Pagi yang cerah mengawali hari yang indah. Di meja makan terdapat seorang gadis kecil yang tengah sarapan bersama keluarganya. Gadis kecil itu sedang memakan lahap nasi goreng seafood buatan Bundanya.
"Sesel makannya pelan-pelan. Nanti kamu bisa tersedak, lho," nasehat Meila kepada putrinya.
"Habisnya nasi goreng seafood buatan Bunda enak," ucapnya lalu tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya yang tersusun rapi.
Beberapa menit kemudian gadis kecil itu telah menghabiskan nasi gorengnya sampai piringnya bersih. Ia meraih segelas susu lalu meneguknya sampai tidak tersisa.
"Sesel berangkat sekolah dulu ya Ayah, Bunda Assalamualaikum," Sesel mencium punggung tangan Ayah dan Bundanya.
"Ayah anterin ya kamu ke sekolah," ucap Arya. Namun segera di tolak oleh gadis kecil itu."Gak usah yah, lagian gak terlalu jauh. Sesel berangkat sama teman-teman aja."
"Kamu baru sembuh, Ayah khawatir kamu kenapa-napa di jalan. Sekolah kamu juga jauh," kekeh Arya.
"Jauh dari mananya sekolah aku ada di depan komplek. Lagian aku gak selemah itu yah," kesalnya. Gadis kecil itu sangat kesal kalau Ayahnya sudah mulai menunjukkan sifat protektifnya. Gadis kecil itu bernama lengkap, Candy Selsha Bailey.
"Tetap aja Ayah pengen nganter kamu."
"Aku gak mau."
"Harus mau!"
"Gak."
"Harus ma-" ucapan Arya terpotong dengan suara melengking yang berasal dari luar rumah.
"SESEL AYO BERANGKAT SEKOLAH."
"Nanay Udah di depan. Sesel berangkat sekolah dulu," dengan cepat gadis itu keluar dari rumahnya.
"Sesel," panggil Arya.
"Udah mas biarin Sesel berangkat sekolah bareng temannya," tutur Meila.
"Tapi dia baru sembuh. Kamu masih ingatkan cuman gara-gara kedinginan penyakit bronkitisnya kambuh." Arya sangat khawatir pada putrinya, apalagi putri mempunyai penyakit bronkitis yang bisa kambuh sewaktu-waktu.
Hal ini bermula ketika adiknya yang mempunyai penyakit TBC melakukan rawat jalan di rumahnya. Saat itu Arya berkunjung ke rumah ibunya dengan mengajak istri dan anaknya yang masih bayi berusia 6 bulan. Tanpa sadar penyakit itu menular kepada bayinya lewat udara.
Tak lama setelah itu bayi itu sakit. Lalu Arya membawanya ke rumah sakit. Untungnya bayinya tidak terkena penyakit TBC, tapi dokter mendiagnosa bahwa anaknya terkena penyakit bronkitis.
Sejak saat itu bayinya, yaitu Candy Selsha Bailey. Harus melakukan perawatan. Bahkan bayi sekecil itu harus merasakan di infus dan meminum obat-obatan. Sampai sekarang penyakit itu masih sering kambuh apalagi ketika kedinginan dan musim hujan. Oleh sebab itu Arya sangat protektif kepada putrinya. Namun sering kali sifat protektifnya terlalu berlebihan.
"Meski begitu kamu jangan terlalu protektif mas," ucap Meila.
"Aku cuman menunjukkan kasih sayang kepada putriku. Penyakit Sesel kambuh karena kamu membiarkannya main terlalu lama. Sepulang sekolah jangan biarkan dia pergi bermain," perintah Arya.
"Tapi mas-"
"Aku tidak ingin mendengar bantahan Meila. Turuti saja ucapanku," Arya pergi meninggalkan rumah. Meila menghembuskan nafasnya.
