Hutan Huner adalah hutan yang sering dijadikan tempat berkemah oleh kebanyakan anak muda. Apalagi, ketika akhir pekan tiba.
Namun sayangnya, ketika akhir agustus 2018. Hutan Huner benar-benar sepi dari pengunjung. Itu semua dikarenakan oleh seseorang yang menyaksikan bahwa ada sesosok makhluk tak kasat mata menghuni hutan ini.
Namun, tidak bagi ke empat anak muda ini. Rimo, Tintin, Silio dan Aef.
Rimo menjadi dalang dari perkemahan ini. Berkemah di hutan Huner sudah Rimo dan teman-teman nya rencanakan sejak awal Juni 2018.
Sebuah jalan setapak yang di iringi oleh rumput-rumput kecil yang basah, Rimo dan keempat teman nya lewati dengan penuh keberanian, semangat serta kepercayaan diri yang tinggi.
Rimo yang memimpin jalan, terus-menerus mengoceh tiada hentinya. "Hahaha, kan gue udah bilang. Setan itu emang ada, tapi kalau kita nggak ganggu. Nggak akan pastinya, hahaha..."
Dan perjalanan menuju hutan Huner yang terletak di kabupaten Bogor ini. Terus di lanjutkan, mereka berjalan di bawah sinar matahari yang segera padam.
|
Tepat pukul 7 malam. Hutan Huner telah berhasil mereka injak. Sekarang, tinggal mencari tempat untuk mendirikan tenda.
Namun sayang, baru saja beberapa hari berita Penampakan sosok Mahkluk di hutan Huner ini beredar, hutan ini benar-benar terlihat tidak karuan.
Rimo berdiri di depan ketiga teman nya, ia terus memperhatikan dengan serius keadaan hutan yang tadinya nyaman dan indah menjadi penuh kerusakan.
Lalu, Tintin berdiri di samping nya. "Rim... apa kita perlu balik lagi aja? Atau cari tempat lain? Gue ngerasa ada yang nggak beres dengan hutan ini."
Rimo hanya sedikit mengarahkan pandangan nya ke Tintin. Ia mencoba mencerna ucapan Tintin.
Kemudian, dari arah belakang. Aef menyerukan ucapannya. "Mungkin berita horor itu benar adanya. Dan kita bisa lihat sendiri di sekeliling ini Angker, angker, pokoknya angker deh..."
Rimo pun berbalik badan kehadapan Aef. "Denger ya! Gue dan lhu semua udah rencanakan perkemahan ini sejak 3 bulan yang lalu! Apa hanya dengan alasan setan keliaran di hutan ini, menjadikan hal untuk menggagalkan perkemahan ini?"
Namun Aef, terlihat tetap berusaha pada pendirian nya itu. "Tapi Rim..."
Seketika itu juga, Rimo menjadi penuh amarah ke Aef. "Diam!"
Aef menjadi merasa terintimidasi. Ia lalu berusaha membalas bentakan Rimo padanya.
Namun, baru saja melangkah setengah. Ucapan Silio membuat suasana hening seketika. "Syut... ini hutan guys, kalian harus hormat."
Sembari membuang muka yang penuh amarah, Aef turunkan kepalan tangan yang tadinya akan menonjol bentuk wajah bagus dari Rimo.
Nada bicara Tintin, terdengar seperti berbisik. "Jadi kita harus gimana sekarang? Sumpah, perasaan gue kaya ada yang merhatiin..."
Dengan kesal, Aef menyalahkan Rimo. "Lho sih!"
Tidak terima terhadap tuduhan Aef, Rimo berkata dengan kerasnya. "Kok gue!"
Seketika itu, Tintin dan Silio kembali berusaha menenangkan keadaan.
"Kalian harus tenang..." Ungkap Tintin yang wajahnya kini pucat.
"Dan apakah kita perlu sesegera mungkin untuk membangun tenda? Karena menurut gue, itu lebih baik sih dari pada balik lagi," Kata Silio dengan wajah yang khawatir.
Pandangan Aef melihat ke kiri dan ke kanan. "Iya, bangun tendanya yuk. Baru jam 7 ajja udah serem gini."
Hati Rimo tetap berusaha tenang, ia lalu menaruh tas ransel besar nya ke tanah. "Ya namanya juga hutan, nggak jauh dari kata seram."
