NovelToon NovelToon

DINAMIKA ANGKASA

Hinaan

“Jika tidak bisa membantu jangan menyusahkanku!!!” teriakan nyaring itu membuat seorang remaja laki-laki menarik nafas dalam.

“Aku hanya ingin mengatakan apa yang guruku sampaikan bu,” timpalnya dengan suara yang bergetar.

“Tidak semua yang gurumu katakan harus di penuhi, sudahlah jangan ganggu pekerjaanku, siapkan semua barang dagangan itu, aku dan ayahmu akan berjualan, ini sudah pukul berapa….” Celoteh wanita paruh baya itu dengan kesibukannya.

“Tapi Bu sepatuku tidak layak lagi untuk di gunakan,” gumamnya dengan pelan menatap sepatu yang terlihat cukup usang.

“Ck…. Berapa kali harus aku katakan, itu masih bisa di gunakan, gunakan yang itu saja, jangan bertingkah seolah olah orang tuamu kaya raya Aska!!!” teriakan itu berhasil membungkam mulut remaja itu dengan air mata yang jatuh dengan perlahan.

“Aku harus ke pasar, tolong urus adik-adikmu, bantu ia menyiapkan baju dan perlengkapan sekolahnya serta makan dan sarapannya nanti, ingat….” Ucapnya sembari menutup pintu, suara sepeda motor yang berada di luar mulai menjauh, Skay anak berusia 16 tahun itu menyeka air matanya dengan pelahan.

“Kak….” Suara pelan itu membuat Aska menarik nafas dalam dan tersenyum lebut ke arah bocah di belakangnya.

“Hm?”

“Apa Ibu sudah pergi?” tanya bocah itu sembari mengusap pelan matanya dengan mulut terbnuka lebar.

“Ya…. ayo cepatlah mandi, Ibu sudah membuat sarapan yang lezat untuk kita,” ucapnya yang di angguki oleh sang adik.

Rutinitas kembali berjalan seperti biasa, Ya….. Aska adalah anak dari pedagang kaki lima di sebuah pasar, bukan tidak berkecukupan orang tuanya terbilang cukup untuk kehidupan sehari-hari, tapi entah kenapa untuk kebutuhan Aska mereka tidak terlalu memperdulikannya.

Ini sudah pukul 10 pagi, keriuhan terjadi di satu sekolah, karena sudah jam istriahat mereka berhamburan keluar seperti domba yang kelaparan, berbeda halnya dengan Aska, remaja laki-laki itu malah sibuk mengeluarkan beberapa kotak donat yang ia jual.

Cukup di gemari banyak pelanggan donat-donat yang ia julal lenyap hanya dalam hitungan menit.

“Wah daganganmu laris manis Aska,” ucap seorang wanita paruh baya dengan pakaian rapi di sampingnya.

“Iya Buk, besok aku akan memebawa lebih dari ini,” ucapnya dengan begitu antusias.

“Kau yang membuatnya?” tanya wanita itu lagi.

“Tidak Bu, aku menjual milik orang lain, jadi nanti uangnya akan aku berikan dan aku akan di beri upah,” ucapnya dengan santai.

“Oooo kapan sepatumu akan di ganti nak?” tanya wanita itu lagi yang membuat Aska terdiam dan berusaha untuk menutupi bolongan di sepatunya.

“Secepatnya Bu….” Ucapnya dengan senyuman tipis.

******

Plakkk!!!

“Weeeh…. Aska….”

“Katakan kawan apa yang kau lamunkan?” ucap santai seorang pria sembari membakar sebatang rokok di tangannya.

“Tidak… kapan kau datang?” tanyanya dengan santai sembari menarik nafas dalam.

“20 menit yang lalu sejak kau melamun,” jawabnya sembari memperhatikan tatapan Aska yang tertuju pada bocah kecil yang sibuk menawarkan barang dagangannya.

“Hay dik kemari….” Ucap pria itu dengan santai, terlihat bocah kecil itu berjalan dengan cepat dan senyuman yang terukir di bibirnya.

“Ya bang?” ucapnya dengan lembut.

“Apa yang kau jual?” tanya pria itu dengan santai, Aska hanya diam dan memperhatikan bocah yang mulai menurunkan dagangan yang berada di sebuah kotak di atas kepalanya.