Terdengar suara tangisan di kamar, Meila segera beranjak menuju kamar sepertinya anaknya yang kedua baru bangun.
*****
"Kenapa muka kamu cemberut gitu," ucap Naysa melihat wajah Candy.
"Kesal banget aku sama Ayah."
"Dia ngotot anterin kamu ke sekolah ya?" Dan tepat ucapan Naysa tepat sasaran.
"Kok kamu tahu."
"Udah ketebak itu mah," bukan Naysa yang menjawab melainkan Tania.
"Kita semua tahu kan seberapa protektifnya ayah kamu," ujar Tyra. Tania dan Naysa menganggukkan kepalanya setuju.
Mereka memang bersahabat sedari kecil. Mungkin karena rumah mereka yang bertetangga membuat hubungan mereka semakin erat. Saat ini mereka sedang berjalan menuju sekolah.
Gerbang sekolah sudah terlihat di depan sana.
"Udah jangan kesal lagi, Sel. Kamu harus menyambut hari dengan senyuman agar hari kamu indah," ujar Naysa.
Candy mendengar itu tersenyum. Namun senyuman itu langsung hilang ketika ada anak laki-laki yang sengaja menabraknya, sehingga ia hampir jatuh untung saja segera di pegang oleh Tania dan Naysa agar tidak jatuh.
"Lemah banget ke senggol dikit langsung jatuh," ucap anak laki-laki yang sengaja menyenggol Candy.
"Nyebelin banget kamu dasar jelly," ejek Candy.
"Siapa yang kamu bilang jelly," geram anak laki-laki itu.
"Kamu lah siapa lagi."
"Nama aku Azel bukan jelly," gerutu anak laki-laki itu yang bernama lengkap, Raynard Azel Chandler.
"Bagusan jelly," ejek Candy yang semakin membuat Azel kesal.
"Daripada nama kamu permen udah kayak kembang gula," ledek Azel.
"Nama aku Candy bukan permen."
"Sama aja."
"Gak papa Sel. Di panggil permen kan bagus artinya kamu manis," Naysa berusaha menenangkan Candy yang masih kesal.
"Benar juga kata kamu, aku emang manis kayak permen," Candy tersenyum manis. Mendengar itu Tania dan Tyra hanya geleng-geleng.
"Mana ada kamu manis! Kamu itu permen pait," Azel mengucapkan itu dengan wajah yang menyebalkan di mata Candy.
"Daripada kamu jelly busuk."
"Permen pait."
"Jelly busuk."
"Permen pait."
"Jelly busuk."
"Kalian gak dengar bel masuk udah berbunyi! cepat masuk ke kelas masing-masing, bukannya malah ngumpul di sini," ucap pak Bayu, guru yang di kenal galak oleh murid-muridnya.
"Iya pak," ucap mereka serentak. Lalu berlari masuk ke kelasnya.
Mereka langsung saja duduk di bangku masing-masing. Candy sebangku dengan Naysa, sedangkan Tania dan Tyra duduk di bangku di belakang mereka. Candy kesal sebab dia harus melihat wajah menyebalkan Azel yang duduk di samping bangkunya.
"Muak banget aku harus sekelas sama permen pait," ujar Azel yang membuat Candy kesal.
"Aku juga bosan liat wajah jelek jelly busuk," ucapan Candy membuat seluruh murid ketawa. Azel ingin membalas perkataan Candy, namun segera di hentikan oleh Anka, teman sebangkunya.
"Udah jangan di bales."
"Gak bisa dia udah ngeledek aku."
"Kamu yang mulai."
"Tapi kan-"
"Kamu gak cape apa berantem terus sama Candy?" tanya Anka. Pasalnya Candy dan Azel selalu berantem setiap bertemu.
"Iya tuh kalian kayak Tom and Jerry yang kalau ketemu selalu berantem," sahut Harrel, yang duduk di belakang Azel dan Anka.
