NovelToon NovelToon

MISTERI RUMAH BARU

BAB 1 TEMAN BARU

Sebuah mobil sedan hitam melaju pelan melewati lahan sawah yang terbentang luas. Tak lama terlihat perumahan yang berjejeran menandakan sudah memasuki perumahan desa Asri. Mobil hitam itu belok ke kiri ke pekarangan rumah pertama yang tepat berada di samping sawah.

Terlihat pria paruh baya keluar dari pintu kemudi lalu di susul wanita berjilbab coklat. Mereka tampak sedang melihat lihat sekitar.

"Benar ini pak rumahnya? "Wanita itu masih asik melihat-lihat detail rumah yang akan mereka tinggali.

"Benar Bu. Kemarin hari Rabu Bapak juga sudah kesini untuk melihat-lihat dan sekalian membersihkannya. "Jawab suaminya.

Setelah melihat-lihat sekitar wanita itu kembali kedalam mobil untuk membangunkan bocah lelakinya.

"Barka bangun, kita sudah sampai. "Ia menepuk pelan tubuh sang anak.

Mereka adalah keluarga Barka, ayahnya bernama Pak Danang dan ibunya Bu Darmi. Mereka baru pindah ke desa Asri ini karena pekerjaan Pak Danang yang di pindah tugaskan. Desa Asri tidak jauh dari pusat kota jadi Pak Danang lebih memilih tinggal di desa itu dari pada di pusat kota yang biaya hidupnya lebih mahal.

Barka keluar dari mobil, ia melihat rumah yang akan mereka tempati. Rumah dengan tembok putih bergaris-garis dan pagar putih yang mengelilingi terasnya. Ada tiga undakan tangga menuju terasnya.

"Barka ayo sini bantu turunin barang-barangnya. " saat sedang asik melihat-lihat Ibunya memanggil untuk menurunkan barang-barang pindahan.

Barka kembali menuju ke mobil untuk membantu ayahnya menurunkan barang-barang. Tanpa mereka sadari sejak mereka datang ada yang sedang memperhatikan dari dalam jendela rumah yang sedikit tersibak.

Barka memasuki ruangan yang akan ia jadikan kamarnya, begitu pintu terbuka terdapat tempat tidur berukuran sedang dengan meja di kanan kirinya dan lemari kayu untuk pakaian.

Jam sudah menunjukkan pukul 18.24 setelah selesai mandi Barka menuju ke ruang keluarga, ia melihat ayahnya sedang duduk di sofa dengan laptop di pangkuannya.

"Yah, di kamarku belum ada meja belajarnya. " Barka duduk di sebelah ayahnya.

"Besok ya, pulang kerja ayah belikan. "Ayahnya menjawab tanpa menoleh ke Barka, ia terlihat sangat sibuk dengan pekerjaannya.

Barka yang tidak ingin mengganggu ayahnya lebih memilih menghampiri ibunya yang sedang memasak. Ruang tamu dengan dapur hanya bersebrangan jadi ia bisa melihat ibunya yang sedang menyiapkan makan malam.

Setelah makan malam Barka lebih memilih ke kamar untuk membaca buku, ia anak yang sangat suka membaca semua buku. saking asiknya membaca tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul 10 lewat. Ia memutuskan untuk menyudahi membacanya dan tidur karena besok adalah hari pertamanya di sekolah baru.

Ia menutup bukunya dan meletakkannya di atas meja samping ranjang, karena merasa ingin buang air kecil Barka keluar kamar untuk ke kamar mandi. Saat kembali dari kamar mandi ia terkejut karena buku yang tadi ia letakkan di meja sudah ada di atas kasur lagi. Barka berpikir mungkin ia lupa menaruhnya lalu ia kembalikan lagi ke atas meja dan tidur.

...*****...

Pagi harinya Barka berangkat kesekolah barunya bersama ayahnya yang satu arah, sesampainya di depan sekolah sebelum turun dari mobil Barka menyalami tangan ayahnya untuk berpamitan.

