NovelToon NovelToon

Sangkar Emas Penuh Luka

nikah paksa

flora terpaku di dalam kamarnya, saat ia baru pulang dari mengambil ijazah Samanya

"flora,kamu harus mau menikah dengan elzio,Tante nggak mau tau, Tante yakin kamu akan hidup bahagia bersamanya, " bentak Tante flora yang bernama rasta dengan suara dingin dan tak terbantahkan

flora berdiri dengan tegak, matanya mulai berkaca-kaca, rasa kaget bercampur sedih jadi satu

"aku nggak mau Tante, aku baru tamat SMA dan aku harus melanjutkan ke jenjang kuliah, aku ingin menggapai cita-citaku Tante," ucap flora penuh harap,ia bahkan mengatupkan kedua tangannya memohon pada sang Tante yang masih berdiri di depannya. Bukannya di sambut bahagia karna mendapatkan nilai terbaik, ia malah di jatuhkan dengan paksaan pernikahan

Flora bahkan bersujud di kaki tantenya agar tantenya mau membatalkan perjodohan yang tantenya katakan.

"untuk apa kuliah lagi, Elzio akan mencukupi segala kebutuhanmu, ia akan memberikan apapun yang kamu mau, kamu gak akan kekurangan apapun flora, Tante tidak mungkin mencarikanmu orang sembarangan!" suara Rasta menggelegar memenuhi ruangan itu

tanpa peduli dengan air mata flora yang menetes, rasta mengeikuti flora ke kamarnya

"mau tidak mau seminggu dari sekarang kamu harus bersiap menikah dengan elzio, dengan atau tanpa persetujuanmu, kakek elzio sudah memberikan banyak uang sebagai hadiah, keluarga mereka sangat loyal, kamu hanya perlu menjadi menantu yang baik untuk mereka " ucap sang Tante hendak menutup pintu namun Aurel yang bersimpuh di bawah menghalangi pintu itu di tutup dengan tangannya, ia bahkan menahan sakit agar tantenya mau membatalkannya

"Tante,aku mohon jangan, flora akan bekerja lebih giat agar bisa punya uang banyak buat Tante asak jangan menikah, flora yakin flora pasti bisa balas Budi sama Tante, aku mohon tante" flora kembali memohon pada sang Tante, yang terlihat masih berdiri menatap ke arah flora yang masih saja memohon

sebuah suara kembali menggelegar " apa kamu pikir kamu punya pilihan flora, kamu harus tetap menikah dengan Elzio"

flora menggeleng pelan airmatanya sudah penuh dengan linangan air mata

"aku tidak mencintainya Tante, bagaimana mungkin aku menikah dengan orang yang tidak aku cintai , aku ingin menikah sekali dalam seumur hidup, dan aku harus hidup bersama dengan orang yang tak aku cintai, aku mohon tante, aku janji akan membahagiakan Tante dengan kerja kerasku,"

"nanti kamu akan berterimakasih pada Tante karna sudah menikahkanmu dengannya, kamu tau keluarga mereka itu kaya raya " ucap rasta, mendorong sedikit tubuh flora dan segera menutup pintu kamar itu, menguncinya dengan rapat.

Rasta masih bersimpuh di lantai, semakin deras air mata itu ia menatap ke arah ijazahnya yang terasa sia-sia, tak ada sama sekali di pikirannya untuk menikah muda, kebahagian itu seakan runtuh begitu saja hingga suara rasta di balik pintu membuat flora semakin pilu " tidak semua harus di rencanakan kadang takdir lah yang menentukan"

flora hanya bisa diam bersandar di balik pintu dalam Isak tangisnya

Cukup lama menangis di lantai iapun memutuskan untuk naik di ranjang, matanya tertuju pada sebuah foto yang terpajang di atas meja, tangannya meraih benda itu lalu memeluknya

