“Ma… Pa… Aku benar-benar mencintainya. Kami telah menjalin hubungan sejak kami berada di bangku SMA. Tidak bisakah kalian membiarkan aku menikah dengannya dan kalian memberi restu?” Alisha duduk di sofa ruang tamu. Memohon pada kedua orangtuanya.
Papa Alisha menghela nafas dan berkata, “Bukannya Papa tidak mau memberikan restu. Tapi Elenoa masih belum mapan. Bagaimana kamu bisa hidup dalam keadaan yang tidak berkecukupan?."
“Papamu benar Alisha. Kalian masih memiliki waktu yang panjang. Tidak perlu terburu-buru,” ucap sang Mama
Meskipun begitu Alisha masih bersikeras. “Elenoa telah mengajakku menikah. Jika aku menolak, dia mungkin akan sakit hati. Mama, Papa, jangan khawatir. Elenoa adalah pria pekerja keras. Aku yakin dia akan sukses.”
Melihat tekad di mata putri mereka, Papa dan Mama Alisha tidak memiliki pilihan selain menyetujui. Lagi pula, Alisha adalah putri mereka satu-satunya.
“Baiklah. Kalau begitu, kamu harus mengajak dia bekerja di perusahaan kita. Papa tidak mau dia kesulitan untuk memberimu makan.”
“Tidak. Aku tidak bisa melakukannya.” Alisha langsung menolak gagasan itu. “Jika dia tahu siapa aku sebenarnya. Dia mungkin akan merasa terintimidasi. Aku tidak ingin dia merasa kalah dariku.”
Melihat Papanya ingin membantah, Alisha kembali berbicara, “Begini saja. Aku akan memintanya membuat usaha. Papa bisa memberikan bantuan di belakang layar. Bagaimana?”.
Darren terdiam untuk beberapa waktu sebelum berkata, “Baiklah.”
******
Lima tahun kemudian. Alisha baru saja selesai menghidangkan makanan ketika Elenoa datang dengan setelan jasnya.
Hanya dalam waktu lima tahun, Elenoa telah berubah dari pemuda miskin menjadi pengusaha kaya. Namun, seiring peningkatan kesuksesan nya, justru sikapnya pada Alisha juga berangsur-angsur berubah. Dia tidak lagi merasakan cinta yang sama seperti dulu.
“Mas, duduk dan makan dulu sebelum pergi.” Alisha tersenyum, menarik kursi agar suaminya bisa duduk.
Elenoa menatap Alisha. Perasaannya pada wanita itu telah lama pudar. Dan penampilan Alisha yang lusuh membuatnya semakin muak.
“Tidak perlu. Aku bisa makan di luar.” Elenoa langsung pergi setelah menyelesaikan kata-katanya.
Wajah Alisha tertunduk sedih.
Kemudian, suara mengejek terdengar, “Tidak akan ada pria yang tahan dengan wanita yang tidak berguna dan jelek. Lihat penampilanmu, kamu lebih cocok menjadi pelayan.” tutur ibu mertua Alisha. Yang duduk di meja makan, sambil mengeluarkan hinaan tanpa peduli bagaimana perasaan Alisha.
“Dia memang pelayan, Bu. Aku malu mengakuinya sebagai saudara iparku.” Adik perempuan Elenoa juga ikut mengejeknya.
Mereka berdua mulai makan sementara Alisha bergegas menuju dapur dengan air mata yang berlinang di wajahnya.
Dia berpikir bahwa dia akan memiliki keluarga yang bahagia setelah menikah. Tetapi Elenoa dan keluarganya berubah setelah usaha Elenoa berkembang pesat.
Di malam hari, Alisha duduk di ruang tamu dengan cemas. Ini sudah pukul sebelas malam, tapi Elenoa masih belum pulang. Alisha juga sudah menelpon berkali-kali, tetapi Elenoa sama sekali tidak merespon.
Tepat disaat Alisha berpikir untuk keluar dan mencari Elenoa, pintu rumah itu terbuka dan Elenoa berjalan masuk dalam keadaan mabuk. Dan yang membuat Alisha tertegun adalah wanita yang berada di pelukan suaminya. Alisha tahu wanita itu, dia adalah sekretaris Elenoa.
“Mas. Darimana saja kamu? Apa kamu mabuk? Siapa wanita ini?” Alisha bertanya setelah dia berdiri di dekat Elenoa.
