NovelToon NovelToon

Suamiku, Ayah Sahabatku.

Bab 1 The Campus International

"Maudy, ngerjain tugas di rumah gue. Gak boleh nolak ya lo"

"Emang gue bisa nolak?"

"Gak bisa"

Maudy hanya menatap malas pada sahabat nya yang sedang bergelayut manja pada dirinya.

Kedua nya melangkah ke arah kelas yang sebentar lagi akan di mulai.

Amanda, sahabat Maudy satu-satu nya yang selalu merepotkan dan selalu ada untuk nya.

*

-Kantin.

Selesai dengan kelas nya, Maudy dan Amanda pergi ke kantin untuk mengisi perut yang sejak tadi bergemuruh.

Hah.

"Salah waktu kita kesini nya, Maudy" celetuk Amanda dengan malas.

"Bener bgt Manda, tapi perut gue laper" balas Maudy lirih.

Amanda terkekeh kecil, dia lalu memegang tangan Maudy dan duduk di kursi yang ada di dekat kedua nya.

Mereka memesan makanan dengan santai, tanpa peduli ada dua pasang mata yang sedang menatap nya tajam.

'Ehemm'

Maudy melirik kesana kemari dengan wajah polos nya.

"Manda, kenapa lu batuk? Apa lu sakit?" tanya Maudy dengan wajah di buat khawatir.

"Enggak kok, gue gak batuk" jawab Amanda santai.

Haha.

Keduanya lalu tertawa dengan sangat renyah, mereka saling tatap dengan senyuman kecil di wajah masing-masing.

Hingga pesanan mereka tiba dan mereka fokus pada makanan di depan nya.

Namun,

Brak.

"Heh, ngapain sih lu berdua ngetawain gue?" bentak seorang wanita dengan makeup yang cukup tebal.

Uhuk.

Uhuk.

"Gila ya kamu Wen, gue lagi makan bakso kuah pedas nih" bentak Amanda dengan kesal.

Maudy santai saja, dia fokus saja dengan bakso di depannya.

"Kalian tadi ngetawain gue kan? Kenapa, apa gue terlalu cantik daripada kalian?" celetuk Weni dengan pede nya.

"Ya ampun, bakso gue ampe mau tumpah denger lu bicara gitu" balas Maudy dengan sok muntah.

Amanda tertawa dengan kencang, dia memberikan jempol tangannya pada Maudy.

Weni dengan wajah kesal nya langsung pergi, dia memang selalu kalah dalam berdebat dengan Maudy ataupun Amanda.

Sedangkan kedua sahabat itu melanjutkan kembali makan bakso nya.

-

Tiba jam pulang, Maudy di antar oleh sopir Amanda untuk ke kost nya mengambil baju ganti dan beberapa perlengkapan lainnya.

Tiada hari ataupun jam tanpa bergelayut manja pada Maudy, itulah Amanda.

Dia akan selalu manja ketika bersama Maudy, dia bahkan bisa bersikap selayak nya Anak ke sang Ibu.

Selesai dengan mengambil keperluan, mereka pun kembali pergi dengan tujuan rumah Amanda.

"Dy, nanti masakin gue nasi goreng ya buat makan malam" ucap Amanda.

"Bukannya Bibi suka masak buat Ayah lu, jadi pasti udah masak soalnya udah mau jam 7 malam" balas Maudy heran.

'Huh'

"Bibi barusan chat, katanya Ayah akan pulang telat jadi gue suruh Bibi masak makanan buat mereka makan malam aja" lirih Amanda dengan meletakan kepala nya di pangkuan Maudy.

Maudy diam,

Dia mengusap lembut kepala Amanda, dia tau bagaimana Amanda yang selalu kesepian saat sang Ayah memilih gila kerja.

"Nanti gue masakin nasi goreng seafood spesial" ucap Maudy tersenyum.

