Sudah satu Minggu menjelang pernikahan, lelaki yang seharusnya menjadi suaminya itu seakan lenyap begitu saja. Menghilangkan diri tanpa menyisakan jejak , ini sangat menyedihkan . Harga diri sebagai seorang wanita seperti sedang di permainkan dengan mudahnya .
Dan esok seharusnya menjadi hari paling bahagia. Semua orang pasti menanti hari pernikahan yang menjadi babak baru dalam kehidupan. Tapi lain hal untuk Ziva, ia bahkan tak ingin memejamkan mata untuk menyambut hari esok yang akan menjadi mimpi buruk baginya . Membayangkannya saja dia sudah tidak sanggup.
Ziva meraih sebuah kotak besar yang berisi barang barang pemberian sang kekasih termasuk baju pengantin mereka . Ia tidak ingin menyisakan satupun kenangan yang akan mengingatkan dirinya dengan lelaki brengsek itu.
" Terimakasih untuk untuk semua rasa kecewa ini " memasukkan undangan pernikahan yang masih tersisa ke dalam api yang masih menyala nyala . Ia menghapus air matanya , berjanji bahwa ini akan menjadi tangisan terakhir untuk seseorang yang tidak seharusnya di tangisi . Lelaki semacam itu tak pantas untuk mendapatkan ketulusan darinya .
Ziva melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah , meninggalkan semua kenangan itu di halaman rumahnya dengan api yang masih setia menghapus jejak kepedihannya.
***
Ziva masih berkutit dengan desainnya , sesekali menggaruk tengkuknya yang tak gatal . Mencari inspirasi ketika otak sudah lelah itu sangat menyulitkan , ia bahkan tidak mendapatkan ide apa apa sejak duduk di kursi kerjanya. Tangannya hanya bergerak kekanan dan kiri tanpa menyentuh pensil di atas kertas putih itu .
Setelah keterpurukannya saat pernikahan itu gagal , ziva kini menjadi seorang desainer muda . Ia membangun sebuah butik yang kini cukup terkenal hingga ke macan negara . Wanita itu mulai bangkit kembali membangun mimpinya . Berpikir bahwa hidup harus terus berlanjut karena menyesali masalalu tidak ada gunanya .
Ziva kini memfokuskan dirinya untuk Mendesain dress mewah termasuk gaun pengantin dan berbagai macam busana untuk pesta . Ia ingin setiap wanita menjadi istimewa di hari bahagianya , meski ia tidak sempat merasakan itu . Mungkin nanti , moment yang sebenarnya sudah tak terlalu di percaya lagi dalam hidupnya.
" Ziv.. " seseorang membuka pintu ruangan kerja ziva . Langkah kakinya mendekati meja , melihat ziva yang masih fokus dengan gambarnya.
"Hemm... " Ziva melirik kearah suara tanpa menggerakkan tubuhnya .
Dia Linka- sahabat sekaligus partner nya . Orang Yang membantunya merintis karier dari nol hingga menjadi seperti saat ini . Wanita itu yang membantu ziva menjadi koordinatornya sekaligus yang memberikan masukan dan ide untuk butik ini . mengurus karyawan dan juga pemasaran agar butik ini semakin di kenal luas .
" Gue liat Lo akhir akhir ini jarang istirahat deh ziv .. " ia duduk di sofa menghadap ziva . Melihat gadis itu terlalu bekerja keras hingga melupakan diri sendiri .
" Gue sengaja " ucapnya melepaskan pensil , ia beranjak dari duduknya . Melihat ke jendela ruang kantornya yang berada di lantai dua butiknya . Ia bisa melihat ibukota dengan jelas.
" Ini udah hampir 3 tahun ziv, harusnya Lo harus bisa mulai hubungan baru . Jangan sibuk sama karier terus ." Ucap linka , ini sudah kesekian kalinya ia berbicara seperti itu .
Ziva menoleh kearah linka , ia menatap tajam kedua bola mata itu.
" Semua cowok itu sama aja , brengsek . Gue udah mati rasa " ucapnya tersenyum hambar . Ia menyeka air matanya yang hampir saja keluar . Gadis itu sudah berjanji tidak akan menangis karena lelaki itu .
