Mungkin jika di sebut bodoh dalam move on CEO satu ini memang lebih pas julukannya nyatanya selama sekian tahun dia tulus membantu mengasuh bayi kecil titisan dari gadis yang diam-diam masih bersemayam di hatinya.
Mungkin ini jahat, tapi Alpha sudah berusaha berulang kali untuk menerima wanita lain selama ini namun selalu gagal karena matanya selalu bisa menatap istri dari adiknya sendiri.
Bahkan hari ini saking rindunya dengan titisan wanita itu Alpha jauh-jauh dari Jakarta ke jogya untuk menemui Ameria gadis cilik yang menjadi obat bagi kesepiannya.
Di ujung tangga Alpha menggendong Ameria yang masih malas-malasan karena masih mengantuk dan di ganggu oleh sang Ayah yang baru datang.
Yah Ameria sudah di kenalkan dengan sebutan Ayah oleh Alpha sejak kecil, Al Jovano, sang adik pun tak keberatan mengingat selama di Korea kakaknya itu banyak membantunya mengasuh Ameria semenjak Zea dan Al Jovano mulai aktif kuliah.
Di ujung tangga Alpha pura-pura tak melihat apa yang di lakukan Al Jovano pada Zea, sedikit sesak saat melihat keromantisan mereka. Tak mudah mengubur perasaan itu namun Alpha selalu merasa cukup hanya melihat wajah bahagia dari adik dan wanita yang masih menyisakan perasaan meski sudah bertahun-tahun itu.
"Kau lihat Orang tuamu masih tak sadar jika punya kamu. " Keluh Alpha sambil menuruni tangga.
Semetara di meja makan sang adik dan istrinya tak menyadari kehadirannya, sibuk bermesraan seolah belum memiliki anak.
"Morning Mama. Masak apa pagi ini???" Tanya Al Jovano lalu memeluk Zea dari depan dan mengecup kening istrinya lembut dan ini selalu berhasil menyesakkan namun apalah daya bagi Alpha yang tak sengaja mendengar dan melihat.
"Sesuai pesanan Papa semalam. " Jawab Zea tersenyum manis, masih menarik di mata Alpha namun sekali lagi dia istri adiknya sendiri.
"Mama memang yang terbaik. Emmmuah. " Sebuah hadiah di baris merah untuk Zea yang sudah berjuang sejak pagi tadi dari Al Jovano langsung membuat Alpha memutar tubuh Ameria agak tak melihat ulah kedua orangtuanya.
"Kenapa makin berusia aku semakin merasa dirimu muda ya sayang?? Aku merasa kau semakin bersinar. " Ucap Al Jovano lalu duduk di tempatnya, Alpha membuang nafas kasar namun itu kenyataan, semakin hari Zea memang bersinar.
"Ckkk, Kau mulai menggombal di pagi hari." Kata Zea bersemu merah, itu sukses membuat Alpha berdebar saat melihatnya, mungkin dosa namun Alpha sendiri tak pernah meminta hal ini terjadi pada dirinya.
Inilah alasan mengapa sampai sekarang Alpha bisa begitu meluangkan waktunya untuk putri adiknya satu-satunya itu. Bahkan Alpha sengaja membuka perusahaan cabang di Korea hanya untuk lebih dekat dengan Ameria sekaligus bisa sekedar menatap dan memastikan kebahagiaan wanita yang di cintainya itu meskipun itu menyakitkan bagi dirinya.
Alpha sampai di sisi Al Jovano dan istri, Ameria langsung turun dari gendongan Alpha dengan lincahnya.
"Mama Papa, Ame mau ikut Ayah ya? " Kata Ameria sangat jelas membuat kedua orang tuanya menoleh.
"Ckkk Jangan Ame ajalah sayang, Ameria loh, itu artinya hadiah dari Syurga berupa cinta yang tulus, Kenapa jadi pok ame ame sih." Al Jovano kesal karena Putrinya suka sekali dengan panggilan Ame.
"Lucu Pa, kata Ayah itu bagus. " Kata Ameria lalu duduk di sisi Alpha yang dia sebut Ayah bagi Ameria.
"Ckkk, Kak anak siapa sih dia?? kok jadi nurut kamu??? " Al Jovano kesal namun di jawab tawa oleh Alpha dengan bangganya.
"Ame anak siapa???" Tanya Alpha sambil mengusap kepala Ame lembut.
