Seorang gadis yang tengah berjuang dengan kerasnya kehidupan, berjuang untuk mendapatkan perhatian dan kasih dari orang yang menjadi bagian dari hidupnya.
Di sebuah rumah mewah seorang anak tengah di marahi dan di siksa karena tidak sengaja mengotori baju kakaknya.
"Heh Kau tidak punya mata? kedua bola mata besar mu taruh dimana? ucap seorang gadis dengan mencengkeram erat dagu seorang gadi yang terlihat lebih muda dari perempuan itu.
"Maaf kak aku tidak sengaja mengotori baju kakak, a.. aku terpeleset tadi" ucap gadis itu dengan ketakutan.
"Heh Kau pikir saya percaya dengan tipuan muslihat mu itu" ucap gadis yang lebih besar sambil menghempaskan dagu dari sang adik itu.
Gadis muda yang tengah di siksa adalah Maha atau lebih tepatnya Maharani, dan yang menyiksa itu adalah kakak perempuannya.
Maharani adalah anak bungsu dari pasangan Jhon Gerald dan Lisa Windy, Maharani mempunyai dua orang kakak. Gio Gerald dan Wendy Gerald. Kehadiran Maharani mereka tidak terlalu mempedulikan, dia seperti benalu dan hama yang selalu untuk mereka.
Keluarga yang sedang sarapan hanya menonton adegan itu, tidak ada satupun yang berkomentar untuk membela gadis yang tengah di siksa itu, mereka hanya menatap dirinya dengan tatapan datar dan dingin membuat gadis itu diam dan tidak berkomentar lagi membiarkan kakaknya memukul dirinya sampai puas. Dia membela diri? percuma karena tidak ada satupun yang percaya kepadanya.
Semua yang di lakukannya akan selalu salah dimata Keluarganya, kepercayaan tidak akan pernah ada untuknya.
Setelah puas melepaskan kekesalannya di tubuh Maharani, Wendy kembali melanjutkan sarapannya. Maharani bangun dan kembali membersihkan diri ulang karena sangat kusut, setelah mandi dia mengoleskan obat lebam ke wajahnya dulu untuk mengurangi rasa perih.
Kini Maharani sudah turun di lantai bawah. Selera untuk sarapan sudah hilang. Dia melewati Keluarganya yang masih duduk makan di meja makan. Bahkan mereka tidak menghiraukan kepergiannya.
Maharani menggunakan taksi ketika berangkat di sekolahnya. Memang dia tidak di fasilitas dengan kendaraan kadang uang jajan mereka kasih hanya di saat mereka semua dalam mode bahagia, anggap saja mereka bersedekah kepada Maharani.
Maharani adalah murid pintar dan jenius, Dia selalu mendapat penghargaan dari setiap lomba yang dia ikuti selalu meraihi prestasi di bidang manapun. Tapi itu semua sia-sia Maharani lakukan karena tidak sedikitpun orang tuanya melirik keberadaannya. Padahal dia hanya menginginkan Kasih dan Perhatian dari mereka. Kenapa hanya untuk meraihi dua kalimat itu harus susah?
Kadang dia bingung apa yang harus dia lakukan? di bidang pendidikan dia selalu membuat orang tuanya bangga tapi tetap saja kedua kakaknya yang selalu menjadi sempurna di mata orang tuanya. Dia selalu di bandingkan.
Maharani selalu bergumul dengan dirinya. Apakah dia bukan bagian dari mereka? atau memang keberadaannya tidak terlalu di butuhkan?
Lamunannya terhenti ketika taksi yang dia tumpangi telah memasuki halaman sekolah.
Di sekolah Maharani cukup di hargai, tidak banyak orang yang mengetahui identitasnya. Karena memang identitas dirinya dia sembunyikan. Nama keluarganya dia tidak melampirkan hanya nama Maharani saja.
"Non, kita sudah sampai" ucap sopir taksi itu
"Terimakasih pak" ucap Maharani turun dari taksi.
Dia melangkah perlahan menuju kelasnya sudah banyak murid yang juga sudah sampai.
Ruang kelasnya berada di lantai dua paling ujung jadi lumayan jauh dia berjalan. Di ruangan kelas baru beberapa murid yang juga baru saja tiba. Maharani melangkah pelan ke arah mejanya yang berada di pinggiran dekat dengan jendela.