"Thank You" balas Amanda tersenyum sambil memeluk Maudy.

Keduanya kembali hening,

Hingga tak terasa mobil pun masuk ke dalam halaman rumah Amanda yang sangat luas, lebih tepat nya mansion.

Bukan hanya kali ini Maudy kesana, dia sudah beberapa kali berkunjung kesana bahkan sampai menginap.

Kedua nya melangkah masuk,

Maudy selalu mengerjakan tugas di ruang keluarga, ataupun menginap di kamar tamu yang ada di bawah.

Dia selalu menolak ketika di ajak ke lantai atas maupun ke kamar Amanda, karena menurut nya itu tidak sopan.

Amanda langsung ke kamar setelah mengantar Maudy ke dapur.

*

"Non Maudy, ini semua bahan-bahan nya" ucap Bibi memberikan beberapa macam seafood yang sudah di bersihkan.

"Makasih ya Bi"

"Maudy masak agak banyak aja ya, soal nya Amanda suka lapar lagi nanti kalau udah ngerjain tugas"

Bibi mengangguk dengan terkekeh kecil, majikan muda nya memang selalu lapar setelah mengerjakan sesuatu.

"Iya Non,nanti tinggal hangatkan saja" balas Bibi.

Maudy masak di temani oleh Bibi, dia meracik bumbu dan yang memasak nya, sedangkan Bibi hanya membantu sedikit saja.

"Hemm wangi sekali, Mau" celetuk Amanda yang sudah segar setelah mandi.

"Iya dong, ini tuh spesial" balas Maudy terkekeh.

Amanda menatap nya malas, dia lalu mengambil gelas untuk membuat teh hangat.

"Mau teh/jus?" tanya Manda.

"Teh aja, tapi hangat ya Man. Di luar cuaca lagi agak dingin, enak kayak nya teh hangat" jawab Maudy.

"Oke"

"Bibi mau gak?" tanya Manda pada maid yang sedang membantu Maudy.

Bibi menggelengkan kepala dengan tersenyum,

Ya begitulah Manda, dia tidak pernah semena-mena pada maid disana.

Karena bagi nya semua sama saja, namun tetap ada batasan.

Dan,

"Tara, nasi goreng spesial sudah jadi" ucap Maudy dengan menghidangkan nya di hadapan Amanda.

Tap

Tap

Maudy, Amanda dan Bibi saling pandang.

Hingga,

"Apa nih wangi banget" celetuk seseorang yang baru saja tiba.

Bibi dan Maudy langsung menunduk tanda menyapa.

"Loh Ayah, katanya bakal pulang malam. Bibi gak masak buat makan malam loh" ucap Amanda dengan cepat.

"Rapat nya sudah selesai sayang. Tidak apa, itu ada nasi goreng banyak" jawab sang Ayah santai dengan wajah cool nya.

Bibi kembali ke belakang,

Sedangkan Maudy menyiapkan piring dan air untuk Ayah dari sahabat nya.

"Ayo kita makan, aku sudah lapar" ajak Manda semangat.

Maudy hanya terkekeh kecil, dia lalu duduk di sebelah Amanda setelah izin dari sang tuan rumah.

Ketiga nya menikmati makan malam sederhana dengan hening,

Namun,

"Ayah, jangan nambah lagi ih" kesal Amanda yang melihat sang Ayah mau mengambil lagi nasi goreng nya.

Ck,

"Sedikit saja Amanda, itu juga masih banyak loh" balas sang Ayah dengan malas.

Dengan segera Amanda pun mengambil sisa nasi goreng nya dan memakan nya dengan lahap.

Maudy hanya terkekeh saja, bagi dia itu pemandangan sudah biasa jika berkunjung kesana.

*

Selesai makan malam,

Maudy dan Amanda pun ke ruang keluarga, mereka akan mengerjakan tugas yang cukup banyak.

Keduanya sedang memasuki kuliah akhir semester yang mana sebentar lagi akan lulus.

