Tahun 2025, Seoul - Korea Selatan.
Di malam yang dipenuhi dengan hiruk-pikuk suara gemuruh yang padat, para remaja, pemuda dan pemudi sampai orang dewasa dimanapun mereka berada. Di kendaraan pribadi, tiap sisi di kawasan pertokoan bahkan di wilayah paling gelap sekalipun, suara lagu yang begitu indah, melodi yang diputar dan dapat disaksikan di layar ponsel menampilkan penampilan memukau yang begitu menghipnotis.
Banyak senyuman di tengah keramaian dan padatnya semua orang di malam itu. Di layar besar di kawasan paling bergengsi, terlihat gambaran dari sosok paling dicintai masyarakat Korea Selatan saat itu.
“Kyaaa!”
“Itu mereka! Itu MYTH!!”
“Kyaaa!! Goblin, lihat sini!!”
“Fenrir-ssi!! Leader tercinta kami, MYTH-elegy!!”
“Yang Mulia Vamp!! Tampannya!!”
“Siren! Itu Siren!! Huwaa, wajahnya kecil sekali!! Maknae kami!!”
Di studio musik - ANTHEM RECORD MUSIC - semua staff dan kru tengah mengambil siaran secara live dari studio saat ini.
Cahaya terang, musik dan sorot lampu mengarah ke panggung yang saat ini sedang diisi oleh empat pemuda tampan dengan karisma dan daya tariknya.
Pakaian yang begitu gemerlap dengan nuansa hitam, biru dan emas memberikan gambaran kemegahan membuat mereka semakin bersinar.
“Ok, sempurna! MYTH sudah selesai. Terima kasih untuk kerja kerasnya hari ini!!”
“Terima kasih banyak!!”
Para staff mulai memberikan minum dan handuk untuk keempatnya, namun ada satu pemuda dengan pakaian nuansa hitam mulai menjauhi panggung seorang diri.
Salah seorang remaja tampan lain dengan rambut berwarna sedikit kecoklatan melihat pemuda itu pergi ke belakang panggung seorang diri tanpa mengatakan apapun, “Jaehyun?”
“Ada apa, Shihan-ssi?” tanya seorang staff.
“Jaehyun keluar tanpa izin lagi.”
“Ahaha, sepertinya maknae kalian memiliki kebiasaan yang unik ya, Shihan-ssi. Sebagai leader, Shihan-ssi sepertinya harus terbiasa dengan itu,” goda staff tersebut.
“Ahaha, terima kasih banyak. Tapi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Jaehyun kami sudah lebih baik dari sebelumnya.”
“Oh, begitu. Syukurlah. Aku sempat khawatir karena Jaehyun-ssi baru saja keluar dari rumah sakit seminggu lalu, kan? Apa benar sudah tidak apa-apa?”
“Tidak perlu khawatir. Jaehyun sudah lebih baik. Hanya saja…”
“Kenapa, Shihan-ssi?”
“Hanya saja Jaehyun…seperti orang lain.”
Di koridor studio, remaja yang baru saja keluar dari studio berlari menuju ruang ganti dan mengambil sebuah tongkat yang ditutupi oleh kain berwarna ungu dengan tali berwarna merah dan hitam.
“Cih, sial. Kenapa jadi muncul setelah rekaman? Aku tidak bisa membiarkan mereka begitu saja kan?”
“Dimana posisinya?”
“Jangan sampai Shihan dan yang lain menceramahiku lagi malam ini.”
Remaja itu membawa tongkatnya dan bergegas keluar dari ruang ganti. Kemudian dia berlari sambil menggigit ibu jarinya sendiri.
Gigitan yang begitu dalam hingga mengeluarkan darah. Kemudian dia mengoleskan darahnya ke telapak tangan lainnya.
Plak
Dengan satu kali tepukan tangan, dia berhenti berlari dan mengucapkan sebuah kalimat.
흑백 경계가 있는 세상 (Dunia dengan batas hitam dan putih)
Seketika, seluruh studio berubah menjadi wilayah hitam dan putih. Hanya ada pemuda dengan tongkat yang terbungkus kain di sana.