Mengeluarkan bukunya karena seminggu lagi lagi mereka akan menghadapi ujian terakhir.
Semua siswa sibuk dengan urusan mereka masing-masing, ada yang membaca, ada yang berdiskusi kelompok, ada yang memakai sistem mendengar, mereka belajar sesuai gayanya masing-masing.
Kali ini mereka harus benar-benar tekun untuk bisa masuk ke universitas terkenal di negara itu. Guru memberikan mereka tugas menyangkut materi ujian yang akan mereka hadapi nanti.
Tring tring.........
Bel istirahat sudah berbunyi, semua siswa berhamburan keluar dari kelas menuju kantin untuk mengisi perut yang sudah berkeroncongan.
Maharani membuka kotak bekalnya, dia memang selalu mempersiapkan sereal di dalam tasnya kalau dia tidak sarapan dari rumah.
Maharani bukan tipe cewek yang banyak berbicara, dia anaknya tenang dan dingin di luar tapi tidak di rumah. Dia di rumah seperti anak yang bodoh dan ceria hanya semata-mata untuk mendapatkan perhatian dari orang yang di kasihinya.
Orang tuanya adalah pengusaha sukses dan mereka adalah keluarga terpandang. Kakak laki-lakinya adalah CEO muda di salah satu perusahaan papannya dan Kakak perempuannya adalah model terkenal dari salah satu agensi yang tersohor dan tidak di ketahui siapa pemilik atau pendiri dari agensi ini. Ada yang bilang pendirinya itu melanjutkan pendidikan di luar negeri, ada juga yang bilang kalau pendirinya itu sudah tua, semua orang hanya menerka saja tidak ada yang mengetahui pasti.
Sedangkan Maharani? hanya dalam tanda"" Kutip"" .
Tidak ada yang mengetahui kalau Maharani adalah bagian dari keluarga Gerald. Publik hanya mengetahui kalau keluarga Gerald mempunyai dua orang anak 1 Putra dan 1 Putri.
Entah alasan apa yang membuat mereka tidak mengakui keberadaan Maharani? jawaban hanya ada pada keluarga itu.
Hari-hari Maharani selalu lewati dengan banyaknya penyiksaan dari keluarganya. Bukannya dia tidak bisa melawan atau membantah? untuk menghancurkan mereka terlalu mudah untuknya hanya ada satu hal yang membuat dia tidak bisa melawan mereka yaitu kasih dan sayang terlalu besar untuk mereka.
Karena kasih sayang besar itulah yang membuat dia mampu melakukan semua hal, yang membuat dia bertahan untuk hidup lebih lama. Yang membuat dia mempertahankan senyum indah yang dia miliki.
Karena kasih sayang itulah dia bertahan untuk di sakiti. Kalau orang bilang bodoh kepadanya? ya memang dia bodoh karena terlalu memiliki kasih yang besar untuk mereka. Tapi, tidak ada yang mengetahui apa sebabnya? apa yang membuat dia rela di sakiti selain kasih sayang? ada hal tersembunyi yang tidak ada orang mengetahuinya hanya dia sendiri yang mengetahui hal tersembunyi apakah itu?
Biarkanlah dia menjadi orang bodoh untuk orang tua, Saudara-saudarinya. Selagi dia masih bersama mereka selagi masih melihat wajah mereka.
Dia akan terus berjuang untuk mendapatkan kasih dan perhatian dari orang tuanya, saudara, saudarinya sebelum waktunya tiba.
Puncak dari perjuangannya dan awal dari penderitaannya adalah ketika dia harus di jodohkan untuk menebus dan menaikkan saham bisnis keluarganya. Dia harus di jodohkan kepada orang yang bahkan tidak dia kenal, dia bisa menolak perjodohan ini tapi tidak berkuasa melawan perasaan kasih dan sayang yang sangat besar yang dia miliki untuk keluarganya.
Dia dilema? oho pasti
Dia rapuh? diantara keduanya
Jangan lupa dukung dengan cara Like 👍 kritik 📝 dan Vote ❤️
Hari yang di tunggu oleh seluruh siswa kelas tiga telah tiba. Ujian yang menentukan mereka berhasil untuk masuk ke universitas terkenal yang menjadi incaran mahasiswa baru.