"bunda, aku kangen, aku nggak tau harus bagaimana lagi Bun, apa boleh aku menolak pernikahan ini?" ucap flora menangis sambil memegang foto almarhum ibunya, flora yang di tinggalkan sejak kecil oleh ibunya selalu merasa kesepian karna sang Tante tak pernah memberikan kasih sayang yang tulus, namun selalu menekankan kata balas budi padanya membuat flora selalu mengalah dan menuruti permintaan tantenya yang kadang tidak masuk akal

Dalam lamunannya Flora jadi teringat ke masa lalu dimana ia memiliki tetangga laki-laki yang selalu baik padanya, orang yang selalu membantu menenangkannya saat sang Tante memaksanya melakukan hal yang tak ia inginkan, yang selalu menghiburnya di saat ia terpuruk hingga suatu waktu sang teman harus pindah entah kemana yang florapun tak tau, ia sempat merasa sangat sedih saat itu namun kepergiannya tanpa kabar membuat flora tak tau dimana keberadaannya

"kakak ganteng" ucapnya pelan, sampai saat ini ia belum tahu siapa nama laki-laki yang lebih dewasa darinya sekitar lima tahun itu tak pernah menyebutkan namanya, ia hanya mengatakan panggil saja dengan kakak ganteng dengan percaya dirinya.

Mata ya menatap ke arah meja, di bukanya laci itu dengan pelan, terdengar tarikan laci meja, dan terlihat sebuah kotak kecil, Ia mencoba mengambilnya, sebuah kotak kecil berisi sebuah liontin dengan bentuk yang unik, flora mencoba mengeluarkan kalung itu dan memakainya, ada rasa rindu yang tak terbendung saat kalung itu sudah terpasang di lehernya, sejenak ia menutup matanya lalu tersenyum saat membayangkan wajah seorang temannya yang ia sebut kakak ganteng

satu kalimat berhasil keluar dari mulutnya " bisakah kita bertemu lagi?"

hanya hembusan suara angin yang menjawab segala pertanyaan yang flora katakan

flora menarik nafas dalam mencari ketenangan melalui tarikan nafas, ia lantas membuka matanya menarik nafas dalam-dalam kembali dan menghembuskannya dengan pelan.

Aroma bunga-bunga yang ada di luar jendela begitu menusuk, bunga mawar yang flora tanam kini tumbuh subur di halaman belakang luar jendela

ia melangkah dengan pelan menuju jendela, seolah menikmati sisa-sisa kebebasannya.

"aku harap kita bisa bertemu lagi!" ujar flora menyentuh bandul kalung itu dan memeluk dirinya dengan erat, tak ada lagi tempat berbagi segala keluh kesah,

Terdengar pintu terbuka sang Tante kembali membawa nampan makanan, flora yang masih berdiri di dekat jendela lantas menoleh, dengan mata sembab ia menatap tantenya yang terlihat tidak peduli dengan kesedihannya

Rasta sempat melihat foto saudara perempuannya yang tergeletak di ranjang dan ijazah flora namun ia tetap saja tak perduli.

"makanlah jangan sampai kamu sakit karna tidak makan" rasta berkata sambil meletakkan nampan di atas meja lalu berlalu pergi dengan cepat

Flora hanya bisa menatap tantenya berjalan keluar dengan tatapan sendu, mulutnya tertutup rapat, air mata yang sudah surut itu kembali mengalir namun kini tanpa suara

Merasa sangat lapar flora akhirnya mengambil nampan itu dan makan dengan lahap hingga makanan itu habis tak bersisa.

ia lantas mencoba keluar membawa nampan itu, berharap sang Tante tak mengunci pintunya namun saat menyentuh gagang pintu ternyata masih terkunci, mencoba ya sekali lagi berharap bisa terbuka namun itu hanya sebatas harapan flora mengurungkan niatnya untuk keluar dan ia berbalik dan meletakkan nampan itu di meja lalu kembali ke ranjang

Dari ranjang Ia menatap ke arah luar, sinar matahari bersinar terang menelusup ke dalam mata membuat flora mengedipkan mata beberapa kali.

mentari yang bersinar tak seperti hatinya yang gelap saat ini.