“Aku menjual banyak makanan bang, ada gorengan dan juga kue lapis, satunya 2000,” dia menjelaskan begitu semangat dan detail, Aska hanya mengamati dan tersenyum tipis karena penjelasan anak itu sesuai dengan marketing pasaran yang selalu di jajarkan oleh sales sales barang.

“Oooo sudah sudah jangan terlalu panjang penjelasanmu, aku tau apa yang kau jual,” ucap pria itu dengan sedikit kekehan, Aska sedikit mengerutkan dahinya mendengar ucapan sang teman.

“Apa kau ingin aku membelinya?” tanya pria itu yang membuat bocah kecil itu mengangguk pelan.

“Aish…. Tapi aku masih kenyang,” ucapnya yang membuat Aska menatap sang teman dengan serius.

“Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu bang,” ucapnya dengan pelan dan senyuman yang meredup ia kembali menutup barang dagangannya.

“Eh… eh… sebentar, kenapa kau marah? Aku hanya bercanda….” Ejekan itu membuat beberapa pria yang ada di sana ikut terkekeh kecuali Aska.

“Baiklah, kau bisa bernyanyi? Nyanyikan aku satu lagu aku akan membeli daganganmu,” ucap pria itu dengan santai.

“Maaf bang, aku tidak bisa,” ujarnya dengan menunduk pelan.

“Hm…. Baiklah,” pria itu mulai mengambil satu gorengan dan memakannya, namun ia membuangnya begitu saja hingga membuat Aska langsung menatap tajam ke arah sang teman.

“Cuih…. Kenapa keras begini? Apa kau menjual gorengan basi?” tanya pria itu yang membuat bocah itu menunduk ketakutan.

“Tidak bang, gorenganku masih baru,” ucapnya dengan suara yang bergetar. Aska hanya diam dan mulai mencoba untuk memegang gorengan yang terbuka di hadapannya, masih hangat dan terlihat baru, ia tau ini hanya akal-akalan temannya saja.

“Ya sudah kalau abang tidak suka bayar yang satu itu saja,” ucapnya dengan pelan.

“Kau memintaku membayar makanan basi ini?” tanyanya dengan keras.

“Maaf bang, aku belum punya uang untuk mengganti gorengan yang kau makan, kalau tidak mau beli aku permisi Bang, sudah mau hujan,” ucapnya dan mulai berdiri.

“Ooooo kau meledekku??? Aku bisa saja membeli semua gorenganmu ini, kau fikir aku tidak sanggup untuk membayarnya?” ucap pria itu yang mulai emosi.

“Maaf bang bukan begitu maksudku,” ucapnya yang mulai berdiri dengan wajah ketakutan.

“Kau menatangku? Hah!!!” bentaknya yaang semakin emosi.

“Apa yang kau lakukan!!!” ucap Aska yang mulai angkat bicara dengan tegas.

“Sudahlah, berapa semua gorenganmu dikk??” tanya Aska pada bocah itu.

“Jika tidak ingin membeli tidak apa-apa bang,” ucapnya dengan suara yang mulai bergetar.

“Tidak dikk, tenang saja…. Aku akan membeli semuanya,” mendengar ucapan Aska, bocah itu sedikit mengangkat wajahnya, karena berfikir ini hanya akan menjadi ejekan lagi.

“Ini….” Pria itu memberikan beberapa lebar uang ratusan dan tersenyum lembut.,

“Tapi apakah kau bisa tinggalkan dengan kotak-kotaknya?”

“Maaf bang, kotak ini bukan milikku, bagaiama nanti jika pemiliknya menyakan kotak untuk berjualan besok,” jelasnya dengan sedikit menunduk.

“Aku akan mengganti kotaknya, apa ini cukup??” tanyanya sembari menyodorkan empat lembar uang ratusan.

“Hm… ba… baiklah bang, tapi aku tidak punya kembaliannya, sebentar aku akan mencoba menukarnya dulu,” dia terlihat begitu antusias kali ini.

“Tidak… tidak… kebaliannya untukmu…”

“Ta.. ta.. Tapi??… tapiiii ini terlalu banyak bang,” ucapnya dengan ragu.