"Mereka itu bukan Tom and Jerry tapi permen pait dan jelly busuk," ucap Gerald, teman sebangku Harrel. Ucapan Gerald membuat seisi kelas tertawa. Bahkan teman-teman Candy pun tertawa.
"DIAM." Ucap Azel dan Candy berbarengan.
"Cie-cie ngomongnya bareng," goda Gerald.
"Apaan sih," jawab mereka berbarengan lagi. Mereka saling menatap satu sama lain dengan aura permusuhan.
Satu kelas kembali tertawa melihat mereka yang berucap berbarengan.
"Cie-cie."
"Jodoh nih pasti."
"Dari berantem jadi saling suka."
"Permen dan jelly bersatu."
ucapan mereka membuat tatapan aura permusuhan yang terjadi di antara Azel dan Candy semakin membara.
"Selamat pagi anak-anak," ucap Bu Rosa. Untungnya saja guru segera masuk kalau tidak pasti mereka sudah baku hantam.
"Selamat pagi anak-anak," ucap Bu Rosa. Untungnya saja guru segera masuk kalau tidak pasti mereka sudah baku hantam.
"Pagi Bu," ucap semua murid serentak.
"Sebelum belajar marilah kita berdoa, berdoa di mulai." Semua murid menundukkan kepalanya untuk berdoa sebelum belajar.
Brilliant Elementary School merupakan sekolah dasar favorit di kota ini karena setiap tahunnya sekolah ini selalu saja banyak menghasilkan prestasi baik itu di bidang akademik dan non akademik. Bahkan prestasi ada dalam bidang keagamaan seperti Tahfidz, Murotal, dan sebagainya. Tak heran siswi di sini memakai seragam sekolah yang panjang juga memakai hijab, begitu pun dengan Candy dkk.
Selesai berdoa Bu Rosa memulai pelajarannya. Bu Rosa menulis di papan tulis. Bu Rosa adalah wali kelas, ia mengajar hampir seluruh mata pelajaran kecuali PAI dan PJOK.
"Baik hari ini kita akan belajar tentang KPK dan FPB. KPK adalah kelipatan persekutuan terkecil, sedangkan FPB adalah faktor persekutuan terbesar. KPK adalah bilangan terkecil yang dapat dibagi habis oleh dua bilangan atau lebih bilangan bulat positif terkecil yang merupakan kelipatan persekutuan dari dua bilangan atau lebih. FPB adalah bilangan bulat positif terbesar yang dapat membagi habis dua bilangan atau lebih bilangan bulat positif terbesar yang merupakan faktor persekutuan dari dua bilangan atau lebih. Cara mencari KPK dan FPB dapat dilakukan dengan berbagai metode, seperti: Pohon faktor, Tabel, Algoritma Euklides." Jelas Bu Rosa menatap ke seluruh muridnya.
"Ibu akan menjelaskan rumusnya dengan menggunakan pohon faktor agar kalian mudah mengerti." Bu Rosa mencatat rumus di papan tulis.
Bu Rosa mulai menjelaskan apa yang ia tulis di papan tulis dengan menggunakan bahasa yang mudah di mengerti, kepada murid-muridnya.
Setelah selesai menjelaskan Bu Rosa bertanya."Apakah kalian mengerti?"
"Mengerti Bu," ucap mereka serentak.
"Sebenarnya aku gak ngerti," bisik Gerald kepada Harrel.
"Aku juga gak ngerti," balasnya. Merasa sepemikiran mereka pun ber tos ria. Anka menggelengkan kepalanya mendengar apa yang di lakukan kedua temannya.
Dengan nada sombongnya Azel berkata."Rumus semudah ini kalian gak ngerti?" Azel menatap Harrel dan Gerald.
"Sombongnya," kesal Harrel.
"Mau bilang sombong tapi Azel beneran jago kalau soal ini."
"Jelaslah."
"Baik Ibu akan mengajukan beberapa pertanyaan, kalian mau di tunjuk atau tidak?" tanya Bu Rosa.
