Malam hari yang terang karena sinar lembut rembulan dan angin yang berhembus dengan tenang menghiasi langit malam Provinsi Bai, Kekaisaran Yin.
Malam yang berlalu tenang itu sedang terjadi pergelojakan hebat di Provinsi Bai, malam hari yang tenang berubah menjadi menjadi malam berdarah dan berapi-api saat Gubernur Provinsi Bai yang bernama Bai Song terbunuh di kediamannya beserta istri dan kedua anaknya.
Gubernur Bai Song memiliki tiga orang putra dari istri yang bernama Qiao Hua. Namun dari ketiga anaknya, hanya satu yang tidak meninggal, yakni anak terakhir yang bernama Bai Feng.
Banyak yang tidak tahu tentang rencana tersembunyi Bai Feng untuk menguasai seluruh kekuasaan Provinsi Bai.
Pembunuhan berencana yang membakar kediaman Bai Song adalah pembunuhan berencana yang telah lama dilakukan oleh Bai Feng, putra kandung dari Bai Song.
Semenjak kematian Gubernur Bai Song, tentu secara otomatis Bai Feng akan naik tahta menjadi Gubernur Provinsi Bai yang baru. Semenjak Provinsi Bai dibawah kepemimpinan Gubernur Bai Feng, banyak perubahan yang terjadi.
Gubernur Bai Feng memiliki pasukan khusus yang terdiri dari orang-orang kuat. Pasukan khusus tersebut adalah pasukan yang dibentuk oleh Gubernur Bai Feng dan dia beri nama Pasukan Bulan Purnama Hitam yang terdiri dari kultivator aliran hitam.
Semenjak Gubernur Bai Feng menduduki tahta Gubernur Provinsi Bai banyak hal yang berubah. Pertama, Ibu Kota Provinsi Bai yang dahulu bernama Ibu Kota Bulan Purnama sekarang terbagi menjadi dua kota. Kota pertama yakni sebuah kota yang dihuni kaum bawah dengan kata lain rakyat jelata.
Penduduk dibiarkan hidup tetapi dengan ketakutan yang luar biasa pada tirani Gubernur Bai Feng dan pasukannya. Nama kota tersebut adalah Ibu Kota Bulan Bawah.
Sedangkan kota yang dihuni oleh orang yang mampu membayar pajak dan tunduk pada pemerintahan Gubernur Bai Feng disebut dengan Ibu Kota Bulan Atas.
Dalam kurun waktu sembilan tahun Provinsi Bai yang dulu makmur berubah menjadi tempat yang dipenuhi kesenjangan sosial. Penduduk desa yang hidup tentram walau berkecukupan sekarang menjadi terlantar karena pajak yang begitu besar.
Setelah dua tahun Gubernur Bai Feng duduk di kursi tahta Provinsi Bai, satu hal yang tidak pernah membuatnya puas yaitu wanita. Walau telah memiliki seorang anak laki-laki berumur enam belas tahun dan seorang istri yang menjadi pendamping hidupnya, Gubernur Bai Feng masih ingin mencari perempuan yang lainnya.
Pada saat kunjungannya ke Kediaman Bangsawan Li, salah satu dari lima keluarga bangsawan terbesar di Kekaisaran Yin.
Gubernur Bai Feng bertemu dengan gadis muda yang sangat cantik, berumur enam belas tahun. Karena tertarik dengan gadis tersebut, Gubernur Bai Feng menggunakan berbagai cara untuk dapat memiliki hati gadis muda tersebut.
Dari berbagai cara yang dia pikirkan, Gubernur Bai Feng berniat menjodohkan anaknya yang bernama Bai Zhen dengan anak yang diadopsi Kepala Keluarga Bangsawan Li bernama Xue Rong.
Li Han sendiri adalah seorang Kepala Keluarga Bangsawan Li dari Kekaisaran Yin. Mendengar ajakan Gubernur Bai Feng yang berniat menjodohkan Bai Zhen dengan Xue Rong, tentu Li Han tidak keberatan dengan ajakan Bai Feng.
Usut punya usut, ternyata Li Han berniat membuang Xue Rong jauh-jauh dari hadapannya, karena ada masa lalu yang membuatnya menjadi seperti sekarang ini. Li Han mengingat mendiang istrinya dan ibu kandungnya meninggal ketika mereka mengadopsi Xue Rong.
