NovelToon NovelToon

The Hunter

Pendatang Baru

Mentari masih bersembunyi di ufuk fajar, tapi kesibukan di kampus ini tidak kalah dari pasar malam sedang mengadakan lelang sayuran segar mengingat hari ini adalah hari penyiksaan bagi para mahasiswa-mahasiswi baru, Ya Ospek. Siapa yang tak kenal dengan istilah itu. Istilah yang erat hubungannya dengan makanan yang sulit ditemukan karena namanya yang konyol, emosi dan amarah senior-senior yang tidak jelas juntrungannya dan sesi termehek-mehek di akhir ospek. Basi. Ditengah angin dingin yang menusuk tulang dan gelapnya langit subuh, panitia-panitia ospek sibuk berlari kesana-kemari menyiapkan segala keperluan ospek, mulai dari absen, daftar benda yang harus dibawa peserta ospek dan tongkat Koran! Entah untuk apa koran yang digulung panjang menyerupai tongkat itu. Apakah untuk dibaca? Atau untuk memukul pantat sapi? Ah entahlah, yang jelas ospek kali ini tidak boleh ada tindak kekerasan. Hal itu sudah tertulis di undang-undang persiswa-baruan edisi 0.

"Lisa, jadi pembimbing divisi berapa?"

"Divisi 2. Kamu Rose?"

"Aku divisi 1. Numero Uno."

"Kalo kamu Mbih?" Tanya Lisa dan Rose kompak.

"Aku divisi 3."

"Wah bagus ya kita, 1, 2, 3. Haha." Canda Lisa.

Diatas adalah sepenggal percakapan antara pembimbing divisi. Mereka juga anggota panitia. Panitia ospek kali ini terdiri dari 3 regu. Tim keamanan, tim pembimbing dan tim khusus. Tim keamanan, dari namanya saja sudah jelas bahwa mereka lah yang bertanggung jawab atas kemanan ospek kali ini. Tim pembimbing, adalah tim yang anggotanya menjadi ketua masing-masing divisi maba (mahasiswa baru) dan terakhir tim khusus. Tim ini yang nantinya berlagak sok, marah-marah, nangis-nangis dan hal-hal berbau ospek lainnya. Dan tim khusus inilah yang paling diinginkan oleh panitia ospek, karena tim ini yang memegang kendali prosesi ospek.

"Oh iya, katanya Irene jadi ketua tim khusus ya?"

"Iya. Jisoo juga masuk tim khusus. Enak banget kayaknya. Bisa marah-marahin maba. Hahaha."

Dan diatas adalah sepenggal percakapan antara panitia yang iri karena temannya masuk tim khusus. Dan alasan kenapa mereka iri ternyata adalah ingin marah-marahin maba. Yap betul kampret emang! Ternyata itu alasannya. Skip. Saat ini jarum jam menunjuk angka 5 sedangkan jarum menit berada di depan angka 3. Jadwal dimulai

ospek itu jam setengah enam pagi. tapi maba yang menunggu di depan fakultas masing-masing sudah seperti antrian sembako dan raskin. Banyak. Berantakan tak beraturan. Dengan topi-topi kerucut karton, kantong yang terbuat dari karung goni dan dandanan menor maba putri, mereka benar-benar mirip orang gila. Sisi positif yang bisa diambil ospek adalah, semuanya sama. Tidak ada anak orang kaya, orang miskin, pejabat, karyawan, buruh. Semuanya berpenampilan. sama. Konyol!

15 menit menuju hari penyiksaan maba, menit-menit tenang dimana mereka masih bisa mengobrol, tertawa riang sesama maba lainnya. Tapi layaknya cuaca tenang sebelum badai menerpa, 15 menit itu berlalu layaknya mobil F1 yang sedang berpacu dalam lintasan.

"MAHASISWA BARU DIVISI 1!!! KUMPUL!"

Teriakan lantang layaknya guruh yang menggelegar di langit mendung itu berasal dari bibir imut nan manis seorang gadis yang ternyata adalah pembimbing divisi 1, Rose. Teriakannya itu membawa keheningan seketika.