"Assalamu'alaikum," Barka mencium tangan ayahnya.

"Waalaikumsalam, belajar yang bener. "Jawab Pak Danang.

Barka sedikit berlari melewati gerbang sekolahan yang bertuliskan SMP 2 JAYA. Saat melewati gerbang ia melihat pos satpam dan menghampirinya.

"Permisi Pak, ruang kepala sekolah ada di mana ya Pak? " Tanya Barka sopan.

"Kamu murid baru ya, ayo biar saya antar. "Jawab satpam tersebut.

Barka hanya mengangguk dan mengikuti langkah satpam itu. Sesampainya di depan ruang kepala sekolah satpam tersebut pamit kembali ke pos lagi.

Barka mengetuk pintu dan mengucapkan salam, tak lama terdengar suara yang menyuruhnya masuk.

"Permisi pak, saya murid pindahan yang ingin mendaftar di sekolah ini pak. " Ucapnya sedikit gugup karena baru pertama kali ke sekolah ini.

"Sudah bawa berkas-berkasnya, " tanya kepala sekolah yang sedang duduk di depanya.

"Sudah pak. " Barka menyerahkan semua persyaratan yang di butuhkan.

Kepala sekolah tersebut melihat berkas yang di bawanya sekilas lalu meminta untuk mengikutinya. Barka mengikuti kepala sekolah itu melewati lorong koridor yang memanjang lalu sampailah aku di depan kelas yang bertuliskan kelas 9B.

"Pak Eko saya minta waktunya sebentar," ijin kepala sekolah kepada guru yang sedang mengajar di kelas tersebut.

"Silahkan pak. "Jawab guru itu.

"Anak-anak ini adalah teman baru kalian. Namanya? " kepala sekolah itu menoleh kearah Barka untuk memintanya mengenalkan dirinya.

"Barka Aji Putra Pak. "

"Namanya Barka, jadi mulai sekarang Barka akan menjadi bagian dari kelas 9B," setelah itu bapak kepala sekolah undur diri.

"Barka silahkan duduk di bangku yang masih kosong. " Pak Eko mempersilahkan untuk duduk.

Barka melihat bangku kosong di belakang sendiri, di sampingnya ada anak laki-laki memakai kacamata.

"Apa bangku ini kosong?" Anak laki-laki itu tersenyum dan mengangguk.

"Namaku Edo. " Ia memperkenalkan dirinya.

Barka mengangguk dan semua anak-anak sudah mulai fokus kembali ke pelajaran.

Bel sudah berbunyi sebagian anak-anak keluar menuju kantin dan ada yang masih di dalam kelas. Dua anak laki-laki di bangku depan Barka menoleh ke belakang.

"Hei Barka, kenalin aku Alex dan ini temanku Davit. Kamu pindahan dari mana. " Alex bertubuh kurus sedangkan Davit sedikit berisi.

"Aku pindahan dari SMP 1 Bakti." Jawab Barka.

"Lebih baik kita ngobrol sambil ke kantin aja, " usul Davit.

"Ngomong aja udah enggak tahan pengen makan. " Edo menggeplak bahu Davit dengan gulungan buku tulis.

Davit dan Alex tertawa melihat ulah Edo. Mereka memutuskan ke kanti untuk mengisi perut. Sesampainya di kantin mereka bertiga menuju bangku yang diduduki dua anak perempuan, Barka hanya mengikuti dari belakang.

"Nay, kenalin ini Barka teman baru kita. Dia baru pindah hari ini." Alex memperkenalkannya dengan dua gadis yang sedang menikmati semangkuk bakso yang masih terlihat mengepulkan asap.

"Salam kenal Barka namaku Naya dan ini temanku Arini. " Jawab siswi yang memiliki rambut lurus sebahu.

