NovelToon NovelToon

Contract Marriage

Menikahi Orang Yang Dikagumi

Aku, masih setia menunggunya walaupun sudah 2 jam lamanya. Ditemani senja yang sedari tadi terus ku pandangi.

Menikmati betapa indahnya ciptaan Tuhan.

"Sorry Nat, aku gak jadi pergi. Kita tunda besok saja !"

Sebuah chat masuk, chat dari Fadhil. Orang yang sedari tadi aku tunggu.

"Okee !!!" Balas ku singkat.

Aku menghela nafas panjang, masih ku tatap layar ponsel yang menunjukkan pesan teks tersebut. Lalu kembali menikmati senja.

Kami dijodohkan oleh orang tua kami, dan sebentar lagi kami akan menikah.

Hubungan kami sejauh ini baik-baik saja. Kami sudah berteman semenjak kecil, karena orang tua kami sudah bersahabat jauh sebelum kami lahir.

Dia yang 3 tahun lebih tua dari ku sudah menganggapku layaknya adik sendiri. Walau tak bisa ku pungkiri, ada perasaan terpendam dari ku.

Yaa, diam-diam aku mengaguminya tanpa sepengetahuannya.

Dan aku juga tau, dia memiliki pacar. Hubungan mereka sudah lama terjalin. Hubungan backstreet yang mereka jalani sudah berjalan lebih dari 2 tahun.

Pacarnya sekarang sedang kuliah di luar Negeri.

Dan setelah tahu orang tua kami menjodohkan kami, Fadhil langsung memintaku untuk bertemu. Ada sesuatu yang ingin dia sampaikan. Apakah itu untuk membatalkan pernikahan kami, atau ada hal lain entahlah !

***

Kulajukan mobilku menuju arah pulang dengan seribu pertanyaan di benakku. Menerka-nerka apa yang ingin dia katakan.

Jujur saja aku begitu berharap dengan pernikahan ini. Namun aku juga tidak ingin memaksanya jika dia tidak menginginkan pernikahan ini. Semua aku serahkan kepada Fadhil apa pun keputusannya.

***

Keesokannya..

Aku sudah siap untuk berangkat kekampus. Sambil menikmati sarapan dan susu hangat yang menjadi favoritku setiap pagi . Aku dikagetkan dengan pesan dari Fadhil.

"Nat, Aku didepan rumah kamu ni. Aku anterin kamu kekampus ya, sekalian kita omongin masalah kemarin !!"

Deggg. Jantungku berdetak tak karuan.

Aku masih belum siap dengan keputusan Fadhil tentang pernikahan kami. "Pasti dia akan membatalkannya, secara dia kan udah punya pacar." Benakku

Setelah menarik nafas panjang, ku langkahkan kakiku menuju mobil Fadhil.

Setelah masuk kedalam mobil, ku lemparkan senyum andalanku. Dan dia pun membalas senyumanku, setelah itu melajukan mobilnya. "Ah senyuman yang sangat manis"  Lalu aku langsung menundukkan pandanganku.

"Kakak mau ngomongin tentang apa ?" Tanyaku memecahkan keheningan.

"Soal pernikahan kita. Jadi gini Nat, kamu kan tau sendiri aku udah punya pacar. Dan aku juga gak mungkin nolak pernikahan kita. Aku gak mau ngecewain orang tua kita. Apa lagi, waktu perusahaan aku dalam masalah kemarin untung ada ayah kamu yang nolongin aku. Jadi aku setuju dengan pernikahan ini untuk balas budi sama Ayah kamu Nat .. !!"

Ada senyuman yang merekah dibibirku. Senyuman yang aku sendiri tidak dapat mengartikannya.

"Tapi Nat !" Lanjutnya.

"Tapi apa kak ?" Aku bertanya penasaran, dengan kening yang sedikit berkerut.

"Tapi aku maunya kita nikah kontrak aja. Tanpa sepengetahuan orang tua kita."

Deggg ... Jantungku kembali berdetak tak karuan. Aku terdiam cukup lama.

