NovelToon NovelToon

Aku Mau Anakku Hidup Lagi

Latar Waktu

Tahun 1998 lebih dari 1,2 juta kasus pandemi demam berdarah dilaporkan ke WHO. Setiap tahunnya terjadi 72.133 kasus dan 1.414 kematian. Angka rata-rata kematian 2 persen.

              Demam berdarah (DBD) banyak ditemukan di Asia Tenggara. Termasuk di Indonesia.

*

              Di sebuah kampung di salah satu wilayah padat penduduk di pulau Jawa. Demam berdarah dengan ganas memakan korban.

Di kampung itu sebanyak 27 orang meninggal dunia. Terdiri dari 9 orang lansia, 14 orang dewasa, satu anak-anak, dan tiga masih balita.

              Angka kematian perempuan jauh lebih tinggi. Delapan belas wanita menjadi korban dan tujuh sisanya adalah laki-laki.

              Di kampung yang diberi julukan dusun Jengklong itu tidak ada duka yang lebih menyedihkan dari pada apa yang terjadi di rumah keluarga Kisman. Tiga orang sekaligus yang tinggal di dalam satu atap yang sama meninggal akibat sakit demam berdarah.

              Dua orang lansia yakni bapak dan ibu dari Kisman yang sudah berusia lanjut meninggal di hari yang sama.

Beberapa hari kemudian anak semata wayang Kisman yang baru berusia tujuh tahun juga meninggal ketika sedang dirawat di rumah sakit.

              Peristiwa ini begitu memukul Kisman dan juga istrinya yang bernama Mawar. Bagaimana tidak? Anak satu-satunya itu begitu istimewa bagi kedua orang tuanya.

              Anak Kisman dan Mawar diberi nama Seroja. Kehadiran putri mereka bisa disebut sebagai sebuah keajaiban.

              Kisman dan Mawar menikah pada tahun 1980 ketika mereka sama-sama masih berusia 17 tahun. Menikah di usia dini di kala itu merupakan suatu hal yang lumrah dan banyak terjadi dimana-mana. Terutama di daerah pedesaan.

Sepuluh tahun berselang vonis menyedihkan diucapkan kepada mereka. Pasangan suami istri yang telah berusaha kesana-kemari untuk mendapatkan momongan itu dinyatakan tidak bisa mempunyai keturunan karena faktor gangguan kesehatan pada organ reproduksi mereka.

Kisman dan Mawar sama-sama mandul. Keduanya dinyatakan tidak bisa memiliki anak setelah menjalani serangkaian upaya dan pemeriksaan medis.

              Harapan mereka hilang dan hidup mereka menjadi sunyi. Hanya cinta yang tulus yang mereka punya untuk tetap bertahan dan saling menguatkan.

              Gunjingan datang dari segala penjuru arah. Bahkan dari orang-orang terdekat mereka sendiri.

              Tapi sebuah keajaiban yang tidak disangka-sangka datang. Ketika Kisman dan Mawar sudah menyerah dan pasrah kepada keadaan.

              Pada tahun 1992 Mawar hamil. Dan di tahun yang sama pula tepatnya di hari jumat tanggal 6 November pada waktu subuh Seroja lahir.

*

              Satu tahun telah berlalu. Seharusnya Seroja sekarang sudah berusia delapan tahun.

              Di kediaman pasangan Kisman dan Mawar.

              “Hidup ini tidak adil untuk kita berdua”,

              “Kenapa yang harus diambil anak kita?”,

              Keluh Kisman kepada istrinya.

              “Anak-anak yang seumuran Seroja pada sembuh semua”,

              Mawar membalas keluhan suaminya.

              “Setiap hari aku masih merasakan kalau anak kita masih ada di rumah ini”,

              “Setiap kali aku pergi aku merasa dia selalu mengikuti ku”,

              “Ketika melihat anak-anak kampung sedang bermain, ada Seroja bersama mereka sedang ikut bermain”,

              Kisman dan Mawar begitu rindu kepada anaknya. Mereka belum sepenuhnya rela jika Seroja sudah tiada.