Semua siswa bersemangat untuk menyambut ujian ini tapi tidak dengan Maharani. Dia yang awalnya bersemangat untuk menyelesaikan ujian dengan cepat harus terpupus ketika mendengar kabar tadi pagi sebelum dia berangkat sekolah untuk menghadapi ujian bahwa dia akan di jodohkan.
A few minutes a go
"Maharani kau harus menerima perjodohan ini tanpa penolakan' ucap Tuan Gerald di meja makan setelah mereka berkumpul semua untuk sarapan.
Maharani yang sedang mengambil sarapan harus berhenti ketika mendengar kata perjodohan keluar dari mulut orang yang sangat dia hargai.
"Pa Maharani masih sekolah dan baru mau menghadapi ujian akhir. Tidak mungkin Maharani menikah" ucap Maharani membela diri
"Siapa bilang kau akan menikah sekarang? Kau akan menikah ketika kau sudah menyelesaikan ujian akhir ini. Dan Kau tidak di beri kesempatan untuk menolak" ucap tuan Gerald tegas
"Tapi pa Maharani masih ingin sekolah dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. " ucap Maharani memberi pendapat
" Tidak perlu, yang akan menjadi calon suamimu adalah pengusaha sukses dan kalau kalian akan menikah perusahaan Gerald akan maju". ucap santai Tuan Gerald tanpa memperhatikan raut wajah Maharani yang berubah.
"Kenapa harus Maharani yang menikah pa? ada kak Wendy juga" ucap Zhang Wei menahan sakit
"Kakakmu itu model terkenal dan Kau juga baru akan tamat dari sekolah jadi kau yang belum mempunyai pekerjaan saja yang menikah'" ucap Tuan Gerald lagi
" Pa, Maharani juga punya cita-cita. Maharani juga ingin mewujudkan cita-cita itu. Kenapa papa tega menghancurkan harapan Maharani pa? kenapa?" ucap Maharani menahan gejolak hatinya yang sakit
"Karena hanya Kau yang bisa membantu membangkitkan perusahaan keluarga kita"" ucap Tuan Gerald kokoh pada pendiriannya.
"Oh jadi sekarang papa membutuhkan bantuan Maharani, menjadikan Maharani sebagai alat jaminan untuk kemakmuran perusahaan begitu? ucap Maharani dengan emosi yang tertahan
"Sebegitu tidak berharga kah Maharani di mata papa? sebegitu tidak bergunanya Maharani untuk papa? ucap Maharani dengan dada naik turun
"DIAM!! " Teriak Tuan Gerald
"Papa tidak mau mendengar apapun alasanmu. Perjodohan akan tetap di laksanakan" ucap Tuan Gerald tanpa mau mendengar pembelaan dari Maharani.
Dia langsung bangkit berdiri dari meja makan dan berangkat kerja. Begitu juga dengan Maharani langsung menyambar tasnya berangkat ke sekolah tanpa sarapan meninggalkan tiga orang yang sibuk menikmati sarapannya tanpa menghiraukan perasaan Maharani.
Hati Maharani sungguh hancur, dia sudah berusaha mencari perhatian dari keluarganya, mehanan semua siksaan hanya untuk mendapatkan perhatian. Sekarang dia di butuhkan hanya untuk menjadi alat jaminan kemakmuran perusahaan Gerald group.
Dia mau marah? tapi dia tidak bisa marah, kasih sayangnya kepada mereka terlalu besar mematahkan segala emosi yang dia miliki.
Dia hanya marah terhadap dirinya yang di lema, dia tidak mempunyai kekuatan untuk membantah. Sekarang dia hanya pasrah untuk menerima perjodohan ini. Kalau melalui perjodohan ini dia bisa mendapatkan perhatian dari mereka, dia akan coba menerimanya dengan lapang dada.
******
Di sekolah ujian sudah di mulai, Maharani tidak fokus dengan soal ujian yang dia terima pikirannya masih mengingat kejadian tadi pagi.
"Ayolah Maharani kau harus bisa membuang jauh-jauh pikiranmu" ucap Maharani menghirup dalam udara dan menghembuskan perlahan.
Dia melakukan selama beberapa kali, setelah pikirannya tenang, baru dia mulai mengerjakan soal itu.
Ternyata soal yang kelihatan sulit tadi ketika pikirannya berkecamuk, sekarang seperti soal ujian untuk anak sekolah dasar. Bagi dia memang yang mempunyai IQ di atas rata-rata tapi tidak dengan teman-teman yang lain.