“Sudah tidak apa dikk, kau bisa memberikannya pada orang tuamu, gunakan uangnya dengan baik Hm….” Aska mulai tersenyum sembari mengusap pelan kepala bocah itu.

“Waahh…. Terimakasih banyak bang… terimakasih…” ucapnya dengan antusias.

“Hm…. Maafkan perlakuan teman-temanku ya… sekarang pulanglah sebelum hujannya turun,” ucap Aska yang mulai mengenakan jaket yang tersender di kursi.

“Baiklah, sekali lagi terimakasih banyak bang,” ucapnya dengan menunduk sopan, Aska hanya tersenyum sembari mengangguk.

“Aska….” Salah satu temannya mengerti dan mencoba untuk mendekati pria itu.

“Hm? Sejak kapan aku menyukai pemandangan yang tadi?” tanya Aska dengan wajah datarnya.

“Jika tidak ingin membeli jangan mengejek,” ucapnya dengan tatapan yang tajam. Beberapa pria yang ada di sana hanya diam dan saling melirik.

“Makanlah, aku sudah membeli semuanya, kau yang memanggilnya bukan? aku tidak ingin ada yang tersisa,” ucapnya yang mulai menyalakan sepeda motornya.

Pesta

“Aska…..” teriakan sang teman sama sekali tidak di hiraukan oleh pria itu.

Ia mulai melajukan sepeda motornya dengan kecepatan tinggi, sungguh perilaku sang teman membuatnya mengingat satu hal yang pernah terjadi dalam hidupnya. Tatapannya menerawang jauh di setiap ruas jalanan.

Flashback……

“Hey dekil kemari,” ujar seorang remaja yang berkacak pinggang di depan kelas.

“Hey…. Dekil kau tidak bisa mendengarku? Apa sekarang kau tuli?” ucap pria itu dengan sangat keras hingga menarik perhatian beberapa murid yang berlalu lalang di sana.

“Minggirlah,” ucap bocah yang mencoba mengatur emosinya.

“Heeeeiiiii apa kau marah?” tanya pria itu sembari mengolok-ngolokan sang teman.

“Berapa uang jajanmu hari ini?” tanyanya tanpa basa basi, mengerti dengan situasi saat ini, bocah malang itu hanya diam dan berjalan mundur.

“Aish….. ini sudah rutinitas kita setiap pagi bukan? aku belum sarapan, berikan uangmu cepat….” Ucapnya dengan wajah penguasa yang membuat bocah kecil itu mengatur nafasnya. Salah satu dari mereka memberi kode untuk memeriksa saku bajunya degan paksa.

Tidak ada perlawanan remaja berumur 13 tahun itu hanya diam dan tertunduk takut, ia berusaha untuk menahan air mata yang akan jatuh, sungguh ini sangat memalukan jika ia menangis.

“Kenapa? Kau ingin menangis? Menangislah, Aska…. Aska…. Harusnya jangan ada perlawanan untuk uang sarapan pagiku….” ejek mereka dan mulai berjalan pergi dengan uang yang baru mreka ambil.

Ini hal yang biasa terjadi karena hampir setiap hari rutinitas ini akan terjadi.

“Aska…. Pegang ini….” Ucap seorang bocah kecil berumur 13 tahun yang menghentikan langkahnya.

“Apa ini?” tanya polos anak itu sembari mengamati benda yang ada di tangannya.

“Kau ingin tau ini apa?” tanyanya dengan santai, Aska kecil hanya diam dengan sedikit heran dan mengangguk pelan.

“Ini tepung….” Ucapnya sembari melempar mangkok berisi penuh tepung ke wajah anak itu.

Putih dan berantakan, semua terlihat begitu kacau.

“Nah seperti ini seharunya penampilanmu Aska….” Ejek anak anak lain yang ikut menertawakan kondisi bocah itu.

“Kenapa tidak di rumah saja? Bantu ayah dan ibumu berjualan,” ejeknya di sambut riuh gelak tawa.

Aska kecil hanya tertunduk bisu sembari membersihkan beberapa sisa tepung yang menempel dci wajah dan juga di rambutnya.