" ziv , gak semua cowok kaya apa yang Lo pikirin . Buktinya selama Lo ngurusin orang orang yang mau menikah , mereka baik baik aja kan hubungan nya ? "
" Sayangnya gue gak seberuntung itu"
" Nah berarti Lo cuma belum ketemu aja sama cowok yang baik buat Lo " linka memandang kearah ziva . Ia sudah beberapa kali memperkenalkan lelaki untuk sahabatnya ini namun tak satupun di terimanya .
" udah dari pada Lo ngurusin gue , mending sekarang fokus sama pernikahan Lo dan Rama. Udah sejauh mana prosesnya? "
linka bernafas sejenak , gadis ini mengalihkan pembicaraan seperti biasanya .
" Udah hampir 80 % " jawabnya , ia meraih majalah di meja .
" Lo kalau mau cuti gpp , nanti gue minta Airin yang bantu gue ngurus butik " ucap ziva memandang kearah linka . Gadis itu hanya tersenyum kearah ziva dan mengangguk pelan .
" Oh iya gue lupa " ziva menepuk pelan keningnya . Meraih tasnya yang ada di meja .
" Lah mau kemana ? " Tanya linka
" Gue ada janji sama nyokap gue " ucap ziva dengan terburu buru membuka pintu ruangan dan berjalan cepat . Gadis berlari ke arah parkiran menaiki mobil , ia buru-buru menjalankannya .
Handphone gadis itu terus saja berbunyi di saat ia tengah menyetir , tangannya berusaha meraih benda itu yang berada di dalam tas . Arah pandangannya tidak terlalu fokus menyetir hingga ia menabrak mobil di depannya dengan cepat mengerem mobil. Untung saja tidak terlalu kuat namun hantaman itu mampu membuat goresan di mobil yang ia tabrak.
" mampus ! " Ia menepuk jidatnya . Ini akan menjadi hari sial untuknya.
" Tuk..tukk.. " seorang lelaki mengetuk jendela mobilnya , ziva menurunkan kacanya tersenyum nyengir kearah cowok itu.
" Turun .. " ucap lelaki itu , ziva menghela nafasnya . Ia turun dari mobil , membenarkan sedikit anak rambutnya . Lelaki itu menatap mata ziva lama , entah apa yang sedang di pikirkannya.
" Maaf , gue gak sengaja .. gue ganti deh , tapi jangan sampe ke jalur hukum . Please " ziva memohon di hadapannya . Lelaki itu tetap diam di tempat .
" Hallo.. " ziva melambaikan tangan di depan muka lelaki itu . Ia sebenarnya sudah tidak punya banyak waktu untuk meladeni tingkah aneh lelaki di hadapannya.
" Emm.. oke , gue maafin. Asal ada syaratnya " ucap lelaki itu menaikkan satu alisnya . Ziva mengerutkan keningnya , lelaki ini baru pertama kali bertemu dengannya sudah berani meminta syarat kepadanya.
" Apa? " Tanya ziva .lelaki itu membisikkan sesuatu .
" Hah Lo gila ya? " Ia mempertajam matanya .
" Lo gak mau ? Oke gampang .. " ia mencatat pelat mobil ziva dan juga memofoto mobilnya yang di tabrak gadis itu .
" Tunggu di pengadilan atau kalau Lo berubah pikiran , ini kartu nama gue . Gue kasih waktu 24 jam untuk berpikir " memberikan kartu namanya pada ziva . ia tersenyum menang kearah gadis itu dan meninggalkannya .
" Dasar cowok anehh . Gilaaa " teriaknya ketika cowok itu melajukan mobilnya . Ziva menghentak kesal , lelaki itu membuat dunianya semakin suram .
" Gabriel " nama yang tertera, Gadis itu terpaksa menyimpannya .
.
.
Ia berjalan masuk ke dalam rumah dengan wajah yang sedikit di tekuknya . Ia sedang berpikir tentang tawaran lelaki itu , tapi itu begitu gila untuk nya .
" Itu cowok ada masalah apa sih sama hidupnya . Kenapa gue harus ketemu dia " gerutu ziva .