"Anak Mama." Kata Ameria sambil tersenyum manis menatap Mamanya yang menyiapkan makanan untuk dirinya.
"Uuuh Anak Papa juga loh." Al Jovano masih tak mau kalah.
"Udah, makan dulu." Kata Zea lalu membuat semua orang anteng, sejujurnya Zea membatin heran laki-laki menyebalkan dan dingin seperti Alpha mengapa bisa mengambil hati putrinya.
Mereka pun makan dan Alpha memakan dengan merenungi dirinya sendiri, Zea sudah sangat bahagia, lalu apa lagi yang akan dia lakukan, kapan dirinya bisa melihat selain pada Zea kapan dirinya bisa merasakan kehangatan keluarganya sendiri juga anak-anak yang lahir dari benihnya sendiri.
\\*
Siang.
Alpha pergi ke tempat Zea, sebuah klinik yang ternama di kota ini karena Dokternya belajar dari Korea, juga pelayanan yang bagus selain itu Zea amat cantik dan menarik perhatian bayak pasien akan kecantikan alaminya.
Saat Alpha datang, Zea tengah istirahat setelah menerima panggilan dari suami tersayangnya, dia pun terkejutkan oleh Alpha yang masuk ke ruang kerjanya sambil menggendong Ameria yang tengah tidur.
"Terimakasih sudah membuatnya bermain banyak hari ini, Kak Alpha bisa keluar setelah meletakkan Ameria di ranjang itu." Kata Zea nampak tak suka Alpha masuk seperti tadi.
Alpha berbalik lalu menatap Zea sedikit lama hingga Zea menoleh membuang wajahnya, masih tak nyaman jika Alpha menatap dirinya lebih lama.
"Apa masih terlihat jika aku masih menatapmu??? " Alpha berkata setelah memutus tatapannya pada Zea.
"Apanya??? " Tanya Zea.
"Kau selalu tak nyaman saat aku ada di sekitarmu. Apa masih terlihat jika aku ada perasaan padamu??? " Tanya Alpha pada akhirnya lelah terus berpura-pura.
"Alpha, bisa tidak berperasaan yang wajar??? Berpikir yang normal??? Aku istri adikmu! jangan buat aku memblokir dirimu sehingga tak bisa menemui Ameria lagi!" Ucap Zea menahan amarahnya.
"Ckkk, Kau tau hanya Ame yang bisa membuat perasaan ini sedikit terobati dan membuatku sadar jika aku sudah semakin tua agar aku terus menjaga kenyamanan persaudaraan ini. " Ucap Alpha mundur dan berniat keluar.
"Kau hanya tak mau melihat wanita yang lain, Ku mohon jangan rusak kebahagiaan ini." Mohon Zea kesal dan sendu bersamaan.
Alpha mengangguk, lelah mencoba mungkin benar, karena selalu Zea yang jadi patokan bagi wanita di sekitarnya, sementara di lingkungan kantornya tak ada yang seperti Zea.
"Ok! kalau gitu carikan aku yang serupa dan seperti dirimu. " Ucap Alpha lalu keluar dari ruangan itu.
Di dalam Zea menarik nafas, ini tak boleh terus terjadi, Ameria harus lebih dekat dengan Al Jovano, Zea tak ingin Alpha jauh mengambil hati Ameria dan bebas keluar masuk rumah juga kantornya seperti tadi pikirnya.
Sementara di luar Alpha meremas tangannya sendiri, kesal saat masih saja dirinya tak bisa menahan diri untuk tidak melihat Zea, mungkin benar dia yang tak bisa melihat yang lain, lalu adakah yang seperti Zea? Nyatanya Zia sang kembaran Zea pun juga tak bisa mengalihkan dirinya.
Alpha masuk ke mobil dan membanting pintu, mengapa sebodoh ini saat dirinya jatuh cinta, Alpha meraup wajahnya lalu melajukan mobil pergi dari klinik Zea.
\\*
Kisah ini potongan dari kisah Di Lukisan Cinta Zea ya kak, supaya Alpha dan Jodohnya punya ruang sendiri.
Please tetap tinggalkan Like dan Komen juga subscribe ya, yang punya Vote juga boleh kesini🙏😍
Terimakasih 🙏🙏😍
Waktu berlalu.
