NovelToon NovelToon

Mencintai Suami Wanita Lain

BAB I

"Duh Dim, gue nggak ikut deh.." ujar Dita saat Dimas mengajak dirinya untuk ikut bertemu dengan kliennya yg juga Pimpinan sebuah perusahaan.

"Tolongin gue Dit, kalau gue mesti balik dulu buat ambil mobil ntar kelamaan! Takutnya klien gue nungguin. Tolong deh, hidup dan mati gue nih, berkas yang mau gue ambil ini penting banget soalnya." Dimas setengah memohon pada Dita agar mengantarnya.

Dita jadi tidak enak hati, ia pun mengiyakan permintaan Dimas. Malam itu baru saja Dimas menemani Dita untuk bertemu dengan Pak Bagas, atasan Dimas. Dita berencana melamar pekerjaan diperusahaan tempat Dimas bekerja.

Atas info dari Dimas tentang lowongan untuk posisi HRD di tempat ia bekerja, Dita segera memasukkan lamaran. Dan karena bantuan Dimas jugalah Dita bisa langsung menemui Pak Bagas selaku pimpinan perusahaan.

Karena jasa Dimas itulah Dita jadi tak enak hati menolak permintaan Dimas.

Mereka segera melaju ke Hotel Grand Palace, tempat Dimas akan bertemu kliennya.

Di perjalanan Dita bertanya "Dim, memangnya klien lu ini siapa sih? heran gue, mesti banget malem-malem gini."

"Klien penting banget lah, jasanya banyak banget buat kantor gue, doi sahabatan banget sama Pak Bagas. Namanya Pak Ryan." Jawab Dimas seolah menjawab rasa penasaran Dita.

"Ntar lu ikut masuk ya, temenin gue!" Lanjut Dimas.

Dita langsung menolak ajakan Dimas "Gila lu, nggak nggak! gue tunggu di mobil aja!"

"Udah lu tenang aja, Pak Ryan orangnya baik kok. Santai aja! udah lu pokoknya duduk manis aja, oke? Lagian ntar lu bosen di mobil sendirian." Ujar Dimas agar Dita mau menemaninya.

Ditapun hanya bisa pasrah..

Sesampainya di restoran hotel, Dimas dan Dita duduk sambil menunggu Pak Ryan.

Tak lama orang yang disebut Pak Ryan itupun muncul.

Dari jauh Dita melihat orang ini, terlihat masih muda untuk dipanggil Pak. Bayangannya klien Dimas adalah seorang bapak-bapak yang sudah berumur, buncit dan berkumis. Karena kebanyakan memang begitulah tampilan para pimpinan perusahaan yang diketahuinya.

Tapi tidak untuk orang ini, tubuhnya masih terlihat atletis dan ideal, tidak berkumis ataupun buncit. Bahkan bisa dibilang tampan, hanya saja ada beberapa kerutan di wajahnya yang menandakan usianya sudah tidak begitu muda. Dita sambil menebak-nebak berapa usia orang ini, karena mengapa sudah sukses sekali padahal masih terlihat lumayan muda.

Pak Ryan pun tersenyum ramah sekali kepada Dimas dan Dita.

"Selamat malam Mas Ryan, sudah lama sekali kita tidak ketemu. Maaf nih saya harus ganggu waktunya malam-malam begini ya Mas. Karena berkasnya penting sekali untuk dibahas besok di kantor." Ucap Dimas.

"Wah tidak apa-apa Dimas, saya kebetulan baru selesai meeting di lantai 5, jadi makanya saya ajak ketemunya disini saja biar tidak terlalu malam." Jawab Pak Ryan.

"Duh, sekali lagi terima kasih Mas. Oh iya, kenalkan ini teman saya Mas, namanya Dita. Tadi kami baru saja bertemu Pak Bagas, rencananya Dita mau melamar untuk posisi HRD di kantor Pak Bagas." Dimas memperkenalkan Dita pada Pak Ryan.

Dita pun bersalaman dengan Pak Ryan.

Ponsel Pak Ryan berbunyi, dan Pak Ryan pamit sebentar untuk mengangkat telepon.

Dita langsung mencecar Dimas dengan pertanyaan, "Lu tadi bilangnya bapak-bapak, gimana sih lu? Terus sampe sini lu mendadak manggilnya Mas. Kok ga jelas gini sih?".

"Kalau di kantor orang-orang manggilnya ya Pak Ryan, cuma kalo gue ketemu langsung beliau nggak mau dipanggil bapak, biar ga formal banget katanya. Santai banget soalnya orangnya." Jawab Dimas.

BAB 2

Tak lama berselang, Pak Ryan pun terlihat telah mengakhiri pembicaraan lewat ponselnya dan segera menghampiri mereka kembali.