              Dari lubuk hati yang paling dalam Kisman ingin anaknya kembali.

              Penantian selama dua belas tahun lamanya untuk punya keturunan kenapa harus berujung kepada kegetiran.

              “Oh anakku sayang jangan menangis”,

              “Tidurlah tidur”,

              “Ibu akan menjagamu dalam pelukan”,

              Senandung itu adalah lagu kesukaan Seroja sebelum tidur.

              Dari bayi Mawar selalu menyanyikan untuk putrinya ketika Seroja susah tidur.

Manis Bujuk Rayu

Sehari-hari Kisman berjualan mainan anak-anak dan permen gulali. Ia menjajakan dagangannya dengan menggunakan sepeda yang telah dimodifikasi sendiri.

              Kisman kembali berdagang setelah melewati masa berkabung ditinggal mati Seroja.

Di waktu pagi Kisman berjualan di depan sekolah dasar tempat almarhumah anaknya bersekolah. Setelah jam sekolah selesai Kisman pergi berkeliling untuk melanjutkan berjualan sampai sore.

Tidak mudah untuk menganggap biasa kenangan itu begitu saja. Ketika Seroja masih hidup bapak dan anak itu selalu berangkat bersama-sama.

              “Tet… tet…”,

              Terdengar suara bunyi bel sekolah dua kali menandakan jam istirahat pertama. Anak-anak dengan cepat berhamburan keluar dari dalam kelasnya.

              Anak-anak itu segera menyerbu penjual-penjual jajanan yang mangkal di dekat sekolahan mereka.

              Demikian juga dengan Kisman. Setelah beberapa bulan tidak kelihatan penjual mainan dan permen gulali itu kembali datang.

              Sontak anak-anak kecil itu berbondong-bondong mendatangi Kisman.

Bocah-bocah itu memesan permen gulali yang sudah lama mereka rindukan. Kisman dengan cekatan membuat permen gulali beraneka macam bentuk.

              Kisman sudah hampir sepuluh tahun menekuni profesi sebagi pembuat permen gulali. Keterampilannya sudah sangat mumpuni.

              Dari permen gulali yang masih belum berbentuk Kisman bisa membuat beragam wujud. Kupu-kupu, naga, kura-kura, kelinci, kucing, serigala, bunga, mobil, pesawat, dan perahu.

              Selera anak-anak pun berbeda-beda. Anak perempuan biasanya menyukai bentuk bunga dan kupu-kupu. Sementara anak-laki lebih suka bentuk binatang dan alat transportasi.

              Selain permen gulali merah beraneka rupa yang jelas terasa manisnya, Kisman juga menjual mainan anak-anak. Dari mainan yang untuk dimainkan sendiri sampai jenis mainan yang harus dimainkan secara berkelompok.

Mainan yang dijual seperti mobil-mobilan, gasing, yoyo, ular tangga, dan ada juga aksesori macam jepit rambut, gelang, anting-anting, bando, cincin dan lain-lain.

              “Beli permen gulalinya”,

              “Mau yang bentuk apa?”,

              “Kupu-kupu”,

              “Sebentar ya aku buatkan”,

              Seorang siswi pembeli terakhir.

              “Tet... tet... tet…”,

Ketika Kisman baru mulai membentuknya bel tanda masuk kelas sudah memanggil.

              Anak itu kelas satu. Terlihat dari seragam sekolahnya yang masih baru. Warna putih dan merahnya begitu mencolok.

              “Ini gulalinya”,

              “Sana masuk kelas sudah bel”,

*

              Hari-hari berikutnya anak itu selalu datang saat jam istirahat untuk membeli permen gulali berbentuk kupu-kupu.

              Kisman mulai hafal dengan murid baru itu. Wajahnya ada kemiripan dengan Seroja anaknya yang sudah tidak mungkin lagi untuk berangkat ke sekolah.