Dia mengerjakan soal itu tidak sampai setengah jam. Dia memeriksa ulang dari awal sampai nomor terakhir beberapa kali untuk memastikan jawabannya tidak ada yang salah.
Setelah yakin dengan jawabannya, dia keluar dari ruangan ujian menuju kantin. Para guru sudah mengetahui akan kepintaran Maharani jadi mereka tidak terkejut atau heran ketika dia sudah menyelesaikan soal-soal ujian itu dengan cepat.
Maharani menuju kantin untuk mengisi perutnya yang sudah berdemo karena memang dia tidak sarapan tadi pagi dan tidak menyiapkan sereal di tasnya.
Dia memesan kopi susu dan roti lapis, Maharani tidak terlalu suka makan, dia makan hanya untuk menutupi perut keroncongannya.
Selang beberapa menit makanan yang dia pesan akhirnya datang, langsung saja dia sambar memakan habis roti lapis itu dengan dua kali kunyah. Setelah roti lapis itu habis dia beralih ke kopi susunya. Kali ini dia tidak minum seperti memakan roti lapis tadi, dia menikmati rasa kopi kesukaannya ini.
Memang kopi yang bisa membuat pikirannya agak tenang.
Kopinya hampir setengah baru ada teman-teman yang lain datang ke kantin untuk mengisi energi. Maharani tetap tenang menikmati kopinya tanpa menghiraukan obrolan teman-temannya mengenai soal ujian.
Mereka banyak menceritakan tentang kesulitan soal ujian.
Setelah selesai dengan minumannya Maharani beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke arah kasir untuk membayar makanan dan minuman yang dia pesan.
Dia tidak langsung kembali ke kelas tapi dia beralih ke arah rooftop. Di rooftop terdapat beberapa murid laki-laki nakal yang merokok.
Maharani tidak mempedulikan keberadaan mereka. Dia sibuk dengan pikirannya sendiri.
Mau mereka merokok? atau minum alkohol kek dia tidak peduli. Para berandalan itu yang melihat keberadaannya merasa heran pasalnya murid yang menjadi teladan bagi semua murid itu tidak pernah berkunjung ke rooftop. Tumben hari ini dia berada di rooftop apakah soal ujian itu membebaninya juga? itulah yang ada di benak mereka.
Maharani memeriksa hp karena terdapat pesan yang baru masuk. Entah apa isi pesan itu cukup membuat Maharani menarik nafas panjang.
Setelah mendapat notifikasi itu Maharani kembali ke kelas dia tidak berselera lagi untuk menghirup udara segar di rooftop.
Tepat ketika dia sampai ke kelas, bel berbunyi kembali tanda istirahat telah berakhir. Semua murid yang berada di di luar ruangan telah beralih masuk ke kelas kembali.
Mereka akan mengikuti mata pelajaran yang kedua.
Seperti pelajaran sebelumnya, Maharani menyelesaikan ujian dengan belasan menit saja.
Dia keluar dari kelas langsung menuju halaman depan sekolah, dia akan pulang sedu, tanpa mendengar pengumuman untuk ujian hari berikutnya biar orangnya saja yang mengurus nanti.
Dia tidak ada mood untuk berada lama di sekolah, dia mau pergi ke suatu tempat untuk menghilangkan rasa stress yang ada.
Tidak lama kemudian sebuah mobil hitam berdiri tepat di hadapannya, seorang lelaki tampan keluar dari mobil itu.
"Selamat siang Nona. Maafkan saya Nona membuat Nona menunggu lama" ucap pemuda itu sambil membuka pintu untuk Maharani.
"Tidak apa-apa pak. Saya juga baru keluar tadi dari ruang kelas." ucap Maharani sambil masuk ke dalam mobil.
Setelah Maharani masuk pemuda itu menutup pintu mobil dan beralih ke arah kursi kemudi.
"Mau pulang langsung ke rumah Nona? tanya pemuda itu setelah duduk di kursi
"Tidak pak. Bawa Saya ke tempat biasa" ucap Maharani.
Melihat Nona nya yang seperti banyak kepikiran, pemuda itu langsung menuju tempat yang biasa nonanya kunjungi.
Jangan lupa klik like dan Vote kakak ❤️
Tempat yang di tuju Maharani adalah sebuah bukit yang dapat melihat pemandangan laut dan keindahan kota.