"Tidak Bu," ucap seluruh murid serentak. Mana mau mereka di tunjuk apalagi ini soal matematika. Belum apa-apa udah keringat dingin.
"Oke di tunjuk ya," ucapan Bu Rosa membuat seluruh murid menegang.
"Bu kan kita bilang tidak di tunjuk," protes Tania. Seluruh murid menyetujui ucapan Tania.
"Di sini siapa gurunya?" tanya Bu Rosa yang membuat Tania mengerutkan dahinya.
"Bu Rosa," jawab Tania polos.
"Itu tahu, jadi suka-suka ibu mau di tunjuk atau tidak," ucap Bu Rosa tersenyum.
"Karena ini nih aku gak suka sama Bu Rosa," Tania mendengus kesal.
"Yaya, bicaranya pelan-pelan nanti kedengaran Bu Rosa," bisik Tyra.
"Biarin." ucap Tania yang masih kesal.
"Baik kita mulai ya pertanyaannya."
Bu Rosa menatap seluruh murid, hal itu membuat keringat dingin mulai terasa. Jantung mereka berdetak kencang takut sekali di tunjuk. Agar tidak di tunjuk ada yang berpura-pura menulis, membaca, bahkan ada yang menundukkan kepalanya.
"Berapa KPK dari 6 dan 8?" ucap Bu Rosa.
"Tania jawab pertanyaannya." Lanjut Bu Rosa.
"Kenapa saya Bu? " protes Tania.
"Kamu dari tadi banyak bicara pasti kamu tahu kan jawabannya?" sepertinya Bu Rosa mendengar ucapan Tania yang tadi."Jawabannya apa Tania?"
"Gak tahu Bu." Tania menundukkan kepalanya malu. Padahal ia berkata begitu karena belum terlalu mengerti. Tania ini tipe murid ketika guru menjelaskan ia mengerti, tapi setelah selesai menjelaskan ia lupa dengan materi yang di sampaikan. Otaknya perlu waktu untuk menyerap semua materi dan rumus ini.
"Sok-sok an sih protes. Mana sombong banget udah kayak paling pintar di sini," sindir Silvi. Silvi memang tidak suka kepada Candy dkk. Kalau ada celah pasti anak itu selalu memojokkan mereka, seperti saat ini.
"Emang kamu tahu jawabannya? " Candy bertanya kepada Silvi. Ia tidak terima temannya di perlakukan seperti itu.
"Tahu," jawab Silvi. Sebenarnya ia tidak tahu, ia hanya berpura-pura tahu agar tidak malu.
"Berapa jawabannya? " Candy tersenyum mengejek. Ia sudah sangat hafal sifat Silvi. Ia selalu merendahkan orang lain padahal dirinya pun tidak lebih dari mereka.
Silvi mencorat-coret bukunya seolah sedang menghitung. Silvi melirik teman sebangku, Dini. Ia mengisyaratkan agar Dini membantunya. Bukannya jawaban yang Dini berikan, malah gelengan yang menunjukkan bahwa ia juga tidak tahu jawabannya.
Silvi mendengus kesal, kemudian ia menjawab asal,"15."
"Salah, pertanyaan mudah kayak gitu aja kamu gak tahu," ejek Candy. Seluruh murid menahan tawa melihat Candy yang mempermalukan Silvi. Anak itu emang selalu sombong dan bertindak seenaknya.
Silvi terlihat ingin menangis karena malu,"Aku aduin kamu ke Mami."
"Aduin aja aku gak takut tuh," tantang Candy. Silvi mengepalkan tangannya.
"Emang kamu tahu jawabannya? " ucap Dini, ia membela Silvi. Silvi menatap Candy."Kamu pasti gak tahu."
"Tahu," ucap Candy santai. Bu Rosa yang sedari tadi diam menatap kepada Candy yang terlihat menarik di matanya."Berapa jawabannya? "
"24." Jawaban Candy benar.
