NovelToon NovelToon

My Little Badgirl

EPISODE 1 : KRYSTAL BERLIANA ZOURIST

Seorang gadis berjalan tergesa-gesa memasuki sebuah tempat hiburan, membelah kerumunan yang asik berjoget di dance floor. Tidak memperdulikan orang-orang yang berteriak kesal karena ia tabrak.

Ia melangkah menuju deretan sofa yang ada di sudut ruangan. Langkahnya baru terhenti ketika berhasil menemukan sosok orang yang membuatnya berakhir di tempat ini. Tengah duduk dengan kepala terkulai di atas meja bundar yang dipenuhi dengan botol-botol alkohol yang sudah kosong.

Tanpa pikir panjang ia buru-buru menghampiri sofa itu. Dengan kasar, tangannya merebut gelas wine yang berada di tangan Krystal, meneguknya dengan brutal lalu melempar gelas kosong tersebut hingga pecah berserakan di lantai.

"LO, SEKALI AJA NGGAK NGEREPOTIN GUE BISA NGGAK?!" Teriak Carletta muak.

"Gue nggak minta lo datang." Balas Krystal pelan, matanya sudah mulai memberat karena efek alkohol. Tapi ia tidak ingin berhenti meneguk minuman haram ini.

"Krys! Bokap lo nungguin di rumah!!" Geram Carletta tertahan.

"Gue nggak minta dia datang."

"Krys, lo ingat kan terakhir kali pulang dalam kondisi mabuk pas bokap lo lagi sidak? Kondisi lo berakhir kayak gimana?"

Tawa sinis yang terdengar lirih lolos dari mulut Krystal.

"Emang itu yang gue mau."

"Tapi gue nggak mau liat lo selalu berakhir kayak gitu! Bokap lo itu temperamen, lo bisa aja mati di tangan dia. Ayolah sadar goblok!" Carletta mulai kehabisan kesabaran, lalu menarik paksa gadis itu untuk berdiri.

Lantas membopong Krystal yang sudah mulai sempoyongan keluar dari Club. Tiba di parkiran, Carletta membuka pintu mobil dengan kasar, mendorong tubuh Krystal hingga terjungkal di jok belakang.

Carletta berpindah duduk di bangku kemudi. Melirik Krystal yang sudah terkulai tidak sadarkan diri di jok belakang. Nafasnya memburu, ini bukan pertama kalinya ia menjemput Krystal si Club. Dan Krystal selalu berakhir seperti malam ini.

"Bodoh! Dasar nggak guna!" Dengus Carletta.

Belum benar-benar hilang kesadaran, hanya sekedar memejamkan mata. Samar-samar Krystal masih bisa mendengarnya. Dan membenarkan kata itu.

Tidak berguna.

Adalah dua kata yang pantas di sematkan untuk Krystal. Ya, karena memang itulah kenyataannya. 18 tahun, usia yang pas untuk menikmati masa remaja, yang seharusnya digunakan untuk membangun masa depan yang baik.

Tapi Krystal? Tidak ada masa depan, tidak ada impian. Tidak pernah tahu fungsinya di dunia ini apa. Seperti apa masa depannya nanti. Sementara hari-harinya selalu ia habiskan dengan begini-begini saja.

Terlambat datang sekolah, bolos, membuat onar, balapan liar, lalu berakhir mabuk sampai subuh.

Tidak jelas.

Absurd.

Itulah hidup seorang Krystal.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Non Krystal..."

Seseorang memanggil namanya sayup-sayup. Ia berusaha membuka matanya beberapa kali, melawan silau yang berasal dari jendela full kaca di samping ranjang. Mata elang itu terbuka, keheningan kamar menyambutnya.

Suara yang tadi memanggilnya sayup-sayup tidak terdengar lagi, begitupun dengan ketukan dari luar pintu kamar. Ia baru terbangun dari tidur, tapi jantungnya sudah bekerja berlebihan, bahkan keringat yang keluar juga sudah membasahi seluruh tubuhnya.

Nafasnya memburu dengan pandangan kosong ke arah luar jendela, karena memang posisi kepalanya ketika terbangun memang jatuh ke arah kiri.

CLEK!

Pintu kamar terbuka, seorang wanita paruh baya masuk dengan nafas yang terengah.