#Flashbackon

Sepeda motor berukuran besar itu mulai terparkir di salah satu rumah kost kosan yang berukuran sederhana.

Ia menatap sepeda motor kesayangannya sembari tersenyum tipis. “Terimakasih untuk waktunya boy,” bisik Aska sembari mengelus kepala sepeda motor itu. Tarikan nafasnya seolah olah menggambarkan perjuangannya untuk bisa mendapatkan sepeda motor tersebut yang juga berawal dari sebuah ejekan dan hinaan.

Dengan tarikan nafas dalam ia mulai mengelurakn kunci dan masuk ke dalam sebuah kamar yang cukup rapi untuk seorang pria.

“Huft…. Kapan aku akan mempunyai istri, setidaknya ada yang mengurusku setiap aku kembali,” keluhnya dan mulai berbaring.

Tring…. Tring…. Tring…. Suara deringan ponsel membuat pria itu kembali membuka matanya dan berdecak sedikit kesal.

“Aska kemana saja kau? ada pesta malam ini, kau tidak ke sini?” suara pria itu terdengar jelas di ujung telfon.

“Aku rasa tidak untuk malam ini,” ucapnya dengan santai.

“Ayo lah…. Kami sudah menunggumu,” bujuk pria itu yang membuat Aska menarik nafas dalam.

“Kau tau ini hari ulang tahun Rani…. Kau tidak ingin bersenang senang?”

“Hm…. Aku akan ke sana 10 menit lagi,” ucapnya dengan santai dan mematikan sambungan telfon.

Pria itu mulai menarik nafas dalam, ia kembali duduk dan bersiap untuk pergi ke lokasi pesta yang di kirimkan oleh sang teman.

Aska mengendarai kendaraan kesayangannya dengan santai, ia menikmati angin malam yang begitu sejuk, entah sejak kapan ia mulai menyukai situasi tenang ini, tapi kesunyian malamlah yang sangat ia rindukan.

Suara dentuman musik menggema sampai keluar, beberapa kendraan priabadi yang cukup terbilang mewah terparkir rapi di sana.

Setelah membuka helmnya, pria itu berjalan masuk dengan santai, ia melihat salah satu pria yang melambaikan tangan dengan senyuman sumbringah ke hadapannya.

“Akhirnya kau datang juga,” ucapnyta yang membuat Aksya tersenyum tipis.

“Aska…. Akhirnya kau datang juga,” ucap seorang wanita cantik bertubuh seksi yang berjalan melenggok ke arah pria itu.

“Ah ya selamat ulang tahun untukmu Rani, maaf aku lupa hari ulang tahunmu, jika aku tidak terlalu sibuk hadianya akan menyusul,” ucapnya yang membuat gadis itu tersenyum lembut.

“Tidak perlu hadiah Aska, kau hadir saja itu sudah lebih dari cukup untukku,” bisiknya yang membuat Aska sedikit mengelak.

Gadis itu langsung duduk di samping Aska dan bersender manja

“Aku menunggu kedatanganmu,” ucapnya dengan pelan, Aska hanya diam dan tidak menghiraukan belaian wanita itu, dengan santai ia mulai membakar rokok yang ada di depannya, dan menyedu segelas minuman yang di sajikan di sana.

“Kau sudah mengatur keberangkatanmu?” tanya seorang pria yang berada di sampingnya.

“Aku belum memikirkan itu,” jawabnya dengan santai.

Kehebohan pesta semakin menjadi, minuman dan juga beberapa wanita seksi mulai menujukkan kemampuannya, ya…. tebak saja apa yang terjadi sekarang, beberapa pria mulai jalan dengan sempoyongan masuk ke dalam bilik bilik yang mungkin saja sudah di siapkan sejak tadi.

Namun Aska pria itu masih saja menikmati musik dan minuman yang ada di hadapannya.

“Aska….”

“Hm?”

“Kau tidak tertarik dengannya?” tanya pria itu yang membuat Aska menoleh ke arah Rani.

“Kau menginginkannya?” tanya santai pria itu yang membuat sang teman terkekeh pelan.

“Ck…. Jangan munafik Aska siapa yang tidak menyukai gadis seksi dan cantik itu?” ucapnya yang membuat Aska tersenyum miring.