Beberapa cemilan, minuman dan yang lainnya sudah tertata rapi di ruang keluarga.

Beberapa buku, alat tulis dan laptop pun sudah ada disana.

Sedangkan dua gadis yang akan mengerjakan tugas nya sedang duduk santai menonton televisi.

Hingga,

"Ehemm"

Keduanya langsung menatap ke arah suara dan tersenyum.

Maudy dan Amanda pun beringsut turun dan mulai mengerjakan tugas.

Sedangkan Ayah Amanda duduk di sofa dan memerhatikan keduanya sesekali sambil ia juga mengecek pekerjaan.

Hingga hampir jam 9 malam, setengah dari tugas keduanya pun hampir selesai.

Namun,

"Kenapa? Mati lagi laptop mu, Mau?" tanya Amanda saat melihat sahabat nya membuang nafas kasar.

"Heem, untung tugas yang barusan udah di pindahin ke flas" jawab Maudy lega.

Huh.

"Kenapa gak ganti aja sih laptop nya" celetuk Amanda.

Ck,

"Duit darimana gue, udah bisa bayar kos dan makan sehari-hari aja untung. Apalagi kerjaan di resto itu lagi oleng, ini aja gue udah di off hampir 3 hari karena sepi"

"Pengen sih di ganti, apalagi mau skripsian"

Amanda menatap iba sahabat nya, dia ingin sekali membantu nya tapi Maudy selalu menolak karena tak enak.

"Saya akan membelikan kamu laptop terbaru dengan spesifikasi bagus"

"Tapi, kamu kerjaan pekerjaan ini dan jika benar maka laptop kamu pagi nanti akan datang"

Maudy terperangah saat Ayah Amanda berbicara seperti itu dengan tangan yang memberikan tab nya.

"Beneran om?" tanya Maudy tak percaya.

Ayah Amanda mengangguk tegas.

Maudy pun mengambil tab di tangan Ayah sahabat nya,

Sedangkan Amanda membereskan semua tugas dan alat tulis yang ada di depannya dan Maudy.

.

.

.

Bab 2 Leonard Davinci

-Pov Leonard.

Setelah rapat aku langsung pulang, aku rindu dengan anak gadis ku yang selalu aku tinggalkan sibuk bekerja.

Namun,

Sesampai nya di rumah, aku mendapati sahabat anakku sedang menghidangkan makanan untuk anakku.

Nasi goreng,

Ya, menu sederhana tapi sangat menggugah selera makanku.

Hingga aku pun ikut menikmati nya bersama kedua gadis tersebut.

Enak,

Lezat,

Ya, aku bukan hanya satu atau dua kali menikmati masakan sahabat anakku ini.

Dan selalu nikmat saat di lahap nya, bahkan selera makan ku pun jadi meningkat.

Maudy,

Dia gadis sederhana dengan sejuta kecerdasan dan semangat yang membara.

Aku beberapa bertemu dengannya saat ia sedang bekerja part time di Restoran.

Bahkan,

Dia sempat magang di perusahaan ku, aku akui bahwa dia sangat cekatan dan teliti.

Bahkan, sekertaris ku pun kalah dengan dia soal ketelitiannya.

*

Malam ini, aku melihat bahwa laptop nya sudah sangat usang dan gampang nge lag.

Dan,

Benar saja, tugas kuliah nya belum selesai sempurna laptop nya sudah mati lebih dulu.

Hingga aku punya ide untuk mengikat nya selalu berdekatan denganku.

Ya,

Entah sejak kapan aku tertarik pada dia, aku sangat senang saag ia memanjakan Amanda, Putri ku.

Bahkan cara dia melayani ataupun kata yang keluar dari mulut nya selalu penuh kesabaran dan kelembutan.

Aku memberikan Maudy pekerjaan yang memang sedang bermasalah di keuangan.