Aef menjadi gemetaran. "Ta... tapi suasana nya beda banget. Nggak kaya serem pada umumnya."
Rimo lalu membuka resleting tas ransel nya itu. "Oke deh guys, kita bangun tempat berteduh nya ini."
Tidak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki yang sangat cepat dari gelapnya hutan Huner ini.
Seketika itu, insting Silio menjadi semakin tajam. "Hah? Masa ia setan nya muncul?"
Rasa takut sebenarnya sudah mulai menghantui Rimo. Namun, ia tetap saja berusaha untuk tenang. "Aaah! udah ah. Selama kita hargai apa yang ada disini, nggak akan ganggu kok pastinya itu mereka."
Suara geraman terdengar tepat tak jauh Tintin berdiri. Seketika itu juga, Tintin terduduk lemas. "A... apaan tuh di depan sana? Masa anjing."
Suara geraman yang sama, kembali terdengar tak jauh di tempat Silio berdiri.
Suara geraman berikut nya kembali terdengar tepat tak jauh di depan Aef berdiri.
Karena semakin tidak karuan, Silio, Aef, dan Tintin. Berjalan mundur ke arah Rimo yang sedang duduk bersama tas ransel nya. Wajah dari ketiga teman Rimo ini menjadi penuh ketegangan.
Seketika itu juga, muncullah sebuah sepasang mata biru seram yang memancar tepat di depan mereka bertiga.
Mata itu lama kelamaan semakin membesar dan membesar. Tidak lama kemudian, karena rasa takut yang berlebih-lebihan membuat ketiga teman Rimo ini pingsan tak sadarkan diri.
Melihat ketiga teman nya pingsan, membuat Rimo menjadi panik. Ia berusaha menenangkan dirinya dan ia juga berusaha membangunkan ketiga temannya.
Hingga pada akhirnya, Rimo sadar ada sepasang mata biru seram yang sedang memperhatikan nya tepat didepan nya.
Seketika itu, Rimo menelan ludah nya begitu keras. Lalu ia, mulai mengucurkan keringat dingin dari kepalanya. Dan dirinya pun mundur sedikit demi sedikit.
Geraman pun terdengar jelas dari sepasang mata tajam ini.
Tidak lama kemudian, dengan keadaan yang secara tiba-tiba. Rimo di hantam oleh Mahkluk yang belum diketahui bentuk nya.
Seketika itu juga, Rimo berteriak kencang sekali. Setelah ia berteriak kencang, terdengarlah geraman yang menggetarkan hutan Huner ini.
Aaaaaaaakh....... !!!!!!!!!!!!!!!
|
Cahaya matahari pagi menyinari bumi, cahaya matahari pagi ini juga. Berhasil menyinari ketiga tubuh dari teman-teman Rimo.
Mereka bangun dari pingsan panjangnya, lalu akhirnya mulai pulih dari keadaan ini.
Aef yang sedang mengucek mata nya, akhirnya tersadarkan sesuatu. "Hah! Dimana Rimo? Tadi malem kan masih disini..."
Dengan tertatih, Tintin bangun untuk berdiri. "Ooh, jadi Rimo udah pergi ya?"
Aef yang terus-menerus memegang-megang tas ransel besar Rimo. Menyeru dengan nada yang tidak karuan. "Bu... bukan pergi, tapi ilang!"
Seketika itu juga, Silio langsung terbangun. "Haah... mungkin sama Mahkluk bermata besar itu!"
Setelah Silio berucap begitu keras dan mendalam. Aef, Tintin dan Silio saling menatap satu sama lain.
Lalu Aef pun menelan ludah nya keras-keras.
Dan, seketika itu juga. Mereka bertiga berlari penuh ketakutan dari hutan Huner ini.
Tas Rimo, Rimo, tak mereka hiraukan. Rasa takut dan bayangan Mahkluk menyeramkan itu terus-menerus terngiang di otak, hati dan pikiran.
Mereka bertiga, keluar dari hutan ini. Kemudian dengan bergegas untuk melaporkan kasus ini. Dan mengatakan sebuah kesaksian aneh terhadap hutan Huner ini yang begitu menyeramkan.
Sekolah Menengah Atas Fier 4 Bogor.
9 September 2018, pada pagi hari di kelas 11 A.
Di bangku paling belakang, Holsi duduk sendirian bersama Smartphone di tangan nya.