Barka duduk bersebrangan dengan cewek yang bernama Arini, ia memiliki kulit yang putih daripada Naya. Namun Barka merasa heran karena sedari ia datang Arini terus menatapnya seolah ada yang aneh dari Barka.

"Ada yang mengikuti mu, " selesai makan tiba-tiba Arini bersuara dengan pandangan matanya yang mengarah ke Bagas.

Barka sedikit terkejut saat mendengar suaranya, bukan karena suaranya tapi dengan kata-kata yang ia ucapkan. Barka masih diam tidak menjawab karena masih bingung dengan yang ia ucapkan.

"Arini ini bisa dibilang indigo, jadi dia punya kemampuan bisa melihat hal yang tidak bisa dilihat. " Naya yang paham akan kebingungan yang terlihat di muka Barka menjelaskan apa yang tengah di bicarakan oleh Arini.

"Tunggu, jadi maksudnya ada setan yang mengikuti Barka? " Alex bertanya pada Arini.

Arini mengangguk kecil. Arini tampak sedang memikirkan sesuatu.

"Sepertinya aku pernah melihatnya, dimana kamu tinggal? " Arini bertanya sambil menatapku lekat.

"Aku baru pindah kemarin di desa Asri, "

"Bagaimana jika nanti sepulang sekolah kita main ke rumahnya Barka saja. Sekalian ngerayain teman baru kita ini. Bagaimana bolehkan Ka?" Edo bertanya pada Barka yang otaknya masih mencerna perkataan Arini.

"Boleh. "Barka mengangguk pertanda setuju.

Dilihatnya Arini yang masih saja tampak berfikir dengan pandangan yang sesekali mengarah ke arah Barka. Tak terasa bel sudah berbunyi lagi menandakan jam istirahat sudah habis. Semua anak bubar dari kantin dan menuju kelas masing-masing.

BAB 2 BERKUNJUNG KERUMAH

Bel pulang sudah berbunyi sejak lima menit tadi tapi Barka dan teman-temannya masih duduk di gazebo dekat kelas 9A. Mereka menunggu Naya dan Arini karena belum keluar dari kelas mereka. Hari ini mereka berenam akan kerumah Barka.

Tak berselang lama Naya dan Arini sudah terlihat di depan kelasnya, mereka menghampiri para anak laki-laki yang duduk di gazebo itu.

"Yuk langsung berangkat. " Naya berseru kearah teman-teman cowoknya.

"Kamu bawa sepeda Ka? " tanya Alex kearah Barka.

Barka menggelengkan kepala. Karena tadi pagi ia berangkat bersama ayahnya dan rencananya pulang akan jalan kaki saja karena jaraknya lumayan dekat dari rumah.

"Kalo gitu kamu boncengan sama Davit aja, kamu bawa sepeda kan? "Tanya Alex ke Davit.

"Beres, yang penting ada ininya. "Davit memperagakan sedang menyuapi mulutnya.

"Makan terus yang kamu pikirkan. "Edo mendorong pelan kepala Davit. Yang lainpun tertawa melihat tingkah Davit.

Perjalanan menuju rumah Barka hanya membutuhkan sekitar 5 menit jika ditempuh dengan sepeda motor . Saat Barka memberi aba-aba untuk berhenti di pelataran rumahnya semuanya terkejut saat mengetahui rumah yang Barka tinggali.

Semua turun dari sepeda motor dan melepas helm mereka. Disini yang paling benar-benar terkejut adalah Arini.

"Kamu beneran akan tinggal disini seterusnya Ka? "Edo yang pertama kali bersuara.

"Memangnya kenapa. "Barka heran dengan reaksi teman-temannya.

"Ayo masuk. "Barka berjalan mendahului teman-temannya untuk masuk kerumah.

Yang lainnya saling pandang dan mengikuti Barka masuk kerumah.

"Assalamualaikum ma. "Barka sedang melihat Ibunya sedang sibuk di dapur.