Seperti penghalang, tidak ada suara lain kecuali gerutuan remaja yang berlari sepanjang lorong.
“Dimana dia? Aku harus kembali. Waktuku tidak banyak! Harus pemotretan dan harus dengar Shihan ceramah.”
Tidak menemukan apapun di lorong tersebut, remaja itu mencoba memencet tombol lift namun tidak bereaksi.
“Harusnya aku tau kalau ini juga tidak akan berhasil. Tangga darurat!”
Bergegas, dia langsung menuju tangga darurat. Saat baru membuka pintu tangga darurat, dari arah lantai bawah yang terhubung dengan tangga tersebut terdengar suara pintu yang terbuka.
“Celaka!” remaja itu langsung mundur dan bersembunyi.
Saat hendak menuruni tangga, dia melihat sesuatu yang aneh dan membuatnya terpaksa bersembunyi di balik dinding belokan anak tangga tersebut.
Remaja itu mengintip sedikit dan terlihat sosok seorang wanita dengan pakaian serba merah. Pakaiannya benar-benar hanya warna merah tetapi jalan yang dilaluinya meninggalkan bekas darah. Wanita itu memiliki rambut hitam panjang yang lurus tetap saat ini tidak terlihat seperti apa wajahnya. Remaja itu memperhatikan kemana dia pergi.
“Aku rasa itu adalah targetku sekarang. Tapi bisa meninggalkan jejak darah seperti itu…”
“Jelas itu adalah arwah penasaran yang sengaja dipanggil untuk menyebarkan kemalangan.”
Baru hendak bergerak setelah melihat sosok wanita itu menghilang, remaja itu harus merasakan hal menakutkan yaitu munculnya sosok wanita mengerikan tersebut di belakangnya.
Greep
“Uk!”
Sosok wanita itu mencekiknya saat remaja itu menengok ke belakang.
Wajah menakutkannya mulai terlihat jelas sekarang. Mata yang melotot dengan air mata darah yang keluar, mulut yang tidak berhenti tersenyum sambil bergumam sesuatu yang tidak jelas, aroma darah yang terasa begitu basah dan amis serta pakaian merah yang basah itu memang hantu yang dilihatnya beberapa waktu lalu.
“Bagaimana bisa…dia ada di sini?!” pikir remaja itu sambil berusaha melepaskan diri dari hantu itu.
Cekikan itu semakin kuat, membuat remaja itu semakin sulit melepaskan diri. Namun di saat seperti itu saja, dia masih bisa bergumam dengan lancar.
“Aku akan membuat perhitungan dengan Chief Han Yeon setelah ini dan meminta bayaran lebih darinya!!”
Perlahan, dia mencoba meraih tongkat yang ada di belakangnya. Kemudian…
Buuuk
Dia memukul hantu itu dengan tongkat tersebut.
“Uwaaaa!!!” hantu itu berteriak kesakitan. Mungkin sedikit aneh karena hantu itu bisa diserang secara fisik.
Remaja itu langsung mundur ke belakang dan membuka tongkat yang dibawanya. Terlihat seperti sebuah tongkat biasa yang ternyata bisa dibuka. Tampaknya itu hanya sebuah kamuflase karena ternyata benda itu adalah sebuah pedang tipis.
Pedang yang sekilas terlihat tipis namun siapa yang tau kalau benda itu sangat tajam.
Ada sesuatu yang melingkar di setiap sisi pedang tajam itu. Tulisan yang samar, yang perlahan bersinar, menampilan huruf yang semakin lama terlihat mirip dengan Bahasa Sansekerta.
यत्किमपि हन्तुं न शक्नोति तत् सर्वं हन्ति (Membunuh semua yang tidak bisa dibunuh)
यत् स्पर्शं कर्तुं न शक्नोति तत् सर्वं स्पृशति (Menyentuh semua yang tidak bisa disentuh)
Seperti itulah tulisannya jika dilihat dari dekat.
Remaja itu mulai berlari menyerang hantu wanita yang masih merasakan rasa sakit setelah menerima pukulan dari calon korbannya.
“Tidak bisa dimaafkan…mati…MATI!!!!”