Yap, di divisi keuangan ada tikus yang belum tertangkap.

Jika Maudy bisa menemukan bukti dan kejanggalan nya, maka aku akan mengangkat dia sebagai sekertaris ku.

Hingga,

"Om, ini ada kejanggalan yang terjadi di berkas keuangan"

"Tapi disini ada tanda tangan yang mirip dengan tanda tangan om"

"Tapi ini palsu, soalnya tanda tangan om beda dari yang lain"

Finally,

Ternyata dugaan ku benar bahwa Maudy bisa menemukan kejanggalan nya.

"Coba jelaskan dimana kejanggalannya, agar saya bisa mengusut tuntas" tantang ku kembali pada Maudy.

Deg.

'Jantung sialan, kenapa malah berdisko'

'Kenapa juga sih nih bocah malah mendekat'

Maudy menjelaskan dengan jelas dan perinci, bahkan ia memberikan tanda dimana letak kesalahan serta kejanggalannya.

Hebat,

Ya, dia sangat cerdas dan teliti.

Hingga.

"Bravo, kau sangat keren Mau" ucap Amanda, Putri tunggalku.

"Hehe orang jelas begini kok kejanggalannya" balas Maudy terkekeh kecil.

Apa, dia bilang terlihat jelas.

Sedangkan Sekertaris ku saja tak bisa menemukan kejanggalannya.

"Sesuai janji Om, Laptop baru mu akan datang besok pagi"

"Dan, apakah kamu mau bekerja jadi Sekertaris Om di perusahaan? Sebelum wisuda kamu bisa datang selesai kuliah"

🌸

-Pov Author.

Maudy menerima tawaran pekerjaan dari Ayah Amanda.

Dia memang butuh pekerjaan untuk melanjutkan kehidupannya.

Karena Restoran tempat bekerja nya terancam gulung tikar.

Malam kian larut,

Maudy dan Amanda pun masuk ke kamar tamu untuk istirahat.

Sedangkan Leon,

Dia naik ke lantai 3 untuk ke ruang kerja nya, ia akan mengerjakan pekerjaan sebentar sebelum istirahat.

Ceklek.

Klik.

Pintu terkunci setelah Leon menekan tombol nya.

"Sayang, maafkan aku jika aku mulai jatuh cinta kembali"

"Aku yakin, wanita ini baik, lembut dam penyayang seperti kamu"

"Kamu dan dia sama-sama punya tempat di hati ku"

Leon bergumam dengan memandang foto perempuan cantik yang terpajang disana.

Ya, dia adalah Ibu dari Amanda atau mantan istri Leon yang sudah meninggal.

Leon duduk di kursi, dia membuka kembali berkas yang sudah di kerjakan oleh Maudy.

"Tikus kecil, jangan kira kau bisa lolos" gumam Leon dengan penuh amarah.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pagi menyapa dengan cahaya matahari yang sangat menghangatkan tubuh.

Leon sudah siap dengan setelan baju kerja nya,

Dia langsung saja turun ke bawah untuk sarapan bersama.

Harum.

Itulah kata yang saat ia gumamkan dengan semangat, Leon sudah bisa menebak siapa yang masak pagi ini.

"Selamat pagi Ayah"

"Selamat pagi, Om"

Sapa Maudy dan Amanda bersamaan saat melihat Leon sudah masuk ke ruang makan.

"Hemm pagi"

"Laptop kamu di meja ruang keluarga, dan konfirmasikan jika kamu akan memulai kerja" jelas Leon dengan wajah datar nya.

"Baik Om, terimakasih"

"Nanti saya akan konfirmasi pada Aspri Om untuk masalah bekerja" balas Maudy sopan.

Ehem.

"Langsung saja pada saya, Amanda berikan nomor pribadi Ayah pada Maudy" celetuk Leon santai.

Hah.

Amanda menatap sang Ayah dengan heran, mata nya memincing penuh dengan kecurigaan.