“Ambillah,” ucapnya yang membuat pria itu menatap sang teman.

“Kau yakin?”

“Sejak kapan kau harus mendapatkan izin dariku untuk mencicipi wanita?” tanya Aska yang masih menikmati hisapan rokoknya.

“Ya… semua orang tau jika dia menyukaimu,” timpal sang teman yang membuat Aska melirik Rani, dari kejauhan gadis itu tersenyum menatap Aska yang juga meliriknya.

“Dia bukan seleraku,” jawabnya dengan santai.

“Hm… lalu seperti apa yang kau inginkan?”

“Aku tidak memikirkan itu, sudahlah bersenang-senanglah jika kau mau,” ucapnya dan berjalan pergi meninggalkan sang teman.

Tidak terlalu baik sebagai seorang pria, Aska pria yang tidak ingin di ikat oleh sebuah ikatan itu lebih memilih untuk bersenang senang bersama banyak wanita dari pada harus terpikat pada satu gadis saja.

Suara musik semakin masuk lebih dalam hingga membuat pria itu terhanyut dengan alunan yang di bawakan.

Ini sudah sangat larut jika kita beralih melihat jam, pukul 3 dini hari, pria itu memulai berjalan ke arah toilet ruangan karena rasa pusing mulai menyerang kepalanya, dengan sedikit sempoyongan ia masuk ke dalam toilet dan mencuci wajahnya.

Entah apa yang kini ada di fikiran pria itu, semua bayangan trauma di masa kecilnya menyelinap tanpa izin hingga mmembuat pria itu tidak bisa berfikir jernih, dendam amarah, penyesalan semua bercampur begitu rumit.

Ia menarik nafas dalam dan mulai merapikan rambut yang sedikit basah, dengan langkah sedikit sempoyongan pria itu kembali berjalan keluar.

Ia kaget saat seorang gadis berjalan melenggok ke arahnya. Mata yang di pegaruhi minuman di tambah cahaya remang tak menampakkan jelas siapa gadis yang mendekatinya saat ini.

“Sial…. biasanya aku tidak sampai begni,” decaknya dengan kesal dan kembali memegangi kepala yang terasa begitu sakit. Hingga pria itu hampir saja jatuh dengan langkahnya sendiri.

“Kau baik baik saja?” ucap lembut seorang wanita yang langsung membantunya untuk berdiri.

“Aku baik baik saja,” ucapnya dan langsung menjauh, Aska tau siapa wanita yang kini ada bersamamnya.

“Ada apa? kenapa kau selalu menjauhiku Aska?” bisik wanita itu sembari memeluknya dengan lembut.

“Shit…. Menjauh dariku, apa yang kau berikan pada minuman itu!” decaknya dengan kesal.

“Jika aku tidak bisa mendapatkanmu dengan mudah jangan memanggilku dengan sebutan Rani,” ucapnya yang mulai mengecup leher pria itu.

“Bajingan!!! Menjauh dariku,” ia mencoba untuk mendorong tubuh gadis itu dengan sisa sisa tenaga yang ia punya.

“Ayolah Aska, aku menginginkan tubuh wangimu… kenapa kau begitu sulit untuk menerimaku….” Ucapnya yang kembali membelai tubuh pria itu dengan begitu lembut.

Aska, pria itu maish mencoba untuk menjauh, ia benar benar tidak menginginkan gadis itu saat ini.

Beberapa kali Rani mencoba untuk mengecup bagian pipinya, namun pria itu dengan cepat mengelak dan membiarkan gadis itu mengecup bagian leher hingga membuat Aska tanpak mulai terhanyut.

“Sial….” Ada rasa yang tidak bisa di jelaskan di sana.

Namun ketika Gadis itu mulai hendak merabah wajah Aska dengan tangannya ia mulai mengelak dnegan kasar dan menatap tajam ke arah Rani.

“Jangan pernah lancang memegang wajahku!!!!” ucapnya dengan tegas dan berjalan pergi dengan kepala yang masih sangat sempoyongan.

Dengan sedikit kesadaran ia mulai berjalan kembali ke arah parkiran motor, sunggu kepalanya benar benar terasa begitu sakit saat ini.