Hantu itu mulai berteriak dan menyerang remaja itu. Dia mencoba menangkap remaja itu dengan kedua tangannya yang tiba-tiba bisa memanjang sendiri.
“Apa?!”
Remaja itu langsung menghindari serangan secara zig-zag dengan mulus dan langsung mengayunkan pedangnya saat dia sudah berada di dekat hantu itu.
CRAAAAT
“Gyaaaaa!!!!!”
Hantu itu berteriak saat pedang yang dibawa oleh remaja itu menembus dadanya. Pedang itu terus didorong oleh remaja itu sambil mengucapkan sesuatu.
나자가 지시한 길로 복귀 (Kembalilah ke jalan yang ditunjukkan oleh Naja)
Saat kalimat itu diucapkan oleh remaja itu, pedangnya mulai bersinar dan tubuh hantu wanita itu perlahan menghilang bagai buih-buih cahaya.
Noda darah yang berada di lantai sepenuhnya telah lenyap tanpa sisa. Remaja itu mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
Tuut…
[Halo? Jaehyun]
“Yo, Han Yeon sayang.”
[Oi, hentikan itu! Kenapa memanggilku sayang, anak nakal? Aku ini pria lurus yang sudah beristri!]
“Berisik! Dengar ya, aku baru membereskan pekerjaanku dan aku mau minta bayaran lebih! Menjadi pengusir hantu itu melelahkan dan aku harus kembali dengan ocehan Shihan dan yang lain!”
[Apa? Sudah selesai? Kamu sudah menyelesaikan permintaanku?]
“Sudah. Hantu gaun merah yang menghantui studio lantai 5 kan? Sudah selesai. Kirimkan bayarannya ke rekeningku ya.”
[Akhirnya, terima kasih banyak. Untung aku bicara padamu. Tapi ini hanya rahasia kita berdua saja kan, Jaehyun?]
“Tentu. Tidak ada yang boleh tau. Sebaiknya kau juga tidak bicara pada yang lain ya?”
[Tidak tidak! Baiklah. Karena urusannya sudah selesai, besok aku akan datang ke studio. MYTH sudah selesai rekaman?]
“Sesi terakhir sudah, sisanya hanya tinggal pemotretan. Mau mampir?”
[Ah, tidak. Besok saja kita ketemu. Ini sudah malam. Kalian pasti lelah. Maaf sudah membuatmu bekerja lebih ya, Jaehyun]
“Tidak masalah. Sampai jumpa besok di studio.”
[Oh, sampai jumpa. Sekali lagi terima kasih ya]
Tuut
Selesai menutup telponnya, remaja itu menyimpan kembali pedangnya, membungkusnya dengan kain yang terjatuh di lantai dan menonaktifkan penghalangnya.
“Lepaskan.”
Seketika semua kembali seperti semula dan dia berjalan menuju ruang ganti. Tidak ada kerusakan, tidak ada noda darah dan tidak ada hal yang aneh kecuali remaja yang mengingat kembali kejadian seminggu lalu.
Benar, semua berubah sejak saat itu. Saat dimana dia baru saja tersadar di sebuah bangsal di rumah sakit.
Seminggu yang lalu.
Di sebuah bangsal rumah sakit, seorang pemuda terbaring dan mulai membuka matanya.
“Mm…”
Ada suara yang didengarnya saat matanya masih mencoba mengambil cahaya agar bisa melihat siapa dan dimana dia berada.
“Jaehyun? Jaehyun, apa kamu mendengarku?”
Suara itu adalah suara yang lembut, penuh dengan nada indah. Setidaknya di telinga terdengar seperti itu. Selain itu, suara itu juga terdengar familiar dan begitu dikenalnya. Tidak tau apa alasannya namun dia mulai melihat siapa yang ada di hadapannya.
Wajah seorang pemuda tampan yang tersenyum menatapnya. Rambutnya hitam pekat dengan potongan poni yang lebih panjang pada bagian samping, mengenakan kalung dengan cincin melingkar dan memakai cardigan berwarna coklat.
“Jaehyun? Kamu sudah bangun? Bagaimana perasaanmu?” tanya pemuda itu.