"Bagaimana bisa kamu tahu jawabannya 24? " tanya Bu Rosa.
"Untuk mencari KPK atau Kelipatan Perkalian Kecil dari 6 dan 8, kita perlu mencari kelipatan terkecil yang sama dari kedua angka tersebut. Kelipatan dari 6 ada 6, 12, 18, 24. Kelipatan dari 8 ada 8, 16, 24. KPK dari 6 dan 8 adalah 24, karena 24 adalah kelipatan terkecil yang sama dari kedua angka tersebut," jelas Candy. Membuat seluruh murid menatap kepadanya takjub.
"Berapa FPB dari 20 dan 24? " tanya Bu Rosa.
Candy hendak menjawab, namun segera di potong oleh Azel,"Biar saya saja Bu yang menjawab."
Candy menatap Azel kesal. Melihat itu Azel tersenyum mengejek. Azel tidak akan membiarkan siapapun lebih unggul darinya, termasuk Candy musuhnya.
"Boleh silahkan jawab Azel," ujar Bu Rosa mempersilahkan Azel untuk menjawab.
"Mencari FPB atau Faktor Persekutuan Besar dari 20 dan 24, kita harus mencari faktor-faktor yang sama dari kedua angka tersebut. Faktor dari 20 ada 1, 2, 4, 5, 10, 20. Faktor dari 24 ada 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24. FPB dari 20 dan 24 adalah 4, karena 4 adalah faktor terbesar yang sama dari kedua angka tersebut." ujar Azel.
"Bagus jawaban kamu benar," Bu Rosa bertepuk tangan, membuat seluruh murid juga bertepuk tangan. Azel tersenyum bangga. Candy mendengus kesal melihat wajah menyebalkan Azel.
"Kenapa kalian memilih rumus yang sulit? Kenapa tidak menggunakan rumus yang ibu berikan," Bu Rosa cukup heran melihat dua muridnya ini.
"Kalau ada yang sulit kenapa harus yang mudah? " ucap Azel dengan nada yang menyebalkan. Candy menyetujui ucapan Azel. Bu Rosa menggelengkan kepalanya melihat tingkah dua bocah ini.
Mereka saling tatap tanpa sadar ber tos ria sambil tersenyum. Pemandangan itu tidak luput dari perhatian seisi kelas.
"Cie lagi akur nih ceritanya," ucapan Gerald menyadarkan Azel dan Candy.
Mereka terkejut dan menatap tangan mereka yang masih bertautan.
"Cie lagi akur nih ceritanya," ucapan Gerald menyadarkan Azel dan Candy.
Mereka terkejut dan menatap tangan mereka yang masih bertautan.
Dengan cepat Candy menarik tangannya."Ngapain kamu pegang-pegang tangan aku."
"Gak salah? Yang megang tangan aku kan kamu," ucapnya.
"Jangan bertengkar, Ibu akan melanjutkan pertanyaan selanjutnya," ujar Bu Rosa yang langsung membuat seisi kelas diam. Mereka diam karena takut di tunjuk.
"Berapa KPK dari 12 dan 15 ? "
"60," saat Azel akan menjawab, Candy lebih dulu menjawab. Hal itu membuat Azel mendengus kesal ia menatap wajah Candy yang menunjukkan wajah penuh kemenangan.
"Benar." Suara tepuk tangan terdengar dengan nyaring.
"Selanjutnya, berapa KPK dari 8 dan 12 ? "
"24," kini giliran Azel yang tersenyum penuh kemenangan.
"Benar."
"Berapa FPB dari 12 dan 15 ? "
" 3 "
"Berapa FPB dari 18 dan 24 ? "
" 6 "
Bu Rosa terus melontarkan pertanyaan dan di jawab bergantian oleh Azel dan Candy.
"Hebat mereka terus ngejawab pertanyaan yang di berikan oleh Bu Rosa," takjub Tyra.