Satu tahun kemudian sebelum hari pernikahan antara Bai Zhen dan Xue Rong terjadi hal yang mengejutkan.
Satu hari sebelum pernikahan, Gubernur Bai Feng sudah menjebak Xue Rong ke ruangannya. Gadis muda tersebut diberi obat perangsang oleh Gubernur Bai Feng.
Namun karena Gubernur Bai Feng terlalu banyak berbicara, akhirnya Xue Rong dapat melarikan diri dari cengkeraman tangan Gubernur Bai Feng.
Ketika dia menceritakan perlakuan Gubernur Bai Feng pada Bai Zhen, tangisan Xue Rong pecah. Seumur hidup seorang perempuan sangat tidak menyukai perlakuan kasar seorang laki-laki.
Tamparan keras dari Bai Zhen membuat Xue Rong sadar jika pernikahan esok hari adalah pernikahan politik dan akhir dari kebahagiaan hidupnya.
Bahkan ketika dirinya masih dalam efek obat perangsang, Bai Zhen menyuruh Xue Rong untuk meminta maaf pada ayahnya dan kembali ke ruangan tempat Gubernur Bai Feng menjebaknya.
Pada akhirnya Xue Rong kembali ke ruangan Gubernur Bai Feng. Ketakutan merayapi sekujur tubuhnya. Namun dalam ketakutan itu dia melihat jendela yang terbuka.
Terlintas dipikirannya untuk melompat dari jendela tersebut daripada dirinya ternodai oleh manusia hina seperti Gubernur Bai Feng.
Dengan langkah kaki yang pasti, Xue Rong melompat dari jendela dan terjatuh ke tanah. Ketinggian ruangan Gubernur Baj Feng berada di lantai sepuluh.
Lebih ironis lagi saat Xue Rong terjatuh, tidak ada siapapun yang menolongnya. Bahkan ayah kandungnya sendiri yang bernama Li Han yang sedang duduk di teras bawah bersama istri dan anak perempuannya hanya terkejut dan tertawa cekikikan melihat Xue Rong terjatuh dari lantai sepuluh.
Namun mereka bukan menolong Xue Rong, melainkan menertawakan tindakan Xue Rong yang ketahuan berniat menggoda Gubernur Bai Feng.
“Aku tidak menggodanya!” Xue Rong membatin penuh kebencian menatap Gubernur Bai Feng yang menuduh perbuatannya.
“Dasar anak pembawa sial! Apa kamu tidak punya harga diri!” Istri Li Han yang bernama Zhu Lin mengejek Xue Rong sambil menutup mulutnya dengan kipas.
“Lihat, kepalanya mengalami pendarahan! Ini akibatnya menggoda suami orang!” Kali ini anak perempuan dari Li Han dan Zhu Lin mengejek Xue Rong. Perempuan berparas cantik itu bernama Li Qian. Memang Li Qian berparas cantik namun tidak dengan hatinya.
“Hanya karena kamu sedikit lebih cantik dariku, bukan berarti kau dapat menggoda suami orang semaumu!” Li Qian menambahkan. Memang Li Qian sangat iri dengan kecantikan Xue Rong, sehingga saat ini adalah perasaannya yang paling bahagia. Li Qian bahagia melihat Xue Rong terkapar di tanah dengan kondisi tubuh yang sekarat.
“Ayah, sepertinya aku ingin membatalkan pernikahanku dengannya. Aku lebih tertarik dengan Qian'er dibanding perempuan itu.” Kali ini hati Xue Rong hancur berkeping-keping. Dia tidak menyangka Bai Zhen akan berkata lebih buruk padanya.
Gubernur Bai Feng tertawa lirih. “Keputusan ada di tangan Tuan Li? Bagaimana Tuan Li?” Dengan senyuman sinisnya, Gubernur Bai Feng menatap Xue Rong yang sekarat di tanah.
“Aku menyetujuinya. Tapi aku ingin anakku yang memilih. Jika dia setuju untuk menikah dengan anakmu, maka aku tidak keberatan,” sahut Li Han. Tanpa menatap Xue Rong sedikitpun.
