Hari ini aku merasa menjadi gadis yang paling beruntung didunia. Aku akan menikah dengan kekasihku yang sudah empat tahun menjalin hubungan denganku.
Aku akan menikah dengan Ardian Wijaya, anak salah satu pengusaha terkaya se Asia. Ayahku sendiri seorang pengusaha yang tak kalah sukses dengan Ardian.
Aku dan Ardian sudah menjalin hubungan semenjak kami kuliah. kebetulan kami kulai di kampus yang sama. Dia orang yang baik, sopan, sabar dan yang pasti dia sangat tampan. Aku beruntung karena dia memilihku menjadi pacarnya.
Kupandang diriku didepan cermin "Sempurna" satu kata yang sangat tepat. Aku sudah memakai gaun pengantin yang aku pilih dengan Ardian beberapa bulan yang lalu. Kebaya putih gading dengan setelan batik dibawahnya Penuh dengan mutiara dan berlian terlihat sanagt pas ditubuhku. Wajahku juga sudah di rias oleh make up artis ternama. Sanggul kecil dan Tiara diatasnya menambah aura kecantikan ku. Beberapa jam lagi aku akan menyandang status baru, nyonya Ardian Wijaya. Aku tersenyum sendiri membayangkannya.
Cklek.... Suara pintu kamarku terbuka. Dari balik cermin Kulihat papa memandangku, "Kamu sudah siap?" tanya papa padaku.
Aku mengangguk.
" Kamu cantik sekali persis seperti mamamu waktu papa menikahinya!" ucap papa, matanya sudah berkaca kaca.
Mama ku sudah lama meninggal. Waktu itu aku berusia Sepuluh tahun. Papa sangat mencintai mama hingga sampai saat ini Papa belum juga menikah lagi. Aku terharu mendengar kata kata papa. Aku memeluk papa. Papa juga memelukku erat.
"Sebentar lagi kamu bukan lagi gadis kecil Papa, kau akan menjadi milik orang lain! Papa tidak menyangka waktu cepat sekali berlalu. Rasanya baru kemarin papa mengendong mu dan mengajarimu naik sepeda " ucapnya. Aku semakin memeluk erat Papa.
"Papa keluar dulu, mungkin keluarga Ardian akan datang sebentar lagi." ucap papa melepaskan pelukannya. Dan pergi meninggalkan kamarku. Aku hanya bisa memandang punggung pria yang sudah membesarkan ku selama ini dengan penuh cinta.
Bela masuk kedalam kamarku setelah papa pergi. " Ehm...calon pengantin, cantik banget?" ucapnya heboh.
"Kamu ini, kamu juga cantik," ucapku sambil melihat penampilannya.
"Aku bakalan sendiri donk, nggak ada lagi teman yang bisa aku ajak main dan ngemall setelah ini, " ucapnya sedih.
"Tidak perlu khawatir, aku hanya menikah dengan Ardian, bukan akan pergi jauh, jadi kita masih bisa ketemu dan ngemall bareng." jawabku.
"Tapi kan..." ucap Bella ragu.
"Aku jamin Ardian tidak akan marah," ucapku penuh keyakinan.
Tiba tiba ada yang mengetuk pintu kamarku, "Masuk!" ucapku. Pelayan masuk. "Nona, anda ditunggu tuan diruangannya." ucap pelayan.
"Aku tinggal bentar ya," ucapku pada Bella sahabatku.
Aku bertanya tanya dalam hati , ada apa papa menunggu ku diruangannya? bukan kah hari ini aku akan menikah, hal penting apa yang harus dibicarakan papa hingga menungguku disana.
Aku masuk tanpa mengetuk pintu, kulihat papa duduk di sofa. Wajahnya terlihat pucat dan panik. "Ada apa, pa?" tanya ku menghampiri nya dan duduk di samping papa.
"Ardian kabur dan pernikahannya dibatalkan," ucap Papa berat dan menghelana nafas panjang.