Mendengar suara Alisha, Elenoa mengangkat kepalanya. Dia tersenyum mengejek saat dia melihat penampilan Alisha yang kampungan. Tidak seperti wanita cantik seksi yang sedang di peluk.
“Halah! Kamu merusak penglihatanku. Menyingkir!” Eleno mendorong Alisha. Membuat wanita itu terjatuh ke lantai.
Wanita yang berada di pelukan Elenoa melirik Alisha dengan tatapan mengejek sebelum berkata, “Sayang, aku tidak ingin terus menyembunyikan hubungan kita. Kapan kamu akan menceraikan istri kampunganmu itu?”.
Alisha bukan orang bodoh. Jadi dia langsung mengerti apa yang dimaksud oleh wanita itu. Dengan rasa sakit di hatinya, dia berjuang untuk berdiri.
“Mas, apa kau berselingkuh dariku?." Matanya mulai berkaca-kaca dan suaranya bergetar.
Elenoa tidak menjawab, dia hanya mendengus mengejek dan membawa selingkuhannya ke kamar. Sama sekali tidak memperdulikan Alisha.
Sikap Elenoa membenarkan pertanyaan Alisha. Dan dia merasa seluruh dunianya runtuh. Setelah terdiam untuk beberapa waktu, dia berlari ke arah kamar. Begitu dia masuk, dia melihat Elenoa dan sekretarisnya terlibat dalam ciuman panas.
Adegan itu seperti belati tajam menusuk hatinya.
“Mas… kenapa kamu melakukan ini padaku? Apa salahku?." Meskipun jijik dengan adegan di depannya, Alisha masih mendekat untuk mendapatkan penjelasan.
Akan tetapi, bukannya mendapat penjelasan. Elenoa menatap tajam padanya. Pria itu mencengkeram pergelangan tangan Alisha dan melemparnya dengan kasar ke luar kamar.
“Pergilah dari hadapanku! Kamu membuatku muak!." Elenoa berteriak dan membanting pintu sampai tertutup.
Sebelum Alisha mengatakan apapun, Elenoa sudah mengunci pintu kamarnya terlebih dulu.
Alisha meringkuk tanpa daya di lantai untuk beberapa waktu, sampai dia mendengar desahan menjijikkan dari dalam kamar. Membuat air matanya semakin deras.
Dia berjuang untuk berdiri, saat dia tiba di tangga, dia melihat ibu mertua dan adik iparnya.
Dia ingin mengadu tentang perselingkuhan Elenoa. Tetapi kedua wanita itu malah mengejeknya.
“Aku akan menceraikanmu jika aku jadi Elenoa,” kata adik iparnya.
“Wanita tidak berguna. Kamu hanya menumpang hidup dengan kami. Aku menyesal telah mengizinkan putraku menikahimu.”
"Aku fikir setelah Elenoa menikahimu, kamu bisa mengurus diri menjadi wanita cantik berkelas, tapi nyata nya malah menjadi sampah dirumahku."
"Lihat saja bu penampilan nya seperti pembantu, tidak bisa memantaskan diri. Pantas saja kak El memilih berselingkuh, karena melihat istri nya yang seperti ini sangat memalukan."
Mendengar cacian dari keduanya membuat Alisha sangat sakit hati, kini ia berlalu pergi meninggalkan keduanya sambil menangis terisak.
"Mas... Sungguh jahat sekali perlakuan mu kepada ku, tega sekali kamu mengkhianatiku. Aku sudah berjuang untuk mu, tapi kini kamu berselingkuh dengan wanita lain."
"Alisha..." Teriak ibu mertua nya itu ketika melihat meja makan masih berantakan.
Alisha segera menghapus airmata nya dan menghampiri ibu mertua nya. "Ibu memanggilku? Ada apa bu?."
"Masih bertanya ada apa? Kamu tidak melihat dimeja makan masih berantakan, kenapa kamu tidak merapikan nya? Maksud kamu supaya saya atau Yasmin yang akan merapikan nya begitu?." bentak Rizka kesal.
Tak ada sahutan dari Alisha, ia langsung merapikan meja makan tersebut dan bergegas ke dapur.
**
**
Sepanjang malam ia terus menangis dan meratapi hidupnya yang penuh dengan derita. Hingga lelah dan kantuk membawanya memasuki kealam mimpi. Akhirnya Alisha sampai tertidur di sofa ruang keluarga.