"Waalaikumsalam, loh ada teman-teman juga. " Ibunya menghampiri Barka ke ruang tamu dan mempersilahkan teman-temannya duduk.

"Ibu tinggal masak dulu ya. "Bu Darmi ijin melanjutkan kegiatannya di dapur.

"Iya Bu . "Jawab mereka bersamaan.

"Barka lo beneran engga tau tentang rumah yang lo tinggali. "Alex berbicara dengan nada pelan takut terdengar oleh Ibunya Barka karena ruang tamu dan dapurnya hanya bersebrangan saja.

"Memangnya kenapa, kok kalian kelihatan pada serius gitu. "Barka justru heran dengan tingkah teman-temannya.

Mereka semua saling pandang seolah meminta salah satu untuk menjelaskan.

"Rumah ini banyak yang bilang ada penunggunya. Entah itu benar atau tidak. "Akhirnya Edo yang memulai mengawali pembicaraan.

"Itu memang benar, pantas saja aku tidak asing dengan bocah laki-laki yang mengikutimu. Ternyata dia yang selalu aku lihat saat melewati rumah ini. "Arini berbicara dan sesekali menoleh ke arah dapur, takut-takut Ibunya Akbar mendengar.

"Kamu kan indigo Rin, apa kamu bisa tanya kenapa dia mengikutiku. "Barka sedikit merasa takut.

"Benar itu Rin, coba kamu tanya. "Kini giliran Naya yang juga penasaran dengan hantu anak itu.

Arini menatap lekat ke arah Barka, bukan lebih tepatnya ke belakangnya. Lalu ia memejamkan mata sebentar dan membukanya kembali.

"Tidak bisa, ia tidak mau berbicara. "Jawabnya.

Aku mengusap tengkuk ku karena mendadak merasa dingin.

"Apa kalian tahu dulu pemilik rumah ini siapa. " Barka menatap mereka satu-satu.

Mereka semua menggelengkan kepala, kupikir mereka tahu karena mereka juga asli orang sini.

"Kurasa akan sangat sulit untuk mengetahui siapa anak itu dan apa tujuannya mengikutimu. " ucap Alex.

"Ibu habis buat kue, coba kalian cicipi dengan teh ini. Kalian habis pulang sekolah pasti pada capek. "Tiba-tiba Bu Darmi datang dengan nampan teh dan camilan.

Mereka kaget karena takut Bu Darmi mendengar pembicaraan mereka sehingga sedikit tersinggung dengan pembicaraan mereka. Bu Darmi meletakkan nampannya di atas meja. Setelah itu Bu Darmi pergi ke dapur lagi.

"Wah beneran dapet makanan kita. "Davit terlihat girang lalu mencomot potongan brownies coklat.

"Davit nggak sopan. "Ucap Naya yang duduk di sebelahnya.

Davit hanya nyengir dengan mulut yang terisi brownies. Barka tersenyum melihat teman-temannya karena baru pertama kali kenal tapi mereka sudah sangat akrab dengannya. Apa lagi melihat mereka sangat antusias dengan masalah Barka ini.

Setelah menghabiskan segelas teh mereka memutuskan pulang karena takut dicariin orang tua mereka. Mereka juga tidak bisa mencari tahu tentang anak laki-laki yang mengikuti Barkan karena tidak bisa diajak berkomunikasi. Edo memberikan saran supaya rumah itu diadakan pengajian saja biar terhindar dari aura negatif.

Sore hari Barka sedang bersantai di ruang tamu sambil membaca buku, sayup-sayup ia mendengar suara hembusan nafas. Barka mencoba fokus dengan suara itu tetapi sudah tidak terdengar lagi, ia hanya berfikir jika itu angin atau nafasnya sendiri.

Tak berselang lama saat ia asik membaca dari ekor matanya ia bisa melihat sesuatu yang bergerak di samping kirinya tapi saat di lihat tidak ada apapun yang berpindah atau bergerak. Jatung Barka berdetak cepat karena merasa ada yang tidak beres saat itu.