Li Qian memeluk tubuh Bai Zhen. Kemudian Bai Zhen membalas pelukan Li Qian.
“Aku sangat mencintai, Zhen'gege. Aku sangat menyetujui pernikahan ini, Ayah.” Dengan manja Li Qian menatap Li Han dan Gubernur Bai Feng.
“Aku juga mencintaimu, Qian'er,” balas Bai Zhen sambil mengecup kening Li Qian.
Air mata mengalir dengan deras membasahi wajah Xue Rong. Gadis muda itu tidak ingin melihat pemandangan yang memuakkan ini. Pemandangan yang baginya adalah sebuah penghinaan paling besar dalam hidupnya.
“Kalau begitu, besok mempelai perempuannya diganti. Lebih baik kita masuk ke dalam.” Gubernur Bai Feng mengajak Li Han beserta keluarganya untuk masuk kembali ke dalam istana.
Setelah semuanya masuk, sekitar dua puluh menit kemudian datang Bai Zhen dan Li Qian yang memandang rendah Xue Rong.
“Perempuan yang tidak tahu malu, Zhen‘gege dan aku selama ini selalu melakukan hubungan layaknya suami istri di belakangmu. Aku membiarkan Zhen‘gege tetap mendekatimu karena aku ingin melihatmu hancur!” Li Qian memencet hidung Xue Rong. Gadis berparas cantik yang bersimbah darah itu merasakan sesak napas yang luar biasa.
“Sebenarnya aku akan menceraikanmu setelah mendapatkan tubuhmu, tapi tidak kusangka kau akan menggoda ayahku. Untung saja aku lebih menyukai Qian'er dibandingkan dirimu!” Ucap Bai Zhen pada Xue Rong yang sedang terkapar di tanah.
“Zhen'gege, tadi orang tua kita memberi tugas penting untuk kita. Lebih baik kita cepat selesaikan ini. Setelah itu Zhen‘gege akan mendapatkan hadiah istimewa dariku di kamar.” Terlihat Li Qian menatap Xue Rong merendahkan. Gadis tersebut menggoda Bai Zhen dengan tubuhnya.
Tak lama Bai Zhen mengangguk dan menarik tangan Xue Rong. Pemuda itu menyeret tubuh Xue Rong tanpa peduli erangan kesakitan gadis cantik tersebut.
Bai Zhen membawa tubuh Xue Rong ke pinggiran sungai yang ada di Ibu Kota Bulan Atas ditemani Li Qian dan kultivator dari Pasukan Bulan Purnama Hitam.
“Lempar dia ke sungai, Zhen'gege!” teriak Li Qian kegirangan.
“Lihat ini baik-baik, Qian'er,” balas Bai Zhen sambil menendang perut Xue Rong ke arah sungai.
“Biar hamba yang menendangnya, Tuan Muda.” Salah satu kultivator dari Pasukan Bulan Purnama Hitam yang bernama Yan Yu menunduk pada Bai Zhen.
“Silahkan. Lakukan sesukamu,” ujar Bai Zhen tidak peduli.
Kultivator tersebut menendang perut Xue Rong hingga terpental ke sungai. Tangisan yang membasahi wajah Xue Rong mulai memudar karena gadis cantik itu mengalami pendarahan yang hebat di kepalanya, bahkan tulang punggungnya patah sebagian.
“Aku akan mengingat perbuatan kalian semua!” Batin Xue Rong sebelum pingsan karena tidak bisa menahan rasa sakit yang luar biasa.
Keesokan harinya di sebuah gubuk tua yang berada di dekat sungai. Aliran sungai tersebut merupakan aliran dari sungai yang mengalir dari wilayah Provinsi Bai.
Terlihat di gubuk tua itu ada seorang pemuda berumur dua puluh tahun sedang merebus sup hangat. Tak lama dia menatap gadis yang umurnya lebih muda darinya sedang terbaring lemah di atas ranjang.
Gadis muda yang sedang terbaring lemah di atas ranjang menggerakkan kedua tangannya dengan susah payah. Wajahnya pucat, dan gadis muda itu berusaha membuka matanya yang terpejam.
Setelah berusaha dengan sekuat tenaga, betapa terkejutnya gadis muda itu karena badannya tidak dapat digerakkan.