Cindy , mama ziva berdiri menghalangi jalan ziva .
" Hemm , kemana? Temen mama udah pulang karena kamu lama. Kamu sengaja ya gak mau di jodohin " wajah Cindy terlihat kesal kearah anaknya . Karena gadis itu sering kali menghindari lelaki anak dari temannya ketika hendak di kenalkan. Wajar saja , gadis itu semenjak tragedi beberapa tahun lalu tidak pernah mau membuka hati. Ziva mendongak melihat Cindy yang wajahnya sudah memerah . Mamanya ini begitu seram ketika sedang marah .
" Ziva tadi nabrak orang mama " ucapnya lesu.
" Hah nabrak siapa ? Kamu gpp , ada yang luka. Kita ke rumah sakit sekarang .. " Cindy berkata tanpa jeda .memegang kedua bahu ziva . Ia memeriksa kondisi anak tunggalnya itu . Menarik tangan ziva .
" Ziva baik baik aja , udah ya mau ke kamar dulu. Dah maa " ziva melambaikan tangannya kearah Cindy , berjalan masuk ke dalam kamarnya . Ia mengunci pintu , melempar tasnya ke sembarang tempat . langsung merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur .
" Huft " ia memejamkan matanya , memikirkan permintaan lelaki itu yang tidak masuk akal untuk nya .
Tiba tiba saja ia teringat dengan mantan tunangannya , lelaki yang telah meninggalkan dirinya tanpa sebab yang jelas . Lelaki yang membuat ia mengenal cinta dengan begitu indah hingga mematahkannya dengan begitu hebat .
Namun menepis pikirannya , ia tidak ingin mengingat luka lama . Semua sudah tersimpan di dalam masalalu yang tak seharusnya di buka lagi .
Ia kembali memikirkan Gabriel, lelaki super menyebalkan yang telah merepotkan pikirannya saat ini .
Gadis itu bangkit dari tempat tidur berjalan maju dan mundur , ia tidak banyak waktu memikirkan perihal ini. Lelaki itu hanya memberinya 1 hari untuk berpikir.
" Kenapa gue bisa ketemu sama cowok gila dan aneh itu , masa iya baru pertama kali ketemu dia udah berani ngajak gue jadi pacar boongannya . Gila ya tu cowok " kesalnya mengingat apa yang tadi di bisikkan lelaki itu padanya.
" Tapi buat apa dia minta gue jadi pacarnya? Dia ganteng , gue liat juga anak orang kaya . Gak mungkin dia gak ada yang naksir . Apa jangan jangan dia gak doyan perempuan " terusnya lagi . Melipat tangan ke dadanya .
" Kalau dia ternyata gay gimana " ziva bergedik ngeri . Ia langsung berjalan kekamar mandi membasuh Wajahnya disana .
Ziva telah menurunkan egonya, ia menemui lelaki yang bernama ' Gabriel ' di salah satu restauran mewah. Tempat yang sudah mereka sepakati bersama. Ia mengenakan dress setengah lutut dengan handbag di tangannya itu berjalan masuk mencari meja nomor 5 . Lelaki itu mengabarinya untuk menunggunya disana .
Ia duduk di meja tersebut , gadis itu mengira sudah sangat terlambat. Nyatanya lelaki itu jauh lebih lama darinya.
" Haii " sapa lelaki mengenakan kemeja hitam dengan lengan baju yang ia gulung hingga bawah siku.
Tak lama mereka memesan minuman dan cemilan agar perbincangan bisa lebih santai . Lama keduanya hanya terdiam , tak ada yang mau memulai pembicaraan terlebih dahulu . Hingga pesanan mereka sampai.
" Silahkan " kata seorang waiters tersenyum ramah , ia meninggalkan mereka.
" Jadi gimana ? " Biel mengaduk minumannya. Menatap serius gadis cantik di hadapannya.
" Gini , gue gak paham sama Lo. Lo bahkan belum tahu nama gue , kenapa Lo nyuruh gue jadi pacar boongan Elo? " Sela ziva.
" Nama Lo siapa ? " Tanya Biel .
" Ziva " jawabnya .
