya.

Flashback off

Malam hari nya, Radha memilih untuk menggunakan fasilitas karaoke yang ada di hotel tersebut untuk menghilangkan rasa sepi sekaligus stres karena dari tadi papa nya terus menelpon dan menanyakan keberadaan nya karena Radha tidak ada di rumah. Akan tetapi Radha terus mengabaikan panggilan dari pak Wijaya karena ia sedang kesal.

Seperti tujuan na tadi, kini Radha sudah berada di room karaoke namun Radha memesan Small Rooms karena dia hanya sendirian saja. Radha juga memesan beberapa cemilan dan es jeruk. Radha tidak meminum alkohol.

.

.

.

.

Sementara di President Suite Rooms yang ada di tempat karaoke yang sama dengan Radha. Ada seorang pria tampan yang kini sedang menenggak bir yang ia pesan. Namun. Pria itu tidak sendiri melainkan bersama sahabat nya.

"Hentikan Van! Kau sudah sangat mabuk." Dika menghentikan aksi Devan yang akan menenggak bir tersebut untuk yg ke sekian kali nya. Bukan tanpa alasan Devan sudah menghabiskan dua botol bir dan ini adalah botol yang ke tiga.

"Singkirkan tanganmu! Aku masih ingin minum." bantah Devan.

Melihat Devan yang sudah sangat mabuk membuat Dika segera merebut botol itu dan melemparkan nya ke dinding hingga pecah.

"Ck, sialan! Kenapa kau membuang minuman ku?" geram Devan.

"Kau sudah sangat mabuk Van, lebih baik kembali ke kamar mu! aku akan mengantarmu." jawab Dika.

"Tidak mau, aku masih ingin di sini." lagi lagi Devan menolak.

"Ck, apa yang membuat mu seperti ini Van? Apa kau tidak kasihan terhadap Rega putramu?" tanya Dika " Pasti bocah lucu itu akan sedih jika melihat papa nya seperti ini." sambung Dika.

Mendengar penuturan Dika membuat Devan tersenyum sinis. "Justru aku begini karena memikirkan keinginan nya, bocah itu selalu merengek menanyakan mama nya yang pergi entah kemana. Aku sangat muak mendengar nya dan itu sangat membuat kepala ku pusing!" Devan mulai menceritakan masalah nya kepada Dika.

"Kenapa kau tidak mencoba mencari mama baru untuk Rega, siapa tau Rega akan senang dan tidak menanyakan mama kandung nya terus menerus." saran Dika.

Huh

Devan menghela nafas kasar mendengar saran sahabat nya itu yg menurut nya sangat sulit untuk di wujudkan.

"Kau tau sendiri selama tiga tahun setelah kepergian Cindy aku kehilangan gairah ku pada seorang wanita." jawab Devan. "Aku rasa tidak semudah itu aku bisa mencarikan ibu sambung untuk Rega." lirih Devan nada nya terdengar frustasi.

Saat ini Dika baru mengetahui masalah sahabat nya yang membuat nya minum sampai berbotol botol.

Huh

Kali ini Dika menghela nafas berat. "kali ini aku paham permasalahan mu yg cukup berat. sekarang lebih baik kau istirahat ke kamarmu dan jangan terus seperti ini. Karena masalah nya tidak akan selesai hanya dengan minum." Ucap Dika.

Devan hanya diam namun tak lama ia bangkit dari kursi nya hendak kembali ke kamar nya. Akan tetapi langkah Devan sedikit terhuyung karena mabuk. Dengan gesit Dika membantu Devan agar tidak terjatuh.

"Sebaiknya aku mengantar mu." tutur Dika.

Devan segera menepis tangan Dika yang memegang nya. " Tidak perlu, aku bisa sendiri." Tolak Devan.

"Ck, jangan membantah kau ini sedang tidak berdaya." kesal Dika.

"Aku masih kuat, lepaskan! jika kau terus memaksa mengantarku maka aku akan kembali minum bir nya sampai mati." ancam Devan saking ia tidak mau di antar oleh Dika ke kamar hotel yang ia pesan sejak tadi sore.

"sialan!" maki Dika. Meskipun begitu Dika membiarkan Devan berjalan sendiri kembali ke kamar nya.

Ubur ubur ikan lele

jangan lupa vote ya lee🤭

Part 2

Dengan langkah sempoyongan, Devan memasuki lift untuk menuju kamar nya yang ada di lantai 25. Karena karaoke rooms tadi ada di lantai 15.

