"Kamu ada rekomendasi tempat kerja nggak?"
tanya Audrey
"Ayahmu kaya raya dan kamu masih mencari pekerjaan?!" Tanya Vania
Kedua orang itu sedang duduk di halte dan menunggu bus saat ini. Mereka baru saja selesai dengan sekolah. Memang di saat sekarang sudah tak ada yang dikerjakan di sekolah karena semua ujian sudah diselesaikan. Tapi memang ada beberapa hal yang masih harus diurus terkait surat - suratnya.
Audrey mendengus mendengar ucapan sahabatnya itu, "Iya kaya tapi kan kamu tau sendiri siapa aku ini! Masa iya berharap bakalan di kuliahin!" ucap Audrey malas
Audrey Lee, adalah seorang gadis yang baru berusia Sembilan belas tahun dan baru saja menyelesaikan sekolah menengah atasnya. Audrey Lee secara hukum adalah puteri dari seorang pengusaha sukses Christoper Lee dan Margareth Lee. Sayangnya dia hanya seorang anak tidak sah dari Christoper dan seorang pelayan di kediaman itu.
Christoper memutuskan untuk mempertahankan Audrey dan mengakuinya sebagai anaknya dan Margareth, isteri sahnya. Sehingga Audrey tertulis sebagai anak bungsu pasangan itu. Dia memiliki dua orang kakak, yaitu anak - anak kandung Christoper dan Margareth Lee. Mereka adalah Aaron Lee dan Angeline Lee.
Aaron berusia dua puluh tujuh tahun dan berprofesi sebagai pebisnis yang meneruskan bisnis ayahnya. Sedangkan Angeline Lee berusia dua puluh lima tahun dan bekerja sebagai seorang pengacara.
Aaron memang tidak pernah peduli pada Audrey, tapi Aaron tak pernah merundung adik bungsunya itu. Dia hanya akan menutup mata akan apa yang dilakukan ibu dan adik perempuannya pada Audrey. Berbeda dengan Angeline yang selalu berusaha menunjukkan pada Audrey bahwa dia hanya anak seorang pelayan. Bahkan kamar Audrey berada di paviliun belakang dekat dengan paviliun pelayan. Tapi Audrey tinggal sendiri di sebuah paviliun kecil dimana di dalamnya sudah ada dapur dan meja makan, karena Audrey tak pernah diijinkan makan bersama dengan keluarga inti Lee.
Dan kali ini tentu saja Audrey bingung karena dia sangat ingin kuliah. Tapi meminta uang kuliah pada ibu sambungnya sama saja dengan mengantarkan nyawanya sendiri. Jadilah dia berpikir untuk bekerja untuk bisa menghasilkan uang dan tetap berkuliah.
"Sekalipun kamu bilang mau kerja dan kuliah sendiri, menurutmu apa mereka bakalan ngijinin kamu kerja dan kuliah?! Jika identitasmu sampai terbongkar, dan orang tau anak seorang Christoper Lee kerja part time, menurutmu seheboh apa bakalan beritanya?!" ucap Vania
Audrey menghembuskan nafasnya panjang, sahabatnya benar! Dia tak akan pernah diijinkan kerja part time! Karena meskipun Christoper dan Margareth Lee berusaha menutupi identitas aslinya, tapi secara hukum dia sah anak pasangan itu. Dan bekerja part time hanya akan mempermalukan nama besar Lee bila sampai identitasnya terbongkar. Lalu bagaimana nasibnya sekarang?!
Vania menatap iba sahabatnya, "Lebih baik temui ayahmu atau kakak sulungmu secara pribadi dan berbicaralah dengan mereka!" ucap Vania
Audrey mengangguk pelan, "Aku akan memikirkan saranmu"
Audrey bangkit lebih dulu karena sudah melihat bus yang akan membawanya pulang lebih dulu datang. Setelah berpamitan dengan Vania, Audrey masuk ke bus dan memilih berdiri karena memang temppat duduknya sedang penuh.