"Kita nikah sampai kamu nemuin orang yang benar-benar cocok dengan kamu. Dan selama kita nikah, aku janji gak akan nyentuh kamu. Aku akan jaga kehormatan kamu untuk suami kamu nanti. Dan kita rahasiain status kita dari orang-orang cukup keluarga dan orang terdekat kita aja yang tau. Apa lagi kan nanti kita nikahnya di kota kamu, otomatis orang-orang kampus kamu dan orang-orang di perusahaan aku gak akan tau kalau kita udah nikah." Fadhil menjelaskan panjang lebar. Aku hanya terdiam mendengarkan penjelasannya. Aku memandang ke arah luar jendela mobil, perasaanku tambah tak karuan. Entah harus setuju atau tidak dengan keputusan Fadhil ini.

"Gimana Nat, Kamu setuju gak ?" Pertanyaan itu membuyarkan lamunanku.

"Aku ..."

"Emmm.." Fadhil menunggu jawabanku dengan serius.

"Setuju !" Sambil memaksakan untuk tersenyum.

"Okee, berarti kita deal ya." Sambil menjulurkan jari kelingkingnya. Aku membalas dengan melingkari kelingkingku ke jari kelingkingnya sambil berkata "Deal !"

***

Sepanjang hari, duniaku terasa seperti hilang kata "SEMANGAT", aku duduk termenung seorang diri sambil memikirkan keputusan yang baru saja aku ambil.

Entah ini keputusan yang benar atau tidak. Yang jelas aku bahagia karena akan menikah dengan Fadhil, orang yang selama ini selalu aku kagumi. Orang yang selama ini aku anggap lebih dari sekedar sahabat, kakak, atau saudara.

Namun kenyataannya, harus menikah kontrak justru membuat aku kembali mempertanyakan. Akan seperti apa kehidupanku nantinya. Harus bersandiwara didepan orang yang aku cinta, berpura-pura tidak mencintainya, dan berpura-pura merelakannya bersama wanita lain. Sanggupkah aku ?

***

Satu minggu berlalu, kami sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan pernikahan kontrak kami.

memilih baju pengantin, undangan, gedung, hingga sovenir yang akan di berikan kepada tamu.

Semua berjalan dengan lancar. Orang-orang yang tidak tahu akan mengira kami adalah pasangan yang begitu serasi. Kekompakan kami, pembicaraan kami yang nyambung, tingkah kami yang sering bercanda tanpa canggung.

Tentu saja, kami sudah saling mengenal bertahun-bertahun. Hingga sudah tidak merasa canggung lagi saat bersama.

Sambil sesekali terlintas dalam benakku. Betapa beruntungnya Shella, pacar Fadhil. Aku hanya tahu namanya, tapi belum sekalipun bertemu dengannya. Mereka bertemu di luar negeri saat Kak Fadhil liburan bersama teman-temannya. Sedangkan Shella memang sedang kuliah disana. Aku dan Shella seumuran. Tentu saja aku sudah tahu banyak hal tentang Shella, bagaimana tidak, aku adalah satu-satunya orang yang menjadi pendengar setia Fadhil.

Fadhil hanya mempercayai aku tentang semua rahasianya.

Begitu juga dengan Fadhil, dia adalah satu-satunya orang yang aku percayai untuk mendengarkan semua rahasiaku.

***

"Lapar ?" Tanyanya saat kami baru saja keluar dari butik setelah selesai fitting baju.

"Empp, banget." Mengangguk semangat.

"Ayo makan dulu." Sambil menggenggam tanganku. Kadang, sifat dia yang seperti ini yang sering kali membuat aku salah mengartikan kebaikannya. Perhatiannya sering kali membuat aku semakin baper, lagi dan lagi.

"Mau makan dimana ?" Sambil melihat-lihat barang kali ada restoran di sekitaran jalan yang sedang kami lalui.

"Dimana aja boleh." Aku sedang sibuk membalas chat dari teman kampusku.

