Zahra Maharani Setiawan adalah putri semata wayang, Riri Wulandari dan Reno Setiawan. Zahra gadis 17 tahun yang ceria nan periang, baik hati dan mudah bergaul dengan siapa saja. Zahra memiliki paras yang sangat cantik, berambut panjang hitam dan bergelombang serta memiliki postur tubuh yang tinggi 162 cm dan sedikit lebih berisi dari semua teman wanitanya. Tapi itu tidak membuatnya rendah diri, Zahra tetap lincah dalam kesehariannya.
Di mata semua orang yang mengenalnya, Zahra adalah pribadi yang sangat menyenangkan. Senyumnya mampu membawa suasana yang berbeda saat berkumpul dengan siapa saja. Baik itu dengan sahabatnya Anita dan Rania. Suara alarm berbunyi dengan nyaringnya, membangunkan si empunya kamar yang masih terlelap dalam mimpi.
" Aaaa .... sudah saatnya shalat subuh nih" batin Zahra sambil meregangkan otot tubuhnya dan meraih jam di atas nakash untuk mematikan alarm tersebut.
Zahra segera beranjak dari tempat peraduannya semalam merajut mimpi,menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya untuk membersihkan diri dan segera menunaikan ibadah shalat subuh. Setelahnya Zahra mengaji barang sebentar dengan khusyuk, alunan ayat-ayat suci Al-Qur'an yang dilantunkan Zahra sangatlah merdu hingga yang mendengarnya terpana dan merasa syahdu.
Setelah beberapa saat, Zahra pun sudah berganti memakai seragam sekolahnya. Ya Zahra adalah salah satu siswi yang terdaftar di SMA NEGERI 3 yang ada di kotanya bersama Anita dan Rania. Mereka selalu bersama baik bermain bahkan dalam kelas yang sama pula.
Di dapur bunda Riri, bunda Zahra tengah memasak nasi goreng dan telur mata sapi untuk sarapan baginya, Zahra dan ayah Reno, ayah Zahra.
" Selamat pagi bunda .... " sapa Zahra sambil mencium kedua pipi bunda begitu turun dari lantai 2 di mana kamarnya berada.
Cup cup
" Pagi juga anak bunda yang cantik ...." sahut bunda sambil melihat Zahra yang tengah menata piring dan masakan bunda di atas meja makan.
" Waaaahh anak bunda ini tiap hari makin rajin aja ya .... selalu siap bantuin bunda ...." kata bunda dengan senyum manisnya.
" Iya harus dong Bun .... Za kan putrinya bunda dan ayah, bunda juga sudah ajarin Za banyak hal mulai dari beres-beres rumah hingga masak. Ya walau masakan Za gak sehebat dan seenak masakan bunda sih. Za kan harus belajar mandiri Bun .... betul kan Bun?" kata Zahra panjang lebar seperti rumus matematika mencari luas 😇😇😇
" Anak bunda ini paling pintar kalau berargumen, kata siapa masakan anak bunda ini gak seenak masakan bunda? Justru masakan Za itu enak banget sayang " ujar bunda sambil membelai rambut putrinya yang semakin beranjak dewasa tersebut.
" Aaaaa .... bunda jangan godain Za terus dong dan makasih ya Bun sudah bilang kalau masakan Za juga enak kayak masakan bunda .... Ehhhhh ayah mana Bun kok gak kelihatan ....?" tanya Zahra sambil mencari keberadaan sang ayah.
" Ayah di kamar Za mungkin masih siap-siap " jawab bunda sambil duduk
" Ayah mah lelet Bun kalah cepat sama Za ya Bun kalau soal siap-siap. Apa karena ayah sudah tua ya Bun ....?" gurau Zahra pada bundanya
" Eheemmm-eheemm .... ayah kayak dengar ada yang bilang ayah sudah tua dan lelet ya Bun ...." seloroh ayah Reno dari belakang punggung Zahra sambil melirik dan mengedipkan matanya pada bunda.