Saat sedang menguasai ketegangannya karena Ibunya juga sedang pergi keluar yang katanya ingin menyapa tetangga dekat, tiba-tiba ia kaget mendengar suara klakson mobil di luar. Barka buru-buru keluar untuk melihat.

Sesampainya di luar ia melihat ayahnya yang keluar dari mobil. Ayahnya berjalan ke bagasi belakang mobil tak lama ia memanggil Barka.

"Barka bantu ayah sini. "Ayahnya memanggil Barka untuk menghampirinya. Barka yang sedang duduk di teras turun kebawah untuk menghampiri ayahnya.

Barka melihat ayahnya sedang mencoba mengeluarkan meja lipat dan ada sebuah rak kecil.

"Ini meja dan rak buat buku-bukumu, ayo bantu ayah angkat kedalam. " Setelah menyalaminya Barka mengangkat meja lipatnya dan ayahnya mengangkat rak bukunya.

"Ibu kemana? " Tanya ayahnya sesampainya di dalam rumah.

"Ibu ke rumah samping itu yah, katanya mau silaturahmi. "

Setelah itu ayah membersihkan badan di kamar mandi dan Barka merangkai meja lipat di kamar.

Saat sedang makan malam Barka teringat dengan saran yang dikatakan oleh teman-temannya untuk mengadakan pengajian.

"Yah, apa tidak sebaiknya kita adakan pengajian, ini kan rumah sudah lama tidak di tinggali. " Barka mulai bicara.

"Rencananya Ayah juga mau mengadakan pengajian tapi masih belum tahu kapan." Jawab ayahnya.

"Ibu juga mau silaturahmi dulu ke ibu-ibu sekitar, biar nanti enak minta tolongnya untuk bantuin nyiapkan acara pengajiannya. " Bu Darmi ikut menimpali.

Barka hanya mengangguk karena yang terpenting sudah ada rencana hanya kapan pelaksanaannya yang belum pasti. Ia berharap semoga dengan adanya pengajian sudah tidak ada hal-hal janggal yang terjadi.

Selesai makan mereka semua santai di ruang tamu dan mengobrol ringan sedangkan Barka lebih memilih kekamar untuk belajar.

Barka menatap lemari kayunya yang perlahan terbuka sendiri, jantung Barka berdetak lebih cepat dari biasanya. Saat pintu lemarinya sudah terbuka lebar Barka bisa melihat di dinding lemari tergantung sebuah lukisan. Barka mencoba mendekatinya untuk melihat dengan jelas.

Jarak lima langkah dari posisi Barka tiba-tiba lukisan itu jatuh sendiri yang membuat Barka terkejut hingga terjungkal kebelakang.

BAB 3 MIMPI MELIHAT LUKISAN

"Barka ayo tidur di kasur, nanti lehermu sakit. " Barka terkejut ternyata yang tadi itu hanya mimpi.

"Iya Bu, tadi Barka ketiduran. "Barka berjalan kearah kasur untuk melanjutkan tidurnya.

Saat ibunya pergi Barka masih belum terlelap lagi karena masih memikirkan mimpinya tadi. Ingatannya masih sangat jelas saat ia melihat lukisan tadi, sebuah lukisan seorang anak laki-laki berkaos putih dan celana selutut dengan warna senada. Anak laki-laki itu duduk di sebuah kursi kayu dan dibelakangnya terdapat lemari kayu persis seperti lemari yang ada di kamar Barka.

Tapi satu yang membuat takut Barka, anak laki-laki pada lukisan tersebut tergambar di bawah lututnya banyak luka sayatan yang mengalir darah.

Karena penasaran Barka bangun dari kasur dan menuju lemari bajunya, pelang-pelan ia membuka lemari. Saat terbuka tidak ada apa-apa selain tumpukan baju, bahkan Barka sampai mengobrak-abrik tumpukan bajunya untuk mencari lukisan yang ada di mimpinya. Nihil tidak ada apapun di lemarinya, Barka memutuskan kembali untuk tidur karena tidak menemukan yang ia cari.