“Aku ... dimana?” Suaranya yang begitu lemah terdengar oleh pemuda yang sedang merebus sup hangat.
“Hmm...” Pemuda itu menggumam pelan melirik ke arah gadis muda yang mencoba bergerak di ranjangnya. Perlahan dia menghampiri dan menyapa gadis muda tersebut.
“Selamat pagi,” sapa pemuda tersebut. Namun gadis muda tersebut tidak menjawab perkataan pemuda yang telah menyelamatkan hidupnya.
“Aku menemukanmu di pinggiran sungai tadi pagi. Saat ini tubuhmu sedang dalam proses penempaan tulang. Tenang saja, aku akan membuatmu sembuh seperti sedia kala...” Pemuda itu tersenyum lembut pada gadis muda yang menatapnya penuh curiga.
“Sangat disayangkan jika gadis secantik dirimu meninggal dan cacat dalam seumur hidupmu.” Pemuda itu menambahkan. Kemudian dia berjalan ke dapur, selang beberapa menit kemudian pemuda itu kembali membawa mangkuk berisi sup hangat, sambil menanyakan nama gadis muda yang telah dia selamatkan.
“Namamu?”
“Xue Rong...” Gadis muda tersebut menyebutkan namanya dengan lirih.
“Nama yang cantik dan bagus. Dalam namamu ada makna yang diberikan oleh sosok berharga dalam hidupmu, kemungkinan itu ibumu. Aku menyukai namamu, Rong’er...” Dengan akrabnya pemuda itu tersenyum lembut pada Xue Rong dan menyodorkan sendok berisi sup hangat pada gadis muda yang terbaring lemah di ranjang.
“Namaku Xiao Yang.” Ucap pemuda itu sambil menenangkan Xue Rong yang menatapnya penuh kecurigaan.
“Aku bukan orang jahat, aku hanyalah seorang pengelana yang sedang mencari kedua guruku. Walau dulu aku tertarik padamu, tetapi aku tidak akan pernah berbuat macam-macam padamu karena aku mempunyai prinsip sendiri. ” Xiao Yang kembali menenangkan Xue Rong.
‘Kenapa dia sangat suka bicara panjang lebar? Sepertinya dia orang baik yang terlalu polos,’ batin Xue Rong. Perlahan Xue Rong membuka mulutnya dan rasa gurih memenuhi mulut Xue Rong ketika mengunyah bawang goreng yang dimasak dengan matang oleh Xiao Yang.
Xue Rong bisa merasakan sup hangat buatan Xiao Yang dibuat dengan sepenuh hati. Tanpa Xue Rong sadari, butiran air mata mulai menetes di pelupuk matanya yang indah. Air matanya tidak jatuh karena tangan Xiao Yang dengan lembut menyekanya.
“Sepertinya kau menyukai sup hangat buatanku, syukurlah, aku turut senang melihatmu menyukai sup hangat yang sederhana ini,” ucap Xiao Yang.
Xue Rong tidak menjawab dan hanya menerima suapan demi suapan dari sendok yang berisi sup hangat. Sup hangat buatan Xiao Yang sangat enak, begitu hangat dan membuat Xue Rong sadar bahwa hidupnya telah diselamatkan.
“Kau tahu, aku sedang dalam perjalanan mencari Guruku. Tetapi aku sangat hebat dalam mencari arah, sehingga aku tersesat dan kembali ke tempat yang menyakitkan ini.” Perkataan Xiao Yang membuat perasaan Xue Rong bimbang, antara suara yang terdengar seperti canda dan sendu menyatu dalam perkataan Xiao Yang.
“Aku baru tinggal disini dua bulan yang lalu untuk sejenak karena aku sedang mencari seseorang. Kemungkin satu bulan lagi aku akan pergi mengembara kembali.” Xiao Yang menambahkan.
Xue Rong menatap wajah Xiao Yang yang tampan dan memiliki tatapan mata yang ramah. Namun aura dan kharisma yang dimiliki Xiao Yang membuat Xue Rong merasa jika pria yang menyelamatkan hidupnya bukanlah orang sembarangan.
“Apa boleh aku ikut denganmu?” Suara Xue Rong terdengar begitu lirih, namun Xiao Yang dapat mendengarnya.