"Perkenalkan. Aku Park Chaeyoung. Pembimbing divisi satu, Panggil saja Aku Rose." Suaranya yang tiba-tiba berubah menjadi lembut dan hangat itu mengejutkan para maba divisi 1.

"Salam kenal Kak Rose." Ujar para maba kompak.

Mereka tidak diminta untuk merespon perkenalan dari Rose, namun aura yang dikeluarkan oleh pembimbing divisi 1 itu memaksa mereka untuk hormat pada gadis cantik dengan tubuh jangkung dan tulang pipi yang imut itu.

"Oke, sebelum dimulai, absen dulu ya. Duh, macem guru SD aja ngabsen." Canda Rose. Tawa kecil pun keluar dari divisi 1.

"Yang dipanggil, maju kedepan. Bawa atribut ospek dan barang-barang yang nanti bakalan diperiksa tim khusus (timsus)"

"Haruto, Jeongwoo, Jake, Haram? Yang namanya Haram mana?"

"Aku kak." Jawab gadis manis sambil maju kedepan membawa perlengkapan ospek.

"Hmm, Cantik ya. Kayak Aku. Namamu beneran Haram? Bukan Halal?" Ujar Rose bercanda sambil memeriksa perlengkapan ospek yang dibawanya.

"Ahaha, makasih kak. Engga kok, nama aku emang Haram , Shin Haram,"

"Hmm? Permen 7 simpul gak kamu bawa?" Tanya Rose.

"Engga kak. Aku gak tau itu apa."

"Haduuh, bisa repot ini. Padahal ini yang nanti ditanya sama timsus." Ujar Rose sedikit cemas.

"Siapa lagi yang gak bawa permen 7 simpul?" Tanya Rose.

Hanya satu yang mengacungkan

jarinya. "Kamu juga gak bawa? Coba maju ke depan. Siapa nama kamu?"

"Ahyeon Kak." Jawab gadis

itu.

Gadis dengan perawakan yang hampir sama seperti Haram dengan pipi yang menggemaskan untuk dicubit. Berkulit putih, dan bentuk mata serta tubuhnya itu merupakan daya tarik bagi maba laki-laki yang melihatnya.

"Ahyeon... Kamu gak bawa barang-barang ospek yang lainnya juga?"

"Engga kak. Aku bangun kesiangan." Jawab Ahyeon dengan senyum manis yang menunjukkan sederet giginya itu.

"Haduh, yaudah. Kamu sama Haram, nanti hati-hati ya sama timsus, apalagi sama Irene dan Jisoo. Oiya, Haram nama panggilan mu apa?"

"ya panggil Rami aja, Kak."

"Oke oke,"

Mendengar kata-kata dari Rose, raut wajah kedua maba itu berubah. Bukannya ketakutan tapi senang. Layaknya bocah yang diberi permen gratis. Senyum sumringah tersirat di bibir mereka.

"Emangnya siapa mereka, Kak?" Tanya Ahyeon.

"Apa mereka kuat?" Tanya Rami keceplosan.

Mendengar pertanyaan Ahyeon , Rose langsung mengernyitkan dahinya.

"Hmm... Ya. Kuat sekali." Jawab Rose singkat.

"Sudah sana kalian kumpul bareng sama yang lain. Kakak mau ngabsen lagi. Masih banyak nih."

Mereka berdua buru-buru meninggalkan Rose untuk kembali ke barisan sambil berbisik.

"Hei, katanya Kak Irene dan Kak Jisoo kuat." Bisik Ahyeon.

"Iya, Aku jadi gak sabar. Haha." Jawab Rami.

Sambil mengabsen sisa maba yang belum terpanggil, Rose memperhatikan Ahyeon dan Rami. Pandangannya menggambarkan ketertarikan kepada mereka berdua.

"Baru kali ini ada maba yang berwarna Hijau" gumam Rose sambil tersenyum simpul.

°

°

°

°

°

"Bersambung"

Pendatang baru - 2

Di saat yang sama, divisi 2 juga memulai kegiatannya.

"Perkenalkan, nama saya Lalisa M." Ujar Lisa dengan nada lembut namun tegas.

"Kak, M nya apa?" Tanya salah seorang maba yang berbaris paling depan sambil mengacungkan tangannya.