"Maaf Non, bibi pikir Non Krystal belum bangun. Karena dari tadi bibi panggil-panggil nggak nyahut. Jadi bibi masuk pakai kunci cadangan. Sekali lagi maaf, Non." ujar wanita paruh baya itu penuh sesal dan terus membungkuk berulang kali.

"Keluarlah!"

"Baik, Non."

"Bi!"

Bi asri menghentikan langkahnya.

"Iya, Non."

"Semalam Papa disini?"

"Iya, Non. Tapi Tuan besar pergi sebelum Non Krystal di bawa pulang sama Non Carletta."

Krystal menoleh datar pad Bi Asri.

"Kata Tuan ada urusan penting, Non." sambung bi Asri.

"Keluarlah!"

Bi Asri mengangguk.

"Permisi, Non."

Pintu kembali tertutup rapat, kamar kembali hening. Krystal mengubah posisi menjadi duduk bersandar pada kepala ranjang. Menyugar rambutnya yang lepek karena keringat. Krystal tidak kepanasan, bahkan kamar ini full AC, tapi ia tetap berkeringat.

Ras pening sedikit ia rasakan. Mungkin karena pengaruh alkohol semalam yang diteguknya dalam jumlah cukup besar. Beberapa menit kemudian ia baru beranjak menuju kamar mandi, menyambar handuk di belakang pintu, lalu memulai ritual mandinya.

Tapi sebelum itu, tadi ia sempat melirik pada jam dinding.

Not bad.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Namanya Krystal Berliana Zourist. Gadis cantik dengan rambut hitam legam panjang sepundak yang diombre dengan arna abu-abu. Kata orang Krystal memiliki mata tajam layaknya elang.

Dan kata orang juga, Krystal itu badgirl hanya karena penampilannya yang nyentrik dengan seragam pendek ketat yang tidak pernah rapi, menggunakan aksesoris berlebihan seperti gelang-gelang tali yang memenuhi pergelangan tangan kirinya, beberapa kalung di leher, serta beberapa tindikan di daun telinga.

Jangan lupa kan eyeliner tebal yang menghiasi mata elang nya, sebagai penyempurna penampilannya. Padahal kalau di pikir-pikir tidak se bad itu juga. Krystal juga hanya hobi tidur dikelas kalau siang, jika malam kalau nggak balapan liar ya dugem atau mabuk sampai subuh.

Soal sifat? Orang-orang sering mengatakan bahwa sifat Krystal itu bunglon. Kenapa? Karena beda situasi, beda lagi sifatnya. Bisa cuek dalam satu waktu, bisa juga beringas tidak terkendali dalam waktu yang lain.

Intinya jangan ganggu ketenangan nya maka kalian aman. Tapi jika kalian berani menyenggol hal yang tidak Krystal suka, maka siap-siap saja kalian di rudung habis-habisan. Oya, satu lagi hobinya yaitu terlambat.

Seperti pagi ini, Krystal udah harus mengeluarkan effort yang lebih untuk memanjat tembok belakang sekolah, di bantu dengan motor sportnya yang sengaja ia parkir berdempetan dengan tembok. Tidak lupa melepas tas nya lebih dulu, agar tidak menyulitkannya.

Hap!

Hampir 3 tahun melakukan kegiatan ini setiap pagi membuat Krystal sudah sangat ahli dalam pendaratan, sehingga ia tidak perlu khawatir lagi jika kakinya keseleo atau terjerembab jatuh. Alias udah pro maksimal ini namanya.

"Gue perhatiin ni tembok makin hari makin tinggi aja." Gumamnya dengan mulut yang tidak berhenti mengunyah permen karet.

Tapi tidak apa-apa, mau tembok belakang sekolah menembus langit ketujuh sekalipun tetap akan Krystal panjat. Sedang damai-damainya menghirup udara pagi dengan khidmat. Suara gertakan dari belakang nya terdengar menegangkan, ah sial! Emang kalau udah jelmaan setan itu tidak bisa di hindari lagi. Lagi-lagi ketangkap basah.

"TELAT TERUS!"

Bentak Pak Hasan selaku wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, yang terkenal dengan keganasan dan omelan mautnya. Belum lagi kalau berhadapan dengannya kalian akan salfok sengan kumis diatas bibirnya.

Krystal mengumpat dalam hari, alu berbalik perlahan, lantas mengeluarkan cengengesan andalan nya.

"Eh Bapak, ganteng banget kayaknya pagi ini."

"Nggak usah sok muji saya! Nggak mempan!"

Krystal mendengus kasar.