Sepanjang perjalanan Audrey terus merenungkan ucapan Vania tadi. Vania memang sangat dekat dengan Audrey, mereka terbilang terus berada di sekolah yang sama sejak sekolah dasar. Audrey memang diijinkan memilih sekolahnya sendiri asalkan bukan sekolah kelas atas seperti yang dimasuki oleh kakak - kakaknya. Jadilah Audrey memilih semua sekolah yang sama dengan sahabatnya itu.
Mereka berdua memilih menjadi siswa yang tak mencolok agar dapat menyelesaikan sekolah mereka dengan tenang tanpa gangguan dari mana pun. Audrey akan pulang setelah sekolah sepi, dan datang sebelum semua siswa datang. Audrey memilih menjadi siswa tak kasat mata untuk melindungi identitasnya.
Audrey turun dari bus dan berjalan masuk ke perumahan elit tempat keluarganya tinggal.
Perumahan elit yang dimata Audrey serasa seperti penjara saja. Dia menghembuskan nafasnya berkali-kali baru masuk ke kediaman itu. Audrey menyapa satpam yang berjaga di depan dengan sopan dan dibalas dengan senyuman satpam. Para pelayan dan pekerja disana memang sangat menyayangi Audrey, karena Audrey yang sangat ramah pada mereka.
"Kenapa kamu baru pulang sayang! Kata papa kamu ada masalah dengan perusahaan?! Itukah yang membuatmu nggak pulang ke rumah?"
Suara Margareth yang sarat kekhawatiran membuat Audrey menghentikan langkahnya dan berdiri diam di dekat pintu samping. Audrey tau siapa yang diajak bicara oleh ibu sambungnya itu, Aaron Lee, sang kakak sulung.
"Hmm, aku ingin makan ma! Bisakah mama menyiapkan makanan? Aku lelah sekali dan lapar"
ucap Aaron
"Makanan sudah siap nak! Ayo makan siang dengan mama! Tapi kamu harus menjelaskan semuanya pada mama! Ada apa?" jawab Margareth
"Aku tertipu ma! Ada sebuah investor yang membawa kabur uang kita. Bukan itu saja, dia sudah memanipulasi segalanya sehingga uang hak pegawai tidak diterima oleh ratusan bahkan ribuan pegawai kita. Akhirnya terjadi unjuk rasa besar -besaran. Saat ini bahkan pihak berwajib sedang mendalami kasusnya" ucap Aaron lelah
Audrey yang mendengar semua cerita itu mengerutkan keningnya. Dia bukan tidak memahami apa yang diceritakan oleh kakak sulungnya itu. Dia tau jelas arti dari semua ucapan kakaknya itu. Artinya perusahaan ayahnya berada di ujung tanduk. Dan kondisi ini tentu tidak akan menguntungkan Audrey.
"Maksud kamu apa Aaron?! Jadi perusahaan kita berurusan dengan pihak berwajib?! Papa akan dipenjara?!" tanya Margareth
"Tidak jika kita bisa membayar semua gaji pegawai yang dibawa kabur oleh orang itu!" ucap Aaron
Margareth tampak menghembuskan nafasnya panjang, "Apakah tidak cukup uang kita nak?"
Aaron menggeleng, "Jumlah karyawan itu ribuan ma! Dan jumlah uang yang digelapkan bukan hanya gaji tapi juga tunjangannya! Yang artinya sejumlah dua kali gaji dikalikan ribuan orang! Belum lagi kita harus menyediakan uang yang dibawa pergi sang investor! Karena proyek kita sedang berjalan, jika kita tak bisa menyediakan uangnya dan proyek terbengkalai maka perusahaan lagi-lagi akan mendapatkan masalah! Kita akan kena pinalti dan wajib membayar denda sebesar tiga kali lipat dari nilai investasi!" ucap Aaron
Margareth tampak sangat terkejut mendengar ucapan Aaron. Bagaimana bisa mereka mengalami semua ini?! Selama ini mereka hidup dalam kelimpahan, dan sekarang mereka harus menghadapi sebuah krisis?!