Alpha di sibukkan dengan pekerjaan selama di jogja hingga selama di jogja tak berkunjung kerumah Al Jovano untuk bertemu dengan Ame, selain itu dia ingin menghapus bayangan Zea setelah hari itu, namun nyatanya hingga kembali ke ke rumah Al Jovano, Alpha masih saja memikirkan Zea dan melihat Zea.
Dan Alpha terkejut begitu sampai di rumah adiknya langsung mendapatkan permintaan aneh dari adik ipar sekaligus wanita idamannya itu.
"Kak kebetulan kamu datang, aku punya permintaan ku harap kamu mau mengabulkan." Zea berkata begitu serius hingga Alpha cukup penasaran.
"Aku ingin titip anak Panti dari Rumah Asuh Zia, tolong beri dia pekerjaan juga sekolahkan keduanya dan sekaligus biarkan mereka tinggal bersama dirimu agar mudah bagiku memantaunya." Ucap Zea yang langsung membuat Alpha terkejut sekaligus kesal.
"Apa Zee?? Kamu kira aku sebaik itu???" Alpha bangkit setengah berdiri dari tempat, niat hati ingin menyambangi Ameria dan melihat Zea juga Al Jovano untuk terakhir kalinya sebelum kembali ke Jakarta namun justru di kejutkan oleh permintaan konyol Adik Ipar yang masih terus menganggu hatinya.
"Ehm, memang kamu tidak sebaik itu sih, cuma aku rasa Kak Alpha orang yang dermawan sehingga bisa membantu gadis yatim piatu beserta adiknya ini untuk bekerja di tempatmu sekaligus kau beri beasiswa kuliah." Kata Zea penuh harap, jujur ini adalah saran yang di berikan Zia kepadanya barang kali bisa membantu hati Alpha, agar tak melihat kearahnya saja.
"Shafa ini sudah lulus SMA dua tahun yang lalu dia gadis yang rajin yang taat agama, kamu bisa beri dia pekerjaan apa aja asal halal, namun aku minta dia selalu kau jaga. Emh dan adiknya bernama Kenzie tolong sekolah SMA di sana dia bisa bantu pekerjaan juga setelah pulang sekolah." Ucap Zea semakin membuat Alpha kesal.
"Kamu pikir aku penitipan anak-anak???" Alpha tak mengiyakan permintaan Zea yang tiba-tiba itu menurutnya.
"Ayolah Kak, kau tau aku pun dulu yatim piatu jika tidak di asuh oleh Mama dan Papa angkat ku yang baik itu." Al Jovano yang baru datang dengan Ameria mengejutkan Alpha, ada sisi manusianya yang muncul di sudut hatinya saat mengingat Alpha kecil.
"Ckk, Kalian main kroyokan!" Alpha mendesah lalu meraih Ameria dan menciumi pipinya hangat dan gemas pada pipi Ameria yang gembul itu, hingga suara salam seseorang mengejutkan mereka yang di dalam.
"Nah itu dia. " Zea pergi ke luar dan menemui tamu yang Dia titipkan padanya itu. Tak berapa lama Zea mempersilahkan tamunya itu masuk dan mengajak menemui Al Jovano dan Alpha juga.
"Nah Shafa dan Kenzie perkenalkan ini Pak Alpha nanti kamu akan bekerja dengannya. " Kata Zea membuat Alpha menatap tajam Zea kesal, seolah sudah memutuskan jika dia mau.
"Selam kenal Pak Alpha, saya Shafa dan Dia adik saya Kenzie. " Ucap Shafa lalu mengatupkan tangannya di dada.
Alpha menatap tajam gadis di hadapannya itu gadis berjilbab dengan tunik dan celana lusuh pikir Alpha, kulit kuning langsat dengan bibir mungil dan hidung mungil nyaris seperti boneka, tubuhnya juga hanya setinggi dadanya justru lebih tinggi adiknya yang masih SMP, namun senyum dan lesung pipitnya nampak manis di pandangannya.
"Zea??? Kau yakin dia sudah lulus SMA dua tahun lalu??? Tubuhnya bahkan seperti anak SMP???" Kata Alpha bertanya pada Zea yang langsung mendapat tatapan tajam dari Zea namun di jawab gelak tawa oleh Al Jovano.
"Ckkk, jangan meremehkan dia jauh lebih ahli di bidang kuda dari pada kamu Papa Al?? Dan kamu Kak jangan pandang seseorang dari tinggi tubuhnya saja!" Kata Zea membuat Al Jovano dan Alpha bungkam seketika.