Tempat ini adalah tempat dimana dia selalu menumpahkan segala sesuatu yang mengganjal pikirannya. Tempat yang selalu menjadi saksi bisu untuk semua masalahnya. Tempat yang selalu memberi dia kekuatan.
Mobil hitam itu memasuki area bukit itu dan Maharani langsung turun.
"Terimakasih pak, Bapak langsung pulang saja. Nanti saya akan info bapak" ucap Maharani sambil berlalu pergi
"Apa Nona tidak apa-apa sendirian di sini? ucap pemuda itu kuatir
"Tidak apa-apa. Dan oh tolong info Danil untuk mengurus pengumuman apa untuk ujian besok, saya tidak menunggu jam pulang tadi" ucap Maharani melanjutkan perjalanannya.
Hanya dia sendiri yang berada di bukit itu memberi dia leluasa untuk mencurahkan semua isi hatinya.
"Memang kau tempat terbaik untuk mengeluarkan seluruh keluh kesah ku. Mungkin kau bosan mendengar setiap keluhan ku tapi tetap saya mengucapkan terimakasih." ucap Maharani sambil menerawang
"Hanya kau tempat yang cocok untuk ku berkeluh kesah". lanjutnya lagi
Maharani berbaring di tempat itu tanpa alas, dia memejamkan mata sambil menghirup udara itu dengan bebas. Mengeluarkan semua yang menjadi keluh kesahnya.
"Tuhan berikan saya kekuatan untuk mampu menghadapi kelamnya dunia"
"Ijinkan saya untuk melewati hari-hari ku dengan kebahagiaan". ucap Maharani dalam hati.
Di lain tempat, Pemuda yang mengantar Maharani tadi cemas karena Nona nya itu belum menghubungi dia untuk menjemputnya.
"Apa Nona baik-baik saja? kenapa Nona belum menghubungi saya? gumam pemuda itu mondar-mandir dan mengotak-atik hp nya.
Dia menghubungi Nonanya untuk memastikan apakah bisa di jemput atau belum? tapi nomor yang di tuju tidak masuk membuat dia tambah kuatir.
"Kenapa hp nya Nona Maharani tidak aktif? apa aku langsung ke sana saja ya? ucap Pemuda itu masih bergumul dengan pikirannya sendiri.
"Ah saya mengecek langsung saja" ucapnya memutuskan untuk mendatangi tempat itu.
Dia melajukan mobil dengan kecepatan tinggi karena dia benar-benar kuatir dengan Nona Muda nya itu.
Dia hanya menempuh perjalanan dua puluh menit yang seharusnya ia tempuh satu jam.
Dia langsung menuju tempat yang biasa nonanya mengeluarkan keluh kesahnya.
Dan di sana dia bisa melihat Nonanya tengah berbaring di atas rumput tanpa alas.
Dia langsung menghampiri ternyata Nonanya itu tertidur pulas.
"Nona, Nona bangun" ucap Pemuda itu sambil menepuk pelan pipi Nonanya itu.
Merasakan pipinya di Sentuh Maharani membuka matanya perlahan dan terpampanglah wajah tampan yang menatapnya kuatir.
"Nona, nona tidak apa-apa? ucap pemuda itu masih dengan raut wajah kuatir.
"Ahh saya tidak apa-apa pak" ucap Maharani dengan memegang kepalanya yang agak pusing.
Setelah rasa pusingnya hilang, Maharani bangkit berdiri dan berjalan menuju mobil yang sudah di parkir rapi.
Pemuda itu berjalan cepat membuka pintu untuk Nonanya itu.
"Pak kita singgah di restoran yang biasa saya kunjungi" ucap Maharani
"Baik Nona'" ucap pemuda itu mengambil jalur yang menuju ke arah restoran itu.
Dua puluh menit mereka menempuh perjalanan untuk mencapai lokasi restoran itu. Sebuah restoran yang menyajikan makanan Asia - Eropa. Sebuah bangunan yang berlantai dua.
Maharani selalu menempati meja yang menghadap langsung ke laut. Seperti sekarang ini dia duduk menghadap laut.
Pemuda tadi yang menjadi sopir dan sekaligus pengawalnya duduk di meja lain untuk mengawasi Nona Muda nya itu.