"Pak, saya itu cuma telat dikit doang. Masih juga setengah tujuh."

"Oya?"

"Iya. Ini matahari nya aja yang naiknya kecepatan."

"Coba lihat jam kamu! Jam berapa sekarang?"

Krystal mengangkat tangan kanan yang dimana bertengger jam mungil berwarna putih kesayangannya. Ya, Krystal kidal. Lalu melirik Pak Hasan yang masih menunggu dengan bersedekap dada.

"Jam, berapa Krystal?!" Tanya Pak Hasan dengan nada suara yang dilembut-lembutkan

"Pagi banget ya datangnya anak kesayangan Bapak ini. Tiap hari nggak pernah bikin masalah. Paling santun. Paling sopan lagi bajunya." Sambung Pak Hasan dengan geraman tertahan.

Membuat Krystal meringis. Sumpah ngeri guys dengan suaranya. Tangannya bergerak menurunkan rok sekolah yang memang ia buat lebih pendek dari aturan seolah.

"Ya elah, Pak. Masih jam 8.30, toh masih pagi. Kemarin aja saya telat sampai jam 12 loh baru datang. Harusnya Bapak mengapresiasikan pencapaian saya hari ini."

"Itu kamu udah nggak telat! Tapi udah masuk kategori bolos! Orang udah mau pulang baru datang. Itu pun cuma mau buat masalah doang ke sekolah."

Tuh kan, mulai mengomel si Pak kumis ini.

"Namanya juga kesiangan."

"Ya di atur dong jam tidurnya biar nggak kesiangan. Dugem mulu!"

"Bapak tahu dari mana kalau saya dugem terus? Oh Bapak pasti juga di sanakan setiap malam?" Krystal menyipitkan matanya menatap Pak Hasan penuh selidik.

Tuk!

"Argh sakit, Pak." Ringis Krystal memegangi keningnya yang baru saha di jentik oleh Pak Hasan.

"Nggak usah ngelantur kamu. Lagian siapa orang di sekolah ini yang nggak thu hobi kamu satu itu, hm?"

"Namanya juga menikmati masa muda."

"Udah nggak usah kebanyakan alasan! Sekarang ikut saya ke ruangan!" Ujar Pak Hasan tegas.

Krystal berdecak kasar, lantas menyusul langkah Pak Hasan dengan ogah-ogahan, tidak lupa membawa serta tas nya yang tadi masih tergelak di tanah.

"Cepat jalannya! Jangan kayak siput gitu. Giliran kabur dari sekolah aja cepat!"

Krystal menggeram tertahan dibelakang tubuh pria tua itu, sembari sesekali menirukan cara bicaranya. Ya begitulah nasib jika menjadi murid kesayangan guru-guru. Langganan dipanggil memang.

EPISODE 2 : DI HUKUM

Bel istirahat berbunyi, bertepatan dengan Krystal yang keluar dari ruangan wakil kepala sekolah, menghabiskan waktu satu jam hanya mendengar ocehan Pak Hasan yang tidak ada habisnya.

Krystal mendesah panjang, melangkah gontai menuju lapangan. Jika ujung-ujungnya akan di hukum lari keliling lapangan juga, untuk apa pria berkumis tebal itu mengomelinya hingga telinganya panas coba.

Tiba di tengah lapangan, Krystal mendongak menatap langit dan matahari sudah sangat terik. Ya, iyalah sudah pukul 9.30, ya jelas panas. Memang kadang-kadang si Hasan tidak ngotak kalau memberikan hukuman.

Krystal membuka seluruh kancing seragamnya, membiarkan kaos putih yang menjadi dalaman itu terlihat. Lalu mulai berlari mengelilingi lapangan. Jam yang memang sudah saatnya jam istirahat membuat Krystal menjadi tontonan beberapa siswa yang berlalu lalang.

Mengherankan? Sudah tidak, karena inilah tontonan mereka setiap pagi, melihat Krystal sang badgirl di hukum lari lapangan. Tapi tunggu? Kenapa tatapan anak sekolah pagi ini terkesan sedikit berbeda dari biasanya? Dan tampak sesekali saling berbisik-bisik. Yang sialnya tidak bisa Krystal dengar.

"Emang susah jadi cewek cantik, dilihatin terus." Dengus kesal.

BRUKK!

"ANJING!"