Bagai disambar petir aku mendengarnya. Bagaimana bisa dia kabur di hari pernikahan kami. Bukankah dia yang menginginkan pernikahan ini.
"Papa pasti bohongkan?" ucapku setelah beberapa saat bengong. Airmata sudah menggenang di kelopak mataku.
" Papa tidak bercanda, tadi papanya Ardian datang dan meminta maaf karena Ardian sudah pergi entah kemana dan pernikahan ini dibatalkan." ucap papa lagi. Suaranya tercekat di kerongkongan.
"Tapi kenapa dia melakukan ini, Pa? Kenapa ?" tanyaku lagi, air sudah meleleh dipipiku. Aku sudah tak sanggup menahannya lagi.
Aku menangis sejadi jadinya dan terduduk lemas di lantai. Sudah tidak ku perdulikan lagi riasanku yang rusak akibat menangis.
Papa hanya menggeleng. Papa tertunduk, "Papa tidak tahu bagaimana mengatakan ini kepada para kerabat dan tamu yang hadir. Papa malu" ucap papa.
Tiba tiba Papa memegang dadanya. Wajahnya meringis menahan sakit. Aku melihatnya menjadi semakin panik. "Pa...papa kenapa, Pa?" ucapku ikut memegangi dadanya.
Papa semakin terlihat pucat dan terus memegang dadanya.
"Panggilkan Radit" ucap papa.
Aku langsung memanggil pelayan dan memintanya memanggilkan Radit juga mengambilkan obat jantung papa. Aku membantu papa meminum obatnya.
Sebelum Radit datang aku sudah menidurkan papa kembali di sofa. Tampak wajahnya sangat pucat.
"Pa kita ke rumah sakit ya!" ucap ku.
"Tidak usah, Papa baik baik saja. " ucapnya.
"Tapi pa, Papa sakit, jantung papa kambuh, Alya bawa kerumah sakit saja ya," aku coba mendudukkan papa.
Papa menolak dan menggelengkan kepalanya. Papa tidak mau orang diluar tahu dan mentertawakan kamu. Papa tidak sanggup melihat kamu menjadi bahan omongan dan gunjingan orang." ucap papa sedih.
"Anda memanggil saya, Pak!" ucap Seseorang dibelakang ku. Aku sudah tau itu pasti Radit. Asisten pribadi papa yang sangat kaku, pendiam dan dingin. Aku tidak pernah melihatnya tersenyum.
"Radit... kemarilah!" panggil papa. Radit mendekat dan aku menggeser dudukku agar Radit bisa dekat dengan papa.
"Ya tuan..." Ucapnya.
"Radit, aku punya satu permintaan dan aku harap kamu bisa mengabulkannya." ucap papa pelan.
"Aku ingin kau menikah dengan anakku Alya, Apa kau bersedia?" tanya papa pada Radit.
Aku tak percaya dengan apa yang diucapkan papa. "Papa nggak salah Pa, A...aku menikah dengannya?" ucapku dengan penuh rasa terkejut. Aku tidak terima dengan pernikahan ini.
"Nona Alya benar tuan, saya tidak mungkin menikah dengannya." ucap Radit.
"Tapi kita tidak punya pilihan lain, apa kau punya solusi lainnya?" tanya papa.
"Diluar sana orang orang sedang menunggu, dan kau akan keluar dan mengatakan bahwa pernikahannya di batalkan karena pengantin prianya pergi. Lalu apa yang akan dikatakan orang orang tentang anakku Alya. Mereka akan berbicara buruk dan menghakiminya. Aku tidak sanggup melihatnya. Lebih baik aku mati saja." ucap Papa sedih. Cairan bening keluar dari sudut matanya.
Aku semakin menangis mendengar ucapan papa. Papa benar semua orang pasti akan mencemoohku dan menghakimi aku. Tapi bagaimana aku bisa menikah dengan Radit. Bahkan aku tidak pernah bicara dengannya jika tidak penting. Dia seperti manusia robot, tidak pernah bicara apalagi tersenyum. Bagaimana pernikahanku nanti! Akumasih diam membisu begitu juga dengan Radit.