"Pacar kamu ?"

"Hah ?" Spontan aku langsung menatapnya. "Sejak kapan aku punya pacar ?" Terkekeh.

"Ya mana tau. Mungkin ada yang kamu rahasiain dari Kakak."

"No. It's impossible" Dengan ekspresi serius. Lalu kembali ku sibukkan diriku dengan ponselku.

Sedangkan Fadhil ikut terkekeh dan mengacak pelan rambutku.

***

Dan..

    Hari yang dinantikanpun tiba.

    hari pernikahan kami.

**  _Bersambung_**

****Jangan lupa Like, Komen, Dan vote ya teman-teman.***

***Maafkan diriku yang masih amatir ini, jika ada kesalahan jangan lupa dikritik. Akan saya terima dengan senang hati..****

Bahagia Di Atas Kepalsuan

Aku melangkah didampingi mamaku menuju Fadhil yang sudah duduk didepan Pak Penghulu yang akan menikahkan kami.

Semua mata tertuju padaku.

Nervous. Pastinya !

Walaupun ini pernikahan kontrak tapi tetap saja. Pernikahan ini dilakukan didepan orang tua, saudara, dan orang-orang penting lainnya. Terlebih lagi ini adalah pernikahan kontrak, membuat ku merasa tidak enak karena telah membohongi Orang Tua ku.

Aku duduk disamping Fadhil. Dia menatapku lalu tersenyum.

"Aku nervous banget Nat !" Ucapnya sedikit berbisik, sambil meletakkan tangan di dadanya. Aku membalas senyumannya sambil berkata "Kakak pasti bisa" sedikit menyemangatinya.

Aku begitu tegang saat Fadhil mengucapkan ijab kabul.

"Sah !" Ucap Pak Penghulu.

"Alhamdulillah ..." Ucap orang-orang serentak. Aku terharu, mataku mulai berkaca-kaca. Ku pandangi wajah Mamaku. Ada bahagia disana, aku semakin merasa bersalah.

Aku menuju ruang ganti. Ditemani Mamaku.

Aku akan ganti pakaian kedua untuk acara resepsi yang akan di adakan setelah akad nikah. Begitu juga dengan Fadhil, dia juga sedang ganti pakaian di ruang yang berbeda.

"Mama kenapa ?" Tanyaku penasaran karena melihat Mama yang terus saja memandangiku.

"Mama bahagia Nat, Akhirnya. Sekarang kamu udah ada yang jagain. jadi Mama udah gak perlu khawatir lagi membiarkan kamu sendirian disana."

"Ah Mama. Walaupun belum nikah tapi Kak Fadhil kan selalu jagain aku."

"Tapi beda Nat. Memang Fadhil jagain kamu, tapi hubungan kalian kan tetap saja bukan muhrim, dan pandangan orang-orang yang gak kenal dengan kalian pasti tetap tidak akan baik. Kalau sekarang kan kalian udah nikah. Jadi walaupun kalian selalu berdua tidak akan menimbulkan fitnah."

"Iyaa Mamaku sayang. Jadi sekarang Mama gak perlu khawatirin aku lagi, udah bisa tenang biarin aku kuliah. Gak perlu repot-repot nelfon 24 jam nanyain kabar." Ucapku sambil memeluk lengan Mama dan bersandar di bahunya.

***

Aku duduk disamping Fadhil, Bak Ratu dan Raja sehari. Tamu silih berganti datang memberikan selamat, walau tidak ada satu orang pun yang aku dan Fadhil kenal.

Kami memang tidak mengundang teman-teman kami. Hanya teman-teman dari Orang Tua ku dan Orang Tua Fadhil yang diundang selebihnya keluarga besar.

"Ternyata cantik juga kamu Nat.." Ucap Fadhil menggodaku di sela-sela kesibukan kami menebar senyuman kepada tamu yang hadir.

"Apaan sih kak. Buat aku malu aja."  Aku tersipu dengan pipi memerah.

***

Acara selesai.

