kisah ini bermula dari Elaine wanita yang pernah gagal menikah karena pengkhianatan calon suami dan sahabatnya. Dia meninggalkan kota Paris 3 hari sebelum hari pernikahannya dan memilih menetap di kota tua Strasbourg. Tapi karena pernikahan sang bibi dia akhirnya tinggal sepekan di Paris. Meskipun hanya sepekan, tapi Elaine telah mampu membuat seorang Sheriff kelahiran Colmar terpikat padanya.
Tapi kisah cinta mereka semakin rumit kala Jerry kakak dari Derryl berusaha memisahkannya mereka. Dia berusaha membuat adiknya agar tidak menerima saham dari papanya. Jerry tentu tidak rela jika Cusion Contruction harus jatuh di tangan sang adik.
Akhirnya Jerry nekat menculik Elaine untuk mengancam adiknya. saat dalam misi penyelamatan Abelano pewaris Valeo Corp's yang juga menaruh hati pada Elaine turut membantu. tapi sayangnya dia terkena tembakan dan harus terbaring kritis di rumah sakit. Momynya berusaha membujuk Elaine untuk menikahi anak semata wayangnya yang tengah kritis.
Elaine berfikir keras, dalam hatinya Derryl lah yang dia cintai. Tapi Abelano, dia berhutang budi karena dia telah menyelamatkan nyawanya.
Bersambung.. .
Jangan lupa baca juga karya author yang lain ya😊
Ditunggu like, komen, favorit kalian di sana🙏🏻 Happy reading.
Dzrtt..
Bunyi ponsel Elaine membangungkan tidurnya.
"Datanglah kepernikahanku akhir pekan ini, jangan membuatku kecewa." Pesan yang tertera dilayar ponselnya. Elaine terus menatap layar ponselnya dengan perasaan yang tidak dapat ia ungkapkan. Semenjak kepergianya dua tahun lalu, Elaine tidak pernah berfikir untuk kembali ke kota kelahiranya. Ia sudah nyaman dengan suasana di kota tua Strasbourg.
Tok..
Tok..
"Elaine sudahkah kau bangun?" suara bibi hannah menyadarkan Elaine dari lamunannya. dengan cepat Elaine berlari untuk membuka pintu rumahnya.
"Ohh.. ya ampun Bibi, ini masih pagi sekali untuk pergi ke pasar," ucap Elaine sambil memasang muka masamnya.
"Ayolah Elaine bibi sudah tidak sabar ingin mengelilingi pasar," jawab bibi hannah sambil tersenyum dan memohon.
"Masuklah dulu akan kubuatkan breakfast untuk kita berdua." Dengan sigap Elaine pergi kedapur menyiapkan roti panggang diisi dengan telur dan keju mozarella.
"Maukah bibi segelas jus apel?" teriak Elaine dari dapur.
"Apapun Sayang, bibi suka semua yang dibuat oleh tanganmu," jawab bibi Hannah sambil tertawa.
Menu sarapan semua sudah siap diatas meja makan.Elaine dan bibi Hannah menyantap sarapan mereka dengan segera.
"Bi."Suara Elaine memecah keheningan.
"Iya Sayang, ada apa? Ada yang sedang mengganggu pikiranmukah?" tanya Bibi Hannah.
"Akhir pekan nanti Bibi Esmee akan melangsungkan pernikahan, haruskah aku berkunjung kesana untuk memberinya selamat." Dengan wajah bimbang Elaine mengatakannya.
"Sudah sepantasnya kamu mengunjunginya Elaine, lupakan masa lalumu dan jangan membuat bibimu kecewa karena ketidakhadiranmu di hari bahagianya," jawab bibi Hannah untuk meyakinkan Elaine.
Mendengar apa yang dikatakan bibi Hannah, Elaine hanya menghela nafas panjang.
"Percayalah ini kesempatan untukmu, yakinkan hatimu bahwa kau sudah melupakan semuanya. Bibi percaya padamu," ucap bibi Hannah untuk meyakinkan Elaine.
Setelah selesai sarapan mereka pergi ke pasar tradisional. Elaine mulai berbelanja yang ia inginkan 'daun mint' itu yang pertama muncul di fikiran Elaine. iya wanita 25 tahun ini sangat menyukai juss daun mint dan mangga.
"Bibi temani aku memilih buah mangga." Pinta Elaine sambil menarik tangan bibinya menuju penjual buah langganan mereka.
"Hay Nek, kabar baikkah dari nenek?" tanya Elaine kepada nenek Loria.
"Nenek sangat baik, bagaimana denganmu cucu manisku, baikkah?" tanya Loria balik.
"Kabarku selalu baik bila bertemu Nenek," goda Elaine sambil tertawa.
Elaine terkenal sebagai gadis yang ramah. Kehilangan ibunya sejak kecil membuat Elaine tidak mengenal kasih sayang seorang ibu. Itu sebabnya Elaine begitu empatik kepada semua wanita paruh baya.
"Terima kasih Nek, semoga ludes dagangannya, jaga diri baik - baik ya Nek," pamit Elaine kepada nenek Loria setelah membeli beberapa kilo mangga.
Elaine tidak menyadari ada sepasang mata orange yang mengamatinya sejak dia tiba dipasar. Mata orange itu sungguh mengagumi Elaine yang begitu ceria dan ramah kepada para pedagang dipasar.
Elaine yang tidak menyadari tetap berjalan pulang dengan bibi Hannah dengan kedua tangan penuh dengan sayur dan belanjaan yang lain. Karena jarak pasar tidak begitu jauh mereka sering pergi ke pasar dengan berjalan kaki.