"Tidak adakah jalan keluar Aaron?!" tanya Margareth
Aaron menghembuskan nafasnya panjang, Ada! Papa sedang mencoba mendatangi tuan Kevin Kingsley Bastian untuk memohon bantuan. Tapi yang aku dengar mereka mengajukan syarat pernikahan!"
"Apa?! Siapa yang akan dinikahkan?! Apakah anak sulungnya?! King Xander??" Pekik Margareth
Aaron mengangguk, "Ya, pernikahan untuk anak sulung mereka. King Xander"
"Kalau begitu bagus! Angeline kita akan mendapatkan suami sekaya dan seluar biasa King Xander! Perusahaan kita juga akan selamat kan nak ?!" seru Margareth senang
Aaron melirik ke pintu samping, dia tau sedari tadi adik bungsunya berdiri di sana dan menguping pembicaraan mereka.
"Bukan Angeline yang mereka mau, tapi Audrey" jawab Aaron tenang
"APA?!" pekik Margareth
Audrey yang berdiri menyandar di dinding langsung menoleh ke dalam ruangan. Dia tidak salah dengar! Namanya yang disebutkan oleh kakak sulungnya, sehingga membuat sang ibu sambung marah mendengarnya! Matilah sekarang Audrey!
Xander baru saja keluar dari ruang meeting, usai meeting bersama dengan para staffnya. Dirinya berjalan tegak kembali ke ruangannya dengan Jose, asistennya berjalan di sampingnya. King Xander Bastian saat ini memegang hampir seluruh anak perusahaan AM Grup, sedangkan ayahnya Kevin Kingsley Bastian hanya mengontrol dan membantu Xander menjalankan tugasnya saja.
Xander masuk ke dalam ruangannya dan segera mengambil tas dan semua miliknya. Dia mendongak dan menatap asisten sekaligus sahabat karena mereka bertumbuh bersama. Jose adalah anak sulung dari tangan kanan sang ayah, Gabriel. Dan dari kecil Jose sudah di persiapkan untuk menjadi tangan kanannya. Sehingga dari kecil Xander memang sudah sangat dekat dengan Jose.
"Kau sudah menyiapkan semuanya?" tanyanya
Jose mengangguk, "Sudah tuan. Anda sudah tidak memiliki pertemuan apapun, jadi kita bisa pergi sekarang" ucapnya
Xander mengangguk lalu mengambil tasnya dan berjalan keluar dari ruangannya diikuti oleh Jose. Mereka langsung memasuki lift khusus eksekutif dan langsung turun ke basement tanpa melewati loby.
Namun begitu sampai di bawah, Xander baru saja keluar dari lift, ponselnya berdering. Xander mengeluarkan ponselnya dan nama ibunya tertera di layar ponselnya. Tanpa menunggu Xander menggeser tombol hijau dan mengangkat panggilan dari ibunya.
"Hallo mom?" sapa Xander
"Xan? Apakah kamu masih di perusahaan?"
suara Jemima terdengar
"Ya, aku sedang dalam perjalanan. Ada apa mom?" tanya Xander yang tetap melangkah menuju ke mobilnya dimana Jose sudah bersiap dan membukakan pintu belakang untuk tuan mudanya itu.
"Kamu mau pergi? Bukankah sekarang sudah tidak ada meeting?" tanya Jemima
Xander mengangguk memerintahkan Jose menjalankan mobilnya. Meskipun begitu dia tetap meladeni panggilan sang ibu, "Hari ini tanggal lima bulan tujuh mom. Aku akan menuju ke makam" ucap Xander
Terdengar helaan nafas panjang dari seberang telepon.