"Bagaimana Alya?" tanya papa memecah kesunyian diantara kami.
"Baiklah kalau kau tidak bersedia, papa akan.."
"Aku bersedia," ucapku pelan memotong ucapan papa.
"Tapi tuan saya tidak bersedia. Saya tidak pantas bersanding dengan nona, apa kata orang nanti, " tolak Radit.
"Kau tidak perlu memikirkan omongan orang. Aku yakin kau bisa membahagiakan anakku."
"Tapi tuan.."
"Sudahlah, sana cepat ganti bajumu dengan baju pengantin di kamar ku." ucap Pak Kusuma ayah Alya.
Radit diam tidak menjawab, dia berjalan keluar ruangan dengan wajah bingung.
Dipandanginya kemeja dan jas yang sudah disediakan di kamar Pak Kusuma. "Aku akan menikah hari ini, apa ini hanya mimpi." ucap Radit dan mencubit pipinya sendiri. Aw... ucapnya. Ternyata ini nyata bukan mimpi.
Tok..tok.. pelayan mengetuk pintu kamar membuyarkan lamunan Radit.
"Tuan, anda sudah di tunggu tuan Kusuma di bawah." ucap pelayan kemudian berlalu pergi.
Radit melihat dirinya dicermin, "Aku akan menikah!" ucapnya lagi.
Akhirnya dia melangkah keluar kamar dan berjalan menuju ruangan dimana ijab kabul akan dilaksanakan.
"Sah...sah..." suara penghulu dan para undangan yang hadir terdengar hingga ke kamarku. Aku hanya bisa menangis, airmata ini sangat sulit untuk ku bendung.
Pernikahan macam apa yang akan aku lalui dengan manusia es itu. Aku membayangkan nya saja tidak sanggup apalagi harus menjalaninya.
Aku berjalan turun dibantu oleh Bella. Dia terus menggenggam erat tanganku dan menguatkan aku. Aku sudah menceritakan semuanya kepada Bella. Dia juga syok mendengar jika Ardian tega meninggalkan ku di saat seperti ini. Tapi apa mau dikata takdir berkata lain.
Aku terus melangkah hingga sampailah di depan penghulu. aku duduk disebelah Radit. Tapi aku tidak memandang wajahnya. aku hanya tertunduk.
Radit memasangkan cincin pernikahan di jari manis ku, begitu juga sebaliknya. Kini tiba waktunya aku mencium tangannya untuk yang pertama kali, aku mencium tangan imam ku. Orang yang akan menghabiskan sisa hidupnya denganku. Radit ingin mencium keningku aku menunduk hingga dia hanya mencium puncak kepalaku. Setelah itu aku bersalaman dengan papa, Aku menangis dan papa juga menangis. " Jadilah istri yang baik, jangan kecewakan papa." bisik papa di telingaku.
Begitu juga dengan Radit dia menyalami papa. "Radit, aku titip anak kesayanganku. Jagalah dia, bimbinglah dia. Jangan pernah kau sakiti hatinya. Jika dia salah tegur dia dengan cara yang baik, jangan kasar dengan dia, karena dia sangat perasa dan manja." ucap pak Kusuma kepada Radit. Radit hanya mengangguk.
Setelah acara ijab kabul, aku dan Radit bersiap siap untuk acara resepsi yang akan di gelar di hotel ini juga. Hotel ini milik papa juga. Acaranya sangat mewah dan meriah. Karena aku satu satunya anak papa. Semua rekan bisnis dan kolega Papa diundang. Aku dan Radit bersanding di pelaminan dan menyalami semua tamu.
Banyak juga tamu yang kasak kusuk membicarakan Ardian yang membatalkan pernikahan kami, tapi mereka tidak berani bertanya langsung.