Pasien yang terbaring di bangsal tempat tidur mulai bangun dan melihat sekelilingnya. Ada dua orang yang menemaninya saat itu yaitu pemuda tampan yang memanggilnya dengan nama “Jaehyun” dan seorang pria dewasa dengan memakai kemeja putih, celana hitam yang terlihat sedikit cemas.
“Ah, Jaehyun. Kau membuat kami semua khawatir. Jatuh dari tangga itu bisa berakibat fatal. Untung saja tidak parah.”
Remaja yang baru saja siuman dari tidur panjang langsung terlihat bingung, “Apa? Aku jatuh dari tangga?”
“Benar.”
“Bukan bunuh diri?”
“Hah? Apa yang kau bicarakan? Kau mau bunuh diri saat MYTH sedang dalam puncak popularitas?”
“MYTH?” sepertinya pemuda itu tidak begitu memahami apa yang terjadi. Semua yang ada di depannya begitu asing, tidak ada yang sama namun entah kenapa dia tau dimana tempat itu. Pemuda itu bertanya pada remaja tampan lainnya, “Siapa namamu?”
“Apa?” remaja itu terkejut mendengar pertanyaan aneh dari pasien yang baru saja siuman, “Jaehyun, kamu membuat Hyung-mu ini sedih. Apa kamu begitu benci pada pekerjaanmu?”
“Hyung? Berapa umurmu?”
“Eh?”
“Aku tanya, berapa umurmu?”
“Aku,” remaja itu jelas terlihat bingung dengan pertanyaan pasien di hadapannya. Dia berjalan mendekati pria dewasa yang sama bingungnya dengan dirinya dan berbisik, “Chief Han, apa menurutmu Jaehyun harus diperiksa lagi? Sagan dan Yuno tidak ada karena masih harus melakukan pemotretan tapi ini terlalu–”
“Nah, aku yang urus. Kau diam di sini dulu, Shihan.”
“Chief Han, tolong jangan terlalu galak pada Maknae kami. Dia itu sangat polos dan pendiam. Ingat ya, pelan-pelan.”
“Kau ini seperti ibu yang mengkhawatirkan anaknya. Tenang saja.”
Pria itu duduk di samping bangsal tempat tidur remaja itu dan bertanya padanya, “Jae, kau ingat paman kesayangan semua kan?”
“Tidak.”
“Apa? Bercandanya sudah dulu. Kau jangan membuat Hyung-mu yang ada di sana seperti anak anjing yang ketakutan. Aku bisa dianggap melakukan penyiksaan pada personilku sendiri.”
Remaja itu menghela napas dan tenggelam dalam pikirannya sendiri.
“Ini gila, aku harus bagaimana? Aku jelas sudah menggorok leherku sendiri di depan semua orang, kan? Kenapa malah terjebak di sini?”
“Sebentar. Aku ingat-ingat dulu.”
Di sebuah kamar dengan nuansa tradisional.
Hanok, rumah yang sudah ada dari zaman dulu. Di malam itu, seorang pemuda tampan dengan jeogori (pakaian bagian atas) berwarna putih biru dengan pita ungu dan baji (bagian bawah/celana) panjang berwarna keunguan duduk bersimpuh.
Awalnya tidak terlihat jelas, namun cahaya bulan purnama yang begitu terang masuk ke dalam celah-celah rumah dan memperlihatkan sesuatu yang ada di lantai.
Pisau dengan sebuah kertas putih bertuliskan sesuatu dengan tinta merah.
“Aku sudah benci melakukan hal yang tidak aku sukai. Apanya yang Munyeo Naja, apanya yang bisa mengantarkan roh ke alam baka.”
“Aku sudah seperti di penjara!”
“Jika memang hidup harus dengan kekangan seperti ini, mati adalah cara paling baik.”
Dia mengambil pisau itu dan mengarahkannya ke leher dengan senyum bahagia.
“Akhirnya…”
“Jika dunia ini adil, aku ingin pergi ke akhirat lebih cepat. Biarkan semua orang meratapi dosanya.”