Ia sedang membaca sebuah berita di Platfrom berita. Tentang seorang pendaki yang hilang di sebuah hutan yang tak jauh dari sekolah ini. Yaitu, hutan Huner.
Dia memang tipe lelaki yang suka berbau hal mistis seperti ini, jadi dia lebih senang diam selama berjam-jam sambil membaca berita-berita mistis.
Ketika berita yang ia baca, selesai. Dagu nya, Holsi pegang. "Hmm... apa benar setan di hutan Huner itu memang benar-benar ada? Atau si orang yang hilang ini, di culik oleh penjahat?"
Pemikiran Holsi tentang kasus yang sedang viral di jagat Indonesia ini. Terhenti, ketika kedua teman nya. Yaitu Erik dan Ifo. Datang menghampiri.
Ifo yang sebenarnya duduk sebangku bersama Holsi, menaruh tas ranselnya di meja. "Pasti lagi baca kasus Si Pendaki Yang Hilang itu."
Dengan tenang nya, Holsi taruh Smartphone nya di meja. "Begitulah. Dan ini adalah hari kedelapan. Gue membaca berita ini. Menarik dan seperti di dunia film."
Erik yang suka nya Nyinyir. Hanya bisa menaruh tangan nya di meja, lalu menghembuskan nafas yang penuh dengan ledekan. "Haah... untuk apa sih lhu kaya gituan! Ke kamar mandi ajja takut, hahaha."
Kemudian Ifo ikut tertawa bersama Erik dengan penuh rasa puas.
Karena Holsi adalah tipe laki-laki yang tenang. Ia pada akhirnya, kembali membuka Smartphone nya lalu memainkan nya.
Tiba-tiba, dari arah luar. Banyak murid-murid di luar kelas 11 A yang langsung berhadapan dengan lapangan sekolah.
Terdengar juga suara mobil yang keren dan bagus, hal itu pun membuat seluruh warga sekolah menjadikan mobil keren itu sebuah pusat perhatian.
Erik yang ikut terpancing perhatian itu, menengok dari dalam kelas. "Anjir, kece banget dah mobil nya."
Kemudian Ifo langsung menyeru. "Ayo kita liat keluar... siapa tahu kenalan gue."
Tanpa mengajak Holsi, kedua teman Holsi ini keluar dan ikut berkerumun di luar kelas 11 A.
Dan Holsi tetap tak peduli, ia yang tadinya berdiri sembari memperhatikan mobil keren itu. Kembali duduk dengan tenang.
Tidak lama kemudian, terdengar suara teriakan anak-anak perempuan. Yang melihat betapa bule dan tampannya seorang anak lelaki berusia 16 tahun yang keluar bersama Ibu nya dari dalam mobil itu.
Hal ini akhirnya memicu hati Holsi untuk melirik, ia ujungnya memperhatikan dari dalam kelas seorang anak lelaki seusianya.
Putih kulitnya, mata nya merah, rambutnya pirang, tinggi dan mempesona. Dia Halzet.
Dalam hati, Holsi berkata, °Sejak kapan SMA Fier bisa kedatangan para bule?°
Dan tiba-tiba, murid baru yang baru saja keluar dari mobil itu. Tak sengaja terlihat mengeluarkan kilatan putih kecil di kedua matanya.
Hal ini, membuat Holsi yang langsung melihat kejadian itu. Terduduk kaget.
Nafas nya tidak karuan dan ia langsung memalingkan wajah nya dari bule itu. "Ha, ha, ha, perasaan ku kok tidak enak tentang orang itu..."
|
Di samping kelas 11 A. Ada kelas 11 B, di dalam kelas itu lah. Halzet berada, di dalam kelas itu juga. Ada teman nya yang bernama Tommi dan Sandi.
Dan kebetulan, Halzet duduk dengan Tommi yang sama karakter nya dengan Halzet.
Dingin, dingin, misterius dan susah di tebak tentang diri nya.
|
Jam istirahat berdering kencang, pada pukul 9.30 pagi ini, kebanyakan para siswi berkumpul di luar kelas 11 B.
Rasa penasaran mereka tentang murid tampan kedua setelah Tommi. Semakin memekakkan kepala dan hati.
Di luar kelas ini, ada Ratu kelas 11 yaitu Silvi bersama kawanan tukang labrak nya. Reni dan Ari.
Kipas bergambar serigala cantik, Silvi terus gerakkan ke kepala nya. "Guys... mungkin si Halzet itu akan menjadi pacar aku."