“Tentu boleh, hanya laki-laki bodoh yang menolak permintaanmu, Rong'er.” Xiao Yang tertawa lirih dan mengambil segelas air putih untuk Xue Rong.
‘Ibumu telah merawatku menggantikan orang tuaku. Dia mati melindungiku. Kemudian kau diasuh oleh Bangsawan Li. Aku selama ini mencarimu, tetapi kau sepertinya telah lupa denganku.’ Batin Xiao Yang menatap wajah Xue Rong penuh makna.
Selama dua minggu Xiao Yang merawat Xue Rong tanpa pamrih. Setiap pagi dan sore, Xiao Yang menggendong tubuh Xue Rong dan membawanya ke Hutan Persik Tersembunyi.
Dengan menggunakan Cincin Dimensi, Xiao Yang dapat dengan mudah membawa tubuh Xue Rong ke tempat yang telah dia beri tanda dengan darahnya.
Di Hutan Persik Tersembunyi terdapat banyak pepohonan yang tumbuh dengan subur. Sangat berbeda dengan namanya, Hutan Persik Tersembunyi adalah tempat yang tak terjamah selama ribuan tahun dan dihuni ribuan Hewan Buas.
Menurut cerita gurunya, Xiao Yang juga menceritakan pada Xue Rong tentang Hutan Persik Tersembunyi. Tempat yang dahulu pernah dihuni para Dewa-Dewi ribuan tahun lalu.
Bahkan Xiao Yang adalah orang ketiga yang tidak sengaja jatuh ke Jurang Kematian selain kedua gurunya dan berakhir di Hutan Persik Tersembunyi.
Walau baru pertama kali bertemu dengan Xiao Yang, perasaan hangat yang menghampiri dada Xue Rong membuatnya merasa nyaman berada di dekat Xiao Yang. Dia merasa jika pemuda yang ada telah menolongnya pernah bertemu dengannya di masa lalu.
Gadis muda berparas cantik itu tidak protes sedikitpun ketika Xiao Yang menyeka tubuhnya dengan air panas yang berasal dari kolam air panas.
Satu hal yang membuatnya tertawa lepas adalah Xiao Yang yang memejamkan matanya ketika menyeka tubuh bagian belakangnya.
“Rong'er, aku akan usahakan minggu depan kau bisa berjalan kembali.” Perkataan Xiao Yang membuat Xue Rong tersentuh.
Gadis cantik itu hanya mengangguk dan senyum-senyum sendiri melihat kebaikan hati Xiao Yang.
Tak terasa satu minggu telah berlalu, sekarang Xue Rong sudah dapat berjalan namun dia masih kaku untuk bergerak.
“Kemungkinan tiga sampai enam bulan kau baru sembuh total. Tetapi, itu terjadi jika orang yang mengobatimu adalah orang lain. Kau bisa sembuh total setelah menggerakkan bagian tubuhmu yang kaku.” Xiao Yang berkata pada Xue Rong. Mendengar perkataan Xiao Yang membuat Xue Rong sedikit sedih karena merasa hidupnya terlalu memilukan.
“Rong'er, apa kau mau belajar bela diri? Aku bisa mengajarkan ilmuku padamu.” Sontak Xue Rong berpikir terlebih dahulu. Namun melihat kebaikan Xiao Yang yang merawatnya dan tidak meminta imbalan apapun, membuat Xue Rong membulatkan tekadnya.
Tidak pernah terpikirkan dalam hidupnya bila dirinya akan belajar bela diri. Selama ini dia selalu dianggap tidak sebagai manusia oleh keluarga angkatnya semenjak mendiang ibu angkatnya meninggal, namun di hadapannya ada pemuda yang berumur dua puluh tahun menolongnya dan memberikannya bantuan.
Tanpa sadar air mata membasahi wajah cantik Xue Rong. Wajah cantiknya yang dibasahi air mata ingin dia sembunyikan dari Xiao Yang, namun tangan pria itu menahannya.
“Sudah lama aku tidak pernah merasakan orang lain bersikap baik padaku...” Tangisan Xue Rong pecah. Perlahan tangan Xiao Yang dengan lembut menyeka air matanya.
“Guru...” Xue Rong menyeka air matanya dan membungkuk pada Xiao Yang. “Tolong izinkan aku menjadi muridmu, Guru.”