penolakan

Flora sempat tertidur hingga sore hari terbangun dan berjalan pelan ke dekat jendela, ia memilih berdiri di depan jendela dan merasa bingung harus apa, matanhq menatap ke arah luar, matahari sore yang tenggelam yang berwarna jingga terlihat indah hingga menelusup ke hatinya

flora hanya diam saja dalam keheningan hingga terdengar

suara pintu terbuka, sang Tante masuk dengan cepat tanpa permisi menerobos ke dekat jendela dalam keadaan berantakan, terlihat rambutnya yang acak-acakan, ada juga beberapa lebam di sekujur tubuhnya terutama bagian lengan karna saat ini rasta memakai baju tanpa lengan

"tolong Tante flora...!" ucap rasta berbicara dengan suara panik, ia semakin mendekat ke arah flora yang masih berdiri mematung karna keterkejutannya

flora menatap sang Tante dengan tatapan terkejut segera mendekat dan membantu tantenya yang sempat tersungkur di lantai.

"Tante kenapa?" tanya flora penasaran

Dengan langkah tertatih Rasta menarik flora menuju jendela menunjukkan ke arah luar yang memperlihatkan adanya banyak orang dengan wajah sangar di depan sana, flora merasa dari tadi ia berdiri di depan jendela namun tidak melihatnya mungkin karna ia terlalu fokus menatap ke arah matahari dengan Kilauan cahayanya yang semakin tenggelam

flora sempat diam memperhatikan orang-orang tersebut, ia bergidik ngeri saat memperhatikan orang-orang itu yang berusaha menerobos masuk melalui pintu depan, saat flora mencondongkan kepalanya

"Mereka siapa Tante ?"

Rasta hanya diam saja tak menjawab hingga terdengar suara pintu di dobrak terdengar memekik di telinga, membuat flora menggosok telinganya, Orang-orang itu masuk dengan paksa, mendobrak pintu kamar flora yang sempat rasta kunci, setelah pintu berhasil terbuka, salah satu dari orang-orang itu menarik tangan Rasta yang masih berpegangan erat pada tangan flora

"lepaskan dia atau kamu" bentak seorang laki-laki dan dalam sekali tarikan tangan Rasta yang di pegang flora akhirnya terlepas juga

"bayar hutangmu" ucap orang-orang tersebut, dengan suara menggelegar dan memekik telinga

Rasta terlihat pucat lantas berkata " saya akan bayar tapi nggak sekarang, seminggu lagi saya akan dapat uang"

"alah bicaramu, seperti orang baru saja, kami sudah tau anakmu" n

flora tak tau harus berbuat apa-apa, ia akhirnya memberanikan diri untuk bertanya" berapa hutangnya?

Orang tersebut lantas berkata seratus juta, seketika tubuh flora mencelos, ia memang punya tabungan dari hasil kerjanya paruh waktu sebagai pelayan di sebuah kafe dan menjual bunga mawarnya, namun jelas saja itu tak cukup, belum lagi uangnya dari hasil bekerja di berikan untuk tantenya dan kebutuhan yang lain

"flora tolong Tante nak, Tante bisa di habisi kalau tidak bayar" ujar sang Tante masih di pegang oleh orang-orang itu, ia di seret tanpa ampun.hh

"saya hanya punya 20 juga apa sisanya bisa di cicil"

salah satu orang tersebut lantas mendekat ke arah flora, ia mencolek dagu flora tanpa seijin pemiliknya.

Flora yang tadi di colek memundurkan badannya sambil menggeleng

"bagaimana kalau kamu menjadi istri ketiga bos kami di jamin hutang tantemu akan lunas semua" ucapnya kembali mendekat dengan wajah menyeramkan

flora hanya bisa menggeleng, matanya berkaca-kaca hingga ia di tarik paksa dari ruangan itu.

flora terus memberontak hingga ia berhasil di masukkan ke dalam sebuah mobil, rasta di hempaskan dengan paksa di lantai keramik itu hingga ia meringis kesakitan, lututnya mulai mengeluarkan darah

"kami tunggu besok, gadis ini akan jadi jaminan, kalau kamu tidak bayar maka dia harus menikah dengan bos kami" ucap orang yang duduk di samping supir tersebut,orang yang sudah men

mobil tersebut lalu melaju kencang meninggalkan rasta yang tergeletak di dekat pintu, tanpa menunggu jawaban Rasta

"flora" panggilnya dengan keras

rasta berusaha bangun dengan tubuh remuk redam, menyesal sudah ia main judi online hingga ia tak sadar sampai menghabiskan uang ratusan juta, bahkan uang yang di berikan untuk perjodohan flora sudah habis ia mainkan.

