Rumah Singgah
1
Malam yang dingin tak membuat gadis berbaju piyama dengan lapisan cardigan itu menggigil. Dengan santainya, ia berjalan ke arah penjual sate tusuk seraya berkata,
Jia Magnolya
Pak! Sate 20 tusuk bungkus!
Dengan gesit, penjual sate itu menggerakkan kipas antiknya ke arah panggangan.
Jia yang lelah berdiri pun mencari bangku kosong yang ada. Bukannya mendapat bangku kosong, ia justru menangkap siluet orang yang sangat ia kenal sedang duduk bersama orang lain.
Ia berjalan menghampiri orang tersebut untuk memastikan apakah perkiraannya benar atau tidak.
Yang dipanggil pun menoleh ke arahnya.
Mata gadis itu menggelap entah karena apa. Pria yang selalu mengajaknya berjanji untuk tidak memiliki pacar, kini sedang berpacaran di hadapannya.
Asya Kelana
Hai? Kamu Jia?
Asya Kelana
Kenalin, aku Asya, pacarnya Haga.
Dada Jia semakin sesak, ia pun menatap nyalang ke arah Haga. Pria ini berhasil membuatnya kecewa.
Jia pun berbalik arah menuju penjual sate, berniat membayar total belanjanya.
Saat hendak membayar, rupanya selembar uang sudah diterima oleh penjual sate
Penjual Sate
Makasih, Den!
Ternyata Haga yang membayar, pemuda itu menganggukkan kepala ke penjual sate
Haga Putra Bintara
Aku bayarin, dan maaf
Jia Magnolya
Thanks, but i dont need your apologize!
Jia pun pergi dari sana, meninggalkan Haga yang menatap punggung kecilnya lama.
2
Sebungkus sate panas yang dibawa pulang oleh Jia pun tergeletak kasar di atas meja makan. Sang pemilik sate meninggalkan makanan itu dan pergi menuju kamar.
Jia Magnolya
Dasar! Nyebelin! Gitu... Hiks... Aku gak boleh punya pacar, tapi dia... Hiks
Jia meredam tangisannya pada bantal karena kamarnya memang tidak kedap suara.
Sebelum akhirnya suara ketukan pintu terdengar, siapakah itu?
Jia Magnolya
Papa? Gak mungkin, Papa baru pulang besok lusa.
Dengan keberanian yang tersisa, ia pun melangkah menuju pintu utama dan membukanya.
Dari ekspresi ketakutan kini berubah menjadi ekspresi jengah. Ia berdecak malas.
Jia Magnolya
Ngapain di sini?
Haga Putra Bintara
We need to talk
Jia Magnolya
Bicara apalagi? Bicara tentang pacar baru kamu? Selamat, ya. Udah?
Haga menggeleng pelan. Jia memutar bola matanya dengan malas, kemudian bergerak menutup pintu dari dalam.
Tentunya Haga berhasil menghentikan itu, ia pun memaksa masuk ke dalam rumah Jia.
Tak menghiraukan decakan gemas tadi, Haga mendudukkan tubuhnya di atas sofa. Bersikap seolah rumah ini adalah rumahnya juga.
Haga Putra Bintara
Duduk sini
Haga Putra Bintara
Jia, ada yang mau aku jelasin
Karena penasaran, Jia berjalan ke arah Haga dengan menghentakkan kakinya.
Melihat itu, Haga terkekeh pelan.
Jia Magnolya
Apa? Cepetan!
Haga menteralkan ekspresinya kemudian bercerita.
Haga Putra Bintara
Aku sama Asya pacaran 3 hari yang lalu
Sangat mengejutkan, Jia kira keduanya baru pacaran kemarin, ternyata sudah tiga hari berlalu.
Mengerti pergerakan Jia yang hendak pergi, Haga pun menahan tangan kanan gadis itu.
Haga Putra Bintara
Dengerin dulu
Haga Putra Bintara
Bukan tanpa alasan aku pacaran sama Asya, semua ada hubungan timbal balik
Haga Putra Bintara
Aku butuh sesuatu dari Asya, dan Asya juga butuh sesuatu dari aku
Haga Putra Bintara
Dan 'sesuatu' ini penting buat aku.
Jia seolah tak percaya pemuda di sampingnya mengatakan bahwa orang lain lebih penting darinya
Jia Magnolya
Penting? Apa ada selama ini hal yang gak aku ketahui tentang kamu?
Haga diam sejenak sebelum berucap
Haga Putra Bintara
Tapi aku janji, akan kasih tau ke kamu kalau waktunya sudah tepat.
Sikapnya menunjukkan ia percaya, tapi hatinya tidak.
Menyadari itu, Haga menarik tubuh Jia ke arahnya. Haga memeluk Jia
Haga Putra Bintara
Tunggu aku, ya?
Jia tak menjawab, melainkan membalas pelukan itu tak kalah erat
Jia Magnolya
Aku cemburu, tapi aku sadar aku bukan siapa-siapamu, Ga.
Dalam pelukan, Haga menggeleng pelan. Baginya, Jia adalah separuh jiwa raganya. Ia menyayangi Jia selayaknya seorang Kakak yang melindungi adiknya, itu yang dipikirkan Haga. Pemuda itu tak menyadari bahwa perasaannya sudah terlalu dalam bagi gadis di dekapannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!