Teriakan itu menggelegar di tengah lapangan tersebut, mengundang siswa-siswi lain yang tengah berlalu lalang untuk berhenti dan melihat wajah memerah penuh amarah dari Krystal karena baru saja terkena lemparan bola basket tepat di kepala.

"SIAPA YANG NGELEMPARIN BOLA BASKET KE GUE, HAH?!" Amuk Krystal.

"LO YANG LEMPAR?!"

"Bukan Krys, bukan!"

"LO?!"

"Jangankan nimpukin lo pakai bola, nyenggol lo seupil pun gue nggak berani."

"TERUS SIAPA YANG LEMPAR?!"

"GUE! MAU APA LO, HAH?!"

Dari arah kiri lapangan seorang gadis yang dandanan nya sebelas dua belas dengan Krystal terlihat mendekati tengah lapangan dengan langkah yang tegas, serta dagu yang sedikit baik. Kerumunan yang terbentuk di kiri lapangan itu sampai membubarkan diri untuk memberikan gadis itu lewat.

Carletta atau Letta panggilannya. Salah satu gadis baddas yang dijuluki preman nya SMA Panca Dharma. Penampilannya sama bad dengan Krystal. Namun muka cantiknya lebih terlihat sangat sangar dan keras dibandingkan Krystal. Dan satu yang terpenting, rumornya Krystal agak-agak takut dengan Carletta. Tapi sejauh ini belum ada verifikasi resmi nya.

"Apa sih lo?! Sakit goblok!" Semprot Krystal.

"Dasar oon! Putus cinta doang dugem sampai subuh. Telat kan lo ujungnya!" Ucap Carletta kesal menoyor kepala Krystal.

"Anjing, lo santai kek. Harga diri gue bangsat!" Desis Krystal. Karena siswa-siswi lain memperhatikannya.

"APA?! BUBAR LO KIRA SINETRON DI TONTON, HAH?!"

Gertakan Krystal dalam sekejap membubarkan siswa-siswi lain. Bersamaan bisik-bisik tetangga yang terdengar.Sehingga kini lapangan kosong dan hanya menyisakan Krystal dan Carletta saja.

"Mulut lo nggak bisa apa di filter dikit?! Harga diri gue di pertaruhkan, Carl!" Geram Krystal tertahan.

Btw, untuk orang-orang terdekat memang Carletta di panggil dengan nama Carl.

"Sok ngomongin harga diri lo sama gue. Dengan dugem semalaman aja karena putus cinta, itu udah nginjak harga diri namanya!"

"Siapa yang dugem gara-gara putus cinta?! Sok tau lo! Ketus Krystal.

"Argh udah deh ah, nggak usah di bahas. Temenin gue main basket aja. Btw, si princess polkadot mana?" Sambung Krystal dengan bertanya, sembari melempar bola oranye garis-garis itu ke arah Carletta yang sudah melepaskan seragam sekolahnya, menyisakan kaos oblong hitam pas badan.

"Itall!"

Belum juga Carletta angkat suara. Suara heboh yang lebih menyerupai toa itu sudah terdengar memekakan. Untung lapangan sepi.

"Tuh manusia yang lo cari panjang umur."

Sasa Gemilang namanya, gadis cantik dengan suara toa rusak. Si princess polkadot kalau kata orang-orang mah. Karena semua yang ia pakai dari ujung rambut sampai ujung kaki selalu bermotif polkadot.

Mulai dari bandana dikepala, aksesoris berupa gelang, kalung dan cincin, jam tangan, bahkan sampai kuku-kuku pun ikut dikutekin jadi polkadot. Eh, jangan lupakan kipas angin mini polkadot yang selalu di bawanya kemana-mana.

"Volume suara lo tolong di kondisikan, Sa! Berisik tau nggak!" Desis Carletta kesal.

"Sama lah kayak lo, nggak jauh beda." Krystal ikut nimbrung yang langsung mendapat toyoran lagi dari Carletta.

"Biarin wlek..." Ledek Sasa pada Carletta. Sebelum berpindah mengamit lengan Krystal.

"Ital, jadi benar lo di putusin Justin semalam?" Sambung Sasa dan bertanya.

"Ck! Ini lagi, udah deh nggak usah dibahas. Daripada gue nonjok orang nggak berdosa entar." Balas Krystal malas.

Justin Gelangga. kapten tim basket, ketua osis, cassanova sekolah, tampan dan satu lagi julukannya yang baru di dapatkan tadi malam yaitu mantan Krystal. Yang terakhir perlu di catat besar-besar dan jangan lupa di bold.