Lalu Reni akhirnya mengeluh. "Iiih... kirain kamu sukanya sama Tom."
Kipas yang ia gerakan, Silvi hentikan. "Siapa disini ratu nya!"
Dengan penuh terpaksa, Reni menyeru. "Yang Cantik nan Tinggi Silvi..."
Silvi membuang muka dari Reni. "Nggak ikhlas banget sih lho ngomong gitu ajja sama temen sendiri."
Dan ujungnya Reni hanya diam.
|
Holsi baru saja dari kantin, ia melewati luaran kelas 11 B ini untuk menuju kelas nya. Dengan terpaksa ia harus melewati kerumunan siswi-siswi ini, dan ia pun akhirnya menengok ke dalam kelas 11 B. Dan dirinya sangat terkejut. Melihat, Tommi dan Halzet begitu akrab.
Dalam hatinya, Holsi hanya bisa mengungkapkan. °... Mungkin itu temen sosmed nya si Tom. Nggak mungkin kalau bukan temen sosmed nya, nggak mungkin bisa cepat akrab gitu.°
Lalu, ia dengan langkah kaki yang cepat. Langsung berhasil melewati kerumunan siswi-siswi ini.
|
5 menit lagi jam pelajaran di hari Jum'at ini selesai. Dan sebentar lagi, pulang segera tiba.
Di sebrang tempat Holsi duduk, ada perempuan bernama Eli. Eli ini cantik dia sama dengan Tommi dan Halzet. Dingin, dingin dan misterius.
Tiba-tiba, karena dikelas 11 A ini guru nya sudah keluar kelas. Masuklah seorang teman dekat Eli yaitu Ivi.
Ivi berdiri di samping Eli. "... Li, kata Tom. Hari ini pulang nya bareng."
Eli pun hanya menjawab nya dengan dingin. "Oh oke..."
Lalu Ivi kembali menambahkan. "Dan si ganteng nan seksi itu, hehe. Si Halz bilang, sama pulang nya bareng bertiga."
Eli pun kembali menjawab dengan dingin. "Iya..."
Kemudian, Ivi keluar dari kelas ini.
Holsi yang dari tadi mendengarkan percakapan Ivi dengan Eli. Menjadi penuh kebingungan dan terheran-heran.
Dan ia hanya bisa berkata di dalam hati. °Bukan nya si Tommy nggak berteman dengan Si Eli? Kok bisa dalam sehari mereka langsung akrab? Atau jangan-jangan, si Eli emang udah berteman kali sama Halz di sosmed jadi bisa ajja mereka jadi dekat sama Tom.°
Dan tidak lama kemudian, Bel pulang sekolah berbunyi kencang.
Holsi berdiri lalu menggendong tas ransel nya. Kemudian, baru saja ia berbalik ke hadapan meja Eli. Eli dengan tiba-tiba sudah ada di luar kelas 11 A.
Hal ini membuat Holsi menjadi terheran-heran.
Kemudian, Ifo menepuk bahu Holsi. "Bro... gue duluan ya."
Holsi tak sedikit pun menoleh ke Ifo. Ia hanya mengangguk sembari pandangan nya penuh keheranan terarahkan ke Eli yang berdiri dingin di luar kelas.
Holsi terus memperhatikan Eli, sampai Tommy dan Halzet datang menghampiri Eli. Mereka terlihat sedang berbincang pelan, sampai pada akhirnya mereka bertiga berjalan pelan menuju luar lingkup sekolah.
Dengan penuh tergesa-gesa, karena rasa penasaran yang luar biasa. Holsi mengikuti langkah kaki mereka bertiga.
Sampai pada akhirnya, Holsi yang sudah berada di luar kelas. Tak kembali dapat melihat ketiga orang yang misterius dan dingin itu.
Ia akhirnya menunduk bingung di antara siswa-siswi yang berjalan melewati nya.
Padahal sangat tidak mungkin, jika mereka cepat keluar dari sekolah ini. Dengan suasana yang ramai seperti itu, mereka pasti akan tetap terlihat sampai depan gerbang. Namun, belum saja sampai gerbang. Eli, Tommi dan Halzet sudah tidak ada.
Dan Holsi yang mulai berjalan pelan, berkata didalam hatinya. °Aku harus tetap berfikir positif...°
Sesampainya dirumah, lebih tepatnya di kamar nya. Holsi dengan hati yang lelah, duduk dikasur nya.