"Jika mommy memintamu membatalkan kunjunganmu dan menjemput mommy di rumah sakit apakah bisa nak?" tanya Jemima pelan
Xander terdiam, dia tau ini akal - akalan sang ibu. Ibunya akan selalu seperti ini setiap tahun. Dia akan mengupayakan banyak cara agar Xander tidak mengunjungi makam seseorang dari masa lalu Xander itu lagi. Meskipun selalu gagal dan Xander akan selalu tetap mendatangi makam itu, tapi Jemima terus mencoba menggagalkannya.
Bahkan tahun lalu, sampai Jemima berpura -pura pingsan untuk membuat puteranya membatalkan kunjungannya ke makam. Dan berhasil sebenarnya! Xander datang ke rumah sakit tempat ibunya di bawa, namun setelah melihat kondisi sang ibu baik - baik saja, Xander melesat meninggalkan rumah sakit bahkan meninggalkan Jose disana.
"Ada apa mom? Apakah hari ini mom pingsan lagi?" tanya Xander datar
Jemima sekali lagi menghembuskan nafasnya panjang dan terdengar begitu berat, "Mommy tau apa arti hari ini untukmu Xander! Tapi tidak bisakah kamu move on nak? Sampai kapan kamu akan terperangkap dalam masa lalumu? Kamu dengar sendiri apa yang dikatakan oleh dokter psikiater, bahwa apa yang terjadi padamu akan sembuh bila kamu berdamai. Lupakan dia nak! Dia sudah meninggal lama" ucap Jemima penuh permohonan
Xander memejamkan matanya mendengar suara memohon ibunya. Sejujurnya Xander ingin, ingin sekali memenuhi semua keinginan ibunya termasuk apa yang baru saja ibunya katakan. Tapi tentu saja kondisi hati dan pikiran Xander tidak semudah itu menurut. Semua ini sudah berlalu belasan tahun. Sekitar hampir tujuh belas tahun lalu, Xander melihat seseorang meregang nyawa di depan matanya dengan cara yang mengerikan. Bukan hanya arti orang itu bagi Xander, tetapi juga rasa bersalah yang terus menghantui Xander sampai sekarang.
Mereka di culik bersama! Seandainya Xander sadar lebih cepat dari pengaruh bius. Seandainya Xander mampu menolongnya, maka dia tidak akan meregang nyawa. Maka Xander tidak akan menanggung perasaan seperti ini selama belasan tahun. Yang membuatnya tak bisa menyentuh dan di sentuh oleh lawan jenis.
Melihat Xander tidak menjawab, Jemima kembali menghembuskan nafasnya, "Baiklah kalau memang kamu tidak bisa datang. Mommy akan pulang sendiri! Mommy tetap berharap kamu bisa move on nak! Semua sudah berlalu tujuh belas tahun lalu. Bukan hanya dia yang harusnya kamu pikirkan, ada mommy, daddy dan Ellea! Malam ini pulanglah ke rumah, mommy merindukanmu" ucap Jemima yang langsung memutuskan sambungan telponnya tanpa menunggu jawaban Xander
Xander hanya memejamkan matanya namun tetap bungkam. Dia mengembalikan ponselnya ke saku jasnya kemudian menyandarkan kepalanya dan menutup matanya menunggu perjalanan yang akan mengantarnya ke makam seseorang dari masa kecilnya.
Tiga puluh menit kemudian, mobil yang dikendarai Jose sudah tiba di sebuah pemakaman umum. Jose turun dan langsung membukakan pintu untuk tuan mudanya. Xander mengambil sebuket bunga mawar putih, yang tadi sudah dia beli dalam perjalanan kemari lalu berjalan menyusuri jalan setapak menuju ke sebuah makam yang letaknya sedikit di ujung. Dia sudah sangat menghafalnya karena setiap tahun dia akan datang berkunjung kemari dan menghabiskan waktu hampir seharian untuk sekedar duduk di depan makam.
Namun saat Xander baru saja meletakkan bunganya, dan menundukkan kepalanya. Jose sudah mendekat dan menundukkan kepalanya takut.