...*****...

Di tempat lain Arini yang sedang tidur juga mengalami mimpi melihat lukisan. Akan tetapi lukisan yang ia lihat berbeda dengan lukisan yang dilihat Barka. Dalam mimpinya Arini seperti sedang berada di ruang tamunya pandangannya tertuju pada dinding ruang tamunya yang biasanya di buat memajang foto akan tetapi ini yang terpajang bukan foto keluarganya tapi sebuah lukisan yang memperlihatkan sebuah kebun yang terdapat rumpun bambunya.

Saat Arini mencoba melihat lebih dekat ke arah lukisan tiba-tiba lukisan itu jatuh ke lantai. Arini terkejut dan bangun dari tidurnya. Arini mengingat kembali apa yang ia lihat pada lukisan itu. Arini yakin itu adalah tempat yang sekarang dijadikan pembuangan sampah oleh warga sini.

Perlahan Arini mulai tertidur kembali, tanpa ia sadari sedari tadi ada yang sedang memperhatikannya dari sudut kamarnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 06.46 Arini bolak-balik melihat jam di ruang tamunya karena Naya belum juga datang. Karena Arini tidak bisa mengendarai sepeda sendiri, saat ke sekolah ia berboncengan dengan Naya.

"Loh Arin, kok belum berangkat . Nayanya mana? " Ibunya Naya berjalan dari dalam rumah sambil menenteng keranjang sayur.

"Tidak tahu ma, kayaknya kesiangan. "Arini menunggu dengan gusar.

"Yasudah Mama mau ke pasar dulu. "Ucap mamanya Arini sambil menyodorkan tangan untuk di salami.

Tak lama setelah itu Naya datang dengan sepeda motor yang melaju kencang kearah Arini. Muka Arini sudah ditekuk karena sudah pasti tidak bisa datang di sekolah tepat waktu.

"Sorry Rin, kesiangan. "Naya nyengir menampakkan gigi kelincinya.

Arini cuma bisa mencak-mencak karena Naya masih bisa tersenyum sedangkan ia sudah kebingungan memikirkan alasan untuk gurunya nanti.

Saat melewati depan rumahnya Barka, Arini memperhatikan sekitar rumahnya. Tidak ada sosok anak berbaju putih yang biasanya Arini lihat saat melewati rumah itu. Arini makin yakin jika sekarang sosok itu mengikuti kemanapun Barka pergi.

Sesampainya di depan gerbang sekolahan, Naya memanggil satpam yang berjaga di pos. Lama tidak ada yang menjawab karena sepertinya tidak ada orang. Semakin gusar saja perasaan mereka berdua.

"Duh gimana ini Rin, kayanya satpamnya lagi keliling deh. " Ujar Naya sambil menyenderkan punggungnya di pagar besi.

"Lo sih, acara kesiangan segala. " Arini sudah sewot sejak di perjalanan tadi.

"Namanya juga kesiangan. " Naya membalas dengan ketus.

Di tengah perseteruan mereka, ada dua siswi perempuan yang melewati depan gerbang. Siswi itu kelihatannya dari arah koperasi. Arini yang melihatnya berteriak memanggilnya.

"Itukan Dian kelas 7, Dian! "Arini berteriak karena jaraknya lumayan jauh.

Dian yang mendengarnya menoleh untuk melihat siapa yang memanggilnya. Ia berlari kecil menuju ke arah gerbang.

"Loh, mbak Arin. Ngapain di luar mbak? "Dian melihat Naya dan Arini secara bergantian.

"Lagi joging, pakai nanya. "Jawab Naya.

"Dian minta tolong carikan Pak Tejo, minta di bukain gerbangnya. "Arini menjawab dengan sabar, berbeda dengan Naya malah emosi saja padahal saat ini telat juga karena dia.