Di dalam lift yang akan membawa nya ke lantai kamar yg ia sewa di hotel tersebut, ternyata Devan tidak sendiri melainkan ada seorang gadis yang tengah menatap punggung tegap nya, gadis tersebut yang tak lain adalah Radha yang ternyata gadis itu juga akan kembali ke kamar nya karena sudah mengantuk.

Karena pengaruh alkohol yang tadi ia minum, membuat tubuh Devan kembali terhuyung ke belakang. Alhasil Devan jatuh di pelukan Radha yang berusaha menahan bobot tubuh pria itu dengan sekuat tenaga. Karena tubuh Radha dan Devan tentu saja sangat jauh perbandingan nya. Devan memiliki tubuh yang tinggi tegap, badan kekar dan gagah terpaksa harus jatuh menimpa Radha yang memiliki tubuh ramping namun berisi di beberapa bagian tertentu.

"Are you oke?" tanya Radha setelah berusaha mengimbangi bobot tubuh Devan.

Sementara Devan masih berusaha mengendalikan diri nya dari rasa pusing yang menyiksa kepala nya. Perlahan lahan, Devan mendongak dan seketika itu mata nya bertemu dengan mata indah Radha yang tengah menatap nya dengan tatapan penuh tanda tanya. Devan menatap mata Radha hanya sebentar, namun tatapan itu kini beralih ke arah bibir gadis itu yg terlihat seksi di mata Devan. Bukan hanya itu, Devan menyadari jika tangan nya tak sengaja menyentuh pinggul padat Radha dan itu berhasil membuat gairah Devan bangkit kembali.

Entah dorongan dari mana tiba tiba saja Devan mencium bibir Radha. Sontak saja gadis itu kaget dengan apa yang di lakukan oleh pria asing tersebut.

"Emmmbhh..."

Radha berusaha mendorong tubuh Devan namun sia sia saja karena tenaga nya kalah oleh Devan yang justru semakin memperdalam ciuman nya dengan menekan tengkuk Radha.

Radha memukul mukul dada Devan agar ciuman nya terlepas. namun rupanya Devan sangat menikmati ciuman yang selama ini baru ia rasakan lagi bersama seorang wanita, dan entah mengapa rasa nya begitu manis dan memabukkan. Devan enggan sekali melepas kan ciuman nya. Akan tetapi Radha tak habis akal, ia menendang aset berharga Devan sehingga membuat pria itu mengerang kesakitan dan akhirnya ciuman itu terlepas.

Setelah pintu lift terbuka, Radha segera berlari keluar dan masuk ke dalam kamar nya dan tak lupa mengunci pintu nya.

"Sial!" Devan mengumpat saat merasakan nyeri di pangkal paha nya karena mendapat tendangan dari Radha.

Namun, sedetik kemudian pria itu tersenyum menyeringai. " Gadis yang menarik." gumam Devan.

Sementara di kamar nya, Radha benar benar di buat kesal oleh Devan karena sudah mencuri ciuman pertama nya.

"Brengsek!" umpat Radha "Berani sekali dia mencuri ciuman pertama ku." kesal nya.

Radha segera berlari ke wastafel untuk mencuci bibir nya yg masih tertinggal jejak Saliva milik Devan.

Niat hati ingin segera tidur dan melupakan kekeselan nya terhadap Devan namun ternyata Radha malah di buat semakin kesal ketika melihat notifikasi pesan dari sang papa yang mengatakan akan memblokir semua kartu ATM milik Radha jika gadis itu tidak pulang sampai besok pagi.

Arrrrrgh

Radha berteriak frustasi, satu sisi ia tak ingin pulang dan menerima pernikahan papa nya dengan Wina. Tapi di sisi lain dia tak bisa apa apa karena selama ini Radha masih bergantung kepada uang yang di berikan oleh Wijaya.

Sebenarnya Radha tidak melarang papa nya menikah lagi setelah mendiang ibu nya meninggal beberapa tahun yang lalu. Hanya saja, Radha tak setuju jika Wijaya harus menikah dengan Wina yang seorang ja*an*. Dan tentu saja Wina hanya menginginkan harta Wijaya saja.

.

.

.

.

Keesokan harinya, sebelum berangkat kuliah Radha terpaksa kembali pulang ke rumah nya.