Zahra hanya bisa terdiam tak menduga kalau ayahnya sudah ada di belakangnya dan mendengar kata-kata Zahra tadi. Apalagi bunda tidak memberi kode apapun padanya. Sambil berbalik badan dan tersenyum malu sudah mengatai ayahnya tadi di tambah wajah ayah yang sedikit garang itu membuat Zahra sedikit bergidik takut.
" Ehhhhh .... ayah, sejak kapan ayah ada di situ ?" tanya Zahra sambil cengar-cengir garuk-garuk kepala yang tidak gatal sama sekali.
" Dari tadi saat Za bilang kalau ayah sudah tua dan lelet " renggut ayah sambil lalu.
" Hehehehe .... jadi ayah dengar dong kata-kata Za " ujarnya malu.
" Maafin Za ya yah .... sudah ngatain ayah tua, tadi cuma becanda kok yah bener kan Bun ...." sambil tersenyum dan melihat bunda untuk memberinya dukungan. Bahkan bunda hanya tersenyum melihat perdebatan pagi-pagi antara putri dan ayahnya tersebut.
" Ya gak pakai di ulang lagi dong Za kata tuanya. Lagian ayah gak marah kok malah ayah senang aja bisa godain Za apalagi lihat muka Za itu .... hahahaha ...." sambil tertawa dan mengacak rambut Zahra hingga sedikit berantakan.
" Iiihhh ayah .... rambut Za jadi gak rapi lagi nih. Kan memang ayah sudah tua kali yah ...." renggut Zahra kesal yang melihat ayahnya masih tertawa juga.
" Sudah-sudah ayo sarapan dulu nanti telat lagi sekolah dan kerjanya yah, Za " ujar bunda di ikuti oleh ayah yang langsung duduk. Ayah memimpin doa sebelum makan biar setannya gak ikutan makan juga ya 🤭🤭🤭
Begitulah kebersamaan dan keceriaan Zahra bersama ayah dan bunda di setiap harinya dimulai dengan berbincang dan bersenda gurau.
" Ayah bunda .... Za berangkat sekolah dulu ya. Assalamualaikum " pamit Zahra pada kedua orangtuanya sambil mencium tangan dan pipi keduanya.
Cup cup
Zahra lalu mengendarai sepeda matic nya menuju sekolah. Begitupun ayah yang langsung berpamitan pada bunda untuk berangkat bekerja di sebuah perusahaan properti ternama sebagai staf keuangan.
Sesampainya Zahra di sekolah SMA NEGERI 3, kedua sahabatnya telah menantikannya di dekat area parkir. Begitulah kebiasaan mereka yang saling menunggu dan masuk ke kelas bersama-sama.
" Za ....Lo sudah kerjain tugas matematika Pak Harto kan gue pinjam dong Za " kata Anita begitu Zahra mematikan mesin sepedanya.
" Kebiasaan Lo tuh ta .... orang baru sampai sudah di tanyain tugas pak killer segala. Gue pinjam juga dong Za " ujar Rania cengar-cengir.
" Ealaahhh padahal Lo juga sama aja sok nasehatin padahal juga belum ngerjain tugas kan " sanggah Anita pada Rania sambil mencubitnya. Sedangkan Rania hanya tersenyum mendengar olokan Anita padanya.
" Aaaahhh sudah gak usah pada ribut mulu .... Lo berdua itu sama saja kalau tugas matematika mana pernah di kerjain tapi kalau hitung uang mah kalian pada cepet banget " jawab Zahra sambil geleng-geleng kepala lihat ulah kedua sahabatnya itu.
" Itu Lo tau Za .... gue kan gak terlalu pintar matematika kayak Lo yang otaknya encer " jawab Anita sambil di anggukin oleh Rania.
" Ya sudah ayo jangan ribut disini ntar malah gak kelar tuh tugas sebelum bel masuk berbunyi " ajak Zahra sambil menarik kedua tangan sahabatnya itu guna masuk ke kelas mereka.
Semua mata siswa pria di sekolah itu banyak yang memandang 3 bidadari, yang sedang melangkah beriringan dengan langkah cepat kedalam kelasnya.
💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕
Bel istirahat telah berbunyi menandakan berakhirnya jam pelajaran matematika yang telah menguras begitu banyak tenaga dari siswa-siswi kelas 3 dimana Zahra, Anita dan Rania tengah menuntut ilmu menjelang kelulusan mereka yang tinggal beberapa bulan ke depan. Ketiga primadona sekolah itu langsung melangkah menuju ke arah kantin, untuk mengisi kembali energi yang terkuras selama pelajaran Pak Harto.
Guru matematika yang super killer dan pelit dalam memberikan nilai sempurna,kalau tanpa disertai penjelasan dalam penyelesaian soal yang tepat untuk semua soal-soal yang beliau berikan. Ketiganya langsung menuju bangku yang biasa mereka tempati di dalam kantin, tepatnya di pojokan dekat dengan kolam ikan-ikan mas. Bahkan semua siswa-siswi di sekolah tahu,bahwa itu adalah tempat khusus para primadona hingga tidak ada yang berani mengusik tempat tersebut.
Setelah Anita memesankan makanan dan minuman yang akan mereka nikmati siang itu yaitu 2 bakso, 1 pangsit mie ayam, 2 jus mangga dan 1 jus alpukat. Itulah menu favorit mereka selama berada di kantin sekolah.
" Bentar lagi ujian .... Lo mau kuliah di universitas mana Za ?" tanya Anita pada Zahra yang tengah menikmati bakso kesukaannya itu.
" Gue sih maunya kuliah di universitas di kota ta .... tapi tanya ayah bunda dulu lha gimana baiknya nanti " jawab Zahra santai.
" Kalau Lo ta ....? Lo kuliah juga kan ?" tanya Zahra balik pada sahabatnya itu.
" Iya Za .... gue juga mau kuliah biar bisa kembangin usaha orangtua gue sekarang gitu Za " jawab Anita pula sambil tersenyum.
" Ehhhhhhh .... Lo Nia, Lo mau kuliah juga kan ?" tanya Zahra pula pada Rania yang tengah asyik makan pangsit mie ayam pedasnya.
" Gue mah mau nikah aja kali Za " seloroh asal Rania sambil manyun.
Sontak hal itu mampu membuat kedua sahabatnya tersedak makanan mereka masing-masing. Langsung saja Rania tertawa terbahak-bahak melihat tingkah keduanya. Membuat keduanya langsung menyambar minuman jus masing-masing sambil melotot tajam ke arah Rania yang tengah tertawa girang. Rania adalah sahabat mereka yang paling nyablak yang suka bicara asal tanpa di filter terlebih dahulu.
" Gila Lo .... Lo mau kita mati gara-gara ke sedak bakso ya .... masak Lo mau nikah, usia Lo juga baru berapa Nia .... nikah muda ? Pacar aja Lo gak punya sama kayak kita, memang Lo mau nikah sama siapa ? Emang ada gitu yang mau sama Lo ?" cecar Zahra panjang seperti gerbong kereta api bersambung dengan raut wajah yang kesal.
"Nah itu Lo tau Za .... gue ya kuliah lah sama seperti Lo pada cuma mau dimana nya itu yg gue gak tau " jawab Rania sambil nyengir setelah membuat kedua sahabatnya terguncang tadi.
" Ya Allah Nia .... gue kira Lo beneran mau nikah muda loh kali aja nikah sama aki-aki tua yang kaya raya. Lo jadi istri mudanya lumayan Lo dapet warisan biar otak Lo rada encer dikit gitu. " goda Anita yang kesal dengan selorohan Rania tadi sengaja menggodanya balik.
" Ya Allah Ita .... kira-kira dong kalau ngomong amit-amit gue ta dapat aki-aki gitu, gue kan juga mau punya ayang yang ganteng seperti Leonardo Dicaprio gitu ." jawab Rania sambil mengetukkan kepalan tangannya dari dahi ke atas meja mendengar ocehan Anita padanya tadi.
Sedangkan kedua sahabatnya hanya bisa tertawa melihat kelakuan Rania yang menurut mereka aneh bin lucu itu.
