Hari kamis, tanggal 17 November 20xx
Di suatu hari yang terik, jam dinding menunjukkan pukul 09.30 siang, aku yang berusia 23 tahun ini sedang berada di toko pastry yang terdapat papan nama tepat di depan atas toko pastryku yang bernama "Savoureux". Di saat itu, aku bersama dengan 2 karyawan sekaligus temanku yang membantuku mendirikan toko pastry ini, mereka bernama Ethelia yang mengurus tamu dan Vienna di bagian kasir.
Ketika kami sedang melayani tamu, tiba-tiba ada seorang pria kira-kira berusia 25 tahun berambut hitam rapi dan memakai jas coklat serta kemeja putih juga dipasangkan dengan celana panjang hitam seakan memiliki pertemuan penting. Ia datang memesan sebuah croissant stroberi dan secangkir coffee latte, lalu duduk di meja dekat jendela dan membuka laptopnya. Baru hari ini ia datang lagi setelah sekian lama ia tak pernah datang ke sini lagi sejak salah satu temannya merebut pacarnya di tempat ini.
Aku yang bekerja di dapur bersama beberapa chef pastry, tiba-tiba mendapat kabar kalau perusahaan tari balet yang minggu lalu aku lamar untuk menjadi ballerina sudah menerimaku magang di sana selama 3 bulan dan aku dikabarkan untuk pergi ke perusahaan balet itu pada besok hari di ruangan A100 di lantai 16 pada jam 09.00 pagi.
Aku sangat senang saat itu, tapi tak lama kemudian teman sekompleksku yang berumur 20 tahun itu mengabariku lewat telepon kalau dia sedang di RS karena penyakit lamanya kambuh kembali dan menyuruhku segera ke sana karena dia hanya tinggal sendiri. Ia bernama Miyura yang merupakan anak yang sekelas denganku saat SMP namun pindah saat SMA, sekarang ia anak semester 3 jurusan ilmu komunikasi.
Pada jam 10.00 siang saat pergantian shift, aku langsung pergi ke RS itu dan meninggalkan toko pastry kepada karyawan shift selanjutnya.
Saat aku ingin menyalakan mobilku, tiba-tiba aku melihat suara berwarna biru muda dari kejauhan yang berarti tenang dan damai tapi entah kenapa warna itulah yang mengingatkanku pada seorang anak laki-laki yang berusia 2 tahun lebih tua dariku selalu memberi motivasi untuk kembali menari balet setelah seorang kakak tingkat balet mendorongku ke danau samping sekolah balet sampai aku tenggelam yang akhirnya mengakibatkanku kehilangan penglihatanku selama 5 hari sebelum akhirnya mataku dioperasi pada 10 tahun lalu.
Namun kemampuan melihat suaraku sudah hilang sejak lama, aku bingung karena sekarang tiba-tiba kemampuan itu muncul lagi.
Tak lama, ada seorang pria memakai kacamata hitam dan jas hitam panjang serta menggunakan tongkat walaupun tidak kesusahan berjalan sama sekali menghampiriku, warna suaranya putih yang berarti ia sungguh-sungguh dan murni dalam pembicaraannya denganku.
Pria berkacamata hitam itu mengulurkan tangannya dan berkata, “Wahai nona cantik, maukah kau ikut bersamaku ke taman di dimensi yang paling indah?”
Aku pun menjawab dengan kebingungan karena seorang pria dewasa ini mengajakku ke taman padahal aku ingin ke RS dan di saat ini aku tidak bisa mengalihkan pikiranku untuk mengabaikannya dan menyalakan mobilku untuk ke RS.
Entah kenapa aku tidak bisa bergerak seperti yang kumau dan tidak bisa mengontrol emosi seperti biasanya. Aku pun memegang tangannya dan menjawabnya dengan senang, “Iyaa aku mau sekali, waktu yang telah kutunggu-tunggu hehe”
Bahkan kata-kataku tidak bisa kukontrol sekarang, aku ingin menjenguk temanku bukan malah terkekang kayak begini. Tak lama kemudian, aku mengikutinya berjalan balik ke arah toko pastryku.