Tamu yang hadir sangat banyak membuatku lelah dan menguap. Ku lirik jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Tapi acaranya belum juga usai
masih ramai dan makin meriah.
Radit melirik ke arahku.
"Nona lelah?" tanyanya. Aku diam enggan menjawab pertanyaan yang dia sudah tahu jawabannya.
"Jika lelah nona bisa istirahat lebih dulu. Aku akan mengatakan nya kepada para tamu. Nona akan diantarkan pelayan!" ucap Radit.
Aku mengangguk tanda setuju. Tak lama seorang pelayan wanita datang dan membantu mengantarkan ku ke kamar pengantin.
Aku masuk ke dalam kamar, "Kamar pengantin yang sangat indah" ucapku dalam hati. kelopak mawar bertaburan di tempat tidur, lilin aromaterapi sudah tersusun rapi menambah indahnya suasana. Hatiku kembali teriris. Andai saja Ardian yang menjadi suamiku, aku pasti sangat bahagia. Tapi ini...."
Aku meminta pelayan membantuku membuka baju ku dan aku menggantinya dengan piyama. Setelah itu aku keluar kamar mandi dan naik keatas tempat tidur. Aku sangat lelah, tak lama kemudian aku pun tertidur.
Cklek...Pintu kamar terbuka, Radit masuk dan mengunci pintunya. Dilihatnya Alya sudah tidur dan menganti bajunya.
Radit berjalan ke kamar mandi, dia mandi dan mengenakan piyama yang telah disediakan. Dia keluar kamar mandi dan duduk di tepi tempat tidur.
Dipandangnya wajah cantik istrinya. Bagai sebuah mimpi kini dia sudah menyandang gelar seorang suami dari putri tuannya sendiri. Benar benar sulit diterima akal sehatnya. Dalam sekejap dia sudah menikah, dan Alya lah yang menjadi istrinya. Gadis manja, cengeng.
Radit mengurut keningnya mengingat pernikahannya yang secepat kilat.
"Bagaimana aku harus bersikap?Aku tahu dia mencintai orang lain. Dan aku hanya sebatas pengganti. Apa dia menerima pernikahan ini dan mau menerimaku?
Tapi aku sudah menjadi suaminya. Aku berhak atas dirinya." batin Radit berkecamuk.
Radit mengambil bantal dan tidur di sofa. Dia takut tidak dapat mengontrol dirinya jika tidur dekat dengan Alya. Bagaimanapun dia lelaki dewasa yang normal.
Akhirnya Radit tertidur karena lelah. Malam pertama mereka berlalu begitu saja.
Jika kalian suka dengan cerita ini beri like and vote ya. Terima kasih.
Visual ini hanya khayalan author, sebagai pemanis cerita.
Ardian si ganteng, berkulit putih, supel, pengusaha muda dan pacarnya Alya. Mereka sudah sepakat untuk menikah tetapi Ardian pergi di saat upacara pernikahan akan dilaksanakan.
Alya Kusuma. Putri tunggal Arya Kusuma. Gadis manis berusia 23 tahun. Cantik, ceria dan pintar. Baik dan penyayang, sangat manja dan sangat mencintai kekasihnya Ardian.
Bella sahabat Alya. Selalu ada buat Alya baik sedih maupun senang. cantik, ramah, ceria dan sangat menyayangi sahabatnya. Mereka bersahabat sejak duduk di bangku SMA. Bella sahabat terbaik Alya, walau sedikit ceroboh tapi dia selalu setia kawan.
Radit frediansyah, pria muda berusia dua puluh delapan tahun. Pekerja keras, gigih, tegas dan cool. Kegigihan nya membuat dia menjadi asisten pribadi tuan Arya Kusuma. Radit bertemu tuan Arya di jalanan, kemudian tuan Arya membawanya dan menyekolahkannya hingga seperti sekarang. Tuan Arya sangat menyukai kinerjanya. Berwajah ganteng tapi pendiam, cuek, dingin,dan tegas. Hingga tidak seorang pun berani mendekatinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!