Karena ini hari Jum'at dan besok serta lusa adalah hari libur. Maka dirinya, tak langsung ganti pakaian. Ia tetap memakai pakaian seragam nya.
Wajah tampan Holsi, di tenggakan ke langit-langit kamar nya. Ia menjadi penuh kebingungan tentang hari ini.
Kasus hilangnya seorang pendaki di hutan Huner, Halzet, Tommi dan Eli. Semuanya adalah seperti sebuah pertanyaan besar di benak Holsi.
Anak lelaki berusia 16 tahun dengan tinggi 174 sentimeter ini. Bangun dari kasur nya, lalu berjalan menuju jendela berukuran sedang yang langsung mengarah ke Hutan Huner yang cukup jauh dari rumah nya.
Tidak lama kemudian, kakak perempuan nya Holsi. Masuk ke kamar nya, dan ia berdiri di pintu. "Osi, makan siang nya nih."
Holsi yang belum menoleh ke Ana. Hanya bisa membalas seruan kakak nya itu. "Iya, aku nanti nyusul..."
Dan Ana ujungnya menaruh tangan nya itu ke pintu. "... Well, tumben banget liat itu hutan. Pasti kepo banget sama kasus lelaki yang hilang itu?"
Lalu Holsi, dengan tiba-tiba. Berjalan ke arah Ana. Lalu, melewati Ana dengan begitu saja.
Ana pun hanya sedikit bereaksi dengan tanggapan adik semata wayang nya yang dingin. "Dan untuk kesekian kalinya, setiap gue nanya tentang hutan itu. Dia pergi gitu ajja, hmm..."
Dengan ekspresi wajah datar, Ana tutup pintu kamar Holsi. Lalu menyusul Holsi ke ruang makan.
|
Malam hari ini, Erik dan Holsi menginap di rumah Ifo. Setiap malam Sabtu, mereka bertiga suka melakukan tradisi menginap. Dan malam Sabtu kali ini, di rumah nya Ifo lah mereka menginap.
Rumah Ifo memang besar, dia manis dan tinggi nya hanya 170 sentimeter saja. Kamar Ifo yang terletak di lantai 2, dilengkapi dengan televisi, komputer dan tempat tidur yang luas.
Hal ini membuat siapapun termasuk Ifo sendiri, betah.
Tv dinyalakan begitu saja, dan Erik, Ifo dan Holsi sedang bermain game ular tangga di Tab milik Ifo.
Terlihat, wajah Holsi penuh dengan bedak. Disebabkan ia banyak kalah dari kedua teman nya.
Ifo yang merasa puas dengan dirinya yang selalu menang, kembali tertawa lepas. "Hahaha... Osiii, lhu bego ya kalau masalah gini."
Dengan kesal nya, Holsi sentuh layar Tab itu dengan kasar. "Makasih!"
Di layar televisi, dimulai lah kembali suatu acara berita malam, setelah sebuah iklan melintang.
Di dalam acara yang ada di televisi itu, ada seorang lelaki dewasa yang menjadi penyiar.
Malam ini, ia menyiarkan sebuah berita yang sedang viral. Yaitu menghilangnya seorang pendaki di hutan Huner.
Dan hal ini, memicu perhatian Erik, Ifo dan Holsi.
*Dari televisi.
°Belum dua pekan, seorang lelaki berusia 22 tahun. Bernama Rimo, masih saja belum ditemukan di dalam hutan Huner yang kini dicap sebagai hutan angker.
Apalagi, hutan Huner yang gelap, sunyi, seperti seakan-akan disana letak nya monster bersembunyi. Semakin di jauhi oleh para wisatawan, ketika pada 28 Agustus lalu, seorang lelaki bersaksi. Bahwa ia melihat beberapa manusia yang kulit nya sangat putih dan diantara mereka pula ada manusia yang menyerupai serigala. Dan hal ini memicu kontroversi, serta memicu penurunan bisnis pariwisata di hutan Huner ini.
Dan dari semua relawan yang ada, tak ada satu pun jejak. Keluarga dan segenap kerabat nya hanya bisa pasrah dan berharap jika Rimo yang hilang masih hidup.
Bukti demi bukti tak bisa di ungkapkan karena belum ada jejak yang didapatkan.
Lalu, bagaimana de... °
Televisi tiba-tiba di matikan oleh Erik.