"Amanda jangan begitu" tegur Maudy.

Hehe.

Amanda langsung saja cengengesan, dia menatap sahabat nya dengan malu-malu.

"Maaf" balas Amanda.

Ketiga nya lalu kembali fokus sarapan, seperti biasa Amanda dan Ayah nya akan rebutan masakan Maudy.

*

Leon berangkat lebih dulu,

Sedangkan kedua gadis tersebut tidak akan kemana-mana karena hari ini tak ada jadwal kuliah.

"Mau, aku ke kamar dulu ya"

"Mau bersih-bersih gak enak nih''

Maudy hanya menggelengkan kepala saja melihat kelakuan sahabat nya itu.

Dia kembali fokus pada tugas yang sedikit lagi selesai.

Huh.

"Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk cepat lulus, kesempatan bekeja di perusahaan Om Leon adalah hal bagus"

"Semoga saja aku bisa membantu keuangan Ibu Panti dan juga biaya kehidupan aku sehari-hari" gumam Maudy penuh semangat dan tekad.

-

Amanda tidak langsung mandi,

Dia mengunci pintu kamar nya dan mengambil ponsel.

Tut.

Tut.

"Ck, kemana sih Ayah ini" gerutu Amanda kesal.

Hingga.

"Kenapa sih lama banget angkat teleponnya, Ayah" rajuk Amanda.

"Ayah baru masuk ruangan, ada apa?" tanya Leon to the point.

"Manda mau nanya, Ayah suka sama Maudy? Ngaku aja jangan bohong" tegas Amanda.

Huh.

"Nanti kita bicarakan langsung ya, sayang. Nanti jam 10 datang saja ke Cafe biasa tapi sendirian" jelas Leon lembut.

"Oke, aku tunggu penjelasan Ayah"

"Bye, semangat Ayahku"

Tut.

Amanda tersenyum, entah apa yang ada di pikirannya kali ini.

Tapi wajah cantik nya sangat terlihat bahagia dan senang.

"Uhuyyy" ucap nya cengengesan.

Dia lalu masuk ke dalam kamar mandi dengan masih bersenandung bahagia.

*

-Perusahaan Leonard.

Leon sendiri sedang menatap ke arah luar jendela ruangannya.

Dia sedang memikirkan bagaimana reaksi Putri nya tentang perasaan yang saat ini ia rasakan.

"Semoga kamu mendukung Ayah dan berpihak pada Ayah"

"Huhh, mending kerja dulu aja"

Leon mengambil laptop nya dan memulai bekerja dengan tatapan yang cukup tegas nan tajam.

Ck,

"Kenapa aku ingat sama Maudy sih" gumam Leon dengan memejamkan mata nya sejenak.

Hingga.

Tok

Tok

"Masuk"

Ceklek.

"Tuan, semua nya sudah saya kerjakan dan besok kita tinggal rapat bulanan tanpa ada yang tau" jelas Aspri Leon.

"Bagus, jangan biarkan mereka lolos begitu saja"

"Aku ingin besok semua pengkhianat habis"

Sang Aspri mengangguk mengerti,

Lalu ia pun kembali ke ruangannya sendiri yang ada di samping ruangan Ceo, Leonard.

Bab 3 Leon & Maudy.

-Cafe Akalasia.

Amanda pergi dengan di antar oleh sopir, dia sekalian mengantarkan Maudy ke kos nya.

Hingga setelah menempuh beberapa puluh menit akhir nya ia sampai di Cafe yang sudah sang Ayah tentukan.

"Nona Amanda, mari saya antar ke meja Tuan muda" ucap salah seorang pelayan yang memang sudah di tugaskan menjemput Amanda oleh Leon.

Amanda duduk di hadapan sang Ayah,

Dia menatap sang Ayah dengan wajah serius dan tajam,

"Kita berbicara serius Ayah, aku bukan lagi anak kecil. Aku sudah dewasa!" tegas Amanda.