" Nah gue udah tau nama Lo , jadi gimana ? Lo maukan jadi pacar gue untuk 1 bulan . Lo gak perlu bayar kerugian mobil mahal gue , Lo tinggal nurutin apa yang gue mau . Urusan selesai , gak perlu berurusan sama polisi " ucapnya enteng . Ziva benar benar kesal dengan lelaki di hadapannya , ingin sekali ia menarik leher lelaki ini sampai putus .
" Segampang itu ya Lo ngomong , dasar cowok gila " cercah ziva .
Gabriel hanya tertawa , ia memegang tangan kanan ziva .
" Lo mau nurutin kata gue atau mau tidur di penjara ? Sayang sih gadis secantik Lo kalau harus tidur disana " ia sedikit mendekatkan wajahnya kearah ziva . Pandangan nya cukup menakutkan , lelaki itu kemudian menjauhkan dirinya .
" gue gak akan lepasin Lo kalau misalnya Lo suka sama gue nantinya , tapi gue yang bakal pergi dari hidup Lo kalau Lo yang gak suka sama gue . " ucapnya lagi .
" Dih kepedean banget gue bakalan suka sama cowok modelan kaya Lo " menunjuk Gabriel dari bawah hingga atas . Lelaki itu mengerut , apakah ia kurang tampan menurut gadis ini .
" Lo gak punya mata ? Gue udah sekeren ini " mengangkat kerah bajunya dengan sombong. Ingin sekali ziva memuntahkan isi perutnya di depan wajah lelaki ini .
" Emang cewek Lo kemana sih ? Kenapa harus ngerepotin gue. Jangan jangan Lo gak suka perempuan ya. Lo suka terong? " Hina ziva , ia menantang lelaki di hadapannya .
" Lo ini emang bawel banget ya jadi Cewek , kalau Lo gak mau yaudah . " Ia mulai beranjak dari duduknya , ziva mencegah tangan lelaki itu .
" Maaf " ucapnya , nada bicaranya mulai merendah . Ia sudah terjebak , tidak ada pilihan lain dari pada harus tinggal dalam waktu yang lama di dalam penjara . Semua itu akan menjatuhkan nama baik seorang ziva Magnolya , tidak lucu jika seorang desainer muda masuk ke dalam berita harian hanya karena permasalahan yang sebenarnya sepele . Lelaki itu baik baik saja , tidak ada luka apapun . Ia hanya menabrak bagian belakang mobil , bukan menghancurkan nya .
" Jadi gue harus ngapain ? Jangan aneh aneh ya Lo , gue bukan cewek murahan " ucap ziva menunjuk Gabriel dengan garpu .
Gabriel hanya terkekeh pelan , ia baru pertama kali bertemu dengan gadis seperti ini . Sangat berbeda dari banyak wanita yang pernah hadir dalam hidupnya.
" Nanti gue kabarin Lo lagi , yang penting handphone Lo standby . Angkat kalau gue telpon , awas aja Lo kabur "
Ziva menatap lelaki itu malas , ia berharap satu bulan menjadi waktu yang lebih singkat hingga tak perlu menghabiskan waktunya sia sia hanya untuk lelaki aneh ini dan terbebas dari hal yang sangat konyol menurutnya.
Tapi ia mulai berpikir sejenak , Bagaimana jika dalam 1 bulan itu ia menyukai lelaki ini . Terjebak oleh rencana yang di berikan lelaki gila ini padanya .
" Hah jangan gila ziva , gak mungkin Lo bakalan suka sama cowok super aneh ini " ucap ziva dalam hati .
" Dan gue mau lo gak boleh cerita apapun tentang kesepakatan kita termasuk orang terdekat Lo , anggap kita kaya orang pacaran beneran " ucap Gabriel.
" Lo tuh yaa, mimpi apa sih gue sampe ketemu cowok aneh kaya Lo ini . Gue tuh nabrak mobil Lo gak sengaja , tapi kenapa urusannya jadi nyangkut kehidupan pribadi gue sih . Lo nya juga baik baik aja " protes ziva .
" Udah gak usah banyak omong , siapin diri Lo. " Ia beranjak dari tempat duduk berjalan menuju kasir , membayar pesanan mereka . Ia sempat menunjuk kearah tempat ziva duduk , menandakan ia sudah melunasinya.