"Kenapa kamu tiba tiba pergi dari rumah hmm?" tanya Wijaya kepada putri nya.

Saat ini mereka sedang berada di meja makan untuk sarapan.

"Aku tidak pergi, hanya menginap di hotel saja." jawab Radha dengan malas.

"Jika hanya menginap satu malam tidak perlu membawa banyak barang bahkan sampai satu koper begitu." ucap Wijaya.

"Sudahlah pah, aku gamau bahas masalah yang tidak penting." kilah Radha.

Huh

Wijaya menghela nafas panjang melihat sikap Radha yang seperti itu.

"Apakah kamu marah terhadap papa?" tanya Wijaya dengan lembut kepada putri semata wayangnya yang sangat ia sayangi itu. "katakan! Apa yang membuatmu bersikap seperti ini?" sambung Wijaya.

Sebenarnya Wijaya sudah tau semuanya jika Radha merajuk karena mendengar dirinya akan menikah dengan Wina. Sebab, Wijaya sudah menyuruh asisten nya untuk menyelidiki perihal sikap putrinya itu.

"Aku tidak setuju papa menikahi Tante Wina!" jawab Radha.

"Kenapa? Apa alasanmu melarang papa menikahi Wina?" tanya Wijaya.

"Karena Tante Wina itu bukan wanita baik baik! aku sering lihat dia bersama beberapa pria." jelas Radha.

"Itu tidak mungkin Radha. Selama ini Wina hanya setia pada papa!" bantah Wijaya.

Radha tersenyum sinis. "sudah kuduga, papa tidak akan percaya dengan perkataan ku."

Radha hendak bangkit dari duduknya namun segera di hentikan oleh Wijaya.

"Tunggu Radha!"

Radha memutar bola mata nya jengah "ada apalagi sih pah? Kalau disini hanya untuk membahas kekasih papa aku males, lebih baik aku berangkat kuliah sekarang."

"Baiklah, jika perkataan mu mengenai Wina itu benar, maka papa tidak akan menikahi Wina. Tapi sebaliknya, jika perkataan mu tidak terbukti sama sekali, papa mohon restui papa menikah dengan nya." Wijaya berusaha bernegosiasi dengan putri nya.

"terserah papa!" balas Radha kemudian menyalami Wijaya dan berlalu pergi begitu saja tanpa ada kehangatan antara ayah dan anak itu.

Huh

Lagi lagi Wijaya menghela nafas nya setelah melihat kepergian putri nya.

"Sasmita, apa kamu tidak mengizinkan aku menikah lagi sehingga membuat putri kita pun tidak merestui nya?" Batin Wijaya

.

.

.

.

Kampus Harapan Bangsa.

( note: nama kampus hanya ilusi author )

Kebetulan sekali hari ini Radha memiliki jadwal kuliah pagi. Jadi begitu sampai ia langsung masuk ke kelas nya.

Radha langsung duduk di kursi nya tanpa menyapa Hana sahabat nya. Dan itu sukses membuat gadis itu heran melihat sikap Radha pagi ini.

"woi, pagi pagi udah manyun aja." sapa Hana.

"Hmm." jawab Radha.

"eh busyet, kenapa sih kamu Ra?" tanya Hana lagi.

"lagi ga mood aja." jawab Radha singkat.

"berantem ya sama bokap?"

"ya begitulah, lagi males aja." lagi lagi Radha enggan bicara panjang lebar pagi ini, tidak seperti biasanya.

Huh

Hana tidak ingin memaksa Radha untuk bercerita. Alhasil, Hana pun ikutan diam dan bermain ponsel sambil menunggu dosen yang mengajar memasuki kelas.

"eh katanya sekarang prof. Agung berhalangan hadir, dan akan di gantikan oleh Prof. baru."

"iya kah?"

"heem, katanya sih prof yg baru ini masih muda dan tampan."

"wah aku jadi ga sabar pengen lihat.'

Radha yang sejak tadi diam sedikit terusik oleh pembicaraan teman nya yang ia dengar begitu antusias menceritakan profesor baru yang akan menggantikan prof. Agung. Namun sedetik kemudian Radha memilih tidak peduli dan kembali pada pikiran nya sendiri.

Sampai Radha di sadarkan oleh suara deheman seseorang.

Ekhem

"Oh my God, cuakep polll" pekik Hana tertahan.