"Maafkan saya tuan, tuan besar menelpon dan meminta anda kembali sekarang! Nyonya kecelakaan" lapor Jose
Xander langsung menoleh menatap asistennya, "Mommy kecelakaan?! Dimana?! Bukankah tadi dia mengatakan sedang berada di rumah sakit?!"
tanyanya tajam
Jose mengangguk, "Tadı memang nyonya masih di rumah sakit saat menghubungi anda tuan, tapi karena anda menolak datang maka nyonya menyetir sendiri pulang ke rumah. Dan di jalan dekat mansion, nyonya mengalami kecelakaan karena menghindari seseorang anak menyeberang jalan"
Xander langsung berbalik, dia sempat melirik nisan yang biasanya akan dia tatap hingga malam.
Lalu Xander berjalan lebih dulu dan meninggalkan makam itu. Kini Xander sudah masuk ke kursi kemudi dan meminta Jose duduk di sampingnya.
"Aku yang akan menyetir! Dimana mommy?"tanya Xander
"Di rumah sakit tuan muda. Nona Ellea membawa Nyonya kembali ke rumah sakit" ucap Jose
*
*
*
Xander memarkir sembarangan mobilnya di loby rumah sakit milik keluarganya itu. Ya, rumah sakit itu adalah milik ibunya. Ibunya adalah seorang dokter bedah dan seorang pemilik rumah sakit di Indonesia, lalu ibunya membuka cabang lagi di Singapura dan dikelola sendiri olehnya.
Sedangkan Queen Ellea Bastian, dia adalah adik perempuan Xander yang usianya terpaut lima tahun dengan Xander. Ellea mengikuti jejak ibunya dan kini berprofesi sebagai seorang dokter bedah anak.
Xander langsung diarahkan Jose menuju ke ruangan tempat Jemima di rawat karena Jemima sudah dipindahkan ke ruang rawat VVIP yang terletak di lantai tiga gedung paling selatan. Xander dengan setengah berlari dia menuju ke ruangan ibunya.
Begitu Xander membuka pintu dia melihat adiknya berdiri memeriksa kondisi ibunya, dan ayahnya berdiri di sisi lain ranjang sang ibu. Xander langsung mendekati ibunya. Tapi Ellea langsung menghadiahinya dengan tatapan sengit.
"Kenapa kembali kemari?! Sana tunggui saja makam itu sampai tengah malam!" ucap Ellea
Xander tak menggubris Ellea, dia langsung mendekati ibunya, "Mom? Maafkan aku" bisiknya
Jemima yang memang sudah sadar dan tidak menderita luka parah, hanya benturan di kepala dan kakinya tergores. Tapi Ellea dan suaminya Kevin sangat panik dan ngotot membawanya ke rumah sakit.
"Mommy baik - baik saja! Jangan terlalu khawatir" ucap Jemima tenang
"Apakah harus mendengar ibumu masuk
rumah sakit baru kamu membatalkan kunjunganmu kesana?!" tanya Kevin tajam
Xander mengeraskan rahangnya mendengar ucapan ayahnya. Selama ini Kevin tidak pernah mencampuri urusannya. Bahkan bagi Xander, ayahnya tidak pernah menuntutnya untuk move on dan melupakan kejadian itu. Tapi Xander tidak menyangka bahwa ayahnya akan semarah ini dengannya.
"Maafkan aku dad" ucap Xander
"Keluar dari sini! Daddy ingin bicara!" ucap Kevin
Jemima menahan tangan suaminya, "Sayang, jangan terlalu keras"
"Aku akan mengurusnya, kamu istirahat dulu dengan Ellea" ucap Kevin lembut sambil mengecup kening isterinya
Kevin berjalan keluar dari ruang rawat isterinya setelah menepuk kepala puterinya untuk menjaga ibunya. Xander mengecup tangan ibunya lalu berbalik dan mengikuti ayahnya keluar dari kamar rawat ibunya.