Saat di depan pintu kaca yang merupakan pintu masuk toko pastryku. Di sana aku melihat tubuhku tergeletak dengan darah berlumuran dimana-mana, dan banyak orang yang mendekati tubuhku di sana.
Ternyata aku baru ingat, saat aku ingin keluar toko itu, aku melihat lampu gantung akan jatuh di atas pelanggan pria tadi yang ingin meninggalkan toko pastryku itu. Dengan sigap aku berlari melindunginya dengan mendorongnya agar tidak kejatuhan lampu yang berukuran besar itu.
Aku ingin menghampiri tubuhku itu, namun entah kenapa aku masih diam saja. Pria berkacamata hitam itu menoleh ke arahku dan bertanya padaku, “Nona yang baik hati, terlihat gelisah matamu, namun wajahmu berkata seakan kau ceria sekali hari ini. Apakah yang sebenarnya kau inginkan?”
Aku terdiam sejenak dan berpikir, wahh apakah aku sedang terhipnotis sekarang? Kurasa sepertinya tidak. Kukira pria ini sangat murni dan polos, ternyata warna suara yang kulihat sekarang berubah menjadi abu-abu dan coklat yang artinya dia sedang kebingungan ingin melakukan apa sekarang dan sangat merasa bersalah atas tindakan besar yang baru saja dilakukannya.
Tak lama kemudian aku menyadari bahwa ternyata warna itu sama seperti warna suara malaikat maut yang pernah kutemui saat aku tenggelam 10 tahun lalu, di saat aku menyadarinya, aku langsung bisa mengontrol segala tindakan dan ekspresi wajahku. Aku pun lari dan memasuki toko pastryku itu, namun entah kenapa aku malah keluar ke tempat yang berbeda.
Aku mendengar suara monitor di RS, tapi aku tidak mengerti kenapa tiba-tiba aku berada di sini. Saat aku berjalan maju sedikit, aku melihat teman sekompleksku yang barusan bilang kalau penyakit lamanya kambuh kembali.
Aku menangis melihatnya terbaring di ranjang RS dengan alat bantu pernapasan, karena 3 tahun lalu dia baru sembuh dari TBC nya dan dia bilang mau jadi penyanyi.
Beberapa saat setelah aku menangis, temanku itu pun sadar dan membuka matanya. Aku pun menyadari itu dan sontak melihat ke arah temanku itu. Temanku juga melihatku dan ia menyentuh tanganku sambil berkata dengan lemas, “Makasih karena sudah menjagaku dan menjadi teman baikku”
Tak lama setelah itu, ia menutup matanya kembali dan di saat itu, aku melihat para dokter melakukan tindakan darurat kepadanya. Setelah beberapa menit, dokter dan perawat bertatap satu sama lain, lalu berkata bahwa temanku itu koma. Aku pun terkejut mendengar berita itu dan tiba-tiba aku melihat diriku sendiri sedang dibawa ke ruangan ICU dengan menggunakan ranjang RS.
Tiba-tiba terlihat suara warna biru muda itu lagi, tapi aku tidak mendengar suaranya dari mana. Saat aku menoleh ke belakang, terlihat seorang pria tadi yang kulindungi sedang berbicara dengan seorang perawat di sana dan warna suara pria itu adalah biru muda.
Saat aku ingin menghampiri pria itu, tiba-tiba aku terbangun dan melihat Ethelia dan Vienna sedang berada di sampingku, menungguku untuk sadar kembali. Namun penglihatanku agak sedikit buram, mungkin karena habis tertimpa lampu besar itu. Tak lama kemudian, mereka pun menoleh ke arahku dan mengelus rambutku.
Dengan wajah khawatir, Ethelia berkata bahwa aku selalu mementingkan orang lain dibandingkan diri sendiri dan menyepelekan hal yang serius akan terjadi.