"Apa ini aku tak bisa menolak??? " Bisik Alpha pada Al Jovano.
"Tentu tidak Kak, Zea bilang padaku jika kau menolak, rumah ini dan Ameria haram kau sentuh." Bisik Al Jovano sambil nyengir.
"Ckkk, sial kenapa kau betah pada istri model diktator begitu." Kata Alpha berdecak lalu duduk bersandar di sofa sambil menatap Shafa dan adiknya yang akan menjadi beban hidupnya setelah ini.
"Ckkk, sialnya aku juga tak bisa menolak permintaan istrimu, dia pemaksa dan aku selalu terpaksa menurutinya asal bisa terus melihatnya." Batin Alpha memejamkan matanya.
***
Jakarta.
Alpha keluar dari mobil yang menjemputnya bersama dua orang kampung di belakangnya.
Shafa membawa tas ransel sementara Kenzie membawa koper kecil dan tas ransel dibelakang Alpha.
Alpha menuju Rumahnya yang lain, tidak menuju rumah utama, dia tak ingin terlibat masalah dengan Oma dan Opanya, karena kedua orang tua itu yang paling susah bertemu dengan orang bawah, berbeda sekali dengan ayahnya yang sudah lebih baik semenjak bertemu Al Jovano.
"Kamar kalian di bawah, di sini tak ada pembantu jadi tugas kalian yang merawat rumah ini. Dan jangan sekali-kali masuk ke kamarku di atas jika aku tidak ada." Kata Alpha yang hanya di jawab anggukan oleh keduanya.
"Untuk sekolah Kenzie akan di urus oleh asisten ku, namun kau harus berhutang seumur hidup untuk membayarnya, kau harus menjadi pekerja setiaku selamanya jika sudah jadi orang sukses." Kata Alpha tak mau rugi.
"Baik Pak. " Jawab Kenzie sambil menundukkan kepalanya sedikit takut pada laki-laki di hadapannya itu.
"Masuk lah dan tata barang mu, aku butuh bicara banyak dengan Kakakmu untuk pekerjaan dan kuliahnya." Kata Alpha yang di jawab Kenzie dengan anggukan lagi lalu pergi ke kamarnya.
Alpha duduk di sofa Shafa pun ikut duduk di sofa, di hadapan Alpha. Keduanya diam sesaat menunggu Alpha berbicara sementara Alpha masih terus mengamati Shafa yang menunduk itu.
"Ckk, Kamu pagi bertugas membersihkan rumah, kemudian memasak makanan jika aku ada, aku sering pergi jadi jika aku di rumah kau wajib ada untuk mengurus keperluanku, setelah itu baru kuliah." Jelas Alpha
"Dan jurusan apa yang akan kau ambil???" Tanya Alpha kemudian.
"Manajemen bisnis pak." Jawab Shafa yang justru di jawab gelak tawa Alpha setengah mengejek.
"Hahaha, tubuhmu bahkan tidak pantas masuk ke kelas bisnis." Ucapnya tanpa berperasaan.
"Apa alasanmu??? " Tanya Alpha lagi setelah puas tertawa.
"Saya ingin jadi orang kaya pak." Jawab Shafa yang membuat Alpha makin tertawa.
"Kau pikir kaya itu mudah??? " Tanya Alpha mengejek lagi.
"Tidak makannya saya ingin berusaha." Jawab Shafa masih menunduk dengan mengepalkan tangannya.
Alpha bangkit lalu kembali pada setelan awal datar dan tajam. "Ok, siapkan makan, kuliahmu akan aku atur setalah pembukaan siswa baru sementara belum buka pendaftaran kamu fokus kerja dulu." Kata Alpha lalu berjalan ke atas menuju kamarnya.
Alpha mendesah rasanya asing saat tinggal dengan orang yang baru dia kenal apa lagi dari lingkungan yang Alpha sendiri tidak tau, jika saja mereka bukan titipan Zea dan Al Jovano tentu tak akan mau dirinya menampung gadis kecil dan adiknya itu.
***
Up lagi tolong setia per bab nya ya, Jujur author trauma saat resensinya terlalu kecil, sehingga nulisnya jadi tidak semangat.