Radha yang mendengar itu seketika mendongak, dan tatapan nya bertemu dengan tatapan dosen baru yang kini juga sedang menatap ke arah Radha.

Deg

part 3

Untuk beberapa menit Radha mematung, sampai dosen baru tersebut kembali berdehem dan menyadarkan Radha.

Ekhem

Radha terkesiap, dan segera memalingkan wajah nya ke arah lain.

"Selamat pagi, semua nya." sapa dosen tersebut dengan intonasi tegas dan penuh wibawa.

"Pagi Prof.." jawab mereka serempak. Hanya Radha yang tidak menjawab.

"Perkenalkan nama saya Devan, hari ini saya akan menggantikan prof. Agung yang sedang berhalangan hadir karena ada urusan keluarga yang tidak bisa di tinggalkan." tutur Devan

Devano Putra Abimanyu. Seorang dosen sekaligus pemilik kampus tersebut. Sebenarnya Devan bukan hanya seorang dosen tapi ia juga seorang CEO dari perusahaan AM company. Orang tua Devan adalah seseorang yang kaya raya. Memiliki beberapa perusahaan di Indonesia maupun manca negara.

"kenapa pria brengsek seperti dia bisa menjadi salah satu dosen di kampus ini?" Batin Radha

Entah suatu kebetulan atau sudah di rencanakan Radha harus bertemu lagi dengan pria yang sudah mencuri ciuman pertama nya.

"Ra, Prof. Devan ganteng banget oh my God." Hana berbisik di telinga Radha.

"ganteng dari Hongkong!" pekik Radha dengan suara keras.

Radha segera menutup mulutnya dengan tangan, rupanya ia keceplosan bicara terlalu keras sehingga membuat semua orang menoleh ke arah nya termasuk Devan.

"apa yang barusan kamu katakan?" tanya Devan kepada Radha dengan sorot mata tajam.

Hana langsung menyenggol lengan Radha, memberi isyarat bahwa keadaannya sangat gawat.

Radha gelagapan dan juga panik. "astaga..ini bibir ga bisa di kondisi kan banget sih." batin Radha.

"apaan sih si Radha caper banget"

"iyaa ih." terdengar sindiran beberapa mahasiswa yang lain.

"shut up! Saya bertanya kepada dia." tegas Devan sambil menunjuk Radha, seketika yang lainnya terdiam.

"apa yang barusan kamu katakan?" Devan mengulang pertanyaan nya.

"I-itu prof. T-teman s-saya mau datang dari Hongkong!! Iyaa itu yang tadi saya katakan." jawab Radha dengan perasaan was was.

"memang nya tadi kamu berbicara dengan siapa?" tanya Devan.

"Dengan Hana, iya kan Han?" Radha menyenggol lengan Hana agar gadis itu segera menjawab.

"I-iya prof." jawab Hana takut takut.

Devan terdiam dengan wajah datar ia berkata "setelah ini, kamu ikut ke ruangan saya!" Devan menunjuk Radha.

"hanya saya prof?" tanya Radha.

"yes, only you! Kamu akan mendapatkan peringatan dari saya" tegas Devan.

Radha merasa heran kenapa Hana tidak ikut di panggil ke ruangan Devan dan hanya diri nya saja.

.

.

.

Di tempat lain, Wijaya sedang memerintahkan asisten nya untuk menyelidiki Wina. Karena Wijaya ingin tau sendiri kebenaran yang di katakan oleh putri nya.

"Seno, aku mau kau mencari tau tentang Wina. Apakah benar jika Wina sering bergonta-ganti pasangan." titah Wijaya.

"baik, saya akan menyelidiki nya." jawab Seno.

"bagus, beri laporan secepatnya!"

"baik, tuan."

.

.

.

Disini lah Radha berada yaitu di depan ruang Prof. Devan. Radha berusaha menetralkan degup jantung nya sebelum memasuki ruangan tersebut.

Huh

"semoga saja pria itu tidak mengingat kejadian di lift kemarin malam. Aku rasa dia memang tidak mengingat nya, sebab semalam dia sedang dalam pengaruh alkohol." seperti itu lah harapan Radha saat hendak mengetuk pintu.

Tok tok tok

"masuk!" terdengar suara dari dalam ruangan tersebut.

Radha perlahan membuka pintu dan memberanikan diri untuk melangkah masuk.

kini Radha sudah berada di hadapan Devan yang sedang duduk sambil mengotak Atik laptop nya.