Berada didalam kamar hanya berdua dengan Fadhil untuk pertama kalinya cukup membuat ku deg-degan gak karuan. Namun, sebisa mungkin aku mencoba untuk tetap tenang.

Walaupun Fadhil sudah janji tidak akan melakukan apa-apa, tapi tetap saja rasa deg-degan itu ada.

Aku duduk didepan meja rias sambil membersihkan make up ku. Dan sesekali melirik Fadhil yang sedang duduk di sofa dekat tempat tidur. Dia sedang sibuk dengan ponsel nya.

"Dia pasti sedang chat dengan pacarnya." Gumamku dalam hati.

"Kak. "

"Empp." Jawabnya singkat tanpa melirik ke arah ku.

"Shella tau tentang pernikahan kita ?"

"Tahu. Awalnya dia gak setuju dengan rencana Kakak ini, tapi setelah Kakak kasih penjelasan akhirnya dia setuju." Sambil tersenyum tipis.

"Oooo gituhhh." Ucapku penuh arti lalu melanjutkan membersihkan make up. Dan setelah itu aku tidur. Tanpa memperdulikan Fadhil lagi. Aku tidak ingin mengganggunya lebih lama. Karena aku tahu, dia sedang begitu menikmati chatnya bersama sang kekasih.

***

Aku bangun untuk melakukan shalat subuh, dan melihat sekeliling, tak ku dapati sosok Fadhil.

"Apa jangan-jangan dia tidur di kamar tamu ya." Fikirku menerka-nerka.

"Tapi gak mungkin, dikamar tamu kan ada saudara ku yang nginap. Trus Kak Fadhil tidur dimana ?" Tanyaku dalam hati. Sambil melangkah menuju kamar mandi untuk berwudhu.

Saat ingin membuka pintu kamar mandi, ternyata pintunya terkunci dan terdengar teriakan dari dalam.

"Sebentar Kakak lagi wudhu."

Aku berdiri didepan pintu menunggu Fadhil siap berwudhu.

Dan disaat dia keluar, aku di buatnya jatuh cinta untuk kesekian kalinya. Dengan setelan koko putih, dan sarung hitam. Rambut dan wajahnya yang mulus basah dengan air wudhu menambah ketampanannya yang membuat ku tak henti memandanginya.

"Helloooo .. Kok malah bengong, wudhu sana, biar kita shalat berjamaah."

"Ehh .. Iii iyaa iyaa." Ucapku sedikit terbata.

Kini, status sebagai seorang istri sudah aku sandang walau hanya di atas kertas. Namun rasa bahagia tidak dapat aku pungkiri.

Setelah memberi salam, kupandangi punggung Fadhil yang kini sedang memunajatkan doa kepada sang khalik.

Aku tahu, tidak akan ada namaku di setiap doa yang dia panjatkan. Namun begitu, tetap tidak akan ku ubah kebiasaanku setiap selepas sholat. Akan selalu terselip doa untuknya. Untuk kebaikannya dan untuk kebahagiaannya walaupun bukan bersamaku.

Fadhil berbalik, menjulurkan tangannya.

Aku balas uluran itu dan ku cium punggung tangannya untuk pertama kalinya. Aku terharu, air mataku menetes.

Dengan cepat langsung ku seka air mata itu sambil membuka mukenahku. Aku berbalik dengan cepat. "Semoga saja dia tidak menyadari itu."

"Aku siapin Kakak sarapan dulu." Tampa menunggu jawaban darinya, aku langsung keluar dari kamar.

Sedangkan di dapur. Sudah ada Mama dan Si Mbak yang sedang menyiapkan sarapan untuk semua orang.

"Masak apa Ma ?" Sambil menghampiri Mama.

"Kok tumben cepat bangunnya." Bukannya menjawab pertanyaanku dia justru menggodaku.

"Ih si Mama, di tanya apa jawabnya apa ?"

Kedua wanita itu saling tatap-tatapan setelah melihat ke arahku.