Setelah puas dengan belanjaan mereka saatnya bibi Hannah membuka toko bunganya.'Belle Fleur' nama yang bibi Hannah pilih karena dia tidak menyukai hal hal yang rumit. Elaine selalu membantu bibi Hannah ditoko bunganya. Semenjak Elaine membantu bibi Hannah merangkai bunga, toko menjadi ramai. Keahlian Elaine merangkai bunga memang begitu menwan.
Selesai membantu bibi Hannah ditoko Elaine pulang dan membersihkan diri. Malam ini Elaine merebahkan dirinya diatas ranjang tidurnya. Ia berfikir keras memikirkan ucapan bibi Hannah pagi tadi.
"Ya, aku harus bisa, aku sudah melupakannya." Yakinnya dalam hati.
Pagi ini Elaine bangun dengan perasaan cukup tenang. Ia memilih untuk tidak terlalu memikirkan masa lalunya itu. Seperti biasa, Elaine pergi ke toko bunga bibi Hannah untuk membantunya. Sebenarnya Elaine ingin mencari pekerjaan lain yang sesuai dengan keahliannya, tapi Elaine memilih untuk tinggal ditoko bunga. Karena menurutnya pekerjaan akan lebih menyenangkan apabila itu adalah hobinya.
Krncnggg...
Bunyi lonceng toko bunga ketika Elaine membuka pintu.
"Selamat pagi bibi cantikku," sapa Elaine.
"Selamat pagi manisku, sepertinya kamu begitu ceria ada apa?" tanya Bibi Hannah sambil menggoda Elaine.
"Aku hanya memilih untuk tetap ceria seperti halnya diriku yang biasa bibi, hanya itu."
Elaine berlalu menuju tempat istirahat sambil menyunggingkan senyum di wajahnya. Elaine menaruh tasnya didalam lemari meja kerjanya. Iya Elaine mempunyai meja kerja karena ia tidak hanya membantu bibi Hannah merangkai bunga tapi juga membuat pembukuan penjualan tiap bulannya.
Elaine ingin bibi Hannah terbiasa membuat pembukuan tiap bulannya, agar tidak terjadi hal - hal yang tidak diingkan jika suatu saat Elaine tidak lagi disini membantu bibi Hannah mengelola tokonya.
Elaine keluar dari ruangan membantu bibi Hannah merangkai bunga.
"Bibi, aku sudah memutuskan akan pergi akhir pekan ini." celetuk Elaine tiba tiba
"Bagus Sayang, kamu pasti bisa Sayang. kamu wanita yang tangguh, bibi percaya padamu." Bibi Hannah menepuk pundak Elaine.
"Terima kasih, Bibi telah membuatku menjadi wanita yang tangguh." Elaine berhamburan memeluk Bibi Hannah.
Mereka merangkai bunga dengan teliti sesekali mereka bergurau untuk mencairkan suasana.
"Tidak banyak pelanggan hari ini Bibi, tapi kita mendapat pesanan cukup banyak untuk pernikahan besok," ucap Elaine disela - sela pekerjaan mereka.
"Kamu benar, Elaine. Kita harus bekerja keras hari ini," jawab Bibi Hannah.
Siang berlalu dengan cepat, Elaine dan bibi Hannah masih sibuk merangkai bunga pesanan untuk pernikahan besok.
Krncnggg..
Lonceng berbunyi kala pintu toko terbuka. Laki - laki berbadan kekar dengan balutan jas hitam dan rambut hitamnya membuat ia terlihat mempesoana.
"Bisa berikan aku sebuket mawar orange?" suara laki laki itu membuyarkan lamunan bibi Hannah.
Dengan gagap bibi Hannah menjawab "iiy...a..aa"
" biarkan aku yang mengambilkannya bibi"
" bibi Hannah begitu terpesona dengan laki laki itu" batin Elaine dalam hati.
" silahkan Tuan ini buket yang anda minta. apakah anda ingin menambahkan sebuah kata - kata? kami dengan senang hati akan membuatkannya tuan."
"iya boleh, tuliskan diatas kertas orange"
" apakah laki - laki ini menyukai warna orange" pikir Elaine.
"apa yang ingin anda tulis Tuan?"
"aku menginginkanmu" jawabnya singkat.
Elaine tersentak kaget, tapi ia sadar laki - laki itu tidak berbicara padanya itu hanya mewakili apa yang ingin ia tuliskan.
"terima kasih Tuan atas kunjungan anda"
laki - laki itu berlalu meninggalkan toko memasuki mobil mewahnya.
"selidiki wanita yang bekerja ditoko bunga itu, aku menginginkannya" ucap Baldwin kepada asistennya.
Baldwin, seorang pengusaha sukses yang begitu berpengaruh dan disegani di kota tua Strasbourg. Ia menjalankan bisnisnya dengan cara yang kotor.
Menyuap polisi, jaksa sudah menjadi hal yang biasa bagi Baldwin. Anak perusahaanya juga tidak terdaftar hingga tak perlu mengeluarkan uang pajak setiap tahunnya.
Meskipun dia pebisnis yang sukses, Baldwin suka mengencani banyak perempuan. Dirinya kini terpesona dengan wajah cantik Elaine. Dia memperhatikan perempuan itu dari saat memasuki pintu toko.
Perawakan Elaine yang tinggi dan ramping membuat Baldwin tak henti - henti memandangi Elaine. tanpa Elaine sadari laki laki ini mengamati semua gerakan Elaine menulis merangakai bunga saat di toko tadi.
🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻
ayo teman teman tinggalkan jempol 👍 dan cinta ❤ kalian disini. bantu vote dan like yaaa biar semangat terus up up tiap babnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!