“Aku ingin terbebas dari semuanya dan tidak lagi terkekang dalam sesuatu yang disebut Naja!”
Craaat
Dia mati dengan menggorok lehernya sendiri.
Sekarang, pemuda yang baru menyadari betapa menyedihkan nasibnya hanya bisa menghela napas.
“Baiklah, ini adalah garis besar hidupku.”
“Aku mati karena tidak mau menjadi penerus keluarga dan ayahku menghukumku. Aku membunuh diriku di rumah.”
“Kemudian, saat aku sudah penuh percaya diri agar bisa ke akhirat…ini adalah akhirat yang dimaksud?”
“Isinya sama sekali bukan pendosa. Aku sepertinya dijebak oleh takdir.”
“Haruskah aku membenturkan kepalaku lagi?”
“Selain itu, aku yakin mereka mengatakan bahwa namaku Jaehyun. Jaehyun ya…tidak pernah dengar.”
“Aku tidak bermaksud kasar tapi aku tidak tau apapun soal tempat ini.”
“Hmm?”
Ditengah waktunya berpikir, remaja itu melihat sesuatu yang gelap mengelilingi pria dewasa yang duduk di bangsalnya.
“Apa kau sedang sakit?”
“Apa?”
Baik pria itu maupun remaja yang bernama Shihan terkejut dengan cara bicara remaja itu.
“Jae–Jaehyun…”
“Hei nak, aku tau kalau kepalamu terbentur tapi kenapa kau jadi–”
Remaja itu memotong ucapan pria itu, “Sudah jawab saja, kau sedang sakit atau tidak?”
“Ti–tidak. Kurasa…”
“Kau yakin?” remaja itu bertanya kembali dengan tatapan dingin yang tajam. Pria itu mengangguk dan segera berdiri. Dia mundur dan mendekati remaja lainnya di belakang, “Shihan, aku sibuk. Kau urus dia ya.”
“Eh?!”
“Pengobatannya sudah diurus oleh perusahaan. Kalau dia sudah lebih baik, bawa pulang saja. Aku jadi takut melihatnya seperti itu. Aku mau ke studio menjemput Sagan dan Yuno.”
Tidak lama setelah itu, remaja itu ditinggal oleh pria dewasa yang sangat bertanggung jawab itu.
Sekarang apa yang kira-kira akan dilakukan oleh keduanya?
30 menit sudah berlalu. Pasien yang sekarang sedang sibuk melihat tablet tampaknya begitu tenang dan orang yang menemaninya begitu tegang.
“Jae…”
“Sebentar. Aku mau melihat informasi dulu.”
“...” sepertinya dia diacuhkan.
Pasien yang terlihat fokus itu melihat informasi yang dia tanyakan beberapa waktu lalu. Dia ingin tau siapa dirinya, apa hubungannya dengan pria tadi dan dengan remaja tampan di dekatnya, dimana ini, apa itu MYTH dan tahun berapa sekarang.
Teknologi yang membuatnya sedikit syok di awal yaitu tablet, sekarang menjadi sesuatu yang sangat mudah dimengerti olehnya.
“Tahun 2025 ya. Aku sudah terlempar terlalu jauh. Bagaimana bisa manusia dari zaman Joseon bisa di tahun 2025?”
“Aku sudah sangat tua!”
“Kelahiran 1455 bisa ada di masa depan. Selain itu, alat ini canggih sekali. Berbeda dengan kertas sutra milikku.”
Dia membuka sebuah artikel bertulis MYTH.
“MYTH - Idol Korea Selatan yang sedang naik daun. Personil dengan 4 member yang begitu tampan dan berkarisma.”
“Wow. Hmm? Wajah ini kan…” sambil melihat ke arah remaja yang sedang tegang di hadapannya, dia menyamakan foto di layar tabletnya. “Kwon…Shihan? Leader? Fenrir? Kau keturunan anjing putih?”
Remaja bernama Shihan ingin sekali menangis. Tapi dibanding menangis, dia tersenyum miris.
“Um, itu…nama asliku Kwon Shihan dan Fenrir itu nama panggung, Jaehyun.”