Mata Rasta menyipit saat melihat mobil hitam datang diiringi satu mobil hitam lagi di belakangnya berjalan memasuki halaman rumahnya.

"siapa kalian?" rasta saat melihat dua orang datang mendekatinya, ia pikir mereka adalah suruhan rentenir itu juga

"kami utusan dari tuan besar, dan tuan besar sedang ada di mobil" ucap orang tersebut dengan ramah

pintu mobil pun terbuka menampakkan seorang kakek-kakek turun dari mobil

"dimana flora" tanyanya langsung pada Rasta

rasta mencoba mengingat siapa orang tersebut hingga beberapa menit ia ingat jika laki-laki itulah yang meminang flora untuk di jodohkan dengan cucunya.

Rasta segera mendekat ke arah sang kakek tua yang di panggil bos besar itu

ia gelagapan tak tau harus berkata apa hingga ia memberanikan diri berkata dengan pelan

"maafkan saya tuan, flora baru saja di bawa kabur oleh rentenir sebagai jaminan hutang kami"

sang kakek menggertakan giginya lalu meminta Rasta untuk mengantarkannya ke tempat sang rentenir.

Rasta langsung di seret di masukkan ke dalam mobil hitam itu sebelum ia sempat menjawab

" cepat tunjukan dimana tempatnya!" ucap kakek penuh wibawa membuat rasta yang mendengarnya sedikit ngeri, ini baru pertama kalinya ia melihat dan berbicara langsung, karna selama ini ia selalu berurusan dengan anak buahnya

mobil itu melaju dengan cepat mengikuti petunjuk yang di berikan rasta di ikuti oleh mobil kakek dari belakang.

Di rumah rentenir flora langsung di lempar di sebuah ruangan yang pengap.

" kamu cantik juga, coba saja kamu mau jadi istri saya, hidupmu pasti akan terjamin, kami hanya tinggal melayaniku maka hidupnya akan enak, kamu mau apa akan saya beri" ucap rentenir itu dengan gaya sombongnya.

Ia menyunggingkan senyum seperti laki-laki mata keranjang pada umumnya

" saya tidak Sudi menikah dengan laki-laki seperti anda, lebih baik saya bekerja daripada hidup dengan laki-laki tidak tau diri seperti anda, sadar anda ini sudah tua, sudah punya dua istri pula" ucap flora dengan suara keras, takutnya lelaki berumur itu sudah mulai kehilangan pendengarannya

sang rentenir tertawa keras, suaranya menggelegar di ruangan itu

"kalau kamu mau saya akan menceraikan ke dua istri saya dan menjadikanmu satu-satunya, bagaimana?" sang rentenir berkata sambil memainkan alisnya

"saya lebih baik hidup sendiri daripada bersama anda" sahut flora dengan suara ketus

Tamparan keras mendarat di pipi flora hingga menimbulkan warna merah di pipi nya dan ujung bibirnya mengeluarkan bercak merah.

flora memegangi pipinya yang merah menahan sakit

"kurung dia jangan Sampai dia kabur, besok kalau tantenya tak bisa membayar maka ia akan saya nikahi" sang rentenir berkata lalu pergi dengan langkah cepat, ia terlihat sangat emosi dengan sahutan flora.

flora hanya bisa menangis saat pintu itu tertutup sempurna, hanya gelap yang ada di ruangan itu kini, bau pengap bercampur debu pun membuat flora terbatuk.

Ia berjalan perlahan ke arah pintu, menggedor-gedor pintu dengan keras hingga menimbulkan suara yang memancing anak buah sang rentenir mendekat.