" Kalau Lo Za .... pengen punya pangeran yang gimana ? Apa macam Evan si ketua OSIS kita yang jadi rebutan semua siswi cewek di sekolah kita ini ?" tanya Rania pada Zahra. Sedangkan yang di tanya hanya diam saja sebelum menjawabnya.
" Gue mah mau punya pangeran yang seperti ayah bukan tua macam aki-aki atau om-om tapi dalam artian harus baik dalam hal dunia dan agamanya. Gue pengen pangeran gue bisa bimbing gue ke Jannah nya Allah SWT menuju surganya yang kekal itu." kata Zahra menjawab pertanyaan Rania tadi.
" Lo nikah aja sama ustadz kalau gitu Za .... tapi kalau disini kebanyakan ustadz itu sudah pada tua Za, jarang ada yang muda apalagi alim seperti yang Lo mau gitu. " timpal Anita pada Zahra.
" Betul itu kata Ita Za .... yang muda disini jarang ada, gak tau deh kalau di kota mungkin di sana ada seperti yang Lo cari Za " ujar Rania juga membenarkan kata-kata Anita tadi.
" Sudah aaaahhh .... gak usah bahas jodoh, pangeran atau nikah untuk saat ini. Yang harus kita pikirkan sekarang itu ujian yang sebentar lagi ada di depan mata. Lagian kita juga masih muda dan masih mau kejar cita-cita juga. Urusan jodoh mah sudah di atur Allah SWT .... jadi sudah ada yang ngatur pasangannya masing-masing tinggal ketemunya gimana, dimana dan kapan, kita gak pernah tau kan. " urai Zahra menjelaskan pada kedua sahabatnya dan menghentikan pembicaraan tersebut.
Ketiganya larut dalam pikiran masing-masing sambil menghabiskan minuman mereka lalu beranjak dari tempatnya untuk kembali ke kelas setelah membayar semua makanan dan minuman yang mereka nikmati tadi. Tak jauh dari mereka ada mata-mata yang selalu mengawasi Zahra, Anita dan Rania. Ya dia adalah Intan Anggi dan Wulan,yang selalu tidak suka bahkan cari gara-gara dengan Zahra dan kawan-kawannya yang terkenal cantik, baik dan berotak encer alias cerdas. Hingga tak mengherankan kalau ketiganya selalu masuk peringkat 5 besar di kelasnya.
Intan begitu iri dan benci pada Zahra dan kawan-kawannya. Di tambah lagi si ketua OSIS Evan Wiratmaja begitu menaruh hati pada Zahra. Membuat Intan begitu marah karena dari dulu sampai sekarang dia sudah menaruh hati pada Evan. Tapi tidak sekalipun Evan membalas perasaan Intan. Itupun di karenakan oleh Zahra. Ya hanya Zahra saja.
Padahal selama ini Zahra tidak pernah menanggapi Evan di karenakan ingin fokus pada sekolah dan ujiannya saja. Dan selama ini hanya mengganggap Evan sebatas teman sama dengan yang lainnya.
" Gue benci sama Lo Zahra .... Lo sok banget sih mentang-mentang pintar mau kuliah apalagi Evan masih saja suka padanya." kata Intan bersungut-sungut.
" Memang Zahra pintar kali Tan .... " ujar Wulan yang rada-rada otaknya
" Lo mau gue marah sama Lo ya kok Lo belain Zahra sih. " bentak Intan pada Wulan yang hanya cengengesan dengar kata-kata Intan itu.
Akhirnya semua siswa-siswi yang ada di kantin segera kembali masuk ke kelas masing-masing. Sampai pelajaran berakhir, Zahra dan sahabatnya pulang ke arah rumah masing-masing.
💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕
Sesampainya di halaman rumah, Zahra langsung memasukkan sepeda matic kesayangannya ke dalam garasi. Rumah Zahra memanglah tidak terlalu besar, keluarganya bukanlah keluarga yang terlalu bergelimang harta melainkan cukup untuk kehidupan sehari-hari. Zahra bukanlah tipe gadis yang suka berfoya-foya. Zahra juga tidak seperti kebanyakan gadis-gadis lain yang sering ke salon kecantikan atau berbelanja di mall-mall besar.