“Oh. baiklah. Aku mau baca lagi.”
“...” Shihan menatap remaja itu dengan tatapan penuh tanda tanya. “Apa yang terjadi padamu, Jaehyun?”
MYTH, sebuah grup idol asal Korea Selatan yang saat ini sedang naik daun. Beranggotakan 4 member tampan yang siap membawa para MYTH-elegy mengarungi indahnya dunia mitos yang menjadi kenyataan.
Leader - Fenrir a.k.a Kwon Shihan adalah anggota paling tua. Berusia 24 tahun, golongan darah A+, menyukai makanan pedas apapun itu dan sangat ramah. Dia merupakan leader yang patut dibanggakan.
Rapper - Vamp a.k.a Baek Yuno adalah anggota tertua kedua setelah Fenrir. Berusia 23 tahun, golongan darah B+, menyukai topokki dan sushi, dia adalah rapper yang paling disukai saat ini.
Lead Dance - Goblin a.k.a Sagan Suga adalah satu-satunya member yang memiliki darah 3 negara sekaligus. Ayahnya merupakan orang asli Jepang dengan nama keluarga Sagan sedangkan sang ibu merupakan blasteran Korea Selatan dan Jerman. Usianya 21 tahun dan dia sangat menyukai masakan Jepang terutama gyoza dan ramen.
Lead Vocal - Siren a.k.a Lee Jaehyun, penyanyi dengan suara emas yang layak mendapatkan julukan Siren’s Soul karena keindahan suaranya. Merupakan maknae atau sebutan untuk anggota paling mudah. Usianya saat ini baru akan memasuki usia 19 tahun. Makanan kesukaan tidak ada karena dia begitu pendiam selama diwawancarai oleh reporter.
Remaja yang saat ini ada di bangsal tempat tidur, melihat artikel dengan mata terbelalak adalah sang penyanyi emas di MYTH - Siren’s Soul - Lee Jaehyun.
“Woah~”
“Siren’s Soul katanya. Lee Jaehyun. Paling muda di saat jiwa di dalamnya adalah orang yang paling tua di zaman ini. Hebat, aku pasti bisa kaya dengan cepat.”
“Eh? Sebentar…”
Jaehyun melihat artikel lain yang menjelaskan betapa banyaknya penghargaan yang diterima oleh MTYH sepanjang tahun 2023-2025.
“Autumn Award, The Most Valuable Singer - Group Category, The Most Lovely Group - Newbie IDOL, The Most Charming Group, Golden Award, Emi Award dan lain-lain?!”
“Apa ini?! Jadi MTYH itu memang sedang…populer?!”
Matanya seperti melihat kilauan emas dengan banyaknya tulisan penghargaan dan dia sendiri sebenarnya tidak tau apa itu Award yang dimaksud. Hanya bersikap normal layaknya sosok yang baru hidup kembali.
Lee Jaehyun melihat Shihan. Matanya seolah tidak mengenal sosok itu tapi entah kenapa dia seperti mengenalnya.
“Perasaan yang tidak asing. Mungkinkah ini karena tubuh Lee Jaehyun?”
Ada sesuatu yang berbisik lembut di telinganya. Dia seakan memberikan arahan pada Jaehyun.
“Um, Hyung…”
Kata manis dengan suara lembut itu keluar dari mulut Jaehyun. Bukan karena dia sudah terbiasa, namun dia mendengar suara yang berbisik di telinganya. Suara itu memanggil Shihan dengan sebutan hyung dan langsung keluar begitu saja dari mulut Jaehyun.
Shihan tersenyum lembut mendengar Jaehyun memanggilnya demikian.
“Ada apa, Jaehyun?”
“Aku ingin tau, berapa lama aku ada di sini?”
“Kurang lebih 5 jam. Kamu tidak ingat, kan? Kamu terjatuh dari tangga saat turun setelah pemotretanmu selesai.”
“Tangga? Memang setinggi apa sampai membuatku tidak sadar selama 5 jam?” tanya Jaehyun.
Shihan mengingat kembali kejadiannya, “Hmm, sebentar.”