              “Namamu siapa?”,

              “Namaku Lily”,

              Hari demi hari Kisman menjadi semakin akrab dengan anak itu.

              “Kenapa kamu suka bentuk kupu-kupu?”,

              “Karena kupu-kupu bisa terbang”,

              “Aku bisa membuatkanmu permen gulali berbentuk kupu-kupu yang lebih besar”,

              “Sebesar apa?”,

              “Besar sekali, sebesar piring”,

              “Sungguh?”,

              “Apa kamu ingin melihatnya Lily?”,

              “Aku mau”,

              “Tapi aku tidak bisa membuatnya di sini. Kamu harus ikut aku ke rumahku setelah pulang sekolah nanti”,

              “Tapi jangan bilang sama anak-anak yang lain. Soalnya aku hanya bisa membuatnya untuk satu orang saja. Seorang anak yang istimewa dan itu hanya kamu Lily”,

              Kisman membujuk anak kecil itu.

              “Apa aku boleh memakannya?”, tanya Lily dengan polos.

              “Tentu saja Lily, permen gulali berbentuk kupu-kupu besar itu boleh kamu makan”,

              “Tapi ingat ya, jangan bilang siapa-siapa”,

              “Dan sebagai bonusnya kamu boleh memilih mainan yang kamu suka”,

              “Tapi aku tidak punya uang untuk membeli mainan”, kata Lily.

              “Lily tidak perlu bayar, gratis”,

              Siswi baru bernama Lily itu pun setuju untuk ikut pulang ke rumah si penjual permen gulali.

Kisman menjanjikan kepada bocah cilik itu permen gulali kupu-kupu raksasa sebesar piring dan bebas memilih mainan kesukaannya secara cuma-cuma tanpa dipungut biaya.

              Hari itu pun Kisman yang biasanya sampai di rumah sore hari langsung pulang ke rumah setelah jam pelajaran anak kelas satu selesai.

*

              Di rumah Kisman,

              “Aku pulang bu”,

              Mawar yang sedang bersantai sambil menonton televisi terkejut dengan kepulangan suaminya. Jam sebelas siang terlalu pagi untuk Kisman pulang.

              Penasaran kenapa Kisman pulang cepat Mawar pun menyambutnya.

              Wanita itu lebih terkejut lagi ketika melihat Kisman pulang ke rumah tidak sendirian. Ada seorang anak perempuan berseragam sekolah dasar yang ikut pulang bersama ke rumahnya.

              “Itu siapa pak?”,

              “Ini namanya Lily”,

              Jawab Kisman sambil mengedipkan sebelah mata sebagai kode untuk sang istri.

Bukan Rumahku

“Itu siapa pak?”,

              “Ini namanya Laily”,

              Jawab Kisman sambil mengedipkan sebelah mata sebagai kode untuk sang istri.

              Mawar yang mengerti bahasa isyarat dari sang suami kemudian menutup pintu depan dan menguncinya.

              “Lily ini namanya Mawar, dia istriku”,

              Kisman mengenalkan Lily kepada Mawar.

              “Di rumah ini kamu bisa memanggilnya ibu dan kamu juga bisa memanggilku bapak”,

              “Lily kemari karena ingin melihat permen gulali kupu-kupu sebesar piring”,

              “Bukan begitu Lily?”,

              “Iya, mana?”,

              “Tunggu sebentar ya aku buatkan”, kata Kisman.

             “Sebelumnya kamu makan dulu ya”,

              “Biar ibu siapkan makanan”, ucap Mawar.

              Mawar begitu senang dengan kehadiran Lily di rumahnya. Wajah anak kecil itu begitu mirip dengan mendiang Seroja.

              Mawar kemudian masuk ke dapur. Ia membuatkan telor dadar untuk Lily makan siang.

              Kisman menyuruh Lily untuk memilih mainan mana saja yang ia suka. Ia bisa bermain sepuasnya.

Lily memilih mainan masak-masakan. Dengan mainan itu Lily pura-pura memasak.