"Daddy dan mommy menemukan wanita yang cocok untuk menjadi isterimu! Tepati janjimu! Kau akan menikah bila kami menjodohkanmu kan?" ucap Kevin tenang
Xander diam, dia hanya menundukkan kepalanya dan tak menjawab ucapan ayahnya.
"Mau sampai kapan kamu akan menutup mata melihat kekhawatiran ibumu?!" tambah Kevin
"Aku tidak bisa bersentuhan dengan lawan jenis dad. Lalu bagaimana mau menikah?" tanya Xander
Kevin mendengus, "Bukan tidak bisa! Tapi memang kamu yang membuat ketidakbisaan itu! Ellea juga lawan jenis, Sala juga lawan jenis, Daphne juga lawan jenis, dan kamu bisa menyentuhnya! Semua itu ada di kepalamu sendiri Xan! Selama kamu tidak melepaskan gadis itu maka selamanya kamu tidak akan bisa disentuh oleh gadis lain selain adik dan sepupumu!" ucap Kevin tenang
Xander menghembuskan nafasnya. Itu semua yang dikatakan ayahnya adalah teori tentu saja. Dokter dan ibunya yang menarik kesimpulan demikian. Dia sendiri tidak tau apakah itu benar atau tidak.
"Baiklah. Dengan siapa?" tanya Xander mengalah
"Namanya Audrey Lee, puteri Christoper Lee dan Margareth Lee. Usianya sembilan belas tahun." Ucap Kevin
Xander langsung membelalakkan matanya, "Sembilan belas?!"
Setelah berbicara dengan sang ayah, Xander masuk ke dalam ruang rawat ibunya dan duduk di kursi di samping brankar sang ibu. Xander mengambil tangan sang ibu dan menggenggamnya erat. Dia belum memberikan jawaban apapun pada ayahnya tentang perjodohan tadi. Tapi Xander tau mengelak pun percuma jika ayahnya sudah memutuskan maka dia tak bisa berkata apapun.
Apalagi kondisi ibunya sudah tergeletak lemah seperti ini.
"Daddy mu sudah mengatakannya?" tanya Jemima lemah
Xander mengangguk, "Mom menginginkannya? Melihatku menikah?" tanya Xander lirih
Jemima tersenyum lemah, "Kamu nggak mau? Audrey, anak itu cantik sekali. Mommy sudah jatuh cinta saat pertama kali melihatnya. Mom yakin kamu akan bisa jatuh cinta padanya"
Xander menghembuskan nafasnya mendengar ucapan ibunya, "Aku akan melakukannya jika itu membuat mommy bahagia" ucap Xander
Jemima mengusap tangan putera sulungnya itu, "Mommy minta maaf? Mommy tidak berhasil menyembuhkan traumamu anakku. Dan sekarang mommy justru memaksa kamu menikah dengan seseorang. Mom minta maaf" ucap Jemima lembut
Xander mengangkat tangannya dan mengusap lembut air mata ibunya, dia selalu sakit hati jika mendengar ibunya lagi - lagi menyalahkan dirinya. Dari Xander kecil, setelah kejadian berdarah itu, sang ibu selalu berusaha belajar lagi dan melakukan banyak penelitian dan juga study banding untuk menyembuhkan trauma Xander dan kembali membuat Xander bisa dekat dengan lawan jenis. Tapi selalu gagal.
Sehingga sang ibu bersama beberapa ahli psikologi hebat yang memang sengaja di datangkan ibunya ke Singapura untuk meneliti semua yang dialami puteranya membuat sebuah kesimpulan bahwa alam bawah sadar Xander sendiri yang menciptakan rasa sakit dan sesak itu. Selamanya akan seperti itu jika Xander tidak bisa melepaskan masa lalunya, sumber kesakitannya dan sumber traumanya lalu membuka hati untuk sesuatu yang baru dalam hal ini lawan jenis.
"Jangan menangis. Daddy akan membunuhku bila mommy menangisiku lagi" ucap Xander berusaha menggoda ibunya
Jemima menggeleng, "Mommy benar - benar ingin kamu kembali seperti dulu nak! Sebelum Shi-...