" Sudah nikmati saja suasana di dalam, bukankah itu pilihanmu" ucapnya lalu tertawa dan berlalu pergi

flora lalu diam bersandar di pintu itu sambil berkata "buka pintunya"

Pertolongan

Flora duduk sambil menekuk kakinya kepalanya ia tundukan di atas lutut sambil memejamkan mata ia menangis, di pinggiran tembok kotor itu

cukup lama menangis di sana, hingga pintu itu mengeluarkan suara keras karna di dobrak oleh seseorang, seorang laki-laki tinggi besar yang flora tak kenal muncul dari balik pintu itu dengan tubuh tegap dan wajah manis berjalan ke arahnya

flora semakin ketakutan, tangan nya bergetar saat sosok laki-laki tinggi besar itu mendekat ke arahnya

Dari belakang laki-laki itu datang di ikuti oleh seorang wanita dengan dandanan glamour dan make up yang sangat mencolok terutama di bagian bibir , warna lipstik itu sangat menyala membuat flora mengeryitkan keningnya, sempat Ia berpikir jika wanita itu adalah istri sang rentenir

"Minggir kamu, " ucap wanita itu mendorong laki-laki yang ada di depannya, ia menghempaskan rambutnya yang di warnai warna pirang.

Sang wanita lantas mendekat ke arah flora yang terlihat gemetar

Ia lalu berjongkok di depan flora dan berkata "hai cantik,jangan takut aku akan menyelamatkanmu, perkenalkan saya mami rose"

ia lantas memilin-milin ujung rambutnya yang panjang

flora masih terlihat ketakutan tak mempedulikan ucapan mami rose

"jangan takut cantik saya nggak jahat" ujar sang wanita, Ia lantas mengangkat dagu flora hingga wajah flora yang penuh air mata mendongak kini terarah ke arah sang wanita.

flora menatap wanita yang bernama mami rose itu dengan tatapan penuh tanda tanya namun Ia hanya bisa diam saja, tak ada ekspresi apapun, hanya wajah datar yang flora tunjukkan saat ini

mami rose lalu berucap dengan nada lembut " kamu cantik, saya punya satu penawaran untuk kamu, kalau kamu mau bekerja dengan saya, saya bisa bebaskan kamu dari sini, apa kamu mau ikut saya?"

flora hanya diam saja menetralkan rasa takutnya lalu berkata" kerja apa nyonya?" suara itu terdengar ragu

"jangan panggil saya nyonya, panggil saja saya mami!"

"saya punya banyak pekerjaan di sana, salah satunya jadi pelayan!" ucap mami rose memberikan jawaban ambigu yang membuat flora salah mengerti jika yang di maksud adalah pembantu rumah tangga dan iapun langsung mengiyakan ajakan mami rose

"baguslah kalau kamu setuju, saya akan menebusmu dari rentenir tua itu, dan selama hutangmu belum lunas kamu harus siap bekerja di tempat saya "

"bagaimana apakah kamu setuju!"

merasa ada harapan yang lebih baik flora pun segera berkata "iya saya siap jadi pelayan nyonya, terima kasih sudah mau menebus saya, saya janji akan bekerja keras untuk mengganti uang nyonya" ucap flora merasa lega karna akan di bebaskan hari ini

"bagus, ayo kita keluar" ucap wanita itu dengan lembut, ia bahkan membantu flora untuk bangun dengan penuh perhatian, ia bahkan menggandeng flora keluar ruangan yang pengap itu

mami rose yang masih menggandeng flora lantas menoleh ke arah laki-laki tinggi besar itu " kamu urus semuanya!"

sang lelaki lantas menganggukan kepala, ia adalah Adrian sang asisten kepercayaan mami rose sekaligus simpanannya.

flora di bawa ke sebuah mobil Pajero sport berwarna putih keluaran terbaru itu

"ayo masuk " ucap mami rose dengan tatapan bersahabat, Ia bahkan tersenyum penuh kasih sayang pada flora