Aku tahu, biasanya aku kesal sedikit jika mereka sudah mengomeliku dengan begini karena aku tahu apa yang aku lakukan, dan jika itu baik maka aku akan melakukannya. Namun kali ini berbeda, aku melihat warna suaranya yang berwarna biru tua dan lilac bercampur putih yang artinya dia benar-benar sangat khawatir juga sedih dan takut kehilangan diriku.
Aku baru tahu dengan sifat aslinya, ternyata selama ini aku hanya sangka kepada mereka berdua. Mereka sangat peduli dengan nyawaku daripada diriku sendiri.
Aku pun memberitahu mereka semuanya, jika sebuah perusahaan tari balet yang aku lamar minggu lalu menerimaku menjadi ballerinanya dan menyuruhku untuk pergi ke sana besok. Namun sebelum mereka menjawabku, dari raut wajah mereka setelah mendengar berita ini, aku bisa mengatakan bahwa mereka ingin aku tetap di sini dan tidak ke mana-mana sampai aku sembuh total.
Tak lama kemudian, pria yang berumur 25 tahun dan telah kulindungi itu mengunjungi ranjangku. Ia berkaca-kaca dan berterima kasih padaku, lalu ia juga berkata kalau ia telah membayar semua perawatanku di sini.
Aku seketika kaget karena warna suaranya persis biru muda, namun kali ini terdapat sedikit kuning yang artinya dia bersikap tenang dan tidak panik tapi juga dia senang karena bisa menemuiku untuk berterima kasih.
Pada jam 15.00 sore, di sebuah perusahaan kecantikan yang memproduksi berbagai kosmetik. Seorang CEO berencana untuk memproduksi sejenis lipstik yang sempurna dan dapat menutupi kekurangan di bibir seperti kondisi bibir yang kering tanpa harus menggunakan lipbalm atau kosmetik yang lain terlebih dahulu. Ia berencana membuat produk lipstik karena di perusahaannya selama ini hanya memproduksi blush on, foundation, bedak dan eyeshadow. Karena ingin membuat inovasi baru, bapak CEO itu akhirnya membuat keputusan untuk memproduksi lipstik dengan berbagai varian warna dan wangi yang dikeluarkan dari lipstik itu.
Tak lama kemudian, pria tadi yang baru saja dari RS, datang ke kantor perusahaan kosmetik itu dengan terlambat. Pria itu pun berkata dengan menyesal kepada CEO dan membungkukkan badannya sedikit, “Aku minta maaf atas keterlambatanku, aku janji akan kerja lembur hari ini”
Namun pak CEO sedang ceria hari ini, jadi ia meminta agar semuanya tidak usah kerja lembur, dan untuk proyek baru kali ini tidak harus diselesaikan dengan cepat. Tapi jika sudah mengerjakan semuanya maka akan lebih baik.
Sekretaris perempuan CEO yang berumur 27 tahun dengan blazer putih dan bawahan celana panjang putih mengikuti pak CEO kembali ke ruangannya.
Tak lama kemudian, seorang gadis berumur 23 tahun yang sedang magang di perusahaan itu masuk ke ruangan CEO untuk memberikan laporan yang baru saja diselesaikannya. Namun tak sengaja gadis magang itu melirik ke cermin yang ada di atas meja pak CEO itu dan mata gadis itu berubah menjadi hijau pekat lalu balik lagi seperti normal. Sekretaris CEO yang melihat itu pun menyadarinya dan menandainya sejak itu.
Saat anak gadis magang itu balik dari ruangan CEO, ia langsung balik ke ruangan ia bekerja. Tak lama, Virissa yang adalah teman kerjanya dan sedang duduk di sampingnya mulai mengobrol dengan dia.
“Ehh kamu tahu tidak? Ada sesuatu tersembunyi di balik cermin yang di ruangan pak CEO, banyak orang yang setelah melihat cermin itu tak lama mereka sakit parah bahkan sekarat di RS, tapi tidak banyak orang tahu tentang itu” tanya Virissa dengan penasaran.
“Lahh, kok kamu bisa tahu?” gadis magang itu bertanya balik karena ingin tahu.