“Lily mau masak apa?”,

“Aku mau buat piza”,

              Sementara itu Kisman menyiapkan bahan-bahan untuk membuat permen gulali berukuran besar seperti yang ia janjikan kepada Lily yang telah bersedia ikut pulang ke rumahnya.

              “Ini sekarang makan dulu”,

              “Lily habis sekolah pasti capek”,

              “Tadi di sekolah Lily belajar apa?”,

              Mawar mulai menyuapi Lily dengan nasi dan telor dadar yang baru saja dibuatnya. Sambil bermain Lily pun makan dengan lahap.

              “Selesai makan Lily tidur siang ya?”,

              “Nanti setelah tidur siang baru main lagi”,

*

              Sore hari di rumah Kisman,

              Lily terbangun di dalam kamar yang baru pertama kali ia lihat. Di sampingnya ada seorang perempuan yang sedang memeluknya sambil tertidur. Ia adalah Mawar.

              Lily kemudian menangis. Ia tahu ini bukanlah rumahnya dan perempuan di sampingnya itu bukanlah ibunya.

              Mendengar Lily menangis Mawar pun ikut terbangun.

              “Kenapa Lily sayang, bangun-bangun langsung nangis?”,

              “Aku mau pulang”,

“Aku mau sama ibu”, jawab Lily terisak.

“Ini ibu sayang”, kata Mawar.

Mendengar tangisan Lily Kisman masuk ke dalam kamar. Ia membawa apa yang sebelumnya sudah ia janjikan.

              Yaitu permen gulali berbentuk kupu-kupu yang ukurannya sangat besar. Diameternya selebar piring.

              “Lily kenapa nangis?”,

              “Ini gulali kupu-kupu besar yang sudah bapak janjikan”,

              Melihat gulali kupu-kupu raksasa itu perhatian Lily kembali bisa dialihkan. Anak kecil itu perlahan mulai berhenti menangis.

              Lily menyukainya dan mulai memakannya.

              Ketika langit sore mulai menua dan permen gulali besar juga sudah tidak lagi tersisa.

Lily kembali merengek untuk minta pulang ke rumah orang tuanya. Lily tinggal di kampung sebelah yang jaraknya tidak jauh dari kampung Kisman.

              “Aku mau pulang”,

              “Aku mau pulang”,

              “Aku mau pulang”, kata Lily kali ini dengan amarah.

              “Aku akan mengantarmu pulang, tapi mandi dulu ya”,

              “Biar kalau sampai di rumah Lily sudah bersih dan wangi”, kata Kisman.

              Mawar kemudian memandikan Lily dengan air hangat. Perasaannya terenyuh terkenang kembali saat anaknya Seroja masih seusia Lily.

              “Ibu gosok-gosok pakai sabun biar badan Lily bersih”,

              “Airnya tidak kepanasan kan?”,

              Mawar memperlakukan Lily dengan lembut layaknya anak sendiri.

              “Bajunya pakai ini ya, ini punya mbak Seroja waktu seumur kamu”,

              “Pasti muat”,

              Mawar memakaikan pakaian Seroja kepada Lily.

              “Pas, kamu benar-benar mirip seperti mbakmu”,

              Setelah Lily selesai mandi dan ganti baju. Lily bersiap-siap untuk pulang.

Tapi munculah Kisman dari dalam dapur.

              Kisman membawa mie rebus.

              “Sebelum pulang makan dulu ya”,

              “Nanti dikira di sini tidak dikasih makan”,

              “Besok Lily bisa main ke sini lagi”, bujuk Kisman.

              “Besok Lily dibuatkan permen lagi ya?”,

              “Tapi yang bentuknya bunga”, pinta Lily.

              “Pasti”,

              “Sekarang dimakan dulu mienya”,

              “Mau makan sendiri atau mau disuapin?”,

              “Lily sudah bisa makan sendiri”,

              “Lily kan sudah besar”,

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!