"Ma.."

"Monyet!!!" ujar salah seorang maba menyela jawaban Lisa.

Maba yang berada di barisan paling belakang. Yang cekikikan berdua dengan salah satu teman mabanya.

"Hush! Kalian! Gak sopan!" ujar maba lain.

Perlahan, dengan langkah ringan namun cepat, Lisa menghampiri maba tersebut.

"Emangnya ini film petualangan Indiana?!  Tapi emang bener sih, M dari nama Aku itu Manoban. Mirip ya. Haha." Canda Lisa.

"Maaf, tapi Aku gak akan kepancing sama candaan kalian." Ujar Lisa lembut sambil tersenyum kepada 2 maba tersebut.

Mendengar kata-kata Lisa, kedua maba tersebut langsung diam tak bersuara. Raut wajah mereka menggambarkan keterkejutan layaknya orang yang terkejut ketika pikirannya terbaca oleh orang lain.

"Baiklah, keburu timsus manggil, kita absen ya. Kalian berdua, Felix dan hyunjin kan? Ayo maju sini, bawa perlengkapan ospeknya."

Sambil memandang satu sama lain karena heran darimana Lisa tahu nama mereka, mereka buru-buru maju.

"Baiklah, selanjutnya Rora. Mana Rora? Ayo maju."

"Saya, Kak." Ujar seorang gadis bongsor dengan senyum. Ia maju kedepan sambil membawa perlengkapan ospek seperti yang lainnya..

"Hmm, kamu gak bawa permen 7 simpul?" Tanya Lisa setelah memeriksa perlengkapan ospeknya,

"Bawa sih, Kak. Tapi..."

"Habis dimakan ya? Duh, ya udah. Baris disana aja dulu." Tunjuk Lisa ke arah samping Jake.

"Selanjutnya, Chiquita. Eh, ini betulkan ya cara bilangnya? Chiquita. Mana Chiquita?"

"Aku, Kaak!" jawab seorang gadis dengan enerjik dan senyum yang ceria..

Gadis dengan senyuman yang ceria itu mengangkat tangannya.

"Oke. Chiquita ya. Semangat banget."

"Iya dong, Kak. Ospek soalnya."

"Haha, biasanya maba pada benci ospek. Ini kamu aneh banget malah seneng diospek."

"Iya, Kak. Biasanya pas masa ospek itu keliatan siapa-siapa aja yang punya kelebihan. Contohmya Kak Lisa ini." Ujar Chiquita dengan nada akhirnya yang dingin.

Sejenak, Lisa terdiam..

"Kelebihan? Ada kok yang lain. Ada 4 yang lain mungkin. Mereka punya kelebihan yang sama kayak Kakak yaitu  Cantik."

Tawa kecil pun berhamburan divisi 2.

"Haha, Kakak cantik mah Aku setuju. Tapi yang punya warna Hitam?" gumam Chiquita pelan.

Sontak kaget Lisa menoleh ke arahnya. Wajahnya menyiratkan keterkejutan.

"Sudah sana. Baris." Ujar Lisa dingin.

"Aku baris di samping Rora, ya."

"Iya, iya."

Setelah semua selesai diabsen, Lisa memanggil Rora dan mereka yang tidak membawa perlengkapan ospek yang lainnya.

"Asahi, kamu gak bawa roti bakarnya. Nanti laporan ke timsus aja kalo rotinya abis dimakan."

"Hyunsuk, kamu gak pake topi karton. Ini nanti Aku yang kasih hukuman." Ujar Lisa sambil nyengir.

"Dan Rora, kamu sih malah dimakan permen 7 simpulnya. Ini pasti repot ntar laporan ke timsusnya. Haduh gimana ya."

"Aku bilang aja abis dimakan. Gimana?" ujar Rora.

"Bisa sih, tapi ntar hukumannya berat tau."

"Aku gak takut kok." Ujar Rora sambil tersenyum dengan tatapan mata yang penuh semangat.

Entah semangat untuk apa. Apakah untuk menghadapi hukuman? Ataukah

semangat menjalani hukuman.

"Haah, okelah kalo gitu. Tapi ntar, hati-hati ya kalo ketemu sama Kak Irene atau Kak Jisoo. Mereka berdua terkenal paling galak di timsus."