"Tapi kok aneh, ya. Tiba-tiba dia mutusin lo, padahal kalian baru sebulan pacaran. Mana pas PDKT Justin kelihatan niat banget lagi." Seru Sasa heran.

"Ya siapa juga yang betah pacaran sama cewek jelmaan dajjal kayak gini. Kalau gue jadi Justin juga selang sehari udah gue buang." Celetuk Carletta, sembari mendribble bola basket ke dalam ring dengan mulus.

"Benar juga, sih." Kekeh Sasa.

Sementara Krystal mendengus, lalu merebut bola di tangan Carletta, mendribble nya beberapa kali sebelum akhirnya melompat memasukkan ke dalam ring.

"Eh, tapi tunggu gue ke sini mau ngasih info sama lo."

"Info apaan?!"

"Berhenti dulu main basketnya. Lihat ini!"

"Alah paling juga nggak penting. Berita lo kan nggak jauh-jauh dari lambe turah Panca Dharma." Seru Carletta yang di sambut kekehan oleh Krystal.

Krystal dan Carletta terus bermain satu lawan satu dengan Sasa yang menjadi berteriak menjadi supporter keduanya. Krystal sampai melupakan jika ia dalam masa hukuman lari keliling lapangan.

Tepat saat Krystal akan kembali mencetak poin, bola di tangannya sudah lebih dulu disentak oleh Sasa hingga terlempar keluar lapangan.

"Nih liat dulu. Lo tu trending sekarang di twitter tahu nggak. bukan hanya twit, tapi ig juga." Kesal Sasa, menyodorkan ponselnya pada Krystal.

Tanpa minat, Krystal merebut benda pipih tersebut. Carletta ikut mendekatkan tubuh untuk melihat berita sepenting apa yang Sasa bawa.

"Justin jadian sama Alma?" Sasa mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Carletta itu.

"Parah kan? Padahal baru semalam putus sama lo, Krys."

"Banget sih, Krys. Ini harga diri lo ini dipertaruhkan."

"Lo dengar nggak sih gue bilang apa? Justin jadian sama Alma, Tal!" Gas Sasa, karena tidak mendapatkan reaksi yang berarti dari gadis itu. Krystal hanya mengembalikan ponselnya lalu kembali bermain basket.

"Krysss!!!"

"Ya terus kalau mereka jadian urusan nya sama gue apa coba?! Sahut Krystal, sembari menshoot bola ke ring.

Berdecak, Sasa melangkah lebar dan merebut bola di tangan Krystal.

"Ya kan, aneh. Baru semalam putus dari lo masa dia udah nembak cewek lain lagi. Mana ceweknya Alma lagi, alamat besar kepala deh tuh orang bisa dapatin Cassanova sekolah."

"Krys, lo nggak papa, kan?" Tanya Carletta.

"Nggak papa. Emang gue kenapa?" Balas Krystal tidak peduli.

"Lo nggak cemburu gitu?" Sasa mengernyit.

Mendengus kasar, lantas menyandarkan punggungnya ke tiang ring. Krystal memandang malas kedua temannya itu.

"Harus banget gitu gue cemburu?"

"Manusiawi nya seorang cewek yang baru putus dan cowoknya udah jadian sama cewek lain, harusnya sih, iya." Sahut Carletta.

Manggut-manggut, Krystal mengusap tengkuknya.

"Oke deh, ntar ya gue pikirin."

"Hah? Kok dipikirin, sih? Lo harus harus labrak Alma sekarang!!" Ujar Sasa memprovokasi.

"Buat apaan?!" Tanya Krystal malas.

"Ya karena udah rebut Justin dari lo. Selama ini kan dia iri banget sama lo, selalu ngelakuin berbagai cara buat ngalahin lo! Nah pasti ini salah satu rencananya, ngegoda Justin biar mutusin lo!"

Krystal mendesah tidak minat.

"Udah biarin ajalah. kayak baru pertama kali aja gue diputusin gini. Udah sering! Heran gue kenapa setiap kali gue pacaran sama orang ujung-ujungnya diputusin kayak gini dengan alasan yang sama lagi."

"Apa emang?" Tanya Sasa dan Carletta berbarengan.

"Bosan katanya. Emang muka gue segitu bosannya, ya?" Balas Krsytal dengan wajah lempengnya.

Sasa dan Carletta saling melempar pandang satu sama lain, sebelum akhirnya mendengus bersamaan.