Virissa pun mengeluarkan ponselnya dan menunjukkanku sebuah foto yang isinya sebuah cermin yang bercahaya seperti sedang membuka portal, tapi dari latar tempatnya itu seperti dari ruangan CEO. Lalu ia berkata dengan ketakutan “Di sini ada kekuatannya tahu, kakakku adalah manajer umum dan dia ingin mengambil kekuatan dari portal itu untuk mengganti pak CEO”
“Maksudnya nanti yang sakit jadi pak CEO? Bukan kakakmu itu ya?” tanya gadis magang itu untuk memperjelas.
“Iyaa begitu deh, makanya aku takut banget kalo nanti kita yang jadi tumbalnya, oh iya aku mau cepat pulang soalnya adikku lagi di RS” pamit Virissa kepada gadis magang itu.
“Owhh oke kalo begitu, hati-hati yaa” ucap gadis magang itu.
Tak lama kemudian, anak gadis magang itu menerima pesan chat dari sekretarisnya CEO untuk ke ruangan diskusi di lantai 67 segera. Anak gadis magang itu pun meminta izin kepada beberapa rekan kerjanya untuk pergi ke ruangan diskusi itu, lalu ia pun langsung pergi ke ruangan itu setelah rekan kerjanya memberikan izin.
Sesampainya di ruangan itu, sekretaris CEO belum datang. Ia akhirnya mencoba untuk mengelilingi ruangan sebentar di sana, tapi tak lama kemudian ia menyadari kalau papan tulis di ruangan diskusi tersebut sangat membuatnya merasa terpanggil.
Ia pun mendekati papan tulis itu dan menyentuhnya dengan tangan kanannya, tapi tak lama kemudian papan tulis itu mengeluarkan cahaya putih di sekitar tanganku dan tiba-tiba anak gadis magang itu ditarik dari dalam papan tulis itu.
Anak gadis magang itu pun kaget dan panik lalu refleks menarik tangannya kembali, setelah itu cahaya putih itu pun menghilang. Lalu, sekretaris CEO itu pun masuk ke ruangan itu dan melihat anak gadis magang itu sedang berdiri di depan papan tulis.
Sekretaris CEO itu dengan lembut menyuruhnya untuk duduk saja, ia pun duduk di samping sekretaris CEO dan tak lama, sekretaris CEO itu menyadari adanya simbol kupu-kupu di tangan kanannya. Ia pun menoleh ke arah anak gadis magang itu seperti curiga dengannya dan menunjuk tangan kanannya sambil bertanya dengan rasa ingin tahu, “Oh iya kamu tatoan ya? Lucu sih gambar kupu-kupu”
Anak gadis magang itu pun kaget karena ia tidak pernah tatoan, saat ia melihat tangan kanannya, ternyata ada simbol kupu-kupu di sana. Ia pun membela diri karena ia juga baru sadar jika tangan kanannya ada simbol kupu-kupu, “Ohh, aku tidak tahu ini dari mana, tiba-tiba ada dan aku tidak mengerti”
Sekretaris CEO itu pun menunjukkan tangan kanannya kepada anak gadis magang itu dan berkata, “kamu tidak perlu khawatir, aku juga ada dan sebenarnya kita tidak boleh merasa terpanggil oleh papan tulis itu atau kita akan dibawa ke dunia lain”
Anak gadis magang itu pun menatap tangan kanan sekretaris CEO itu dengan kebingungan, lalu bertanya “Lalu apa gunanya simbol kupu-kupu ini? Terus orang yang udah terbawa ke dunia lain gimana?”
“Aku tidak tahu kalo nasib mereka, tapi ini simbol yang melambangkan bahwa kita telah ditumbalkan karena menolak ke dunia lain itu, dan kutukan dari simbol itu adalah kita harus tetap bekerja di perusahaan ini sampai kapan pun atau kita akan meninggal saat pindah pekerjaan” jawab sekretaris CEO itu seperti memberi peringatan padanya.
“Hahh, kakak tahu dari mana ya?” tanya gadis magang itu.