Sedangkan Elenoa masih berada didalam kamarnya bersama dengan wanita selingkuhan nya itu.
Malam berlalu...
Perlahan Alisha membuka matanya dipagi hari. Wajahnya yang pucat dan matanya yang sembab akibat menangis sepanjang malam. Ia langsung menuju kekamarnya untuk memastikan apa wanita tersebut masih bersama Elenoa atau tidak.
Saat tiba didepan pintu kamarnya, Alisha mencoba membuka pintu tersebut. Namun yang ia temukan pintu kamarnya masih dalam keadaan terkunci. Ingin sekali Alisha menghujam kan pisau pada keduanya. Namun, percuma saja semua nya sudah terjadi.
Dan Alisha langsung pergi meninggalkan kamarnya, ia segera merapikan rumah dan membuatkan sarapan untuk ibu mertua serta adik iparnya itu. Sebelum mereka terbangun dari tidurnya.
"Alisha..." Teriak ibu mertua nya itu. "Sudah jam berapa ini, kenapa sarapan belum ada dimeja, ngapain saja kamu dari pagi?."
Alisha tak menghiraukan ucapan ibu mertuanya itu, ia terus melanjutkan masaknya sambil membereskan rumah.
Tak berselang lama Elenoa keluar dari kamarnya bersama dengan Alea. "Bu.. Aku langsung berangkat ya." ucapnya sambil berlalu pergi dan tak sedikit pun melirik kearah Alisha.
Alisha kembali meneteskan airmata melihat perlakuan Elenoa terhadapnya. "Apa salahku? Kenapa mereka tega sekali melakukan ini padaku." tuturnya dalam hati.
Beberapa saat kemudian...
"Bu.. Sarapan nya sudah siap." ucap Alisha lembut kepada ibu mertuanya itu.
"Yasmin.. ayo nak kita sarapan dulu." ajak Rizka pada putrinya. Kini keduanya sedang menikmati sarapan yang sudah disiapkan Alisha. "Ngapain kamu masih berdiri disitu? Kalau mau sarapan nanti selesai saya dan Yasmin, baru kamu bisa sarapan."
Alisha segera pergi menghampiri kamarnya, dan benar saja kamar nya kini berantakan entah seperti kapal pecah. Ia tak bisa membayangkan kejadian semalam antara Elenoa dan selingkuhan nya itu.
Rasanya begitu sakit sekali bagi Alisha untuk mengingat kejadian malam itu. Ia segera merapikan kamarnya diiringi isakan tangis dari mulutnya.
Selesai merapikan kamar, ia segera masuk kedalam kamar mandi. Baru saja Alisha akan melangkahkan kaki nya, ibu mertua nya kembali berteriak memanggilnya. Namun tak ada sahutan dari Alisha.
"Kemana anak ini, apa dia melanjutkan tidur dikamarnya?." Rizka langsung berjalan menghampiri Alisha.
"Alisha... Selesai mandi tolong rapikan meja makan nya. Saya dan Yasmin sudah selesai, jangan sampai masih ada piring yang tersisa disana." tutur Rizka, saat tau kalau menantu nya itu sedang mandi.
Beberapa menit kemudian...
Setelah Alisha selesai mandi, ia langsung turun kebawah untuk sarapan dan merapikan rumah tersebut.
*****
"Enak sekali dia malah makan, sedangkan rumah masih berantakan seperti ini. Gak tau malu sekali dia." ejek Yasmin.
Alisha mendengar nya langsung tersulut emosi, iya segera menghentikan makan nya dan menghampiri Yasmin. "Yang seharusnya malu itu kalian!." kedua tangan Alisha terkepal, ingin sekali ia menghantam adik iparnya itu dengan kepalan tangan nya.
"Apa kamu bilang, kamu gak ngaca Alisha. Kamu disini itu cuma menumpang hidup! Mungkin kalau mas El tidak menikahi kamu, kamu sudah menjadi gembel diluaran sana." ucap Yasmin tertawa meninggalkan Alisha.
Alisha kehilangan kesabaran, ia segera maju mencengkram rambut panjang adik iparnya itu. Dan menariknya sekuat tenaga. "Kalian berdua benar-benar jahat! Dimana hati nurani kalian." Alisha menyerang membabi buta.
Namun Yasmin tak memiliki kesempatan untuk menghindar, karena gerakan Alisha yang begitu cepat sehingga Yasmin tak bisa membalasnya.
