"please,dengerin dulu,aku gak ada apa apa sama dia,percaya sama aku,aku udah berubah, kamu tau itu"
Langkahku terhenti di depan sebuah mobil,
pandanganku tertuju pada sepasang kekasih yang sedang bertengkar di parkiran mall,
tepat di hadapan mobilku.
aku berpikir apakah aku harus lanjut berjalan lalu menyuruh mereka minggir dulu karna aku mau keluar,atau menunggu.
aku melihat kiri dan kanan,tidak ada orang lain,hanya aku dan dua sejoli yang masih dalam mode marah dan membujuk.
aku berdiri agak jauh dari mereka sambil memegang gagang troli yang berisi belanjaan bulananku.
aku menahan diri untuk sabar menunggu,sambil memperhatikan mereka.
Sang pria terlihat berusaha menahan wanita itu agar tidak pergi,wajahnya tergambar perasaan tulus untuknya.
Tiba tiba wajah seseorang terlintas di pikiranku,
wajah yang begitu mempesona,membuat banyak wanita tergila gila,dan wajah itu juga yang menghancurkan kepercayaan diriku,membuat aku jatuh sedalam dalamnya.
Lama aku termenung disana,hingga
aku melihat pasangan yang tadinya bertengkan akhirnya berpelukan,mungkin sudah berbaikan,pria itu menghapus air mata wanitanya sambil tersenyum, otomatis wanita itu juga tersenyum,mereka terlihat saling mempertahankan walau seperti apapun salah paham yang ada.
setelah mereka pergi aku kembali mendorong troli ke arah mobil,tapi langkahku kembali terhenti saat namaku di panggil seseorang dari samping, terlihat seorang pria berdiri di samping mobil yang terparkir tidak jauh dari tempatku berdiri,
entah sejak kapan dia ada di sana aku tidak tau.
'siapa dia',pikirku.
aku tidak ingat pernah mengenal pria itu,apa lagi melihat dari pakaiannya yang rapi dengan kemeja, ia terlihat seperti orang yang lumayan kaya atau pria yang lumayan sukses.
Saat mata kami bertemu, matanya yang tadi dingin tiba tiba berubah,aku tidak tau arti dari tatapannya, tapi itu membuat perasaanku tidak enak dengan hanya melihatnya,
aku berusaha tenang dan berpikir positif,mungkin dia adalah kenalan dalam urusan pekerjaan.
"iya,anda kenal saya"?tanyaku ramah dengan senyum formal padanya.
Dan pandangannya berubah lagi,aku tidak mau menerka nerka,dengan cepat aku mengalihkan pandangan ke arah mobil mewahnya,
Aku yakin dia orang kaya, melihat mobil mahal yang mungkin harganya milyaran.
Dan jantungku berdegub kencang saat melihat pria itu melangkah mendekatiku, pegangan troli aku genggam erat untuk menahan rasa gugup,
mataku meliar ke segala arah,tidak ada orang.
"anna,ini aku aryan"ucapnya dengan suara yang berat, suara yang aku yakin tidak aku kenal, juga wajah dan bentuk tubuh juga tidak pernah aku lihat sebelumnya.
Tapi namanya, nama yang tidak ingin aku ingat dan aku dengar tapi tidak bisa aku lupakan, nama yang aku takuti untuk aku dengar dari siapapun,kenapa?
Kenapa pria ini mengenalku?
Kenapa namanya juga aryan?
siapa dia sebenarnya?
Aku ingin pergi dari situasi ini, situasi yang seolah aku kembali ke 8 tahun lalu, aku benci diri aku sendiri yang masih tergetar hanya dengan mendengar nama itu.
'Tenang alana, banyak orang dengan nama yang sama, mungkin cuma kebetulan'
aku coba meyakinkan diri, tapi perasaan gugup dan takut tidak dapat aku sembunyikan dari pria yang sejak tadi memperhatikan gerak gerikku.
"saya pergi dulu"
kata kataku terdengar bergetar, dengan mata berkaca kaca aku mendorong troli menuju mobil yang entah kenapa terasa sangat jauh, padahal aku ingin cepat cepat pergi dari situasi ini.