"Ngomong-ngomong Dita sebelumnya bekerja dimana? Apa baru bekerja?"Tanya Pak Ryan sambil duduk di hadapan mereka.

Dita sedikit kaget dan menjawab, "Eh iya Pak, sebenarnya saya saat ini masih bekerja di PT. IKM, tapi karena satu dan lain hal saya akan segera mengajukan resign dan bekerja di Kantor Pak Bagas."

Pak Ryan kembali bertanya alasan Dita kenapa resign dari tempatnya bekerja, dan terpaksa Dita menjelaskan pada Pak Ryan bahwa ia sudah tidak betah bekerja di PT.IKM karena pekerjaannya yang merangkap sebagai HRD sekaligus sekretaris atasannya karena sekretaris sebelumnya resign tiga bulan lalu namun atasannya saat ini tak kunjung merekrut sekretaris baru. Ia merasa lelah dengan double job yang diembannya di kantor padahal gaji yang diterimanya tidak ada bedanya dengan gajinya sebagai HRD saja.

Pak Ryan setuju dengan tindakan Dita, "Benar, kamu harus tegas jika atasan kamu melakukan tindakan yang salah. Jangan mau dipermainkan atasan dalam pekerjaan."

Dita merasa senang karena ia mendapat satu lagi dukungan atas tindakannya yang ingin segera resign dari kantor.

Malam itu mereka mengobrol lama, tak terasa jam menunjukkan pukul 23.30. Pak Ryan sangat humble dan membuat Dita dan Dimas tidak merasa canggung mengobrol dengannya. Mereka membahas masalah pekerjaan, berita-berita yang sedang viral, sampai obrolan tidak penting bahkan bercandaan receh.

Dita semakin kagum dengan sosok Pak Ryan yang ramah dan tidak sombong sama sekali padahal beliau adalah pimpinan sebuah perusahaan. Pak Ryan sangat menginspirasi bagi Dita, dalam hati Dita berujar kelak jika dirinya sukses ia harus bisa humble seperti Pak Ryan.

Dita melirik jam di ponselnya, dirinya gelisah saat tahu bahwa sudah hampir tengah malam. Pak Ryan melirik Dita dan segera melihat jam tangan miliknya.

"Ternyata sudah jam segini, tidak terasa ya." Ucap Pak Ryan sambil tertawa.

"Sepertinya kita harus segera beranjak pulang, karena besok masih hari kerja." lanjutnya.

Dita dan Dimas mengangguk sambil tersenyum menyetujui ajakan Pak Ryan.

Pak Ryan terlihat menelepon supirnya untuk menjemput di lobby hotel.

"Lu tunggu di lobby aja Dit, biar gue yang ambil mobil ke basement." Ujar Dimas sambil kemudian berpamitan dengan Pak Ryan dan segera berlari menuju lift.

Di lobby Dita berdiri bersebelahan dengan Pak Ryan yang sedang menunggu supirnya.

Tak disangka Pak Ryan berkata, "Bisa saya minta nomor telepon Dita? Atau nomor WhatsApp juga boleh." Sambil menyodorkan ponsel miliknya pada Dita.

Dita merasa sedikit kaget dan mengambil ponsel milik Pak Ryan kemudian segera mengetik nomor ponselnya sambil terlihat gugup.

Pak Ryan melihat sikap tidak nyaman Dita dan segera berujar, "Kalau seandainya kamu butuh bantuan untuk pekerjaan, silahkan hubungi saya, jangan sungkan. Nanti saya coba misscall ke nomor kamu. Silahkan simpan nomor saya, dan silahkan hubungi jika kamu memerlukan bantuan."

Seketika ponsel Dita berdering terlihat panggilan masuk dari nomor tak dikenal, tak lain itu adalah nomor ponsel Pak Ryan. Dan Dita segera menyimpannya.

"Terima kasih Pak sebelumnya, saya jadi tidak enak, merepotkan." Ujar Dita sopan.

"Santai saja, selagi saya bisa membantu pasti akan saya bantu. Jangan sungkan sama saya."

Kemudian terlihat sebuah mobil menghampiri Pak Ryan dan seseorang membukakan pintu untuknya.

Pak Ryan pamit untuk duluan dan Dita mengangguk sambil tersenyum.

Setelah mobil Pak Ryan melaju Dita terbengong-bengong masih tidak percaya Pak Ryan lah yang menawarkan bantuannya dan tidak segan meminta nomor ponselnya. Sejujurnya Dita masih merasa ganjil, namun dia segera menepisnya.

Dimaspun datang dengan mobil Dita yang dikendarainya, mereka pun segera pulang.