" Ziva , kenapa hidup Lo gini amat sih " gadis itu mengacak rambutnya , merenungi nasibnya saat ini . Ia sudah lama tidak dekat dengan siapapun , lalu lelaki ini memaksa dirinya untuk menjadi pacar dalam jangka waktu 1 bulan .
Apakah hidup sebercanda ini , pikir ziva .
.
.
Ziva meletakkan tas ke atas meja kerjanya dengan kasar , ia duduk bersandar menatap seisi ruangan. Membuang nafas kasar , menatap kartu nama itu . Lelaki aneh yang telah merunyamkan hidupnya .
" kartu nama Siapa tuh " linka yang tiba tiba berada di dalam ruangan kerja ziva mengambil alih kartu nama yang sejak tadi ia pegang.
" Gila ! Ini kan pengusaha sukses itu . Gue sering liat nih dia di majalah ." Ucapnya melihat kartu nama itu . Lalu gadis itu dengan tatapan curiga melihat kearah ziva , ia menghentak meja tidak terlalu keras.
" Kok Lo bisa kenal dia ziv ? " mahalini tampak bersemangat sekali .
Ziva menghela nafasnya , ingin sekali ia berkata jujur tapi lelaki itu meminta merahasiakan dari semua orang tentang kebenarannya.
" Pacar gue " ucapnya singkat .
" Hahh! Pacar ??? Sejak kapan ?? Selama ini kan Lo gak pernah Deket sama cowok manapun setelah kejadian dulu "
" gak semua hal harus gue cerita . Udah deh , kan Lo juga yang nyuruh gue nyari pasangan " ziva mencoba mengacuhkan linka , ia fokus pada gambarnya . Gadis itu sedang menyiapkan satu desain untuk acara pernikahan klien nya.
linka perlahan berjalan kearah pintu keluar ia menutupnya perlahan agar ziva tak terganggu. Dalam hati ia masih bertanya , mengapa bisa ziva dekat dengan lelaki itu . Darimana ia bisa mengenalnya , yang ia tahu gadis itu selalu sibuk berada di butik dari pagi hingga malam . Ia bahkan tak memiliki banyak waktu untuk keluarga ,lalu bagaimana bisa mempunyai seorang kekasih. Rasa curiga itu muncul satu persatu menimbulkan banyak tanya , tapi tidak di pungkiri ia merasa lega akhirnya ziva bisa keluar dari keterpurukannya . Setidaknya hubungan baru membuat ia bisa memperbaiki cara berpikir nya yang salah . Menganggap semua lelaki sama saja , hubungan nya akan terus hancur . Itu yang sering gadis itu katakan , ia merasa tak memiliki kesempatan untuk bahagia dengan pasangannya.
.
.
.
Gabriel duduk diam di kamarnya , ia mengambil sebuah foto yang terletak di dalam laci kamarnya . Memandang foto itu cukup lama , sepasang kekasih yang berpose begitu mesra . Ia tersenyum kecil kemudian menyimpannya kembali .
meraih gitarnya , memetik sinar gitar secara perlahan . Ia melantunkan sebuah lagu , menikmati malam yang sunyi . Sebuah ketukan mengganggu ketenangan nya saat ini. Seseorang membuka pintu kamar , berjalan mendekati Gabriel . Ia melipat tangan ke dada menatap anaknya tajam .
" Biel , sampai kapan kamu terus seperti ini "
Gabriel menoleh ke arah mamanya , ia tersenyum getir .
" Kenapa kamu keras kepala sekali , apa yang kurang dari Tasya . Apa ini..
" Mama Gabriel memberikan handphonenya pada anaknya. Benar saja , baru beberapa kali ia jalan dengan Ziva sudah banyak yang memata-matai mereka . Beberapa gambar mereka berhasil di tangkap oleh kamera .
" Mama tahu , kamu sengaja melakukan ini agar Tasya dan keluarganya membatalkan pertunangan kalian kan ? "
" mama sudah tahu alasannya , tapi sampai detik ini mama dan papa tetap sama saja . Memaksakan kehendak sesuka hati , tanpa memikirkan perasaan orang lain . Aku hanya meniru apa yang aku lihat . Aku bebas untuk memacari siapa saja , silahkan jika gadis bodoh itu masih mau denganku " ia menatap sinis kearah mamanya . Mengembalikan handphone milik mamanya itu .