“Memang sedikit aneh karena anak tangga tempat kamu berdiri sebelumnya ada di anak tangga ketiga.”
“Hanya saja kamu tiba-tiba tidak sadarkan diri. Chief Han dan aku membawamu ke sini dan kami tidak meninggalkanmu.”
“Sagan dan Yuno tidak bisa menemani karena belum selesai dengan pemotretannya.”
“Mereka sudah adu mulut dengan sutradara dan lainnya agar bisa menemanimu tapi karena sponsor iklan kali ini begitu berisik jadi mau tak mau mereka harus menyelesaikannya.”
“Aku akan menghubungi mereka setelah ini. Kamu sudah lebih baik, kan?”
Jaehyun tidak menjawab dan berpikir kembali, “Jika itu memang benar, rasanya ada yang aneh. Selain itu, Chief Han katanya ya. Pria itu memiliki aura yang seperti mendekati kematian.”
Jaehyun juga melihat Shihan dengan seksama. Terdapat aura aneh yang juga mengelilingi Shihan. “Auranya sama seperti pria itu,” ucapnya dalam hati.
“Aku masih bisa menggunakan kemampuanku sebagai munyeo rupanya. Mata ini tidak bisa membohongiku.”
“Selain itu, rasanya tidak adil karena aku bunuh diri demi bebas dari beban sebagai pengusir hantu dan Naja, sekarang malah masih memiliki kemampuan itu. Kesal sekali.”
“Kesampingkan itu lebih dulu. Jadi aku, tidak. Maksudku Lee Jaehyun terjatuh dan pingsan selama 5 jam. Lucu juga karena hanya jatuh di anak tangga ketiga. Ini aneh.”
“Kurasa aku harus keluar dari tempat ini dulu dan mencari tau sisanya sendiri. Selain itu…” sambil melihat telapak tangannya yang begitu kecil dan putih, Jaehyun termenung, “Apa yang terjadi pada Lee Jaehyun yang asli?”
Setelah berpikir, Jaehyun meminta Shihan untuk mengurus administrasinya. Dia memutuskan untuk kembali ke tempat yang disebut dengan asrama.
Shihan menjelaskan bahwa mereka tinggal bersama. Mereka memiliki kamar masing-masing dan tentu saja uang serta aset adalah yang ditunggu oleh Jaehyun.
Mendengar dia memiliki semua teknologi seperti ponsel, laptop, game, e-wallet dan kartu yang menurutnya hanya tinggal digesek saja untuk mendapatkan semua barang apapun, termasuk yang paling aneh di dunia membuat matanya berbinar.
“Aku…kaya?” tanya Jaehyun.
“Kaya. Kita kaya, Jaehyun. Jangan cemas.”
“Terima kasih. Aku merasa senang. Setidaknya aku tidak harus menjadi dukun demi mendapatkan jatah emas atau mengemban tugas keluarga.”
“Dukun?”
“Eh?! Bukan apa-apa! Ayo pulang.”
Sepanjang meninggalkan lorong rumah sakit, keduanya mengenakan masker dan topi untuk menutupi identitasnya. Tentu saja sebagian perawat telah menyadari siapa mereka.
Namun, hal lain yang mengusik Jaehyun. Dimana-mana, di setiap sisi rumah sakit, dia melihatnya. Makhluk mengerikan, arwah gentayangan, sosok anak kecil menangis di depan ruang mayat dengan kaki transparan.
Pemandangan yang membuat Jaehyun terdiam dan dengan tenang, dia mengabaikannya.
“Ternyata aku masih bisa melihatnya dengan jelas.”
Saat berjalan, tidak sengaja Jaehyun menabrak seorang gadis cantik.
“Ah, maafkan aku,” serunya.
“Tidak apa-apa. Aku sedang buru-buru!” gadis itu langsung berlari menjauhi Jaehyun. Shihan sempat menengok ke arah Jaehyun, “Ada apa?”
“Aku tidak sengaja menabrak anak perempuan.”
“Perempuan?” Shihan melihat sekeliling mereka. Saat itu, tidak ada siapapun di sepanjang lorong yang sedang dilalui oleh mereka. “Jaehyun, kamu masih pusing?”