Terima kasih yang sudah datang kemarin semoga sehat selalu dan lancar rezekinya. 🙏🤲😍
Rumah Ini biasanya sepi namun malam ini terasa berbeda dari biasanya, Alpha merasa rumah ini lebih damai dan nyaman dari biasanya.
Alpha keluar dari kamarnya turun menuju dapur namun sepi hingga terdengar suara yang tidak biasa, Alpha pun mendekat ke arah suara itu.
"Ar Rahmaan... " Alpha terhenti saat suara indah itu tiba-tiba menggetarkan hatinya, seperti ada magnet yang menarik dirinya untuk mengikuti arah tempat itu.
Suara indah mengalun indah di teras belakang rumahnya tepatnya berdekatan dengan kamar Shafa. Alpha melihat dari jauh wajah mungil itu memakai mukena putih tengah memegang Al Quran.
Alpha merokok sambil duduk bersandar di kursi sudut dapur dari sana bisa terlihat teras belakang, di hadapan Shafa nampak Kenzie tengah menyimak bacaan kakaknya lalu mereka bergantian saling menyimak.
Alpha mengepulkan rokoknya susana yang aneh namun membuat hatinya nyaman saat merasakannya. Alpha memejamkan matanya lalu mendengar bacaan bocah titipan dari Zea yang setengah terpaksa dia terima itu.
Terdengar suara mereka mengakhiri bacaan yang, Alpha pun beranjak dan menuju meja makan dimana sudah tersaji makan malam untuk dirinya.
Alpha tak pernah shalat bahkan sejak dini nyaris tak pernah mengenal apa itu shalat dan agama, orang tuanya tak pernah mengajarkan itu, dan disekolah dia selalu bolos saat pelajaran itu.
Alpha merasa agama tak di perlukan dalam hidup ini. Semua yang dia mau sudah terpenuhi kecuali tentang Mama dan wanita yang dia cintai itu seperti hukuman dari Tuhan pada dirinya agar tak bisa dekat dengan wanita yang dia cintai.
Alpha menyuapkan makanan kedalam mulutnya sebuah menu sederhana dari anak SMP menurut tinggi badannya. Alpha tertegun rasa makanan ini mirip sekali dengan masakan Mamanya dulu waktu dia masih kecil, Alpha pun memakan makanan itu dengan lahapnya karena rasanya seolah seperti makan masakan Mamanya dulu, baru kali ini dirinya begitu menikmati saat makan makanan sesederhana ini.
***
Pagi Hari.
"Kak, apa kau memperlakukan titipan Zea dengan baik??? " Suara Al Jovano dari panggilan.
"Ckkk, Iya. " Alpha kesal hari liburnya rusak gara-gara panggilan itu.
"Kau baru bangun Kak??? " Al Jovano bersuara lagi.
"Hmmm." Alpha malas menjelaskan bahkan matahari saja masih malu namun Al Jovano sudah mengganggunya.
"Pantas kau sampai 30 tahun tidak laku, Ayam pun gak suka pria malas bangun pagi! " Ejek Al Jovano pada Alpha.
"Brisik!! " Alpha mematikan panggilan lalu mengumpat.
"Kau juga penyebab aku jadi Jaka tua!" Umpatnya lalu melempar ponselnya asal.
Rumah Alpha ini dekat dengan stable kuda, di sanalah Alpha melihat Zea untuk pertama kalinya saat berlatih dengan atlit kudanya untuk pertandingan-pertandingan. Entah duluan siapa yang mengenal antara Alpha dan Al Jovano namun sejak pandangan pertama itu Alpha jatuh hati, sehingga saat mengetahui jika Zea anak Haris partner bisnisnya yang hampir bangkrut Alpha ingin menikahinya.
Alpha mengajak Nikah Kontrak sebenarnya karena takut wanita itu akan pergi saat dirinya benar-benar jatuh cinta namun ternyata belum apa-apa dia sudah lebih jatuh cinta, sayangnya cara yang dia gunakan justru membuat orang itu tak menyukainya.
Alpha membuka tirai jendela dari ujung sini dirinya bisa melihat jauh ke lapangan berkudanya. Mata Alpha terkejut saat mendapati gadis yang dia ejek tingginya seperti gadis SMP itu sedang lihai menaiki kuda bahkan bisa mengendalikan Bulan kuda yang paling lincah dan jarang ada yang bisa menaklukkan.