“Aku pernah dulu magang juga, tapi karena perusahaan memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak maka besoknya aku langsung kecelakaan parah, tapi santai saja karena di hari itu juga perusahaan mengirimkan email kalo aku kontrakku akan diperpanjang” jawab sekretaris CEO itu dengan menceritakan ceritanya dulu.
...***...
Pada jam 16.00 sore di RS, Virissa datang ke ruangan ICU untuk menjenguk adiknya yang bernama Sheritta, ia merupakan anak gadis berumur 23 tahun yang dirawat karena barusan kejatuhan lampu besar di toko pastrynya.
Saat Virissa datang menemui adiknya itu, ruangan di sana kosong dan tidak ada siapa pun. Virissa menoleh ke wajah adiknya dengan khawatir setelah adiknya menceritakan kalau besok ia akan datang ke perusahaan tari balet yang menerimanya magang menjadi ballerina di sana dan bertanya dengan rasa bersalah karena ia tidak bisa menjenguk lebih awal, “Kamu kenapa gini rit? Lagi sakit gini, mendingan besok tidak usah ke sana dah”
Aku melihat warna suaranya, coklat dan merah, juga merah muda yang berarti ia merasa bersalah juga marah dan kesal pada keputusanku yang mengatakan masih ingin ke perusahaan itu walaupun sedang sakit namun ia juga mulai sayang padaku. Aku pun membalas dengan singkat, “Tidak apa-apa cee, aku bakal tetap masuk bentar, habis itu aku balik lagi kok”
Kedua orang tua kami sedang bekerja di luar negeri dan tidak memungkinkan untuk menjenguk diriku, tak lama kemudian ada seseorang masuk ke ruanganku.
Ternyata ia adalah seorang pria yang mengurusi keuangan dan pajak dari toko pastryku, ia bisa kuanggap sebagai ayah sendiri karena sangat pintar dalam keuangan dan dapat memberikan nasihat yang baik tentang bagaimana sebaiknya mengurusi toko pastry agar lebih hemat dan tidak makan biaya. Ia bernama Elio juga berumur 26 tahun dan memakai kemeja garis-garis merah dan celana panjang coklat tua, menggendong tas ransel yang sepertinya dia habis balik dari studio film karena ia bekerja sebagai desain film di sana.
“Tidak apa-apa rit, besok aku akan mengantarkanmu ke tempat magangmu itu” kata pria itu sambil memegang tanganku.
“Kamu udah tahu semuanya lio?”
“Iya tadi temanmu, Vienna yang kasih tahu semuanya. Santai saja, pasti mereka butuh keperluan kamu untuk data personal doang dan tanda tangan kontrak doang kok. Kamu tidak bakal bekerja di hari pertama banget, pasti bakal dikasih jadwal sama mereka” jawab Elio menenangkan diriku yang agak gugup karena besok banget aku harus ke sana dengan keadaan sakit.
Di keesokan harinya, pada Jumat tanggal 18 November 20xx. Toko pastry itu tetap berjalan seperti biasa meskipun pelanggan sedikit berkurang akibat kejadian itu, ceceku tetap masuk kantor dan masih ada Elio yang sudah sampai di sini dari sekitar jam 07.30 pagi untuk mengantarkanku karena aku harus sudah sampai sana pada jam 09.00 pagi.
Setelah mengganti pakaian RS dengan memakai pakaian yang Elio berikan padaku, aku pun menanyakan sesuatu kepadanya karena otakku ini sudah berisik dari pagi yang selalu memikirkan hal ini.
“Menurutmu, pihak sana tidak akan memerhatikan perban di kepalaku ini kan? Terus kalo aku jalannya kayak orang habis sunatan, tidak mungkin mereka melihatku dengan aneh kan ya?”
“Tidak akan kok, bilang saja kamu habis sembuh pasti mereka mengerti kok” jawabnya sambil mengelus lembut punggungku.