"Benarkah? Apa paling kuat

juga?" ujar Chiquita yang tiba-tiba menyambar percakapan mereka berdua.

"Eheeyy, kamu. Bukannya tadi kamu ada di depan? Kok Cepet banget kesini?" Tanya Lisa heran.

"Aku juga punya kelebihan, Kak." Ujar Chiquita sambil nyengir menunjukkan gigi taringnya.

"Kamu juga punya kan, Rora?" Tanya Chiquita.

"Kelebihan kelebihan apa ? Kelebihan berat badan?" canda Rora.

"Sudah sudah. Justru maba macem kalian yang bakalan diperhatiin sama Irene dan Jisoo. Makannya Kakak bilang hati-hati sama mereka berdua." Ujar Lisa memperingatkan.

"Tenang aja, Kak. Kami berlima gak takut sama timsus disini. Sama kayak ospek SMA dulu." Ujar Chiquita.

"Berlima?"

"Oh, Kakak belum tahu? Yaa nanti juga pasti tahu deh."

"Yaudah sana kalian berdua masuk barisan. Bentar lagi dipanggil kumpul ke lapangan utama."

Sambil lari-lari kecil, mereka berdua kembali kebarisan..

"Kak Irene dan Kak Jisoo, ya. Cari yuk!" Ajak Chiquita..

"Gak ah, ntar repot urusan." Tolak- Rora.

"Ah kamu."

"Chiquita ya, gadis yang menarik. Tahun ini bakal seru nih kayaknya." Gumam Lisa dalam hati.

Pendatang baru - 3

Dan disaat yang  sama pula, divisi 3 pun memulai kegiatannya dari perkenalan pembimbingnya.

"Selamat pagi adik-adik. Aku pembimbing divisi kalian. Divisi 3. Perkenalkan, namaku Hwang Eun-Bi. Biasa dipanggil SinB ." Ujar SinB memperkenalkan dirinya dengan suaranya yang lembut.

"Ooh. Namanya bagus, Kak." Ujar salah seorang maba.

"Haha. Makasih. Oke mulai absen ya. Yang gak hadir coba ngacung." Canda SinB.

Tawa bergemuruh di divisi 3.

"Hush hush, ketawanya jangan terlalu keras, ntar timsus denger. Repot kita." Ucap SinB.

"Emangnya timsus itu siapa sih, Kak?" Tanya salah seorang maba.

"Mereka yang pegang kendali ospek ini."

"Berarti mereka kuat-kuat dong?" Tanya salah seorang maba dengan Wajah Baby face, rambut hitam. Wajahnya cantik manis namun tatapan matanya dingin.

"Ya. Bisa jadi sih mereka kuat. Haha." Jawab SinB tanpa menghiraukan siapa yang bertanya tadi.

"Oke, Yoshi, Jaehyuk, Jihan. Sebentar ya, Kakak periksa dulu kelengkapannya."

"Ah kalo meriksa satu-satu gini sih lama ya, mending jujur aja siapa. yang ga lengkap bawa perlengkapan ospeknya? Ayo gak usah takut." Ujar SinB.

Salah seorang maba maju ke depan. Rupanya dia yang tadi bertanya mengenai hal bahwa timsus kuat

"Baiklah kamu..."

Sejenak SinB terdiam. Terkejut melihat maba yang berdiri di depannya itu.

"Kamu. Siapa nama kamu?"

"Ruka. Kawai Ruka." Ujar maba itu sambil tersenyum dingin.

"Sepertinya Kakak sudah tahu, ya? Kita sama." Ujar Ruka.

"Yah, berhati-hatilah. Karena ada 2 di timsus dan 2 lagi pembimbing divisi yang sama denganku." Ujar SinB berbisik merespon pertanyaan maba yang membuatnya terkejut ini.

"Baiklah. Aku akan berhati-hati, tapi Aku tidak takut." Jawab Ruka dingin.

"Jangan terlalu sombong. Timsus tidak suka sikap sombong dari maba. Apalagi Irene dan Jisoo."

"Ooh, jadi mereka berdua yang paling kuat?"