BAB 3

Dalam perjalanan pulang Dita menceritakan pada Dimas perihal Pak Ryan yang meminta nomor ponselnya. Dimas terlihat kaget, "Masa sih Dit? Ga biasa lho Pak Ryan begitu dengan orang baru."

Dita menjawab lesu, "Ya gue juga kaget tadi, gue gugup banget pas ngetik nomor di handphonenya."

"Jangan-jangan Pak Ryan suka kali sama lu" Goda Dimas.

"Ngaco lu, umur segitu ya pasti udah punya istri lah" Jawab Dita.

"Gue kurang tau sih kehidupan pribadi Pak Ryan, bisa jadi aja dia duda" Jawab Dimas sekenanya.

Dita terlihat cemberut mendengar ucapan Dimas yang mulai ngawur.

Wajah Dita seketika berubah sumringah dan bertanya perihal pacar Dimas, "Eh Dim, gimana lu sama Tiara? Udah mau serius ya lu sama dia?".

"Serius apaan, gue udah putus!" Jawab Dimas ketus.

"Lho kenapa Dim? bukannya lu kemarin-kemarin bucin banget?" Tanya Dita kaget.

"Iya awalnya gue bucin banget, lama-lama duh! Nggak tahan gue sama dia", Ujar Dimas.

"Baru dua bulan pacaran padahal gue, gue kira gue bakal lama nih sama Tiara", Ujar Dimas lagi.

Dita semakin penasaran, "Kenapa sih Dim? Nggak bisa ditoleransi lagi apa?"

"Asal lu tau ya Dit, gue baru sekali ini ketemu cewek kayak begitu. Serem gue, sumpah!" Ucap Dimas berapi-api.

"Seminggu pacaran dia udah ngajak gue nginap di apartemennya, awalnya gue seneng banget lah baru seminggu pacaran udah dapat full service, ha..ha..ha" Lanjut Dimas sambil tertawa.

"Lha terus masalahnya dimana? Kan lu juga suka kan?" Tanya Dita heran.

"Awalnya sih terlihat normal Dit, tapi lama kelamaan si Tiara ini makin menjadi-jadi. Tiap hari Dit, Tiap hari dia ngajak gue begituan." Lanjut Dimas bercerita.

"Sampai dia nyamperin gue ke kantor buat ngajak begituan doang, di kamar mandi kantor gue pula, gila ga tuh?. Kalau ketahuan bisa ****** gue Dit!" Lanjut Dimas dengan bersemangat.

Dita tertawa terpingkal-pingkal mendengar curhatan Dimas.

"Dia pernah ngajakin begituan di Mobil, pas lagi parkir di Mall. Gue tolak baik-baik dia malah nangis-nangis katanya gue nggak cinta sama dia, Duh pusing gue Dit kalau pacaran model begitu. Gue rasa si Tiara itu hypersex. Ga kuat gue Dit tiap bentar harus nurutin nafsunya." Lanjut dimas serius.

Dita malah makin tertawa terbahak-bahak. Dita merasa lucu dengan alasan putus dari sahabatnya itu. Namun, disisi lain Dita juga merasa kasihan pada Dimas yang lagi-lagi gagal dalam percintaan.

'Tapi apa bedanya dengan dirinya?', Batinnya dalam hati.

Dita memang juga selalu gagal dalam urusan asmara, tiga bulan yang lalu Dita juga baru saja putus dari Riko, mantan pacarnya.

Tak terasa mereka sudah sampai di depan rumah Dimas, dan Dita pun segera mengemudikan mobilnya untuk cepat-cepat pulang ke kostnya karena sudah larut malam.

Kost yang ditempati Dita merupakan kos-kosan dengan 50 kamar kost di lahan yang luas dan lumayan dekat dengan kantornya. Kost-kostannya dilengkapi dengan kamar mandi disetiap masing-masing kamarnya. Dan terdapat beberapa dapur umum untuk para penghuninya. Serta dijaga oleh dua security selama 24jam. Segala fasilitas inilah yang membuat Dita betah disana, ditambah penghuni kos yang ramah terhadapnya.

Dalam limabelas menit Dita sudah sampai di kostnya dan bertemu dengan Pak Sardi, salah satu security di kosnya sambil menyerahkan bungkusan martabak yang telah dibelinya dijalan selepas mengantar Dimas tadi.

Dita memang suka memberi makanan pada security di kosnya, karena mereka tak segan membantu Dita jika ia perlu bantuan. Bahkan para security disanapun sering membantu Dita membelikan makanan jika Dita sedang malas keluar.

Sesampainya dikamar, Dita segera berganti pakaian dan bersiap tidur.

Menjelang terpejam Dita teringat ucapan Dimas akan Pak Ryan tadi. Dita langsung menepis pikirannya tersebut dan tak lama kemudian terlelap dalam tidurnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!