"maaf anna"
kata kata itu membuat langkahku kembali terhenti.
"Maaf anna"
Deg
'memang dia'
Otak ku jadi blank, aku tidak tau apa yang aku rasakan, tapi aku yakin hanya ada rasa marah dan benci saja yang ada untuk pria itu.
Aku memberanikan diri untuk berbalik, seperti dia yang memperhatikanku dengan pandangan yang aku benci, aku juga memperhatikannya dengan mata marah, melihat penampilannya yang banyak berubah membuatku semakin marah.
Beraninya dia terlihat baik baik saja, sedangkan aku mati matian bertahan selama ini.
Beraninya muncul dan memanggil namaku lagi, setelah 8 tahun berlalu.
"Jadi kamu aryan?"aku berusaha tenang dan berjalan medekat.
'sialan,dia tinggi banget sih'
aku bertambah kesal saat berdiri di depannya, karna tinggiku hanya sebatas ketiaknya, membuat aku harus mendongak.
"Iya, ini aku, kamu apa..."
"Kenapa anda menegur saya seperti kita ini sangat akrab"
aku memotong perkataannya dengan cepat, dengan tangan yang aku lipat di dada aku mendongak melihatnya.
Wajahnya berubah lagi, menjadi dingin,
Sebenarnya aku sangat gugup, tapi aku tidak mau dia melihatnya, dia terlihat mengepalkan tangan dan jakunnya bergerak beberapa kali, tapi setelah itu ia dengan cepat merubah raut wajahnya seperti semula.
Aku tersenyum miring, mengejek nya yang berusaha sabar entah karna apa, mungkin karna mantan nya yang dulu mengemis cinta padanya, kini berubah biasa saja saat melihatnya, pasti dia tidak terbiasa.
Ia, aku akui dulu aku begitu memujanya, rela melakukan apa saja untuknya, aku bangga saat dia menjadi pacar ku dan membuat iri wanita lainnya, biasalah, wanita mana yang mampu menolak pesona cowok tampan dan populer satu sekolah, begitu juga aku yang lemah dengan kebaikan nya, yang aku kira tulus,tapi di balik sifat cool nya dulu, ternyata aku ini hanya mainan baginya, aku hanya bahan tertawaan teman teman nya, peran ku hanya badut hiburan di sisi pria ini, dan aku yang bahagia sendiri saat itu tidak sadar kalau pria yang aku cintai ternyata malah menarik ku ke dalam lumpur.
"Heh, udah bisu",
teriak ku di depan wajahnya, dari tadi dia hanya melihat wajahku dengan teliti, seakan sedang menghitung tai lalat di wajah ku.
Seharusnya aku pergi saja, tidak perlu menghiraukan nya, tapi aku ingin sekali mencari alasan untuk bisa memakinya, heh, jahat kan aku.
"sayang"
Terdengar suara lembut seorang wanita, kami sama sama menoleh ke sisi kananku, terlihat seorang wanita elegan yang umurnya sekitar 40 tahunan di mataku, dia membawa tas belaja dengan merek merek terkenal dan pasti mahal berjalan ke arah kami.
"Sayang, siapa gadis cantik ini"
Suara lembut dengan senyuman manis, wanita itu bertanya pada pria yang berdiri kaku di depan ku itu.
"Dia.."
"Kita gak kenal kok tante, kebetulan aja ketemu"
Dengan cepat aku memotong perkataan nya, aku yakin wanita itu adalah ibunya.
'Kali ini kamu selamat, jangan sampai ketemu lagi'
Ucapku dalam hati sambil senyum iblis, dan sepertinya dia mengerti karena terlihat dia meneguk liur.
Tampa pamit aku pergi kebarah mobil, membuka bagasi, belanjaan aku masukkan dengan cepat, tampa menghiraukan mata elang yang masih melihat ke arahku, aku menyetir mobil keluar dari parkiran seperti tidak terjadi apa apa.
Aku menyalakan lagu dengan kuat, dengan semangat aku ikut bernyanyi sambil menyetir pulang ke rumah.
"Jangan Ren, lepas please"
Alana meronta ronta dalam pelukan sahabat dari lelaki yang ia cintai, Aryan yang sudah mabuk hanya tertawa melihat sahabat dekat nya mulai mencium leher Alana, pacarnya sendiri.