"Fifty-fifty lah."

"Fifty-fifty gimana?"

"Ya muka lo laknat parah, sih. Perpaduan antara ketus dan menyebalkan. Tapi cantik, manis, tapi ngeselin nya lebih banyak."

"Bangke lo!"

Tawa Sasa dan Carletta seketika pecah melihat wajah kesal Krystal.

"Nggak-nggak bercanda. Lo tu cantik Krys, ya meski emang tingkah lo rada minus, sih." Ujar Sasa.

"Bukan rada lagi. Tapi emang minus banget." Carletta menambahkan.

"Sialan lo pada!"

EPISODE 3 : MANTAN? BUANG AJA

Krystal keluar dari bilik kamar mandi, lalu berhenti di depan wastafel. Ia membersihkan tangannya sembari melihat pantulan dirinya melalui kaca besar di hadapannya. Jika dilihat-lihat secara lekat-lekat seperti ini, ia ternyata memang cantik ya, sangat cantik malah.

Pantas cowok-cowok yang diajaknya pacaran seperti ketiban durian runtuh. Percaya diri? Harus dong. Kalau bukan kita yang muji diri sendiri, lalu siapa lagi? Ketika ia masih membersihkan tangan, pintu toilet terbuka.

Krystal sempat melirik sekilas, melihat siapa yang masuk. Ia lantas mendengus acuh, tidak peduli. Alma dan 3 duyung nya, eh dayang maksudnya. Setelah selesai dengan urusannya, Krystal melangkah melewati empat gadis yang masing-masing menenteng tas make up. Tapi lengannya di tahan oleh salah satu dari mereka, Alma.

"Gue jadian sama Justin."

Krystal melirik tangan yang menahannya, sebelum berpindah pada si empunya, datar.

"Terus?"

"Nggak papa. Gue cuma mau ngasih tau aja. Gue pikir lo nggak tau, kalau mantan lo baru aja nembak cewek ain kurang dari dari sehari setelah putus!" Ujar Alma dengan senyuman angkuhnya. Menekankan kata matan pada kalimatnya.

"Kasihan ya yang dibuang." Satu teman Alma yang lain menyeletuk, lalu disambut tawa dua lainnya dengan Alma yang hanya mengulas senyum penuh kemenangan.

Krystal mendengus tidak peduli, malas meladeni Alma dan para curutnya itu.

"Mau kemana, Krys? Buru-buru amat. Lo nggak mau ngucapin selamat gitu sama gue?"

Tersenyum miring, Krystal berbalik dan melipat tangannya di depan dada. Sekarang ia berdiri berhadap-hadapan dengan Alma, saling menatap satu sama lain.

"Gue dengar Justin yang mutusin lo semalam. Apa gue salah?" Tanya Alma.

"100 buat informasi lo." Balas Krystal santai.

"Sekarang lo sadarkan? Kalau gue jauh lebih baik dari lo. Lo nggak lebih cuma sekedar dianggap mainan sama Justin. Cewek bad dan rusak kayak lo, nggak mungkin bisa dapatin cinta dari cowok nyaris sempurna kayak Justin. Jadi halu nya nggak usah ketinggian."

Krystal tertawa sarkas.

"Kayaknya lo bangga banget ya bisa pacaran sama tu cowok? Siapa namanya? Justin?" Tanya Krystal tanpa merasa terintimidasi.

"Sorry, gue rada lupa. Soalnya kan mantan gue banyak, ya. Jadi emang rada-rada lupa gitu." Sambung Krystal.

"Terus lo bangga?! Nggak nyadar kalau itu murahan namanya, hah?" Seru Alma,

"Gue yang murahan, kenapa lo yang sewot?"

"Gue nggak sewot! Dasar sok cantik! Pantas tahu nggak lo dibuang sama Justin."

"Gue yang dibuang kenapa lo yang..."

"Krystal!! Shut up!" Alma menggeram tertahan.

Sementara Krystal terkekeh pelan melihat wajah kesal Alma. Masih ingin berlama-lama mengusik kapten cheers itu. Krystal melompat naik ke atas wastafel, lalu duduk di sana. Alma bersama 3 temannya yang lain memperhatikan gerak-gerik Krystal dengan heran.

Gadis itu mengeluarkan sebatang rokok menyalipkan di sela bibir, lantas memantik pai pada ujung nya.

Uhuk! Uhuk! Uhuk!