"Aku akan menikahi gadis itu mom. Aku akan menuruti kemauan mommy, Jadi cukup jangan merasa bersalah lagi, oke?" potong Xander ketika ibunya ingin kembali menyebutkan gadis masa lalunya. Xander tak ingin semua berlarut. Lebih baik dia mengalah dan mencoba menuruti kemauan ibu dan ayahnya. Setidaknya dia tidak akan membuat ibunya khawatir.
Jemima mengangguk pelan, "Terima kasih. Berjanjilah untuk berusaha mencintainya"
Xander hanya tersenyum, tentu saja dia tak bisa berjanji sesuatu yang dia tidak yakin. Dan kedatangan ayahnya menyelamatkannya. Xander mendekatkan wajahnya dan mencium kening ibunya, "Mommy harus beristirahat. Aku akan keluar"
Xander beranjak dan keluar dari ruangan rawat ibunya. Di luar pintu itu masih ada sebuah ruangan yang di khususkan untuk penunggu, karena memang ibunya di rawat di kamar VVIP sehingga fasilitas yang di dapatkan juga sangat lengkap.
Xander duduk di sofa dan menyandarkan punggungnya. Dia memejamkan matanya dan menghembuskan nafasnya. Tak lama dia bisa merasakan kehadiran seseorang dan dari aromanya, Xander yakin itu adalah adiknya, Ellea. Xander membiarkan saja, tapi dia langsung bereaksi ketika merasakan sesuatu menyentuh lengannya.
Xander langsung membuka matanya dan menepis tangan adiknya. Tapi Ellea juga bergerak cepat, dia mendelik memperingati kakaknya, "APA ?!" sergahnya
Xander menghembuskan nafasnya dan mengulurkan tangannya pasrah. Ellea langsung menggulung lengan kemeja kakaknya dan menancapkan jarum infus ke lengan kakaknya. Ellea memang sering melakukan itu pada kakaknya. Karena dia tau kakaknya adalah orang yang sangat sibuk, maka Ellea sering memberikan vitamin pada kakaknya melalui infus.
Xander mengulurkan tangannya yang bebas lalu mengusap lembut kepala Ellea, "Aku minta maaf" ucapnya
Ellea mendengus mendengar ucapan kakaknya, tangannya sibuk membereskan perlengkapan yang barusan dia gunakan untuk memasang infusan sang kakak, "Dia sudah meninggal lama. Kejadian itu sudah belasan tahun lalu Xan! Tidak seharusnya kamu terus terjebak dalam masa itu." Ucap Ellea dengan kepala tertunduk
Xander kembali menghembuskan nafasnya, tangannya masih mengusap kepala adiknya, "Hmm, aku minta maaf" ucapnya lagi
Ellea menoleh menatap kakaknya, "Kamu menyetujui perjodohan itu? Aku sudah melihat anaknya, dia memang masih sangat muda, tapi aku setuju dengan mommy dan daddy, kalau dia anak yang baik" ucap Ellea
Xander terkekeh mendengar ucapan adiknya. Dia meraih tubuh adiknya dan memeluknya erat, Kamu sudah pengen banget aku menikah? Sudah nggak butuh aku sekarang?" tanya Xander
Ellea mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan kakaknya, "Aku hanya sedih setiap melihat mommy menangis. Setiap kali mommy bertemu dengan psikolog dan tidak membuahkan hasil, dia pasti akan bersedih. Dan aku nggak suka Xan!" rengek Ellea
Xander menghembuskan nafasnya panjang, hatinya sesak ketika mendengar ucapan adiknya. Xander mengangguk pelan, "Hmm, aku akan menuruti kemauan mommy." Ucapnya
Ellea mengangguk dan tersenyum menatap kakaknya, "Aku tau kau akan setuju! Dan aku bertaruh, kau akan jatuh cinta padanya kakakku!" ucapnya yakin
"Kita lihat nanti!" ucap Xander
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!