Terlihat wajah Xiao Yang merah padam. “Tadi kau bilang aku Guru?” Xiao Yang bertanya untuk memastikan, sambil menunjuk dirinya sendiri. Sedangkan Xue Rong mengangguk pelan.
“Terimakasih telah menyelamatkan nyawa murid, Guru. Mulai saat ini murid akan selalu mengingat kebaikan, Guru,” ucap Xue Rong dengan tulus. Xiao Yang yang mendengarnya hanya tersenyum tipis untuk sesaat. Kemudian dia menanggapi perkataan Xue Rong.
“Aku tidak pernah berpikir akan memiliki seorang murid. Apalagi muridku adalah perempuan. Jangan terlalu sopan padaku, lagipula umur kita tidak beda jauh,” jawab Xiao Yang sambil menggaruk kepalanya.
“Tidak! Mulai hari ini aku akan memanggilmu sebagai Guruku!” Setelah melihat tekad di mata Xue Rong, kemudian Xiao Yang berdiri.
“Kalau begitu, Rong'er...” Xiao Yang memegang pundak Xue Rong dan tersenyum lembut pada gadis cantik tersebut, “Besok kita akan berlatih di Hutan Persik Tersembunyi. Aku akan mengajarimu bela diri dengan semua ilmu yang kumiliki agar kelak kau dapat melindungi dirimu sendiri.”
Xue Rong membalas senyuman Xiao Yang dengan lembut, “Baik, Guru. Murid akan belajar dengan sungguh-sungguh.”
Tanpa disadari takdir bergerak ke arah yang tak terduga. Baik Xiao Yang maupun Xue Rong tidak menyadari takdir tersebut.
Keesokan harinya Xiao Yang membersihkan gubuk tua yang dia buat di dekat sungai. Sebelum pergi, Xiao Yang menghancurkan tempat tersebut. Melihat tindakan Xiao Yang, tentu Xue Rong bertanya-tanya dalam hatinya, sehingga dia memutuskan untuk bertanya pada Xiao Yang tentang alasannya menghancurkan dan membakar gubuk tua tersebut.
“Kenapa Guru menghancurkannya? Kenapa Guru membakarnya? Bukankah disini tempat kita berdua berjumpa?” Pertanyaan beruntun dari Xue Rong membuat Xiao Yang mengernyitkan dahinya. Gadis muda berparas cantik itu baru pertama kali melihat raut wajah Xiao Yang yang terlihat despresi.
“Aku benci dengan kenangan. Maka dari itu aku akan menghancurkannya dan membakarnya. Sama seperti malam itu. Malam saat aku kehilangan segalanya dan tidak dapat melindunginya.” Setelah menjawab perkataan Xue Rong. Dengan langkah yang tenang, Xiao Yang berjalan meninggalkan Xue Rong yang masih berdiri.
“Rong'er. Aku ingatkan padamu agar nangan terlalu dekat dengan api, karena tidak baik untuk kulitmu yang dingin dan mulus itu,” ucap Xiao Yang dari kejauhan. Kemudian dia menatap langit yang mendung.
Xue Rong mendengus kesal, “Bukankah tadi Guru yang membakarnya?” Dengan cepat gadis muda berparas cantik itu berjalan mengikuti Xiao Yang.
Setelah dekat dengan Xiao Yang, tubuh Xue Rong dipeluk pria yang sedang menatap langit tersebut. Xue Rong kebingungan melihat tindakan Xiao Yang.
“Kita harus pergi ke Hutan Persik Tersembunyi. Tempat ini akan diguyur hujan dan kita tidak punya tempat berteduh.” Xiao Yang menjelaskan sambil tertawa lirih. Tak lama sebuah portal terlihat dan Xiao Yang memasuki portal tersebut bersama Xue Rong.
Dalam sekejap mereka berdua berada di tempat yang dipenuhi dengan bebatuan. Tempat tersebut merupakan sebuah jurang yang tidak diketahui kedalamnya dan berada di perbatasan antara Kekaisaran Yin, Kekaisaran Feng dan Kekaisaran Hei.
“Guru,” ucap Xue Rong sedikit manja. Mendengar itu, Xiao Yang melepaskan pelukannya dan menatap wajah Xue Rong.