Zahra lebih suka melakukan perawatan sendiri di rumah bersama bundanya dengan bahan-bahan alami yang ada di kebun belakang rumahnya. Berbelanja pun Zahra dan bunda Riri lebih memilih di pasar tradisional, alasannya sangat sederhana bukan karena gengsi. Selain harga yang lebih terjangkau tapi juga untuk membantu para pedagang serta memberdayakan pasar tradisional yang semakin lama semakin terkikis dengan adanya mall-mall besar yang telah di bangun.
Zahra lalu masuk ke dalam rumah setelah melepaskan sepatu serta meletakkannya di tempat yang telah di siapkan oleh bundanya.
" Assalamualaikum bunda .... Za pulang Bun " sambil mencari keberadaan sang bunda.
" Waalaikumsalam anak cantik bunda, gimana sekolah kamu hari ini Za .... ?" tanya bunda pada Zahra yang tengah mencium tangan bunda kemudian mencuci tangannya karena melihat kue buatan bundanya.
" Sekolah hari ini baik-baik aja kok Bun .... cuma sebentar lagi akan ada try out Bun buat latihan menjelang Ujian Akhir Nasional Bun " jawab Zahra sambil mencicipi brownies yang masih mengepul panas karena baru saja keluar dari oven.
" Za .... ganti baju dulu dong nanti seragam sekolah kamu kotor sayang kena coklat " kilah bunda yang melihat kebiasaan anaknya yang tidak pernah berubah sedikit pun.
" Habisnya enak Bun .... brownies bunda memang maknyus loh .... " sambil meletakkan dua jari tangannya di depan mulut seperti gaya Pak Bondan di acara kuliner di televisi itu.
" Iya Za .... terimakasih tapi jangan jadi kebiasaan, sekarang kamu harus ganti baju, bersih-bersih diri lalu shalat dhuhur Za .... kamu belum shalat kan Za ?" tanya bunda tegas pada Zahra kali ini.
" Hehehehe .... iya-iya Bun .... " jawab Zahra sambil memberikan hormat pada bunda layaknya prajurit hormat pada komandannya 😅😅😅
" Dasar nih anak selalu saja begitu " gumam bunda sambil geleng-geleng kepala setelah melihat putrinya naik ke lantai 2.
Untuk urusan agama, ayah dan bunda begitu tegas pada Zahra. Sedari kecil mengajarinya ilmu agama, baik itu shalat wajib, shalat sunah, puasa, ngaji dsb. Hingga lalai sedikit saja kedua orangtuanya benar-benar bisa marah. Walaupun begitu kedua orangtuanya selalu memberikan penjelasan dan pengetahuan yang lebih, apalagi Zahra sebagai seorang gadis. Kasih sayang kedua orangtuanya tidak sekalipun membuatnya menjadi anak yang manja.
Setibanya di kamar, Zahra lalu berganti baju dan membersihkan diri guna menunaikan ibadah shalat dhuhur. Selepasnya seperti biasa, Zahra selalu mengaji. Tak berapa lama Zahra pun turun ke lantai bawah tepatnya ruang makan dimana di lihatnya bunda masih berkutat dengan kuenya.
" Belum selesai Bun .... apa masih banyak biar Za yang terusin Bun ?" tanya Zahra pada bundanya.
" Za .... Za .... kamu makan aja dulu kan baru pulang sekolah juga. Brownies nya tinggal ini aja kok tinggal masuk oven bentar lagi juga selesai " jawab bunda.
" Kok buat banyak sih Bun, memang buat siapa Bun ?" tanya Zahra lagi
" Ini bunda mau kasih kue buat kakek Zaky dan Tante Rara sayang. Nanti Za yang anterin ya." pinta bunda kemudian
" Baik bunda .... nanti Za anterin kalau sudah selesai ya Bun ." sahut Za sambil menikmati makan siangnya.