“Aska….” Seru seorang pria yang berjalan mendekatinya.

“Hm?” gumamnya dengan santai sembari mengenakan helm dengan mata yang cukup sayu.

“Kau akan pulang?”

“Keapalaku mulai terasa berat, bajingan itu menyampurkan sesuatu di minumanku,” decaknya dengan kesal.

“Aish… itu hanya sedikit pemanis, sudah berapa lama kau tidur tidak di temani wanita seksi?” tanya nya yang membuat Aksa menatap tajam ke arah sang teman.

“Sampai jumpa besok, aku akan membuat perhitungan padanya,” gumam Aska yang membuat sang teman menggeleng pelan.

“Aku tidak tau wanitaa seperti apa yang menjadi impianmu Aska,” gumamnya menatap kepergian sang teman.

Meskipun pelan, Aska mencoba untuk mengumpulkan kesadarannya untuk mengendari sepeda motor, hingga akhirnya ia kembali berada di kost yang jaraknya tidak terlalu jauh dari sana.

Tanpa berfikir panjang pria itu mulai terlelap dalam kelelahannya sendiri, fikirannya berkecamuk mimpi buruk di masa kecilnya selalu menyerang.

Hening dan sunyi malam yang cukup tenang itu menganatrkan Aska ke dalam tidurnya, hingga tanpa sadar kini sudah menujukkan pukul 10 pagi.

Triiing…. Triiing…. Triiiing….

Suara panggilan masuk beberapa kali berhasil membangunkan pria itu.

“Aska……” teriakan di ujung telfon itu membuatrnya menjawab dengan malas.

“Hmmm?”

“Di mana kau!!!”

“Ada apa?”

“Ini sudah pukul berapa? ?” tanya pria itu yang membuat Aska menarik nafas dalam.

“Tidak bisa kau membiarkan aku tenang sebentar saja?” tanyanya yang mulai membuka mata dengan sempurnah.

“Ya…. mati saja jika kau ingin tenang, cepatlah semua orang hanya tinggal menunggumu,” decak kesal itu membuat Aska terkekeh pelan.

“Kau yakin tidak akan merasa kehilangan jika aku mati nanti?” ejek Aska yang mendengar dengan jelas tarikan nafas kasar sang teman.

“Terserah apa yang kau katakan, aku tidak akan melindungi namamu lagi setelah ini.”

“Ya… ya… baiklah, aku akan ke sana,” ucapnya dan mulai mematikan sambungan telfon itu.

Aska mencoba untuk mengumpulkan nyawanya dengan pelan dan beranjak untuk bersiap-siap, dia tersenyum tipis saat mengingat jika hari ini memang ada sedikit rapat yang harus dia hadiri.

Angkasa Alvaro Dharma, atau biasa di panggil aska, sedikit melenceng dari nama aslinya, tapi siapa yang bisa menolak Aska, pria tampan berumur 20 tahun itu dapat memukau siapa saja yang melihatnya.

Bola mata coklat, hidung mancung, berwatakan tinggi dan sedikit jambang di wajah menjadi daya tarik banyak wanita yang tergila gilanya dengannya.

Ya….. Aksa si perebut banyak hati wanita, itu sudah menjadi julukan yang lazim untuknya.

Karyawan baru

POV I

Huft…. Bagi setiap orang mungkin mengeluh adalah sebuah kesialan, tapi bagiku itu begitu indah dan tidak membosankan, ya…. banyak yang bilang jika bumi sebulat itu tapi menurutku tidak dia terlihat datar dan membosankan, seperti sebuah kata seorang pria yang frustasi bukan, tidak… tidak… aku hanya bercanda, ini sedikit mellow, awalnya aku ragu ingin menuliskan ceritaku tapi untuk sedikit berbagi aku rasa tidak rugi bukan?

Dengar aku ingin mengatakan sesuatu, ini tentang kehidupan ya….. tentang sesuatu yang bajingan, munafik dan sungguh ini benar benar membuatku muak.