Setelah kemarin mengurusi surat dan izin dokter untuk pergi sebentar ke perusahaan tari balet yang bernama "Ancient Royal Ballet" itu, meskipun harus bersujud dan memohon-mohon selama satu jam tapi akhirnya kami mendapat izin dari dokter. Hari ini, kami akhirnya berangkat dari RS ke perusahaan itu.
Pada jam 08.30 pagi, aku dan Elio sudah sampai di perusahaan tari balet itu. Aku langsung berpamitan pada Elio dan berjalan masuk ke dalam dengan percaya diri. Setelah aku sampai di ruangan yang dituju yaitu ruangan A100 di lantai 16, terdapat sebuah meja hitam dengan beberapa pegawai di sana dan aku diarahkan untuk duduk di kursi 2 dari kanan yang telah disediakan berjejer di depan meja hitam panjang.
Di depanku terdapat meja hitam dan beberapa pegawai yang sedang mengurusi semua ini. Kursi untuk calon ballerina hanya ada sedikit saja yaitu 6 kursi. Kebetulan aku yang pertama datang jadi aku bingung harus berbuat apa, sampai seorang pegawai melihatku dengan khawatir lalu menghampiriku dan bertanya, “Permisi kakak, mohon maaf bila mengganggu tapi kakak ada sakit apa ya? Apakah perlu bantuan?”
Aku pun refleks menoleh ke arah pegawai itu, warna suaranya gelap mendekati warna merah tua yang artinya ia merasa benci mungkin karena trauma habis menyaksikan kecelakaan yang pernah terjadi di hidupnya, aku pun menjawab, “Iyaa aku habis kecelakaan kecil tapi sisanya tidak apa-apa kok kak”
Tak lama kemudian, ia pun meninggalkanku dan lanjut fokus mengurusi tempat ini. Beberapa calon ballerina mulai memasuki ruangan itu dan masing-masing duduk di tempat yang telah disediakan.
Namun ada seorang calon ballerina yang baru saja duduk di sampingku, ia memakai kacamata, gaun kuning yang indah dan berambut hitam panjang serta anting berlian yang menjuntai. Aku bisa membayangkan di dirinya bahwa seperti itulah aku jika tidak mengalami insiden kejadian ini. Ia pun melihatku dengan ekspresi wajahnya yang menunjukkan empati tinggi padaku lalu menanyakan tentang diriku, “Halloo kamu namanya siapa?”
Aku melihat warna suaranya putih dan kuning yang artinya dia benar-benar senang dan murni inisiatif dari dalam dirinya untuk berkenalan denganku. Aku pun menjawabnya dengan senang hati sambil mengulurkan tanganku untuk berjabat tangan, “Namaku Sheritta, kalo namamu siapa?
Ia pun mengulurkan tangannya juga untuk kembali berjabat tangan denganku dan menjawab dengan ramah, “Aku Nemilia, kamu habis sakit apa? 2 minggu lalu aku juga habis kecelakaan mobil, masih pusing dikit tapi oke lah”
Sebelum menjawabnya kembali, aku menyadari sesuatu yaitu bentuk wajahnya mirip dengan Ethelia. Kurasa ini adalah kakaknya yang beberapa hari lalu pernah ia bicarakan di toko pastryku.
Aku pun melihat warna suaranya putih dan tosca yang berarti dia benar-benar memikirkan diriku dan merasa kurang sehat sehabis kejadian yang menimpa dirinya itu. Cara bicaranya benar-benar membuatku dapat membuka hati kepada orang baru pada pertama kalinya, aku pun terpesona dengannya. Tanpa aku ketahui ternyata saat itu adalah momen penting di mana aku akan menjadi sahabat baik dan dekatnya.
Aku langsung melihat ke wajahnya, sambil bersikap sedih dan menjawabnya dengan perasaan terbuka, “Aku kemarin habis kejatuhan lampu cukup gede”
Nemilia pun memasang ekspresi wajah kaget dan cukup bersimpati atas kejadian yang telah menimpanya, ia menghela napas dan menatapku dengan rasa iba lalu menjawabku dengan tenang.