Setelah bunda menyiapkan brownies yang akan di bawa Za ke rumah kakek Zaky, Za meraih kunci matic kesayangannya yang merupakan hadiah ulang tahunnya tahun lalu dari kedua orangtuanya. Kemudian berpamitan sebelum jalan sesuai permintaan bundanya tadi.
Di jalan, Za melihat seorang nenek yang tengah menunggu mobilnya mogok karena kehabisan air. Zahra pun menghampiri nya dan membantu mendapatkan air yang di butuhkan karena jauh dari rumah penduduk. Setelahnya Zahra pun kembali melanjutkan perjalanannya ke rumah kakek Zaky.
" Assalamualaikum kakek ...." salam Zahra begitu melihat kakeknya tengah duduk santai di gazebo taman tak jauh dari kediaman kakeknya.
" Waalaikumsalam .... cucu kakek yang cantik. Kamu sendiri ndok ? ayah bunda mu mana ?" tanya kakek Zaky beruntun pada cucunya itu.
" Sendiri kek .... ni Za bawain brownies buatan bunda yang ni buat kakek karena gulanya sedikit ....bunda di rumah kek, ayah sebentar lagi pulang " jelas Zahra pada kakek Zaky.
Tak berapa lama, ada sebuah mobil yang memasuki pekarangan rumah kakeknya. " Mobil yang pernah di lihat Za tadi kenapa ke sini " gumam Zahra dalam hati.
Lalu keluarlah seorang wanita yang seusia dengan kakeknya tersebut. Wanita itu menghampiri kakek dan Zahra. Sambil tersenyum setelah melihat Zahra yang telah membantunya tadi di jalan.
" Assalamualaikum Zaky .... ni siapa ya ?" tanya wanita itu pada kakeknya
" Waalaikumsalam Misya, perkenalkan ini Zahra cucu ku yang pernah ku ceritakan tempo hari padamu. " jawab kakek Zaky dengan wajah sumringah.
" Ooohhh ya .... wah cucumu cantik Zak, pasti mirip anakmu Riri gak mungkin kan mirip kamu " kata wanita itu sambil tertawa.
" Za .... kenalin ini sahabat kakek dan nenek waktu masih kuliah dulu. Beliau ini Misya " sambil menjelaskan pada cucunya siapa yang datang.
" Assalamualaikum Bu .... saya Zahra cucu kakek Zaky " sambil mengulurkan tangan hendak mencium tangan sahabat kakeknya itu.
" Waalaikumsalam cantik .... jangan panggil Bu panggil aja nenek Misya " katanya sambil menyentuh pipi Za .
Kemudian semuanya masuk ke dalam rumah dan mengobrol di ruang tamu. Zahra sendiri masuk ke dalam untuk menyiapkan brownies yang di bawanya tadi sedangkan brownies satunya untuk Tante Rara di simpannya.
Zahra keluar menuju ruang tamu, menyuguhkan minuman dan kue hangat buatan bundanya untuk tamu kakeknya.
" Silahkan nek .... di minum dulu " ujar Zahra mempersilahkan.
Setelahnya Zahra berlalu ke dalam berbincang dengan bik Ana di belakang. Zahra suka bercengkrama dengan bik Ana karena jarang ke rumah kakeknya. Jaraknya memang tidak terlalu jauh namun Zahra lebih banyak belajar di rumah. Setelahnya Zahra duduk di rumah tengah sambil mendengarkan alunan ayat-ayat suci Al-Qur'an di Handphonenya. Zahra pun mengikuti bacaan tersebut, sampai kakek Zaky dan nenek Misya bisa mendengarnya.
" Suara cucu mu si Zahra bagus Zak .... beruntunglah kamu punya cucu sepertinya, mau rasanya aku mempunyai cucu seperti Zahra" puji nenek Misya
" Iya Sya ... Zahra cucuku satu-satunya, Rara masih belum mau menikah lagi setelah kehilangan suaminya terdahulu. " sahut kakek selanjutnya.
Setelah di rasa cukup bermain di rumah kakek, Za pun berpamitan pada kakek dan nenek Misya di karenakan hari semakin sore.
💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!