“Aku tahu. Pasti masih sakit, tetapi aku akan menyembuhkan murid kesayanganku ini.” Xiao Yang mengelus rambut Xue Rong. Kemudian dia berjalan ke sebuah rumah yang dahulu dibangun oleh kedua gurunya.
Mata Xue Rong melebar melihat rumah yang megah berdiri dengan mewahnya di Hutan Persik Tersembunyi. Walau dia pernah ke tempat ini sebelumnya, tetapi Xiao Yang membawa dirinya ke kolam air panas dan bukan ke tempat yang indah ini.
Rumah mewah itu berdiri kokoh di pinggiran danau dengan air jernih. Pohon sakura dan pohon persik tumbuh dengan suburnya di sekitar danau, melihat pemandangan yang memanjakan mata, Xue Rong hanya bisa menelan ludah dan berdecak kagum.
“Rong'er, bisakah kamu buatkan teh hangat untuk kita berdua? Aku akan pergi sebentar.” Belum sempat Xue Rong menjawabnya, Xiao Yang sudah pergi meninggalkan gadis berparas cantik itu sendirian.
Xue Rong menggerutu kesal melihat tingkah Xiao Yang yang meninggalkannya, “Kenapa dia bisa meninggalkan seorang gadis sepertiku. Bukankah dia bilang tidak akan meninggalkan gadis sepertiku?” Saat ini justru Xue Rong mengingat perkataan dan perlakuan Xiao Yang.
Tanpa mengeluh kembali, Xue Rong masuk ke dalam rumah mewah dan mencari letak dapur. Kemudian dia membuatkan teh hangat untuk Xiao Yang dan untuk dirinya sendiri karena bahan-bahan sudah disediakan di atas meja.
Sekitar tiga puluh menit kemudian, Xiao Yang datang memasuki rumah membawa buah-buahan dan sebuah kantong. Dengan wajah yang gembira, Xiao Yang tersenyum lembut pada Xue Rong.
“Aku kembali, Rong'er.” Xiao Yang menaruh buah-buahan di atas meja makan dan berjalan mendekati Xue Rong.
Namun saat sudah dekat dengan gadis berparas cantik itu, mata Xiao Yang melebar. Pandangan matanya tertuju pada darah yang keluar dari tangan Xue Rong.
‘Jadi dia pemilik Tubuh Yin. Aku mencarinya selama ini, tidak sia-sia pencarianku karena aku telah menemukannya. Mulai hari ini aku akan menjagamu Rong‘er. Aku akan membalas jasa ibumu yang dahulu menyelamatkanku...’ Xiao Yang membatin. Kemudian dia mengemut jari telunjuk Xue Rong yang tergores pisau.
“Eh? Guru? Maaf, aku ceroboh. Tadi aku berniat ingin membuat sarapan pagi dan pisang goreng...” Wajah Xue Rong merah padam karena malu dan kebingungan melihat tingkah Xiao Yang.
“Terimakasih, Rong'er untuk teh hangatnya. Lain kali hati-hati ya,” sahut Xiao Yang sambil tersenyum lembut pada Xue Rong.
‘Kenapa aku merasa senang mendengar perkataan, Guru?’ batin Xue Rong. Kemudian dia membawa dua gelas teh hangat ke meja makan. Namun pandangan matanya terarah pada buah-buahan yang baru pertama kali dia lihat.
Sambil minum dan sarapan pagi bersama Xiao Yang, kini Xue Rong mendengar penjelasan Xiao Yang tentang buah-buahan di depannya. Buah-buahan yang ada di meja makan tak lain adalah sumber daya yang akan membantunya untuk pulih.
Xue Rong terharu melihat perjuangan Xiao Yang. Namun apakah hubungan mereka hanya sebatas guru dan murid, tidak lebih. Saat dirinya memikirkan hal tersebut, hati Xue Rong sedikit teriris.
Tanpa sadar Xue Rong melamun sendirian di meja makan, ketika dirinya tersadar, semangkuk sup hangat buatan Xiao Yang sudah ada di atas meja.