"Aduh... Ibu tolong aku! Alisha menjambak rambutku, sakit sekali." ucap Yasmin, sambil mencoba melepaskan tangan Alisha.
"Alisha apa-apaan kamu ini, berani sekali kamu melakukan ini kepada Yasmin. Lepaskan dia!." tutur Rizka.
"Dia sudah keterlaluan bu kepada ku, kenapa kalian berdua begitu jahat kepadaku! Apa salahku kepada kalian?."
"Lepaskan Yasmin, Alisha! Apa kamu sudah gila!." Merasa kesal, Rizka akhirnya mendorong Alisha hingga terjatuh ke lantai.
Kemudian memeluk Yasmin yang sedang meringis kesakitan. Karena Alisha membuat sebagian rambut Yasmin tercabut dari kulit kepalanya.
"Lihat saja aku akan memberitahukan kepada Elenoa atas perlakuan kamu terhadap Yasmin."
Alisha hanya terdiam ditempat, karena dengan ia melakukan pembelaan pun pasti Elenoa tidak akan percaya dengan ucapan nya. Yang ada dia hanya semakin dicaci oleh suaminya itu.
*****
"Jadi gimana dengan rencana pernikahan kita sayang? Kapan kamu akan menceraikan istri kampungan kamu itu?." tanya Alea, yang kini menjadi selingkuhan Elenoa.
"Secepatnya sayang, aku akan bicarakan ini semua kepada ibuku."
"Pasti orang tua kamu akan setuju sekali dengan keputusan kamu ini, sepertinya ibu kamu juga tidak menyukai perempuan itukan?."
"Sudahlah Alea, kamu jangan membahas dia terus bikin aku semakin muak saja mendengarnya." gerutu Elenoa.
Malam hari setibanya Elenoa dirumah...
"Mas.." ucap Alisha menghampiri Elenoa untuk mencium tangan nya. Namun dalam hitungan detik tangan Alisha ditepis begitu saja oleh suami nya itu.
"Minggir kamu! Menghalangi jalan ku saja." tutur Elenoa, hingga Alisha terjatuh dilantai. Dengan sekuat tenaga ia bangkit kembali dan langsung menuju dapur, membuatkan teh hangat untuk Elenoa.
Beberapa menit kemudian, Alisha kembali turun kebawah untuk menghampiri ibunya. "Alisha..." teriak Elenoa.
"I-iya mas, ada apa? Teh hangat nya sudah aku buatkan." jawab nya gugup.
"Apa yang sudah kamu lakukan kepada Yasmin? Berani sekali kamu memperlakukan adikku seperti itu? Dasar istri tidak tau diri! Sekarang juga keluar dari rumah ini dan jangan pernah kembali lagi!."
Elenoa segera berjalan menuju kamarnya, dan kembali dalam beberapa menit dengan setumpukkan pakaian.
"Ini pakaian kamu! Pergi sekarang juga kamu dari sini!."
Tak ada sepatah kata pun yang terucap dari mulut Alisha, ia hanya memunguti pakaian nya satu persatu sambil menangis terisak.
Ia menatap suaminya, ibu mertua dan adik iparnya itu dengan derai air mata. "Semoga Tuhan membalas kejahatan kalian suatu hari nanti!." ucapnya sambil berlalu pergi meninggalkan rumah itu.
"Akhirnya dia pergi juga dari rumah ini, sudah muak sekali aku dengan nya. Kenapa sih kak kamu harus menikah dengan wanita kampungan seperti Alisha itu."
**
**
"Alisha kamu mau kemana malam-malam begini, ada apa dengan kamu?." tanya seorang tetangga yang kebetulan sedang melintas.
"Tidak apa-apa bu, aku mau ke depan ada perlu." jawabnya dengan suara lirih. Ia segera menghapus airmata nya, supaya tak ada yang melihatnya sedang menangis. "Aku gak boleh terlihat sedih, aku harus kuat. Lihat saja mas El, apa yang akan aku perbuat untuk membalas semua perlakuan kamu dan keluarga mu terhadap aku!."
Tujuh bulan kemudian...
Setelah diusir dari rumah Elenoa. Alisha tak pernah lagi bertemu dengan mereka, bahkan tak pernah tau bagaimana kabar mereka. Demi bertahan hidup bahkan Alisha bekerja di sebuah kafe dan menyewa sebuah kamar kost yang sempit.