Dari Jauh Alpha bisa melihat Shafa melompati 3 papan lompatan dengan indah setelah itu memegang busur panah dan memanah sesuai target, Alpha bahkan sampai terpukau, dia lihai seperti Zea dalam berkuda bedanya tubuh Shafa mungil dan ramping juga pendek.
"Bocah kecil itu, luar biasa sekali naik kudanya. " Gumam Alpha bangkit dari tempatnya, penasaran ingin melihat lebih dekat bagaimana si kecil itu menaklukkan bulan kuda kesayanganya.
\*
Stable kuda.
Shafa tertawa saat Bulan menjilati tangannya yang memberi wortel di tangannya, tangan satunya mengelus lembut bulu putih Bulan.
Yah Bulan, Kuda putih anak dari kuda peninggalan sang Mama, induk kuda itu meninggal karena kolik setelah Mamanya di usir dari rumah.
Alpha heran kenapa Shafa bisa ke stable kudanya, setelah bertanya pada Jefri pelatih kudanya, katanya Al Jovano yang meminta Gadis itu menjadi groom dan atlit Bulan.
"Ckkk, bocah itu selalu bertindak semaunya tanpa ijin ku! " Kesal Alpha lalu mendekati Shafa.
Shafa menyisir rambut Bulan yang biasanya tak bisa anteng, kini seperti mendapatkan pawangnya. "Kau suka kuda?? " Tanya Alpha.
"Ya." Jawab Shafa pelan.
"Kau berlatih dari siapa?? " Tanya Alpha.
"Abi dan Umi, dulu saat mereka masih hidup kami punya kuda, tapi kuda itu sudah kami jual untuk melunasi semua hutang keluarga. " Jawab Shafa.
"Kenapa kamu dan Kenzie yatim piatu? " Tanya Alpha mulai penasaran.
"Abi dan Umi meninggal saat aku SMA kecelakaan bersama nenek kakek kami saat pulang ke desa." Kata Shafa.
"Maaf." Alpha menyesal menayangkan hal itu dan hanya di jawab anggukan oleh Shafa di sertai senyum tipis.
"Aku ingin Kaya, Aku masih ingin melunasi hutang mereka agar mereka semua tidak terikat lehernya di akhirat." Kata Shafa.
"Berapa hutangnya?? " Tanya Alpha penasaran.
"Kata Wak haji di desa kami 20 juta sisa yang belum lunas." Jawab Shafa.
"Ku lunasi tapi ada syaratnya." Kata Alpha mulai iba.
"Apa itu pak Alpha? " Tanya Shafa penasaran.
"Kau mau menikah kontrak dengan ku??? " Entah omongan itu meluncur begitu saja dari bibir Alpha. Entah rasa penasaran atau hanya untuk pelarian dari rasanya, namun gadis itu tidak terlalu buruk dalam hal mengurus rumah pikirnya.
Alpha mendadak ingin membuktikan pada Zea jika rasa pada istri adiknya itu sudah hilang, meski kenyataannya belum hilang, setidaknya Zea tidak akan mengusir dirinya jika ingin membawa Ame dan melihat Zea sebentar saja.
Shafa tertegun di tempat, "Menikah dengan Om Om?? Kontrak??? " Shafa keceplosan dan omongan itu sukses membuat Alpha memerah karena kesal.
"Sial!!! Dia bilang aku Om Om! " Umpat hati Alpha merasa di hina.
"Maaf Pak, Orang tua saya justru akan makin tersiksa dan sedih karena aku akan terlihat menyedihkan di lihat dari sana. " Shafa menunjuk ke langit.
"Aku masih muda! Umurku 30 tahun!! " Kata Alpha tak terima.
"Dan saya baru 19 tahun Pak. Maaf bapak terlalu tua untuk saya, mungkin orang akan melihat anda menikah dengan adik anda." Kata Shafa lalu berjalan meninggalkan Alpha yang tertegun, jadi benar-benar masih bocah, dia pikir gadis itu hanya badannya yang kecil rupanya belum genap 20 tahun.
"Kepala ku pasti sudah konslet, berpikir mau mengajaknya menikah kontrak tadi." umpat Alpha lalu kembali ke ruangannya dengan memijat kepala yang mendadak pusing, namun rasanya cuma gadis itu yang bisa sedikit mengubah pendiriannya.
***
Wajib Like, komen dan subscribe juga dukung ya kak, hehehe Maksa😁
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!