"Tidak juga. Tapi mereka berdua yang langsung bersemangat jika melihat seseorang yang sama seperti mereka. Terlebih lagi seseorang itu adalah maba."

"Oke. Tidak sabar Aku ingin bertemu dengan mereka berdua."

"Baiklah, kau tidak membawa perlengkapan ospek apa?" Tanya SinB mengalihkan topik pembicaraan.

"Aku tidak bawa semua." Jawab Ruka sambil nyengir.

"Astaga! Selamat. Kamu baru saja menabuh genderang perang dengan timsus." Ujar SinB kaget.

"Tapi... mungkin akan jadi menarik nantinya. Haha. Ya sudah. Sana baris." Ujar SinB girang.

"Baiklah, siapa lagi yang gak bawa perlengkapan ospeknya? Kalo pada bawa semua, tinggal absen doang."

"Oke, kalau semua pada lengkap, kita tinggal nunggu dipanggil ke lapang utama. Sambil nunggu, mending ngobrol-ngobrol yuk. Tanya jawab kek, apa kek. Daripada diem-diem kaku begini." Ujar SinB mencoba mencairkan suasana.

"Kak, sebenernya ada total berapa divisi sih buat maba disini? Terus kok namanya divisi?" Tanya seorang maba yang bertanya sambil mengangkat tangannya.

"Hmm, berapa ya? Ah, itu Mengangkat tangannya jangan kelamaan, baunya kemana-mana. Haha,

Kalau ga salah total ada 15 gitu ya kalo gak salah nih? Nah tiap divisi itu ada 20 maba. Terus kenapa dinamain divisi... ya biar keren aja."

"Ah, Kakak pengen tau kenapa kalian daftar ke Universitas ini. Coba kamu Yoshi."

"Aku pengen cepet dapet kerja."

"Kalo kamu, Jihoon?"

"Sama, Kak."

"Doh, kalo kamu Yuri?"

"Sama juga, Kak. Hehe."

"Wew. Berarti rata-rata pada daftar disini pengen cepet dapet kerja ya? Hmm, emang itu sih unggulan dari Universitas ini." Ujar SinB bangga.

"Kalo kamu, Ruka? Alasan kamu masuk sini apa?"

"Pengen jadi yang paling kuat."

Seketika tawa-tawa kecil yang menggandrungi divisi 3 lenyap. Fokus mereka sekarang tertuju pada Ruka dan lanjutan jawabannya yang mengejutkan itu.

"Maksud kamu?" Tanya maba yang lain.

"Disini terkenal juga akan ekstra kulikulernya kan. Nah dibalik itu semua, kampus ini terkenal akan 5 pilar mereka." Ujar Ruka.

"Ah, iya Kak. Aku juga pernah denger tentang 5 pilar 5 pilar ini. Apa sih itu maksudnya?"

"Ya ampun Ruka kamu tuh Bikin repot deh!"

"Well, sebenernya 5 pilar itu merupakan ekstra kulikuler yang juara disini. Kalian tahu kan, Panahan, Taekwondo, Karate, Kendo, Catur dan Sepak bola putri disini selalu juara nasional dan selalu tembus internasional. Nah ketua-ketua dari ekstra kulikuler tersebut yang disebut 5 pillar."

"Hmm, tapi tadi disebut ada 6 ekstra kulikuler, Kak."

"Ah, kalau sepak bola itu kelima ketua ekstra kulikuler lainnya itu satu kesebelasan."

"MAHASISWA BARU! KUMPUL DI LAPANG UTAMA SEKARANG!"

Seruan timsus lewat pengeras suara menyudahi sesi tanya-jawab singkat mereka.

"Tuh, ayo-ayo cepet kumpul. Ntar kalo telat dapet hukuman." Ujar SinB.

"Yah, sayang banget ya Kak, baru sebentar tanya jawabnya." Ujar Yuri..

"Kalo ada kesempatan kita lanjut lagi, sekarang cepet-cepet kesana."

"Ruka. Mungkin, diantara ratusan maba yang lainnya. Hanya kau yang menjadi sorotan utama Irene dan Jisoo. Ah, mungkin empat maba yang lain juga." Gumam SinB.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!