“Rong'er, saat kau memakan sup hangat buatanku, kau terlihat menyukainya, jadi aku ingin membuatkan sup hangat ini lagi untukmu.” Xue Rong terkejut melihat Xiao Yang telah selesai makan. Dengan malu-malu, Xue Rong mulai memakan sup hangat buatan Xiao Yang.
Dengan lahap dia memakannya, setelah selesai makan, Xiao Yang menuntun Xue Rong menuju kolam air panas. Dalam perjalanan pemuda itu menjelaskan tentang wilayah Jurang Kematian yang ada di atas hutan tempat mereka pijak ini dan luas dari Hutan Persik Tersembunyi.
Sesampainya di kolam air panas, Xiao Yang berbalik dan melepas pakaiannya. Melihat itu, sontak Xue Rong terkejut dan menutup kedua matanya dengan kedua tangannya.
“Kenapa Guru melepas pakaian?” tanya Xue Rong penasaran. Kemudian Xiao Yang menoleh melihat Xue Rong.
“Karena aku memakai dua pakaian...” Xiao Yang melirik Xue Rong yang menutup matanya dengan kedua tangan.
“Aku akan berendam di balik sana. Kau yang berendam di sini, Rong'er.” Xiao Yang berjalan melewati Xue Rong yang terdiam seribu bahasa.
“Apa tadi kau berpikir aku akan berendam berdua bersamamu?” Langkah kaki Xiao Yang berhenti, kemudian pemuda itu menoleh melihat Xue Rong yang tersipu malu.
“Cepat berendam, Rong'er. Tenang saja, aku tidak akan mengintip. Sudah kukatakan padamu, aku mempunyai prinsip sendiri.” Xiao Yang menambahkan.
Tak lama Xue Rong berbalik dan melihat Xiao Yang telah berendam di balik kolam air panas yang terhalang oleh sebuah batu. Perlahan Xue Rong melepas pakaiannya dan mulai berendam di kolam air panas.
Tidak ada pembicaraan sedikitpun. Mereka saling diam, Xue Rong merasakan sensasi kehangatan air dari kolam air panas merayapi seluruh tubuhnya.
“Apa Guru tidak menyukaiku?” Xue Rong menggelengkan kepalanya. Akhir-akhir yang ada dipikirannya hanyalah Xiao Yang yang selalu bersikap baik padanya. Dalam lamunannya dia teringat teman masa kecilnya yang bernama Naga Manis.
Semenjak kematian ibunya dan ibu angkatnya, Xue Rong tak lagi merasakan kasih sayang. Menurutnya, ibu angkat dan neneknya meninggal tanpa alasan yang jelas dan keesokan harinya, Li Han bersama istri keduanya memperlakukan dirinya dengan buruk.
Bahkan Xue Rong tak lagi dianggap sebagai manusia, untuk makan saja dia harus mengemis. Tak jarang dia sering mendapatkan perlakuan kasar dari Zhu Lin dan Li Qian.
Perlahan kenangan pahitnya mulai kembali. Kesedihan Xue Rong adalah saat menjelang pernikahannya. Gadis berparas cantik itu berpikir jika Bai Zhen sungguh mencintainya. Namun lelaki yang akan menjadi suaminya itu justru memperlakukan dirinya dengan kasar sama seperti Zhu Lin dan Li Qian.
Saat Xue Rong termenung dan melamun terlalu jauh, suara dari Xiao Yang membuyarkan lamunannya yang menari-nari di dalam kepalanya.
“Rong'er! Aku sudah selesai mandi! Mari kita berlatih!" Teriak Xiao Yang dari kolam air panas sebelah.
“Tunggu sebentar, Guru!” Xue Rong menjawab sambil membasuh badannya sebelum kembali memakai pakaiannya.
Setelah berpakaian, Xiao Yang datang menghampiri Xue Rong dan kembali memakai pakaiannya.
“Kenapa melamun?” Terlihat Xiao Yang sudah memakai pakaiannya yang baru, matanya menatap wajah Xue Rong, “Aku memakai Cincin Ruang untuk mengganti pakaianku.” Dengan santainya Xiao Yang menjelaskan kepada Xue Rong.
“Sebelum berlatih bela diri, aku akan mengajarimu cara untuk memperkuat tulang-tulangmu, Rong'er.” Mendadak wajah Xiao Yang menjadi serius.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!