“Owalahh, cepat sembuh yaa, oh iya kalo jadi ballerina di sini katanya bakal di kasih supir dan mobil pribadi biar nanti kalau ada acara balet di mana gitu, langsung berangkat saja dari rumah jadi tidak usah ke perusahaan ini dulu”
Warna suaranya jingga yang artinya ia antusias memberikan informasi baru itu kepadaku. Aku yang baru mengetahui itu pun langsung mengangguk, melihatnya dan menjawabnya, “Owhhh aku baru tahu, beneran modal sih perusahaannya”
Tiba-tiba seorang CEO perusahaan ini masuk ke dalam ruangan dan duduk di depan kami ber-enam, saat aku melihat ke jam dinding di depanku, ternyata waktu sudah menunjukkan jam 09.00 pagi. Seorang CEO itu membuka berkas dokumennya dan menaruhnya di atas meja itu, lalu ia melakukan perkenalan diri di depan kami ber-enam. Namun entah kenapa ia selalu melihat ke arahku, “Selamat pagi para calon ballerina yang ada di sini, saya izin mengambil waktu luang kalian sebentar untuk sekedar tanya jawab santai. Pertama saya ingin bertanya bagaimana hari kalian akhir-akhir ini?”
Warna suara CEO itu kuning dan sedikit jingga yang artinya dia sangat senang melihat para calon ballerinanya dan antusias memberikan pertanyaan tersebut untuk mengetahui kabar kami lebih lanjut. Selain itu juga terdapat sedikit warna putih yang artinya dia benar-benar murni menanyakan hal itu, dan tidak hanya basa basi saja.
Seseorang menjawab dari sebelah kiriku bahwa harinya baik, ada juga yang menjawab senang dan bahkan biasa saja. Hari ini ternyata situasi lebih kondusif dan para calon ballerina juga lebih antusias dari perkiraanku.
Seorang CEO itu pun bertanya kembali dengan antusias, “Oke baikk karena semua mayoritas menjawab baik, saya akan menanyakan bagaimana perasaan kalian keterima magang jadi ballerina? Apakah di sini sudah ada yang menjadi ballerina sebelumnya?”
Beberapa ada yang menjawab senang, tidak menduga bahkan kaget. Tidak kuduga ternyata di sini ada yang sudah pernah menjadi ballerina ke luar negeri dan itu adalah Nemilia. Namun ada satu orang yang menjawab bahwa ia terpaksa menjadi ballerina dan melakukannya demi menutupi identitas aslinya.
“Untuk yang menjawab terpaksa, bolehkah saya tahu alasannya? Karena jika tidak memiliki minat di bidang ini maka akan susah melanjutkan di kedepannya”
Warna suaranya berubah menjadi sedikit biru tua dan juga ungu tua serta sedikit putih yang artinya dia sedih mendengarkan jawaban calon ballerina itu namun di sisi lain dia juga penasaran dan benar-benar ingin tahu alasannya karena ia ingin menjaga calon ballerinanya agar tidak mendapat tekanan berlebih dari pekerjaan mereka sekarang.
Calon ballerina itu pun menjawab kalau ia sedang diincar oleh seorang kakak tingkatnya selama di sekolah karena dia suka dengan pacar kakak tingkatnya. Kakak tingkat itu kesal karena pacarnya putus dengannya beberapa hari setelah calon ballerina itu berkata dia suka dengan pacar kakak tingkatnya, maka itu kakak tingkatnya mencekiknya sampai terjatuh dari lantai 2, namun ia tidak kenapa-napa karena tersangkut di pohon. Sejak saat itu, ia yang awalnya hobi menggambar dan menulis cerpen berubah menjadi suka balet dan menyanyi.
Warna suara calon ballerina itu mirip suara teman kecilku dulu yang suka mengajakku latihan balet saat aku sedang malas, karena sejak itu aku menjadi dekat dengannya dan suka ke rumahnya hanya untuk saling belajar balet. Sebelum dia pindah rumah, kami ke mana-mana selalu bareng dan tidak pernah lepas sampai dikira saudara-an.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!