"Kenapa ?" Sambil mengernyitkan alisku. Aku benar-benar tidak paham dengan ekspresi yang mereka tunjukan.

"Udah shalat subuh ?" Tanya Mama.

"Udah !" Melahab nuget yang tidak lupa aku celupkan kedalam mayonais.

"Kok gak cuci rambut."

"Untuk apa ?" Tanyaku heran.

"Belum ya ?" Pertanyaan itu benar-benar membingungkan ku.

"Apaan sih si Mama. Ga ngerti deh." Aku memilih meninggalkan dapur. Sepertinya tidak ada yang bisa aku bantu di sana. Dari pada harus menerima pertanyaan-pertanyaan yang semakin aneh. Aku memilih untuk menonton diruang keluarga.

Tak lama berselang, Fadhil datang menghampiriku.

"Ayo sarapan dulu." Sambil meraih tanganku.

Dengan tatapan yang masih mengarah ke televisi. "Ih Kakak, padahal lagi seru kartunnya." Aku mengikuti langkahnya yang menuju meja makan. Sedangkan disana sudah berkumpul seluruh keluarga.

"Udah gede, masih juga suka nonton kartun." Imbuh Papaku sambil geleng-geleng kepala.

"Itu lah, dikiranya dia masih bocah ntah." Tambah Fadhil sambil membantuku menarik kursi untuk duduk. Dan diikuti kekehan semua orang.

Sedangkan aku, hanya bisa memanyunkan bibirku tanda kesal dengan ejekan semua orang.

Menyadari aku yang sedang ngambek. Fadhil langsung mengusapkan tangannya ke wajahku.

"Mulutnya jangan manyun gitu."

"Au ah."

***

Seminggu berlalu.

Setelah menikah, aku tinggal dirumah Fadhil. Kami hanya tinggal berdua. Sedangkan Orang Tua Kak Fadhil tinggal diluar Negeri. Karena papa Fadhil mengurus perusahaan yang disana.

Kami tidur dikamar yang berbeda.

Ya, seperti janji Fadhil, dia tidak akan menyentuhku.

Setelah shalat subuh seperti biasa aku langsung menyibukkan diri didapur. Mempersiapkan sarapan untuk  Fadhil.

Setelah itu mandi dan bersiap untuk kekampus.

Kami sarapan bareng. Setelah itu berangkat terpisah. Aku memang tidak mengizinkan Fadhil mengantarku ke kampus walaupun bukan sekali dua kali dia memintanya. Aku tidak ingin menimbulkan kecurigaan dari teman-temanku jika keseringan di antar Fadhil kekampus.

_Bersambung_

Suami Idaman

Aku sedang menikmati makan siang bersama sahabat ku dikantin kampus, Bella namanya.

Dan dia adalah satu-satunya orang yang tahu tentang pernikahanku dengan Fadhil. Aku tidak bisa menyimpan rahasia ini seorang diri. Aku butuh seseorang yang dapat aku jadikan untuk bertukar pendapat. Aku butuh seseorang yang bisa memberi aku saran dan masukan tentang pernikahan kontrak yang sedang aku jalani saat ini.

"Nat, setelah selesai kuliah kamu berencana kerja dimana ?

diperusahaan Papa mu atau di perusahaan Kak Fadhil ?" Tanya bella.

"Hemmm belum tahu nii Bell. Aku belum mikirin soal itu. Kalau kamu sendiri ?"

"Kalau akuuuuu. Dimana kamu kerja disitu pula aku akan kerja. Hehe" Jawabnya sambil cengengesan.

"Emang kamu yakin bakalan keterima ?" Hahahahahhahha Aku tertawa mengejeknya. Aku suka melihat wajahnya yang cemberut setiap kali ku goda.

"Ahhhh NATASHAAAA" Ucapnya kesal.

"Ehh Nat. Ntar malam nginap dirumah aku aja yokkk. Kalau gak, gak keburu nii skripsi kita !" Ajak Bella. Aku berfikir sejenak.