"Alisha ada apa dengan kamu? Sepertinya kamu sedang sakit ya, wajah kamu terlihat pucat sekali?." tanya Irene, salah satu teman nya yang bekerja di kafe yang sama.
"Aku tidak apa-apa Irene, aku hanya kurang enak badan saja karena aku dari kemarin kurang istirahat."
"Kenapa kamu tidak izin pulang saja Alisha, kamu bisa istirahat dirumah kost kamu."
"Aku masih kuat kok Ren untuk bekerja." Alisha pergi meninggalkan Irene dan melanjutkan pekerjaan nya. Ia mengangkat nampan berisi gelas-gelas kotor untuk ia bawa menuju dapur.
Namun disaat yang bersamaan, tiba-tiba saja Alisha bertabrakan dengan salah satu pengunjung kafe. Nampan yang ia bawa terjatuh ke lantai dan pecahan kaca berhamburan. Kejadian tersebut membuat perhatian banyak orang tertuju pada mereka.
"Kamu punya mata tidak?! Kalau bekerja hati-hati! Lihat ini bajuku, jadi kotor terkena tumpahan kopi." ucap wanita tersebut memaki Alisha.
"Maaf saya benar-benar tidak sengaja." tutur Alisha sambil menundukkan kepalanya dan ia segera mengambil selembar tisue untuk membersihkan tumpahan kopi dibaju wanita tersebut.
Seketika tangan Alisha ditepis oleh wanita tersebut dengan kasar!. "Alisha...?." ucap wanita tersebut.
"Kamu...?." tutur Alisha. Ia terkejut dengan kehadiran seorang wanita, di kafe tempat nya ia bekerja, karena kedatangan nya tak hanya sendiri melainkan bersama Elenoa.
"Ternyata sekarang kamu bekerja disini, menjadi pelayan kafe?." Alea memandangi Alisha dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Seketika wajah Alisha terlihat sangat pucat, iya tak berani lagi mengangkat kepalanya. Karena Elenoa sedang memperhatikan nya dengan tatapan yang sangat tajam.
Alisha hanya terdiam, tak menjawab pertanyaan Alea. Ia segera berjongkok memunguti pecahan kaca yang berserakan di lantai, sambil menahan tangis. Ia tak kuat melihat kehadiran Elenoa dan Alea di kafe tersebut. Laki-laki yang seharusnya bertanggung jawab atas hidupnya, kini malah asik berselingkuh didepan matanya.
"Maaf saya harus kebelakang." Alisha tergesa-gesa menuju ke dapur, sebab jika ia masih berlama-lama dihadapan kedua nya, bukan tidak mungkin Alea akan terus mempermalukan nya didepan Elenoa, dan para tamu di kafe tersebut.
Setibanya didapur, ia menyandarkan tubuh nya didinding. Perlahan mengusap airmata yang membasahi pipinya. "Ya Allah kenapa aku harus bertemu dengan mereka disini?."
"Alisha, apa kamu mengenal kedua tamu tadi? Kenapa kamu menangis?." Irene mencoba mencari tau apa yang sebenarnya terjadi dengan Alisha.
"Ti-tidak aku tidak mengenalnya." Alisha segera kembali bekerja meninggalkan Irene dibelakang dapur.
***
Malam hari saat tiba di rumah kostnya, Alisha berusaha melupakan kejadian siang tadi ditempat kerjanya. "Aku harus bisa kuat dengan semua ujian ini. Tega sekali mas El, melupakan aku dengan begitu cepatnya. Apa rumah tanggaku harus berakhir sampai disini? Aku harus bilang apa dengan kedua orang tuaku? Mereka pasti sangat kecewa denganku, kenapa aku dulu tidak mendengarkan nasihat Mama dan Papa." Lirih Alisha dikamar kostnya.
Disisi lain...
"Tante, pasti tante sangat terkejut mendengar ceritaku ini. Tadi aku bertemu dengan Alisha disalah satu kafe, dan dia menjadi pelayan nya di kafe tersebut." Alea menceritakan kejadian siang tadi dihadapan orang tua dan adik Elenoa.
"Apa pelayan kafe? Memang saja Alisha itu bisa nya bikin malu! Lihat saja sekarang setelah diusir Elenoa dari rumah ini, apa bisa dia hidup enak seperti disini? Ternyata dia hanya bekerja sebagai pelayan kafe untuk memenuhi kebutuhan nya." Hinaan itu kembali ia lontarkan untuk Alisha.