Maharani kini sudah berada di depan pintu gerbang masuk rumah keluarganya, dia sudah turun dari mobil dua ratus meter dari rumahnya. Dia tidak mau Keluarganya mengetahui kalau dia turun dari mobil yang bukan milik keluarga Gerald.
Dia memasuki rumahnya dengan langkah tenang datar dan dingin. Moodnya hari ini kurang bagus.
Rumah hari ini sepi semua keluarganya masih sibuk bekerja hanya para pengawal dan pelayan yang ada di rumah.
Pelayan yang melihat Nona Muda bungsu nya pulang menawarkan minuman
"Nona mau di buatkan minuman? tanya pelayan itu
"Terimakasih bibi, tidak usah saya mau langsung ke kamar untuk beristirahat" ucap Maharani berlalu pergi tidak ada senyum manis dan bahagia lagi yang terpancar di wajahnya.
Pelayan yang melihat Nona Muda bungsu nya itu seperti orang yang tidak berselera merasa kasihan, Nona Muda yang selalu memancarkan senyum manis dan ceria kini telah hilang dari wajah cantik itu. Senyum yang selalu memancarkan kehangatan kini hilang sejak tadi pagi ketika mendengar kabar perjodohan.
*****
Kini ujian untuk mata pelajaran yang terakhir telah selesai. Waktu terasa cepat untuk Maharani berarti dua hari lagi pernikahan perjodohan itu akan terlaksana.
Dua hari yang telah di tunggu untuk kedua keluarga itu telah tiba. Maharani yang di rias cantik merenungi nasibnya. Apakah ini keputusan tepat yang dia ambil? dia tidak boleh lemah, dia harus kuat untuk impiannya mendapatkan perhatian dari orang yang di kasihi nya.
Kakak perempuan dan ibunya memasuki kamar tempat dia di hias. Mereka datang dengan wajah sumringah, mereka bahagia akhirnya perusahaan mereka akan bertambah jaya setelah Saudari/anak mereka menikahi seorang pengusaha muda pewaris tunggal tahta perusahaan Whiteley.
"Terimakasih ya karena kamu sudah mau mengganti posisi kakakmu" ucap mamanya menatap Maharani dengan tatapan tulus.
Maharani tertegun, ada rasa senang sedih, kecewa yang dia rasakan, dia senang karena mamanya mau menatapnya dan mengucapkan terimakasih dengan tatapan tulus, dia sedih karena baru sekarang setelah dia mengikuti kemauan mereka mengucapkan terimakasih, dia kecewa karena mamanya mengucapkan terimakasih setelah mengganti posisi kakaknya.
Tapi semua rasa itu dia pendam dalam hatinya yang paling dalam. Dia berusaha terlihat bahagia dan ceria, dia tersenyum dengan sangat baik yang walaupun hatinya sakit.
"Tidak apa-apa kok ma" ucap Maharani sambil tersenyum untuk menutupi kesedihannya.
"Ya sudah kami keluar. Bersiaplah sebentar lagi papa akan menjemput kemari" ucap nyonya Gerald berlalu pergi bersama Wendy. Maharani hanya mengangguk menatap punggung kedua orang yang dia sayangi menjauh.
Dia memukul pelan dadanya yang terasa sangat sesak.
"Tuhan mampukan lah saya menghadapi cobaan ini. Semoga yang menjadi suami hamba adalah orang yang mau menerima saya apa adanya. Karena pernikahan yang tidak berlandaskan kasih dan cinta belum tentu berjalan lancar" doa Maharani dalam hati menguatkan tekadnya untuk mendapatkan kasih dan perhatian dari keluarganya.
Dia terus bergumul dengan pikirannya sendiri dan membiarkan para perias yang di sewa oleh keluarganya merias dirinya.
Para perias sibuk merias pengantin wanita dengan sangat hati-hati dan juga natural tidak terlalu mencolok agar kecantikan alami Maharani tidak hilang. Biar tidak di rias pun Maharani tetap akan cantik karena dia termasuk gadis yang kecantikannya tergolong langka.
"Wah mbak Cantik sekali" ucap para perias ketika mereka selesai merias Maharani.
"Terimakasih" ucap Maharani
Di tempat pengantin pria juga berlaku hal yang sama. Dia sangat tampan dengan balutan jas warna putih menambah kesan elegan dan wibawa.
Jangan lupa klik like dan Vote ❤️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!