"Jelas dong sahabat aku," Tania menjawab dengan tersenyum bangga.
"Sahabat aku juga," ucap Naysa.
"Iya-iya Sesel sahabat kita bersama," ucap Tyra terkekeh.
Di antara mereka emang Candy yang terpintar. Candy ini tipe orang yang ambisius ketika menyangkut tentang pelajaran. Apalagi ia selalu bersaing dengan Azel yang juga anak yang pintar, nilai mereka bahkan sering beda tipis. Kadang nilai Candy lebih besar, kadang nilai Azel yang lebih besar, terkadang juga nilai mereka sama.
Bedanya di antara mereka adalah kepintaran Candy terlihat karena sifat ambisius nya, sedangkan Azel terlihat selalu bermain-main terlihat tidak peduli soal nilai karena tidak pernah keliatan belajar.
"Pertanyaan terakhir, berapa KPK dari 18, 24 , dan 30 ? "
"Kenapa menggunakan tiga bilangan Bu? " tanya Candy.
"Kenapa? kamu gak bisa ngerjain? " ujar Bu Rosa.
"Bisa Bu," balasnya.
Candy dan Azel baru saja akan menuliskan rumus di bukunya, tiba-tiba seseorang mengangkat tangan nya. Pandangan Candy dan Azel tertuju kepada anak itu.
"Kamu tahu jawabannya? "
"Iya."
"Berapa jawabannya? "
"360."
"Jelaskan!"
"Kelipatan dari 18 ada 18, 36, 54, 72, 90, 108, 126, 144, 162, 180, 198, 216, 234, 252, 270, 288, 306, 324, 342, 360, Kelipatan dari 24 ada 24, 48, 72, 96, 120, 144, 168, 192, 216, 240, 264, 288, 312, 336, 360, Kelipatan dari 30 ada 30, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330, 360, bilangan yang sama pada ketiga daftar kelipatan tersebut adalah 360. Jadi, KPK dari 18, 24, dan 30 adalah 360." Jelas Anka dengan wajahnya yang terlihat tenang. Semua murid melongo mendengar Anka yang menyebutkan angka sebanyak itu, termasuk Candy dan Azel. Bu Rosa pun terlihat tertegun.
"Kenapa menggunakan cara yang sulit? Kenapa tidak menggunakan rumus yang ibu jelaskan? " Bu Rosa menunjuk rumus yang ia tulis di papan tulis.
"Menurut saya, lebih mudah apa yang saya sebutkan barusan Bu. Karena angka-angka itu ada dalam otak saya Bu," ucapnya dengan tenang.
Bu Rosa speachless mendengar jawaban Anka. Ia menghembuskan nafasnya pelan.
"Untuk hari ini, di cukupkan sekian. Kerjakan soal matematika yang ada di halaman 10-13. Ibu periksa ketika pelajaran matematika lagi. Sekarang jam istirahat, silahkan kalau kalian ingin makan atau jajan. Ibu pamit Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam," ucap murid serentak.
Setelah Bu Rosa keluar, kelas menjadi berisik. Candy dkk menghampiri meja Anka begitu pun Gerald dan Harrel. Kini mereka berdiri melingkar di meja Anka dan Azel.
"Kenapa kamu ke sini? " ucap Azel menatap tidak suka kepada Candy.
"Bukan urusan kamu. Lagian aku ke sini mau bicara sama Anka." Tatapan tajam Candy berubah menjadi tatapan penasaran begitu matanya bertatapan dengan mata Anka.
"Anka gimana cara nya bisa hafal angka sebanyak itu? " tanya Candy penasaran. Begitu pun teman-temannya, mereka menatap Anka.
"Angka kayak gitu gak perlu di hafal. Cukup kamu memahami polanya, kayak tadi contohnya kelipatan 18 kamu tinggal tambah 18 di setiap hasil yang udah kamu jumlah," jelas Anka.