Dian mengiyakan dan berlalu dari gerbang untuk mencari Pak Tejo. Lama Dian memutari tempat-tempat yang biasanya di kunjungi Pak Tejo. Biasanya pagi setelah bel Pak Tejo menelusuri sudut-sudut sekolahan untuk menangkap anak-anak yang telat dan memilih memanjat tembok.

Dian akhirnya menemukan Pak Tejo di sekitar kantin untuk mencari anak-anak yang bolos dan memilih berada di kantin, ada dua siswa laki-laki yang buru-buru lari setelah mendengar suara Pak Tejo. Setelah bertemu Dian, Pak Tejo berjalan ke arah gerbang sedangkan Dian memilih langsung kembali ke kelas saja karena dia juga sedang ada jam pelajaran.

Naya melihat ke arah jam tangannya yang menunjukkan jam 07.14 itu artinya sudah pasti guru sudah datang di kelasnya, ia terus-terusan menghela nafas untuk menghilangkan rasa cemas.

Dari kejauhan terlihat seseorang berpakaian serba hitam, tubuhnya berperawakan tinggi dan raut mukanya selalu serius yang membuatnya terlihat galak. Ia berjalan menuju gerbang dan mengeluarkan kunci yang di gantung diantara sabuk celana.

"Terima kasih Pak. "Naya mengucapkan terima kasih dan setelah itu Pak Tejo menyuruh mereka berdua masuk ke kelas. Bukan tanpa alasan Pak Tejo tidak menegur ataupun memberi hukuman karena nantinya sudah pasti akan mendapatkan hukuman sendiri dari guru yang sedang mengajar.

Naya dan Arini berlari menyusuri lorong-lorong kelas hingga sampailah mereka di depan 9A. Saat mereka memasuki kelas sudah ada bu Indah selaku guru IPS yang terkenal galak dan disiplin. Akhirnya Naya dan Arini pun berakhir di lapangan bendera sampai bel istirahat tiba.

Saat istirahat Barka dan teman-teman lainnya sedang duduk di bangku kantin untuk mengisi perut.

"Kok kalian berdua kucel dan keringetan banget Rin. "Alex heran dengan para wanita di depannya itu.

Barka dan lainnya melihat kearah mereka berdua, benar saja muka mereka terlihat letih dan mengkilap karena keringat.

"Kita habis di jemur di lapangan gara-gara tadi pagi telat. "Jawab Naya lesu.

Naya menelungkupkan kepalanya kelipatan tangannya di atas meja, Arini pun sama tidak bersemangatnya. Tiba-tiba Arini seperti mengingat sesuatu yang membuat raut wajahnya berubah serius.

"Teman-teman setelah aku dari rumah Barka, aku selalu melihat bayangan sosok yang selalu mengikuti Barka. Dan tadi malam entah bunga tidur atau memang sebuah petunjuk tapi aku mimpi melihat lukisan yang gambarnya itu di pembuangan sampah. " Arini berbicara pelan dan serius.

Naya yang mendengarnya pun mengangkat kepalanya supaya bisa dengan jelas yang akan mereka bicarakan.

"Apa mungkin kita dapat sesuatu jika kesana. " Tanya Edo.

"Kayaknya tidak mungkin. Aku sering buang sampah disana dan tidak ada yang aneh. "Jawab Edo.

"Bener itu Rin, mungkin itu cuma bunga mimpimu saja. Lagian apa yang mau kita cari juga tidak jelas, tempatnya di sampah juga paling-paling yang ada cuma tumpukan plasti. "Naya ikut menimpali

"Bener juga, lagian mimpiku juga tidak jelas belum tentu ada artinya. "Arini pun membenarkan perkataan teman-teman nya.

Tidak lama setelah itu 6 mangkuk bakso yang mereka pesan sudah datang. Mereka mengisi perut dulu sebelum siap untuk pelajaran selanjutnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!