Tidak ada yang mebantu Alana, mereka hanya tertawa bangga melihat Reno yang biasanya pendiam dan anti dengan perempuan, kini sedang mencium seorang wanita.
"Reno sadar,hiks hiks hiks"
tangisan Alana semakin menjadi jadi melihat Reno yang seperti dalam dunianya sendiri, ia sangat takut, di ruangan yang tadinya ramai teman sekelasnya kini hanya tinggal mereka, Aryan, pria yang ia cintai ternyata sudah merencanakan semuanya bersama teman nya yang lain, untuk memenuhi taruhan mereka tentang reno yang tidak suka wanita, tapi kenapa harus dia.
Alana semakin menjerit saat Reno menggendong tubuhnya ke luar ruangan, meskipun ia memohon memanggil manggil Aryan, pria itu tidak menghiraukannya, tawa Aryan bagai pisau tajam mengiris hati Alana, ternyata hanya dia yang tulus , hanya dia yang menjalin hubungan dengan hati, Di mata Aryan dia hanyalah mainan yang bisa dia serahkan pada teman nya sendiri saat bosan.
"Lepas,lepas akhhhh"
Hosh hosh hosh
Alana melihat sekelilingnya, ia ada di kamarnya sendiri, ternyata itu hanya mimpi, mimpi buruk yang sudah beberapa hari ini datang lagi setelah sekian lama.
Setelah bertemu Aryan 4 hari yang lalu, mimpi buruk mulai datang lagi, seakan kejadian kelam itu terjadi lagi.
'Sialan kamu aryan, beraninya kamu hidup tenang'
Alana melempar bantalnya ke dinding untuk melampiaskan emosinya, ia berusaha bernapas teratur agar bisa tenang.
Setelah lebih tenang ia mengambil ponsel di atas meja sebelah tempat tidur, jam di di ponselnya menunjukkan angka 5:30 pagi.
Ada pesan masuk dari miranda jam 10 malam tadi, dan seperti biasa, miranda mengajak Alana untuk keluar dan memberi tahu kalau sekolah mereka akan mengadakan reuni besar besaran lagi tahun ini, dan seperti biasa Alana tidak menghiraukan ajakan atau rayuan miranda, dia hanya ingin tenang bekerja seperti biasa dari rumah.
Ini lah kehidupan tenang yang Alana inginkan, tidak mau menyusahkan diri sendiri dengan hal yang tidak perlu, yang penting ada uang, bisa tidur dengan nyaman dan makan enak, itu sudah cukup baginya.
...
Dan ketenangan itu hilang begitu saja sejak temannya miranda mengubah cara merayunya agar ikut reuni, miranda mengacaukan jadwal tidur siang Alana dengan datang ke rumah dengan kotak hadiah berisi gaun.
"Ayo lah Anna, kali ini reuni nya beda tau, Anak anak semua hadir", dengan wajah memohon miranda menggenggam tangan Alana dan tidak mau melepasnya.
aku memutar bola mata.
"Bukan nya tiap tahun kamu juga bilang gitu"
Kata ku malas, miranda selalu berkata hal yang sama, tapi biasanya hanya lewat telpon, tapi kali ini ia mengubah taktiknya.
"Kali ini beneran beda, kita ngundang penyanyi papan atas" kata miranda senyum senang, seperti ABG yang yang mau pergi ke konser idola.
"Siapa yang mau bayar artis, kayak aku bakal percaya aja" Alana melepaskan tanganya, tapi kembali di tarik miranda.
"Beneran beb, acara ini tuh ada sponsor nya, salah satu alumni mau promosi perusahaan barunya di sana"
Alana memejam kan mata saat suara toa rusak kini juga mau merusak gendang telinga nya.
"Jangan teriak, cempreng"
Alana menggosok telinga dengan wajah cemberut, Miranda hanya senyum bodoh menampak kan gigi taring nya yang manis.
"Makanya, ayo siap siap ok", miranda meletakkan kotak berisi gaun warna biru yang sudah terbuka ke atas paha Alana.
Akkkhhh
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!