"Permisi prof." sapa Radha.

Devan hanya diam, seolah olah tidak menganggap Radha ada di ruangan nya.

Hal itu membuat Radha kesal karena tidak di anggap keberadaan nya sama sekali. Namun, Radha harus tetap sabar dan menahan kekesalan nya.

"prof, sa.." belum sempat Radha melanjutkan kata kata nya segera di potong oleh Devan.

"apa kamu tau apa kesalahan mu sehingga saya memanggil mu kemari?" Devan bertanya sambil menatap Radha dengan sorot mata tajam.

"M-maaf, saya janji tidak akan mengulangi nya lagi prof." jawab Radha.

"Ck, saya bertanya kamu tau tidak letak kesalahan mu dimana?" ulang Devan.

"Tau prof, kesalahan saya adalah berbicara keras di saat pembelajaran sedang berlangsung." jawab Radha dengan gugup.

"hmm, hanya itu?"

"Ya, hanya itu prof."

"apa kamu tidak merasa punya kesalahan yang lain?"

Radha terdiam, perasaan nya mulai tidak enak. "apa maksud perkataan nya, apakah dia mengingat kejadian semalam?" batin Radha

Melihat Radha diam saja, Devan bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat ke arah Radha, sontak saja Radha memundurkan badan nya.

"A-apa maksud anda saya tidak mengerti." Radha sangat gugup dan takut melihat tatapan Devan.

Melihat Radha terlihat gugup membuat Devan semakin mendekat kan tubuh nya ke arah gadis itu.

Radha semakin mundur dan kini tubuh nya sudah mentok di dinding, Radha sudah tidak bisa berkutik. Apalagi saat wajah Devan semakin dekat dengan nya, yang terpikir dalam benak Radha adalah akan kembali menendang aset Devan jika pria itu kembali kurang hajar pada nya.

"Shit!" Devan mengumpat dan segera menjauhkan tubuh nya dari gadis itu.

Radha yang tadi memejamkan mata nya kini merasa heran karena tidak ada pergerakan apapun akhir nya Radha mulai membuka mata nya, kini mata nya menangkap jika Devan sudah kembali duduk di kursi nya, dan itu membuat Radha menghela nafas lega.

Huh

"untung ga terjadi apa apa." gumam Radha.

"memang nya mau terjadi seperti apa?" jawab Devan sambil menaikkan sebelah alis nya, rupanya Devan mendengar ucapan Radha.

"Ah, t-tidak. Tidak terjadi apa apa, prof." entah kenapa Radha selalu gugup dalam menjawab.

"terus mengapa kamu masih ada di sini? Sampai kapan akan terus berada di ruangan saya?" Devan berbicara tanpa mengalihkan tatapan nya dari laptop.

"Dia kan belum nyuruh aku keluar. Bisa bisa nya nanya begitu." batin Radha kesal.

"oh, kalau gitu saya permisi prof." Radha pamit dan melangkah kan kaki nya keluar ruangan, baru saja sampai pintu, Devan menghentikan langkah nya.

"tunggu!" panggil Devan.

Radha kembali berbalik sambil menahan kekesalan nya. " ya, prof?"

"siapa nama kamu?" tanya Devan.

"nama saya Radha."

"hmm nama yang sangat jelek." balas Devan dengan acuh.

"What? mengapa anda mengatakan jika nama say-

"silahkan keluar sekarang!" lagi lagi Devan memotong perkataan Radha.

Radha mengepal kan tangan nya dan Keluar dari ruangan Devan dengan perasaan dongkol.

Setelah kepergian Radha, Devan mengusap wajah nya frustasi. " sial! hanya dengan melihat bibir nya saja membuat gairah ku terpancing."

.

.

.

Sementara itu Radha menghampiri Hana yang menunggu nya di kantin. Setelah sampai Radha langsung mendudukkan tubuh nya dengan kasar di kursi.

"Gimana Ra, apa yang di katakan prof. Devan?" tanya Hana penasaran.

Huh

Radha menghela nafas kasar. "entahlah, ga jelas banget tuh dosen." jawab Radha dengan kesal.

Hana mengerutkan kening nya. "ga jelas gimana maksudnya?"

"ya masa dia ngatain nama ku jelek!"

"apa?" Hana kaget kemudian tertawa dan itu semakin membuat Radha kesal.

ubur-ubur ikan lele

semoga novel ini fyp lee🤗

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!