Hufh.

"Ya, kamu memang sudah besar sayang. Tapi, di mata Ayah kamu tetap Putri kecil Ayah" ucap Leon lembut.

Leon menatap sang Putri dengan tatapan yang sangat dalam.

"Nak, jika Ayah menyukai Maudy apa kamu akan setuju?"

"Ayah bukan hanya sekedar suka, entah kenapa perasaan Ayah selalu berdebar dan berbeda jika menatap atau di dekat nya"

Hening,

Leon masih menatap Ayah nya dengan tajam, tak ada respon apapun dari Putri nya.

Hingga,

"Aku tidak setuju" tegas Amanda,

Leon menatap Amanda dengan sayu, ia membuang nafas kasar dengan wajah datar namun terlihat kecewa.

"Aku tidak setuju jika Ayah hanya mempermainkan Maudy, tapi jika Ayah benar-benar serius maka aku akan jadi orang pertama yang sangat bahagia" jelas Amanda kembali.

Leon langsung bangkit dari duduk nya, dia memeluk Putri nya dengan penuh haru dan bahagia.

"Bunda dan Maudy memiliki tempat yang setara di hati Ayah" lirih Leon pada Amanda.

Amanda menganggukan kepala nya di pelukan sang Ayah.

Lalu keduanya pun duduk kembali dan memesan beberapa makanan ringan serta minuman.

Siang itu, Leon memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama dengan Amanda di Cafe.

Sudah lama ia tidak berbincang dan duduk bersama dengan Putri nya ini karena sibuk.

*

Selesai dengan makan siang, Amanda pun memutuskan untuk pulang.

Namun,

Dia akan mampir terlebih dahulu ke kost nya Maudy,

Ya, Maudy akan menginap kembali di rumah nya karena tugas kuliah nya belum selesai.

Tin.

Tin.

Amanda hanya menyuruh membunyikan klakson saja, karena memang ia sudah mengirim pesan pada Maudy.

Dan,

Maudy pun keluar dengan perlengkapannya yang sangat rempong.

"Kenapa gak ngajak pindah aja sih lu ke gue, capek tau gue kesana kemari bawa barang banyak gini" gerutu Maudy dengan kesal.

"Gue udah ajak lo beberapa kali ya buat tinggal sama gue, tapi lo nya nolak mulu" balas Amanda santai.

Ck,

Maudy hanya mendengus saja, dia lalu duduk di samping Amanda.

Dan, Amanda langsung bergelayut manja di lengan Maudy dengan santai.

"Gue kayak nya mulai besok akan ngajuin skripsi deh, Man"

"Dan gue juga besok akan mulai bekerja di perusahaan bokap lo" jelas Maudy serius.

"Loh kok cepet banget ngajuin skripsi nya, kan masih ada beberapa bulan lagi?" tanya Amanda.

Hufh.

"Gue mau bantu Ibu panti, kayak nya mereka kesusahan uang untuk biaya anak-anak yang lain" jawab Maudy.

Amanda terdiam, dia mengerti bagaimana Maudy yang sangat sayang pada adik-adik di panti.

"Yaudah gapapa sih, kalau gue gak mungkin soalnya lu tau sendiri otak gue gak se cerdas otak lu"

"Nanti gue bilang sama Ayah buat bantu donasi di Panti ya, lo jangan khawatir"

Maudy tersenyum, dia memeluk Amanda dengan sayang.

"Makasih ya Man, lu sering banget bantu gue dan Ibu panti" ucap Maudy tulus.

"Iya iya, gue ikhlas kok" balas Amanda.

Hingga tak terasa, mobil pun sudah memasuki halaman luas rumah Amanda.

Keduanya keluar dan langsung saja masuk,

Seperti biasa, Maudy akan selalu mengerjakan tugas hanya di ruang keluarga dan kamar tamu.