Kau ingin tau peraturannya? Aku akan memberi tahu peraturannya, kamu bisa mencapai apapun yang kamu inginkan, lupakan kata busuk setiap orang itu, kamu bisa mencapai apapun yang kamu inginkan asalkan kamu mendapatkan tim yang baik, orang-orang yang punya jiwa. Kedua jika ingin kuat kamu harus tersenyum dengan kelemahanmu, ketiga memiliki kehormatan dan mau menghormati. Jika kamu selalu mengejar uang kamu hanya lah seorang pelacur!!! Ya… seorang pelacur. Hidup memang sebajingan itu untuk di bahas, aku tau ini tidak mudah tapi sudahlah jika di jalani tidak seburuk itu.

Aku tidak pernah menyangka jika hidup akan serumit,

Hiruk pikuk kota di pagi hari membuat seorang pria berusia 23 tahun itu mengumpat kesal di dalam sebuah kendaraan, kali ini ia benar benar tertidur cukup lelap akibat pesta semalam.

“Ah sial, jika saja aku sampai terlambat hari ini, aku tidak akan memafkan mereka,” ya….. benar kali ini aku terlambat lagi. dengan kesal dan masih memantau setiap kendraan yang terus saja berdesak ingin mencapai

Ia mulai mencoba untuk mengotak atik bendah pipi yang sejak tadi ia genggam, pesan singkat yang bertubi- tubi membuatnya menarik nafas dalam.

Laju kendraan begitu pelan dan cukup ramai saat ini, sampai kesabaran yang ia miliki berakhir saat kendraan roda empatnya mulai terparkir rapi di area sebuah perusahaan.

“Aska ….” Teriak seorang gadis yang berjalan melenggok ke arah pria itu.

“Kenapa kau meninggalkanku semalam? Aku benar-benar kesepian, sekarang lihat aku masih memakai baju yang sama,” gerutu manja seorang gadis yang membuat Aska mulai mengangkat satu alisnya.

“Lalu apa urusannya denganku?” tanyanya sembari berjalan dengan mata yang masih focus pada benda pipi miliknya.

“Aska….. ayolaaah….. kenapa kau tidak lagi bisa memanjakanku seperti dulu? Apa sudah ada wanita lain yang menggantikan posisiku?”

“Dini…. Berapa kali harus aku ulang, kau hanya teman tidurku, jadi tolong mengerti dengan kondisimu, ini area kantorku, jangan sampai dengan kedatanganmu di sini membuat semuanya jadi berantakan,” geram pria itu hingga membuat gadis bernama Dini itu terdiam.

“Aska!!!!” teriak seorang pria dari arah kejauhan.

“Dari mana saja kau?” ucap pria itu yang langsung melirik ke arah wanita seksi di samping Dirga.

“Seperti biasa, kau…”

“Aaaaaa aku tau…. Hay Dini…. Kenapa kau begitu cantik sayang? Kau juga semakin seksi,” godanya sembari membelai pinggang gadis itu.

“Menjauh dariku,” umpat wanita itu dengan kesal tapi mata yang masih melirik Aska yang tetap cuek dan focus pada ponselnya.

“Jangan hanya menatapnya sayang, aku juga bisa membayarmu lebih darinya, ya…. walaupun jabatannya sedikit tinggi dariku, tapi kalau untukmu aku bisa memberikan segalanya,” godanya yang membuat wanita itu semakin kesal.

“Rey berikan kertas yang aku minta kemaren, jangan sampai pria tua itu kembali mengomeliku, kapan pesawatnya berangkat?” tanya pria itu yang mulai berjalan tanpa menghiraukan tatapan Dini yang begitu sinis padanya.

“Kau benar-benar tidak menghiraukannya?” tanya pria yang bernama Rey itu sembari merangkul pundak Dirga.

“Ck…. Ambil saja jika kau mau,” ucapnya tanpa menoleh.

Rey langsung tersenyum lebar mendapatkan tawaran yang begitu menarik baginya, cukup sibuk untuk hari ini karena beberapa pesawat mulai beroperasi di pagi hari.

Kesibukan seorang Aska di mulai begitu padat untuk hari ini, karena ada beberapa pesawat yang harus ia selesaikan.