"Bentar yaa, coba aku tanya Kak Fadhil dulu."

>>>Chat<<<

"Kak, ntar malam aku nginap di rumah Bella yaa, soalnya takut gak keburu nyiapin skripsi. Karna lusa udah harus diserahin ke Dosen."

"Gak boleh ! Ajak Bella aja nginap dirumah kita. Kakak gak tenang kalau kamunya yang nginap dirumah Bella. Ntar bukannya nyiapin skripsi malah keluyuran kemana-mana." Aku senyum-senyum sendiri baca balasan chat dari Fadhil.

"Apa.. apa.. balasannya ?" Tanya Bella penasaran.

"Ciee ciee. Yang dikhawatirin sama suamiii .." Ucap Bella menggoda ku setelah baca balasan chat dari Fadhil.

"Apaan sih kamu Bell" Ucapku tersipu malu.

***

Setelah selesai dengan pelajaran terkahir di kelas. Kami pun bergegas pulang.

"Ayo masuk bell" Ucapku setelah membukakan pintu rumah. Ini pertama kalinya Bella datang kerumah Fadhil.

"Kak Fadhil nya belum pulang ?" Tanya bella penasaran.

"Belum. Kak Fadhil biasa pulang siap magrib." Ucapku sambil mempersilahkan Bella untuk masuk.

"Jadi kamu sendirian dong dirumah ? Gak takut ?"

"Gak dong. Udah biasa, sebelum nikah pun aku kan memang udah tinggal sendiri." Jawabku sambil tersenyum.

Dikamar kami sibuk menyiapkan skripsi.

sedangkan jam sudah menunjukkan pukul 9 malam.

"Nat, ada yang bisa dimakan gak ? aku lapar nii." Tanya Bella sambil memasang wajah memelas.

"Hemm makanan yang udah jadi sih gak ada. Harus dimasak dulu."

"Yaudah kita masak makanan dulu yokk. Aku kelaparan tingkat dewa nii." Ucap bella lebay.

"Bisa aja kamu." Ocehannya berhasil membuat aku terkekeh geli. Kami bergegas menuju dapur sambil saling melemparkan candaan.

Sesampainya di dapur. Kami di kagetkan dengan sosok Fadhil yang sedang sibuk memasak didapur lengkap dengan celemek nya bak koki handal.

"Loh kakak udah pulang ?" Tanyaku setengah kaget.

"Udah dari tadi. Gak liat tuh udah jam berapa ?" Ucap Fadhil sambil menunjukkan jam dengan moncong nya. sedangkan tangannya sibuk mengaduk nasi goreng yang sudah setengah jadi.

"Kalian tunggu aja dimeja makan, ini udah hampir siap. Kakak masakin lebih untuk kalian. Udah Kakak duga kalian pasti belum makan." Lanjutnya.

"So sweettt so sweetttt" Bisik bella sambil mencubit-cubit pinggangku.

Aku hanya senyum-senyum tersipu.

Aku dan Bella duduk di meja makan sambil terus memandangi Fadhil yang terlihat semakin macho saat sedang memasak.

"Suami idaman banget Nat" Cengengesan.

"Lap dulu ngilernya." Sambil menempelkan tissue dimulut Bella.

"Ih apaan sih."

"Ih beneran ada ngiler itu." Godaku.

***

Kami makan malam bersama.

"Udah siap Skripsi nya ?" Tanya Fadhil.

"Belum niihhh, gak yakin aku bakalan siap malam ini." Sambil menghela nafas.

"Seandainya, ada seorang yang baik hati. yang mau membantu kami pasti skripsi itu akan siap malam ini juga." Cerocos Bella.

"Lebay lagiiii." Ucapku sambil senyum dan terus melanjutkan makan tanpa memperdulikan ucapan Bella.

Setelah selesai makan, Aku dan Bella berniat untuk bergegas kekamar.

"Ayo sini Kakak bantu buat skripsi nya." Tawar Fadhil.