“Eh?”
“Tidak ada siapapun yang lewat. Mungkinkah kamu masih lelah?”
“Apa?” Jaehyun langsung menengok ke arah belakang. Terlihat jelas gadis yang baru ditabraknya berdiri di sebuah ruangan. Dari ruangan itu terdengar suara tangis yang tidak bisa didengar oleh Shihan namun Jaehyun bisa menebaknya.
“Jadi…dia sudah meninggal?” gumam Jaehyun.
Shihan menarik tangan Jaehyun dan mereka menunggu di ruang tunggu yang ada di lobi rumah sakit. Beberapa saat kemudian, mobil yang menjemput akhirnya tiba dan mereka bergegas pergi dari tempat itu.
Di lokasi pemotretan saat ini, sebuah studio bernama ANTHEM RECORD MUSIC yang merupakan studio musik sekaligus tempat pemotretan saat ini.
Lantai 5 studio.
Pria besar yang sebelumnya ada di rumah sakit bersama Shihan telah tiba dan sedang menunggu dua orang di lokasi. Terdapat dua remaja tampan dengan pesona luar biasa, berpakaian hitam dan biru, penuh dengan kilau cahaya dan lampu sorot yang membuat mereka bersinar.
Saat itu, orang tersebut menerima pesan dari Shihan yang mengatakan bahwa mereka sudah keluar dari rumah sakit dan hendak pulang ke asrama. Senyum tipis terlihat dari bibir pria itu. Namun saat dia keluar dari lokasi pemotretan menuju lorong untuk menelpon seseorang, dia terdiam dan melihat sekelilingnya. Kanan, kiri, dia tampak mengecek apa yang ada di sepanjang lorong beberapa kali.
Wajahnya semakin pucat dan dia sempat bergumam, “Aku harap semua hanya ilusiku saja. Bagaimana bisa ada hal-hal yang disebut ghaib.”
“Karena hal ini, rumor buruk beredar, manager MTYH terus mengundurkan diri setelah 3 hari dan membuatku terpaksa menemani mereka. Tapi aku harus jujur, apa benar yang dikatakan oleh mantan manager mereka sebelumnya?”
“Gaun merah berdarah katanya. Hah! Omong ko–”
Tap…
Tap…
Tap…
Suara langkah yang begitu jelas terdengar mulai membuat pria itu takut. Pasalnya, lorong koridor studio begitu hening tanpa siapapun di sana sehingga gema mulai terdengar dan hal itu membuat suasana semakin mengerikan.
Pria itu mulai memasukkan kembali ponselnya ke saku celananya dan saat dia menengok ke samping, matanya terbelalak, kakinya gemetar, mulutnya sulit untuk bicara.
Di depannya saat ini, terdapat sosok wanita asing dengan mata lebar mengeluarkan darah dengan gaun merah.
Kaki wanita itu tidak terlihat karena gaun panjang yang digunakannya namun pria itu bisa merasakan bahwa ada darah yang menetes. Begitu banyak sampai dia bisa saja pingsan.
Wajahnya begitu dekat dan kali ini wanita mengerikan dengan rambut panjang itu tersenyum, “Ma…ti…”
“Hiii….” suara pria itu nyaris tidak bisa keluar dan wanita itu mengeluarkan aroma amis yang bisa memancingnya untuk muntah.
Teriakan keras akhirnya mulai keluar dari mulut pria itu dan membuat semua orang di lantai itu langsung keluar.
“Ada apa, Han-ssi?!!”
“Kau baik-baik saja, Chief Han?”
“Apa ada sesuatu?”
Dua model yang merupakan member MYTH ikut panik dan keluar menghampiri pria yang duduk lemas dengan wajah pucat.
“Ketua!”
“Apa yang terjadi, Chief?”
Gumaman kecil terdengar dari mulutnya. Semua gumamannya sama meskipun tidak begitu jelas.
“Wanita gaun merah. Dia ada.”
“Ada di sini. Bagaimana ini?”
Semua orang terlihat panik, namun tanpa diketahui siapapun, ada sosok wanita dengan banyak darah melihat dan tertawa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!