"Oh iya, lu udah hubungi Ayah kan kalau besok mau kerja?" tanya Amanda.

"Udah, makannya gue bawa baju untuk kerja. Mumpung besok masih jam kuliah kita libur" jawab Maudy.

Amanda membuka laptop milik nya dan Maudy pun begitu.

Keduanya fokus mengerjakan tugas masing-masing, namun sesekali Amanda akan menanyakan hal yang gak ia ngerti pada Maudy.

1 jam berlalu dan kedua gadis tersebut masih sibuk dengan tugas.

Hingga.

"Non, udah mau magrib" ucap Bibi dengan sopan.

Hah.

"Ya ampun, gak kerasa banget. Makasih ya Bi udah ngingetin" balas Amanda tersenyum.

"Iyaa Non, sana bersih-bersih dulu" ucap Bibi.

Amanda dan Maudy pun bergegas membereskan sebelum masuk ke kamar.

Amanda langsung saja ke lantai atas untuk membersihkan tubuh nya.

Sedangkan Maudy, dia tidak masuk ke kamar melainkan ke dapur bersama Bibi.

"Loh kok malah kesini, Non?" tanya Bibi heran.

"Aku lagi gak sholat Bi, jadi aku bantu masak aja ya" jawab Maudy dengan terkekeh.

"Bukan kamu yang bantu, malah kamu yang masak"

"Mau masak apa, Non?"

Maudy terdiam, dia lalu membuka kulkas dan tersenyum saat melihat bahan makanan.

"Kita akan masak seafood tumpah ala Maudy" ucap Maudy dengan semangat.

Bibi hanya tersenyum, dia lalu membantu Maudy mengeluarkan bahan-bahannya dan juga mencuci bersih semua bahan masakannya.

Maudy sendiri langsung saja membuat bumbu, ia tau bahwa Ayah dan Amanda sangat suka seafood dan juga pedas.

Ia fokus masak dengan di bantu Bibi, satu wajan besar sudah penuh dengan aneka seafood dan teman teman nya.

Dan, beberapa puluh menit berlalu begitu saja.

Masakan Maudy pun sudah jadi, dia menyuruh Bibi untuk memberi alas pada meja makan.

Makan malam kali ini, Maudy mengusungkan tema seperti di warung makan di luar sana yang tidak memakai piring dan sendok.

"Bi, itu untuk Bibi dan yang lainnya ya"

"Aku mau mandi dulu"

Bibi menganggukan kepala dengan tersenyum.

Sedangkan Maudy langsung saja ke kamar tamu,

*

Jam makan malam pun tiba,

Amanda , Leon dan Maudy pun sudah berada di ruang makan.

"Wow seafood tumpah"

"Ini pasti masakan kamu,Mau" celetuk Amanda dengan semangat.

"Heemm, ini resep baru dengan kepedasan yang lumayan pedas" balas Maudy.

Amanda langsung saja menuang nasi nya, tak lupa juga dia menyiapkan segelas air dingin.

Sedangkan Maudy, dia menuang nasi di hadapan Leon dan bahkan ia juga mengisi gelas Leon dengan air biasa yang tak terlalu dingin.

"Terimakasih, Maudy" ucap Leon.

"Sama-sama Om" balas Maudy sopan.

Lalu ketiga nya pun fokus pada makanan, bahkan Amanda sudah sejak tadi menikmati masakan di hadapannya.

"Ini sangat lezat, pedas yang cukup menggugah lidah"

"Ah pokoknya kamu the best, Mau"

Maudy hanya terkekeh saja melihat tingkah Amanda,

Dia memang sangat hobi memasak dan mencoba resep baru, hingga membuat ia sangat pintar dalam membuat lidah orang merasakan nikmat.

Leon?

Dia fokus pada masakan di depannya, makan nya sangat lahap dengan sesekali melirik kearah Maudy.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!