" Jangan sampai papa kamu berbuat yang sama untuk gadis itu .. " mama Gabriel meninggalkan anak bungsu dari dua bersaudara itu . Gabriel terdiam , ia mengacak rambutnya .
Lelaki itu membuka pintu butik mikik ziva, ia berjalan dengan gagah kearah karyawan butik . Orang yang berada disana menoleh kagum kearah Gabriel , wajar saja ia memiliki wajah yang tampan dan gayanya yang begitu diminati kaum hawa . Sesekali tangannya membenarkan rambutnya yang disisir ke samping kanan .
" Saya mau bertemu ziva , yang punya butik ini " ucap Gabriel
" Sudah membuat janji ? " Tanya perempuan mengenakan baju seragam itu .
" Ya " singkat Gabriel . Memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya.
Karyawan tersebut mengantarkan Gabriel ke lantai 2 butik ziva , dimana letak ruangan gadis itu berada . Ia membuka pintu dan mempersilahkan Gabriel untuk masuk ke dalam .
" Maaf Bu ziva , ada yang mencari .. " ucap karyawan tersebut , ziva yang sibuk merancang busana itu menoleh kearah suara . Ia terdiam sejenak melihat Gabriel yang sudah ada di hadapannya .
Gadis itu memberi isyarat kepada karyawannya untuk meninggalkan ia bersama Lelaki itu .
" Mau ngapain sih Lo pake Dateng kesini .. " ketus ziva memandang kearah Gabriel .
" Lo lupa ya ? Gue pacar Lo sekarang .. " lelaki itu duduk seenaknya di sofa , meletakkan tangannya kearah belakang kepala menyandarkan dirinya . Ia menghirup bau ruangan ber AC yang cukup wangi ini . Aromanya sangat khas membuat nyaman penciumannya .
" Gue tuh bingung sama Lo ya , Lo ini gak jelek jelek banget . Kaya juga , masa gak ada yang mau sama Lo? Kenapa Lo harus maksa gue jadi pacar Lo . 1 bulan pula " ucapnya menatap malas kearah Gabriel yang terpejam disana.
Lelaki itu membuka matanya, menaikkan sebelah alis. ia berjalan mendekati ziva yang berada di kursinya. Mengunci gadis itu dengan kedua tangannya.
" Lo mau lebih dari 1 bulan? " Gabriel mendekati wajah ziva . Sangat dekat hingga manik mata mereka saling bertemu . Gadis itu terlihat gugup , ia membuang wajahnya menghadap arah lain .
" Apaan sih Lo " mendorong tubuh Gabriel menjauhinya.
" Ikut gue.. " Gabriel memegang tangan ziva , gadis itu kaget di buatnya.
" Kemana ? "
" Bisa gak ,Lo gak perlu bawel . Ini udah jam makan siang juga. " Gabriel memaksa gadis itu berdiri , ziva hanya mengikutinya saja . Meraih tasnya dan membiarkan tangan kanannya di genggam oleh Gabriel .
Semua orang di dalam butik hanya memandang heran kearah keduanya , untuk pertama kali melihat bos mereka di gandeng mesra orang seorang lelaki . Sayangnya mahalini tidak ada untuk menyaksikan moment langka itu .
Selama di dalam mobil ziva hanya diam saja , ia tak banyak berbicara seperti biasanya . Memainkan handphonenya sengaja tidak ingin melihat kearah samping . Gabriel yang sedari tadi menyetir , sesekali menoleh . Melihat ziva dengan wajah manyunnya itu .
" Lo gak mau nanya lagi kita mau kemana ? " Tanya Gabriel .
Ziva mendengus sebal , ia sebenarnya ingin bertanya . Tapi lelaki itu nanti terus mengatakan bahwa dirinya bawel .
" tadi gue nanya Lo bilang gue bawel , gimana sih " kesal ziva . Lelaki itu hanya terkekeh , gadis ini begitu galak .