Mereka terbatuk karena asap rokok tersebut. Karena posisi duduk Krystal ini berhadapan langsung dengan mereka, ditambah toilet ini minim fentilasi.

"Udah gila lo ya ngerokok di sekolah?! Gue aduin Pak Hasan lo! Ayo girls!"

Bruk!

Alma and the genk yang tadi hendak keluar dari toilet, dibuat kaget oleh Krystal yang tiba-tiba saja melompat turun dari wastafel dan menendang pintu toilet hingga tertutup rapat. Lalu menyandarkan lengan kanannya pada pintu, sembari menghisap rokok.

"MAU NGAPAIN LO! BUKA PINTUNYA! LO MAU BIKIN KITA MATI DI SINI KARENA ASAP ROKOK LO, HAH?!" Sentak salah satu teman Alma.

"Tadi katanya gue nggak usah buru-buru. Sekarang kok malah kalian yang buru-buru? Santai dulu lah. Ini gue mau ngucapin selamat sama kapten cheers kalian ini, nih." Ujar Krystal.

Alma mengernyit, sedikit curiga.

"Tapi sebelum gue ngucapin selamat. Kayaknya penting untuk gue menyampaikan ini sama lo deh. Karena kita adalah makhluk sejenis yang hatinya sangat rapuh layaknya kerupuk yang sekali kunyah langsung hancur." Seru Krystal mendramatisir.

"Ngomong apa sih lo?!" Tanya Alma jengkel.

"Btw, informan lo ngasih tau nggak sih alasan si Justin mutusin gue?" Alma mengernyit, sementara Krystal menghisap rokoknya.

"Nggak tahu, ya? Pecat aja udah informasi kayak gitu. Masa ngasih tau info setengah-setengah ke lo. Nih ya, gue kasih tau...."

"... katanya dia bosan sama gue." Lanjutnya berbisik dramatis.

Alma masih menatap Krystal. Bahkan ketika tangan gadis itu mulai lancang merangkul pundaknya. Lalu berbisik tepat di telinganya.

"Menurut lo cowok kayak gitu setia, hm? Kalau menurut gue sih nggak. Kalau gue aja bisa dibuang kayak sampah. Gimana dengan lo nanti?"

"Sederhananya gini..." masih merangkul Alma.

Krystal menggiring gadis itu untuk berdiri di depan cermin wastafel. Mereka saling menatap melalui pantulan cermin itu. Yang memperhatikan perbedaan bentuk wajah keduanya.

"... kalau gue yang cantik tanpa make up aja udah dibuang. Apalagi lo yang cantik cuma karena make up 10 lapis kayak gini. Apa nggak akan dibuang plus diinjak nanti, hm?"

Krystal melepaskan rangkulannya pada Alma yang mematung dengan kedua tangan terkepal erat, ia bisa merasakan emosi terpendam dalam diri gadis itu. Tersenyum miring acuh tak acuh.

Krystal berbalik pergi pergi meninggalkan toilet, tidak lupa menyalipkan sisa rokoknya tadi di sela jari telunjuk dan tengah Alma.

"Udah dandan menor aja masih kalah cantik dari gue. Sadar diri dong lawan lo siapa. Heran gue. Segitu maunya ya lo berada di atas gue? Kasihan gue sama lo, Al. Udah kayaan, kayaan gue daripada lo. Cantik-cantikan gue, populer juga gue. Pintar? Kayaknya juga pinter gue deh. Terus lo mau saingan sama gue? Apa nggak halu namanya, hm?" Krystal terkekeh.

Melihat lawannya kini mematung, Krystal tersenyum miring lantas pergi.

"ARGHHH KRYSTAL, BITCH. SIALAN LO!!!" Teriak Alma penuh kegeraman. Wajahnya sampai memerah karena menahan amarah.

Tiga temannya bahkan sampai bergidik ngeri.

Tak lama...

"APA-APAAN INI ALMA?! KAMU MEROKOK DI SEKOLAH, HAH?!"

Kehadiran Pak Hasan membuat Alma and teh genk kaget bukan main. Alma yang menyadari jika di tangannya masih ada rokok, langsung melempar beda tersebut ke lantai dengan panik.

"Nggak, Pak. Saya nggak ngerokok, itu tadi..." Alma gelagapan.

"IKUT SAYA KE RUANGAN!! KALIAN JUGA!

"Tapi, Pak..."

"SE. KA.RANG!"