"Aku juga ngelakuin itu, tapi kalau 3 bilangan kayak tadi cukup susah," keluh Candy.
"Itu mah kamu nya yang bodoh," ejek Azel.
"Apa kamu bilang! " marah Candy.
"Permen pait bodoh," ejek Azel dengan nada yang menyebalkan.
"Jelly busuk yang bodoh mana jelek lagi," ledek Candy.
Terjadi lah percekcokan di antara mereka. Anka dan yang lainnya menatap mereka malas. Sepertinya jika sehari saja mereka tidak bertengkar mulut mereka terasa gatal.
"Nanti ajarin aku ya? " ucap Naysa kepada Anka.
"Aku juga."
"Aku ikutan."
"Iya nanti aku ajarin," ucap Anka.
"Aku kagum sama kamu. Udah pintar baik lagi," ujar Tyra.
"Di atas Azel dan Candy masih ada Anka," tutur Harrel.
"Anka ini diam-diam menghanyutkan," Gerald menepuk bahu Anka. Anka terkekeh pelan mendengar ucapan Gerald.
"CANDY," teriakan membahana Silvi membuat semua orang menatapnya. Pertengkaran Azel dan Candy berhenti, mereka menatap Silvi yang berjalan ke arah mereka dengan wajah yang merah karena marah.
"Menarik," ucap Azel tersenyum lebar.
"Jelly busuk suka sama Silvi? " tanya Candy. Ia menutup mulutnya dengan tangan berpura-pura terkejut.
"Bukan gitu, ini pertunjukan menarik melihat kalian bertengkar," jawabnya.
"Bohong, jelly busuk pasti suka sama Silvi kan? Aku bilangin ya SILVI JELL-" teriakan Candy terpotong karena Azel menutup mulutnya menggunakan tangan.
"Lwwpaswn," ucapan Candy tidak jelas karena mulutnya di bekap.
"Aku lepasin tapi jangan ngomong yang barusan," ucap Azel, Candy menganggukkan kepalanya.
Azel pun menjauhkan tangannya dari mulut Candy."Bau banget tangan kamu," ucap Candy, tidak di hiraukan oleh Azel.
"Candy," panggil Silvi membuat Candy mengalihkan pandangannya ke wajah Silvi.
"Apa? " jawab Candy malas.
"Omongan aku yang tadi ingat."
Candy mengerutkan dahinya bingung."Yang mana? "
"Aku aduin kamu ke Mami."
"Oh yang itu."
"Iya liat aja besok Mami aku ke sekolah dan marahin kamu," ucap Silvi, ia ingin melihat tatapan ketakutan di wajah Candy. Namun bukannya tatapan takut, yang ia lihat adalah tatapan datar.
"Kok kamu gak takut? " heran Silvi. Selama ini setiap ada orang yang Silvi tidak suka atau yang membuatnya kesal, pasti ia akan mengadukannya kepada sang Mami agar mereka tidak berani kepadanya. Apalagi ketika Mami nya datang selalu ada tatapan takut di mata orang yang ia adukan.
Setengah jumlah murid di kelas ini sudah pernah di marahi oleh Maminya Silvi. Jadi mereka ketakutan, mau bagaimana pun mereka hanya anak yang berusia sebelas tahun. Di marahi oleh orang yang seumuran dengan orang tuanya membuat mereka takut.
"Mami kamu masih makan nasi kan? Ngapain takut? "
"Siapa bilang Mami makan nasi? Mami itu makan steak dan makanan yang mahal lainnya tahu," ucap Silvi sombong. Candy memilih pergi daripada mendengarkan omongan Silvi yang tidak akan pernah capek memamerkan kekayaan orang tuanya.
Tapi sebelum itu Silvi mencekal lengannya."ingat ya besok kamu akan di marahi Mami aku."
Candy menepis tangan Silvi."Aku tunggu."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!