" Ketemu Tasya " ucapnya .
" Hah? Siapa dia.. ?"
" Cewek yang mau di jodohin sama gue . " ucapnya .
" Emang dia percaya gtu kalau gue pacar Lo ? " Tanya ziva
" Engga , makanya gue butuh 1 bulan buat bener bener ngeyakinin dia . Setidaknya sampai dia gak mau deketin gue lagi "
" Dih sok ganteng banget sih Lo jadi cowok " hina ziva , ia merasa lelaki ini terlalu jual mahal . Padahal ia sendiri tidak melihat ada yang spesial darinya.
" Terserah elo mau ngomong apa , yang pasti gue gak mau nikah sama cewek manja itu. Jadi Lo harus bantuin gue . " Gabriel kembali fokus menyetir .
Lelaki itu memarkirkan mobilnya di sebuah Cafe yang cukup mewah , ia turun dari mobil membukakan pintu untuk ziva . Gadis itu di buat bingung dengan perlakuan manis laki laki ini .
"bersikaplah sebagai sepasang kekasih " bisik Biel di telinga ziva , lalu menutup pintu mobil kembali. Ia berjalan sembari merangkul ziva . Gadis itu diam tak berkutik , ia merasa gugup sekali . Wajahnya sudah memerah namun berusaha tak ia perlihatkan kepada Gabriel.
Mereka menuju sebuah meja, dimana ada seorang wanita cantik yang telah menunggu disana . Ia tersenyum melihat Gabriel , melambaikan tangannya .
" Kamu kok lama sih " wanita itu bersemangat berbicara pada Gabriel hingga sorot matanya menoleh ke samping . Dimana ziva yang tersenyum kaku kearahnya .
" Dia siapa ? " Tanya Tasya , ia langsung berdiri dari duduknya.
" pacarku " singkat Gabriel memberi kode kepada ziva.
" Hai , aku ziva.. " gadis itu sedikit gugup mengulurkan tangannya pada Tasya .
" Tasya .. " jawabnya tersenyum tipis.
Mereka bertiga kembali duduk , di posisi ziva dan Biel bersebelahan menghadap Tasya . Wanita itu sejak tadi terus memandang ke arah ziva .
Mereka langsung memesan makanan , karena sudah masuk jam makan siang .
Tasya banyak sekali bertanya , ia mencurigai hubungan mereka berdua .
" Sejak kapan kamu punya pacar ? Aku tahu kamu tidak akan pernah bisa melupakan dia." tasya memandang serius kearah Gabriel dan Ziva . Ia seolah tak percaya bahwa gadis ini adalah tambatan hati lelaki itu.
" Kamu tidak mengenalku dengan baik"
" Kenapa kamu pilih dia ? " Tanya Tasya lagi , entah ada apa dengan gadis ini . Ia seperti sedang melakukan penyelidikan kasus berat .
" Karena dia bukan kamu. " Gabriel memandang kearah Tasya .
" Gabriel , kenapa kamu selalu membenciku .. " lirih Tasya , ia berusaha memegang tangan Gabriel .
" seharusnya tanyakan pada dirimu sendiri . Kamu tahu dengan baik jawabannya ." Gabriel menepis tangan Tasya darinya .
" Sekarang lupakan tentang obsesimu untuk menjadi istriku , sampai hari ini aku tidak akan pernah mau membuka hati untuk kamu . Bahkan setelah aku kehilangan " sambung Gabriel lagi .
Tasya beranjak dari duduknya , ia pergi meninggalkan Gabriel begitu saja . Air matanya sudah jatuh di kedua pelupuk matanya.
" Kok Lo jahat banget sih sama cewek " ziva memukul lengan Gabriel cukup kuat , lelaki itu memegang lengannya.
" Lo gak tahu apa apa tentang hidup gue "
" Tapi gue rasa Lo keterlaluan , kasihan tau . " Ziva beranjak dari duduknya .
" Lo mau kemana ? "
" Pulang . Gue gak mau lanjutin lagi ide gila Lo. Terserah Lo deh kalau mau laporin gue ke polisi " ucapnya , ia pergi meninggalkan Gabriel begitu saja .