"Gak usah Kak. Besok kan Kakak harus kekantor. Ntar malah kesiangan. Gak apa-apa biar aku sama Bella yang selesaiin."

"Bolehh kak bolehhhh." Cerocos bella kegirangan. Sambil berlari menuju kamar dan setelah beberapa saat kembali dengan laptop dan buku-buku ditangannya.

Hufttt aku menghela nafas melihat tingkahnya.

Sedangkan Fadhil hanya terkekeh melihat tingkah Bella.

Diruang tamu, Fadhil duduk di atas sofa sambil memegang buku. Disampingnya aku duduk dilantai dengan laptop di atas meja agar mudah untuk mengetik.

Didepanku diikuti Bella yang juga duduk dilantai dengan laptop didepannya.

Fadhil mengajari kami, membuat skripsi kami terasa begitu mudah untuk dikerjakan. Dengan penjelasan yang mudah dipahami.

sambil sesekali dia tertawa mendengar candaanku.

Tangannya sesekali mengusap kepalaku tatkala dia mendengar leluconku. Tawanya begitu lepas.

"Ehemmm ehemmm." Ucap Bella menggoda kami yang seakan lupa akan keberadaannya. Seakan dunia milik berdua.

waktu sudah begitu larut. Dan tanpa diduga skripsi kami pun selesai.

Bella loncat kegirangan. Tidak percaya skripsi yang diduganya tidak akan selesai sampai waktu yang sudah di tentukan, namun dapat selesai dalam waktu singkat.

Setelah selesai Aku dan Bella membereskan barang-barang kami dan bergegas masuk ke kamar.

Setelah beberapa langkah, Aku berbalik ke arah Fadhil.

"Makasih." Dengan begitu tulus.

Fadhil membalasnya dengan senyuman khasnya. Senyuman yang sudah menjadi candu bagiku.

Aku kembali melanjutkan langkahku. Menaiki tangga, meninggalkan Fadhil seorang diri di ruang tamu.

Jantung ku berdebar. Lagi dan lagi.

***

"Kenapa ?" Bella menyadari tingkah ku sedikit aneh. Melihat aku yang senyum-senyum sendiri membuat Bella mengernyitkan alisnya.

"Gak kenapa-kenapa." Langsung ku ubah ekspresiku.

Bella geleng-geleng kepala, lalu menarik selimutnya dan tidur.

***

Hari demi hari berlalu, kini aku sudah menyandang gelar sarjana.

Fadhil menawarkan aku pekerjaan di perusahaan nya, sesuai dengan jurusanku.

Management !

Tak lupa pula aku mengajukan tentang Bella untuk diizinkan bekerja di perusahaan Fadhil.

Tanpa berfikir panjang Fadhil langsung mengizinkannya.

Akhirnya.

Jadilah aku sebagai manajer pemasaran diperusahaan Fadhil sesuai dengan permintaanku. Dan Bella sebagai asisten ku.

karena kami tidak ingin dipisahkan.

Jangan tanya seberapa girangnya Bella saat mengetahui kalau Fadhil dengan begitu mudah memberikannya lowongan pekerjaan.

"Serius Nat, aku diterima ?" Untuk kesekian kalinya Bella memastikan.

"Iya Bella ku sayang. Masa aku bohong."

"Kok bisa ?" Tanyanya lagi seakan masih tak percaya.

Aku sampai geleng-geleng kepala menghadapi anak satu ini. "Terserahlah." Aku menghela nafas.

Sedangkan Bella masih cengegesan seorang diri.

***

Hari pertama kerja, rasanya canggung sekali. Bertemu dengan orang-orang baru dan harus menyesuiakan diri. Secara dikantor tidak ada yang tahu dengan status Aku sebagai Istri Fadhil.

Untung ada Bella. Kami saling suport satu sama lain. Menghadapi rintangan-rintangan dalam pekerjaan kami.

.

.

.

.

.

.

.

.

_Bersambung_

Hai hai...

Author mau ngingetin nih. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian yaa.

Author tunggu masukannya.

Terimakasih !!!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!