"*Krystal sialan lo! Awas lo, ya!" Batin Alma*.

Sementara di balik tembok koridor itu Krystal yang tertawa puas melihat Alma and the genk yang digiring oleh Pak Hasan menuju ruangan wakil kepala sekolah. Matanya bertemu dengan Alma yang sempat melirik tajam penuh permusuhan padanya.

Ia lantas dengan wajah meledek melambaikan tangannya, yang membuat Alma disana kian kesal namun tidak bisa membalasnya. Setelah Alma and the genk tidak terlihat, akhirnya Krystal memutuskan untuk kembali ke kelas.

Suasana koridor lengang, karena proses pembelajaran sudah kembali dimulai setelah jam istirahat sudah berakhir. Krystal menghentikan langkahnya saat sosok tubuh jangkung menghalangi jalannya.

Senyum Krystal pudar. Mengangkat sebelah alisnya memandang datar pada Justin yang berdiri dihadapannya.

"Krys, kita harus bicara." Ujar Justin mendekat pada Krystal.

Tidak menggubris, Krystal berjalan melewati Justin. Namun tangannya dicekal setelah itu.

"Krys."

"Apaan, sih?! Biar gue perjelas. Kita udah putus!" Krystal menepis tangan Justin.

"Iya dan itu kebodohan untuk aku, Krys." Ujar Justin cepat.

Krystal tersenyum sinis.

"Bagus kalau lo menyadari kebodohan itu. Lo emang bodoh! Bego! Nggak tahu diri! Lo pikir lo siapa bisa nginjak harga diri gue kayak gini, hm?!"

Harga diri adalah sesuatu yang akan dijunjung tinggi oleh Krystal sampai mati.

"Dan satu lagi, lo bilang ini kebodohan lo kan? Tapi sikap lo hari ini yang jadian sama cewek lain, udah nunjukin kalau lo emang bajingan, sialan!"

Justin terima dengan semua makian Krystal itu.

"Aku tau aku salah. Tapi aku terpaksa mutusin kamu. Dan aku pikir..."

"Dan lo pikir ketika jadian sama Alma bakalan bikin gue cemburu gitu?! Bego! Lo pikir segampang itu buat bikin gue cemburu, hah? Justin bungkam.

Krystal Melipat tangan di dada.

"Lagian ya, lo kalau dilihat-lihat juga nggak ganteng-ganteng banget. Gue pacaran sama lo juga karena penasaran doang kali, gimana rasanya pacaran sama Cassanova sekolah. Ya itung-itung nambah follower instagram gue lah. Sama itu hmmm, lumayan buat manas-manasin fans lo yang centil-centil kek tante-tante girang itu."

Harga diri Justin semakin seperti diinjak-injak ketika pundaknya ditepuk-tepuk kuat.

"Jadi nggak usah geer-geer banget, ya. Thanks care! Semoga lo langgeng sama cewek lo yang tampangnya pas-pasan itu."

Diakhiri dengan Krystal tersenyum miring. Setelahnya Krystal melangkah pergi an sempat memberikan jari tengahnya ke arah Justin. Justin menatap kepergian Krystal dengan sendu.

Meski uapan Krystal tadi sungguh keterlaluan, namun bukan itu yang membuatnya sakit hati, melainkan karena kebodohannya yang memutuskan hubungan begitu saja dengan gadis yang bahkan sudah lama ia dambakan.

Mengacak rambutnya gusar, hingga benar-benar abak-acakan. Sialan! Ini semua gara-gara cowok misterius malam itu yang mengancamnya.

**Flasback On**

"*Putusin Krystal*!!"

"*Siapa lo? Nggak kenap tapi nyuruh-nyuruh gue. Minggir*!"

*Jantungnya berpacu kencang ketika laki-laki tidak dikenal dihadapannya ini mulai menodongkan pistol ke arahnya. Sialan! Apa-apaan ini*?!

"*Putusin dia malam ini! Atau keluarga lo bangkrut? Atau penawaran paling ringan reputasi lo di SMA Panca Dharma rusak. Atau..." menjedanya sesaat*.

"...ada pesan-pesan terakhir sebelum peluru di dalam sini nembus kepala lo, hm?"

*Sialan*!

*Laki-laki itu menggunakan masker hitam dan topi dengan warna selaras, yang menutupi hampir seluruh wajah. Sehingga ia tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas, terlebih di kegelapan malam seperti ini*.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!