"terima kasih mami" ucap flora saat dirinya sudah berada di dalam mobil tanpa ia sadari dirinya baru saja keluar dari kandang harimau menuju kandang buaya

sembari menunggu Adrian keluar mami rose memainkan ponselnya, entah siapa yang ia hubungi flora tak peduli, ia menatap ke arah luar menetralkan ketakutannya tadi.

flora yang menatap ke arah luar akhirnya melihat Adrian dengan wajah manis mendekat ke arah mobilnya

"sudah mami" ucap Adrian masuk ke dalam mobil dan di jawab anggukan oleh mami rose

kini mobil melaju dengan cepat membelah jalanan, Adrian fokus mengemudikan mobilnya, jalanan terasa asing di mata flora namun ia tetap diam saja

Saat sampai di persimpangan jalan

"kita mau kemana mi?" tanya Adrian dan di jawab seperti biasa oleh mami rose

Tak ada percakapan di dalam mobil hingga mobil itu sampai di sebuah rumah megah

Flora menatap rumah itu dengan penuh kekaguman

Melihat flora yang hanya diam saja, mami yang sudah membuka pintu lantas berkata "ayo turun, mulai sekarang kamu tinggal di sini"

flora yang mendengar ucapan sang mami langsung turun setelah Adrian membukakan pintu mobil

di tempat lain Angga sedang marah padanya rasta, rumah rentenir yang rasta maksud ternyata sudah lama tidak berpenghuni, ia merasa di bohongi dan tak tau harus mencari keberadaan flora di mana karna hanya tempat itu yang ia ketahui

"maafkan saya tuan" ucap rasta berlutut di kaki Angga

" kurang ajar, berani-beraninya kamu bermain-main dengan saya, saya sudah mengeluarkan uang banyak untuk ini"

Angga langsung melayangkan tangannya ke pipi rasta Hinga rasta tersungkur, darah segar mengalir di sudut bibirnya Karna pukulan itu terlalu keras

" ampun tuan" ucap rasta ketakuatan

" saya tidak mau tau segera kamu cari keberadaan flora atau kamu akan menyesal sudah mempermainkan saya"

rasta yang masih duduk di bawah memegangi pipinya yang sakit semakin ketakutan.

Angga lalu berjalan pergi meninggalkan rasta seorang diri

" aku harus pergi dari sini, jangan sampai dia menemukanku" ucap Rasta segera bangun dan menghentikan taksi di pinggir jalan

ia teringat gabungan yang flora pernah katakan, hingga muncul sebuah ide untuk mengambil uang itu

sesampainya di rumah, rasta mengambil ongkos di saku celananya, itupun kurang namun supir taksi yang baik itu kasihan melihat rasta hingga ia menerima ongkos yang kurang itu

setelah berhasil memasuki rumah, Rasta mengobrak-abrik kamar itu hingga menekan tabungan flora,

" dimana ATM nya " ucap rasta karna hanya buku tabungan yang ada di sana

ia lalu menuju laci meja dan di sana ada gas flora, dengan cepat Rasta membukanya, di dompet flora terdapat beberapa lembar uang dan ATM

Rasta mengambil uang itu semuanya dan berjalan keluar membawa ATM itu

di sebuah tempat di pinggir jalan, Rasta mencoba menggesek ATM itu namun kodenya makan salah, iapun mencoba sekali lagi dengan menggunakan tanggal kematian ibunya.

Dan berhasil, Rasti mengambil seluruh isi tabungan flora dan membuang ATM nya di pinggir jalan.

Ia lalu kembali ke rumah, mengambil tasnya dan memasukkan seluruh bajunya.

rasta kamu pergi meninggalkan rumah itu dan menguncinya rapat, rumah yang di berikan mendiang ibu flora sebelum meninggal.

Rasta berdiri di pinggir jalan dengan santainya sambil menunggu sebuah taksi yang lewat

setelah lama menunggu akhirnya ada taksi yang lewat, Rasta segera menaiki taksi tersebut dan memberitahukan alamat yang ingin dia tuju.

Mobil pun berjalan menuju alamat yang di berikan Rasta

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!