Hal ini memicu kekesalan Ifo dan Holsi.
Dengan cemberut, Ifo ambil remote tv nya dari tangan Erik. "Maen matiin ajje lhu..."
Erik berusaha membela diri nya. "Serem bro..."
Dan Ifo pun semakin mengoceh. "Bukan masalah serem nya, tapi itu berita penting..."
Mimik wajah Erik terlihat tegang. "Tapi kan emang serem..."
Lalu Ifo kembali menyalakan tv nya itu. "Gitu ajja serem. Lebih serem muka mantan lho..."
Kemudian, Erik kembali mengambil remote nya itu lalu kembali mematikan nya.
Dan Ifo semakin bereaksi. "Heyy, ini tv gue..."
Tetapi Erik yang di bentak oleh Ifo, seperti tak peduli. Kepala nya, Erik gerakkan ke jendela yang masih belum ditutup gordennya. Dan jendela itu langsung mengarah ke hutan Huner.
Ifo dan Holsi pun ikut memperhatikan hutan huner dari jendela itu.
"Hmm... bener juga sih, serem nya bukan main." Ungkap Ifo.
Dan Remote itu, Erik taruh di paha Ifo. "Makanya dari itu, kita itu nggak boleh banyak bahas tentang hutan dan keanehan manusia serigala itu, secara kan itu hutan Deket banget di daerah kita. Kalau ujungnya kita yang jadi incaran berikutnya gimana?"
Ketakutan menyerang hati Ifo. "Iih... mit-amit, gue lebih ikhlas lho ajja deh Rik yang kena."
Tiba-tiba, Holsi meloncat dari kasur. Kemudian ia langsung berdiri di depan kedua teman nya. "Gimana kalau besok kita ke hutan Huner..."
Tanggapan Ifo seperti menolak ajakan Holsi. Ia hanya bisa menepuk jidat.
Dan Erik, yang mendapatkan ajakan gila dari Holsi. Ujungnya menidurkan dirinya di kasur dengan ekspresi terkejut.
Dengan sigap, Holsi berusaha menyangkal pendapat temannya yang ia pikir salah. "Bu, bukan guys, bukan. Tapi kita itu........"
Penjelasan dari pembicaraan Holsi, terpotong. Ketika Ibu nya Ifo mengetuk pintu kamar. "Ifo, ada temen kamu tuh di luar..."
Seketika itu juga, Erik bangun dengan kagetnya dari rebahan nya. "Temen?"
Dan Ifo hanya membalas sahutan Ibu nya di kasur, tanpa sedikit pun menghampiri atau membuka pintu kamar nya. "Siapa ma?"
Terdengar, nada bicara ibunya sedikit gagap. "E... To Tommi."
Holsi menatap Ifo begitu melotot.
Dan Erik hanya bisa berkata, "Sejak kapan lho Deket sama si dingin itu?"
Ifo pun berusaha menahan serangan dari ucapan Erik. "Ngga, nggak tau...."
Setelah berkata begitu, seruan Ibu nya kembali membuat Ifo, Erik dan Holsi terkejut hebat. "Oh iya, sama temen nya yang bikin hati mah klepek-klepek. Si, si Gejot?"
Dan Holsi kembali menatap Ifo dengan wajah melotot. "Halzet?"
Namun Ifo terserang kebingungan dan kegagapan.
Lalu Erik, mendorong pelan bahu nya. "Jelasin..."
Tiba-tiba, Ifo berkata dengan keras. "Gue nggak tahu apapun, dan gue nggak tahu kenapa mereka malam-malam begini dateng ke rumah..."
Tiba-tiba, seruan ibunya di balik pintu kamar. Membuat Ifo, Erik dan Holsi terkejut. "Nah, ini dua temen kamu udah ada didepan pintu..."
Seketika itu juga, Ifo, Erik dan Holsi saling menatap satu sama lain.
Dan Erik hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Ini semua pasti karena diri lho..."
Ifo kembali berusaha membela dirinya. "Gue nggak tahu apa-apa, guys!"
*Cetrek.*
Itu adalah suara pintu kamar yang terbuka. Dan benar saja, tanpa basa-basi. Halzet dan Tommi masuk ke dalam kamar Ifo.
Hal ini, membuat Ifo, Erik dan Holsi sedikit tegang dan penuh dengan rasa keheranan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!