“Huft ayolah jangan sampai hanya karena wanita seperti itu aku menjadi tidak konsen seperti ini” gumam Aska

Aska pun mulai membaca buku flight untuk menentukan titik dan apa yang digantinya part part pesawat yang tentunya berbeda dengan alat motor dan mobil. Ia mulai sibuk membuka katup engine pesawat itu satu persatu part dan baling-baling itu ia periksa.

Memiliki paras yang tampan, membuat siapa saja yang menatapnya cukup terkesima, alis tebal dan kumis tipis membuat banyak wanita hilang akal jika beradu pandang.

Senyuman adalah hal yang mahal bagi pria itu, karena baginya jika tidak penting maka jangan menertawakan apapun, karena hidup tidak selucu itu untuk di tertawakan.

“Aska ada undangan makan siang untukmu,” ucap seorang pria yang datang sembari memberikan sebuah kertas ke arah pria itu.

“Dari mana?” tanya datar pria itu dan masih focus pada pekerjaannya.

“Caffe,” jawabnya dengan santai.

“Hm…. Ah ya apa kau melihat Zayn? Aku tidak melihatnya sejak tadi, kemana dia?” tanya Aska yang mulai menutup beberapa kertas yang terentang di hadapannya.

“Dia masih mengurus rapatmu, cepat temui dia atau nanti kau akan di ceramahi lagi,” ejek pria itu yang membuat Aska terkekeh pelan, ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan sebelah kanannya dan berjalan santai sembari memainkan benda pipi di tangannya.

“Aska….” Ucap seorang wanita yang membuat pria itu menghentikan langkahnya.

“Aku karyawan baru di sini,” ucapnya dengan seulas senyuman tipis.

“Ya lalu?”

“Hm…. Apa aku bisa meminta waktumu sebentar, banyak hal yang ingin aku tanyakan,” ucap gadis itu yang membuat Aska menarik nafas dalam.

“Kau lihat lorong itu?” tanya Aska menujuk sebuah lorong yang berada di belakangnya.

“Ya….”

“Kau tinggal berjalan ke sana belok kiri dan turuni tangga, di sana ada ruangan khusus karyawan dan ada beberapa senior yang bisa kau tanyai langsung, dan ya…. katakan pada mereka Aska memintanya untuk memberikan buku panduan karyawan padamu,” jelasnya yang membuat gadis itu terdiam.

“Permisi…. Kau sudah memakai 10 menit waktu makan siangku,” jawabnya dan berjalan pergi tanpa menghiraukan gadis yang masih menatapnya.

“Berapa kali aku katakan, tidak mudah untuk mengambil hatinya,” ujar seorang gadis yang membuat gadis lainnya terkekeh pelan.

“Siapa yang tidak mengagumi pria dingin itu, aku juga menyukainya, tapi kau tau…. Banyak gadis gadis seksi yang mengajaknya berkencan, kita hanya remahannya saja,” timpal gadis lainnya.

Sementara di tempat lain, Aska berjalan dengan santai menuju sebuah meja yang sudah di penuhi beberapa makanan dan beberapa pria di sana.

“Lihat….. pria yang sudah kita tunggu tunggu akhirnya datang juga,” ucap seorang pria yang hanya membuat Aska terkekeh pelan dan mulai duduk di sampingnya.

“Kau tidak tau bagaimana sibuknya aku bukan?” jawab Aska yang membuat pria itu menarik nafas kasar.

“Sibuk dengan para wanita itu maksudmu?” tanya pria lainnya yang di sambung gelak tawa antara mereka.

“Eh…. Kau tau ada anak baru yang cukup seksi…” ucap seorang pria yang di angguki pria lain.

“Siapa dia?” tanya yang lain dengan sangat penasaran.

“Aku tidak tau siapa namanya, tapi dia cukup menarik untuuuk…..”

“Kemana kita malam ini?” potong Aska mengalihkan arah pembicaraan mereka hingga membuat beberapa temannya menarik nafas kasar.

“Sweet night caffe, itu caffe baru yang akan kita coba, aku rasa pelanggannya akan banyak,” jawab seorang pria yang di angguki pria lainnya.

“Zayn…. Kau sudah memperbaiki gitarku?” tanya Aska sembari membakar sebatang rokonya.

“Hm…. Ada di kostku, akan ku bawakan nanti,” jawabnya dengan santai.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!