Lelaki itu meletakkan uang di meja membayar pesanan mereka . Ia langsung mengikuti ziva yang sudah terlebih dahulu keluar dari cafe tersebut .
Dari arah depan , tampak mobil putih sedang melaju kearah ziva . Gabriel melotot melihatnya , ia langsung menarik ziva menghindari mobil tersebut .
" Brakk "
Dua orang itu jatuh di aspal ,gadis itu baik baik saja namun sayangnya siku Gabriel berdarah . Ziva terdiam sejenak , ia masih syok mengalami kejadian barusan . Seseorang seperti ingin mengambil nyawanya .
" Lo gak apa apa ? " Gabriel membantu ziva berdiri .
" Gue baik baik aja , cuma kaget . Tapi siku Lo berdarah . Kita ke butik gue aja ya , ntar gue obatin " ucap ziva . Gabriel mengangguk pelan .
" Sini gue yang bawa mobil " ziva mengambil kunci mobil dari Gabriel . keduanya langsung menuju butik ziva .
.
.
" Aww . Pelan pelan " rintih Gabriel saat gadis itu memberikan betadine pada lukanya.
" Cengeng banget jadi cowok " Ziva melihat kearah Gabriel.
" Jujur sama gue, Lo pasti tahu siapa yang hampir nabrak gue .. "
Gabriel hanya diam , ia mencurigai seseorang tapi tidak ingin berkata jujur . Memilih untuk tidak membuka mulut , karena ia tak memiliki bukti yang kuat .
" Seumur hidup , kayanya gue gak Pernah punya musuh . Tapi setelah gue berurusan sama elo , baru nih muncul . " Gadis itu tak berhenti berbicara , ia berharap lelaki ini mau berkata jujur padanya.
" Please Lo harus bantuin gue , hanya untuk 1 bulan ini . Setelah Tasya benar benar membatalkan pertunangan kita ." ucap Gabriel . Ziva menggeleng cepat , ia tidak ingin meneruskan rencana gila lelaki ini .
" Gue gak mau .. "
" gue mohon banget sama Lo . Lupakan soal tabrakan , gue gak akan minta pertanggung jawaban tentang itu . Tapi gue mohon , Lo harus bantu gue . Gue gak mungkin nikah sama Tasya " ia menangkup kedua tangan memohon pada ziva . Tatapannya sangat meluluhkan hati gadis ini .
" Yaudah deh " pasrah ziva.
" Makasih ya , gue berharap kita bisa jadi teman " ia mengulurkan tangannya , ziva tersenyum kecil menerima jabatan tangan itu .
Gabriel menatap bola mata ziva , ia memandangnya cukup lama . Tampak kehangatan yang selalu dirindukannya berada pada kedua mata itu .
" Udah selesai nih " ziva telah membalut luka Gabriel . Ia beranjak menyimpan kotak P3K nya di atas lemari .
" Yaudah gue pamit pulang dulu , oh iya Lo sekarang harus hati hati. Kalau ada apa-apa langsung hubungi gue "
" Ia , Lo juga bawa mobil yang bener " ucap ziva .
Gabriel tersenyum, ia melangkah keluar dari ruangan ziva berpapasan dengan linka yang berjalan masuk. Ia sempat menoleh kearah Gabriel hingga lelaki itu lenyap dari pandangan nya .
" Itu Gabriel kan, ngapain dia kesini..? " Menunjuk kearah luar lalu membalikkan badannya. linka mendekati ziva.
" Ngobatin dia, tadi ada yang hampir nabrak gue, pas kita lagi makan siang " ucap ziva, menyusun buku buku di mejanya.
" Hahh? Lo di tabrak ? Sama siapa? Lo gpp ? Baik baik aja kan ? " linka berbicara tanpa jeda , persis seperti mamanya .
" Lo tuh ya kalau nanya tu satu satu " ziva duduk di kursinya, meneguk air di botol . Tenggorokan gadis itu terasa kering sekali sejak tadi .
"jadi gimana? " rasa penasaran linka masih belum reda.
" Gue gak tahu siapa yang nabrak, mobilnya kenceng banget . Udahlah gue gak mau bahas itu "
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!