"Yah bu, memang nya Alisha bisa kerja apa selain menjadi tukang bersih-bersih? ya pasti nya menjadi pelayan. Aku ingin sekali bertemu dan mempermalukan nya! Bahkan kalau bisa membuat nya sampai dipecat dari kafe tersebut, supaya hidupnya semakin tersiksa." Yasmin ikut mengejek Alisha sambil tertawa.
**
**
Krukk... Krukkk... Krukkk...
Terdengar bunyi suara dari perut Alisha. "Aduh aku lapar sekali." Ia langsung beranjak dari tidurnya dan memasak sebungkus mie instan yang menjadi menu makan nya sehari-hari.
Keesokan harinya, Yasmin mengikuti Alisha. Ia ingin tau dimana Alisha tinggal.
Ia melewati lorong kecil menuju rumah kostnya, dari kejauhan sudah terlihat rumah kost sederhana tempat tinggalnya sekarang. Setibanya dirumah kost tersebut ia segera masuk dan mengunci kembali pintunya.
"Hah! Yakin alisha tinggal dirumah kost kumuh seperti ini? Mana kecil banget lagi, gak kebayang panas nya seperti apa didalam sana." tutur Yasmin, berjalan meninggalkan tempat kumuh dan sempit itu.
"Dari mana kamu Yasmin jam segini baru sampai rumah?." tanya Rizka, yang sedang asyik dengan tayangan TV dan sejenak melirik kearah putrinya yang baru saja tiba dirumah.
"Ibu pasti tak menyangka dan sangat terkejut. Aku habis mengikuti Alisha dan mencari tau dimana dia tinggal. Dan ibu tau dimana dia tinggal? Disebuah perkampungan kumuh dan kecil. Dia hanya mampu menyewa rumah kost yang sangat sempit sekali."
Gelak tawa Yasmin menggema, ketika habis mengucapkan kalimat itu. Malang sekali kakak iparku itu, sudah diselingkuhi kak El bahkan kini hidupnya tersiksa.
**
**
"El... Jadi kapan rencana kamu akan menceraikan Alisha dan menikahi Alea? Kamu tau kalau sekarang Alisha menyewa rumah kost yang sangat kecil dan kumuh?."
"Sudahlah bu, jangan menceritakan wanita itu lagi kepadaku. Sudah muak sekali aku dengan nya!." Elenoa pergi berlalu meninggalkan ibu nya, menuju kamarnya di lantai dua.
Lima bulan kemudian...
"Alhamdulillah uang ku sudah lumayan terkumpul untuk bisa pulang kerumah. Aku sudah tidak kuat sekali seperti ini, aku harus bisa mengambil keputusan untuk rumah tanggaku, enak sekali mas El bisa bersenang-senang dengan wanita lain dan aku hanya meratapi hidupku seperti ini." ucap Alisha dalam hati.
Sepulang nya bekerja, ia memasak mie instan dikamarnya. Berhemat adalah jalan satu-satu supaya ia bisa mengumpulkan uang untuk bisa pulang kerumahnya. Makanya sehari-hari Alisha makan mie instan yang murah dan menjadi menu andalan nya.
Alisha kini sudah terbiasa dengan makanan sederhana.
Alisha baru saja tiba ditempat kerjanya. Pagi itu tubuhnya terasa sangat sakit karena setiap harinya Alisha tidur dibawah beralaskan kasur tipis.
"Alisha kamu dicari mbak Vania." ucap Irene yang kini sedang membersihkan beberapa meja. "Tadi dia titip pesan, katanya kalau kamu sudah datang disuruh langsung keruangan nya."
"Ada apa ya Ren?." Alisha dibuat kebingungan karena tidak biasanya mbak Vania yang merupakan Supervisor kafe tersebut mencarinya.
"Aku tidak tau Sha, lebih baik sekarang kamu temui saja mbak Vania nya".
"Makasih ya Ren infonya." Alisha segera menuju keruangan Supervisornya tersebut. Setibanya diruangan tersebut Alisha langsung bertemu dengan nya. "Pagi mbak, tadi saya diinfokan untuk menemui mbak Vania?."
"Iya Alisha silahkan duduk".
Alisha duduk dan dipenuhi tanda tanya, "Ada apa ya mbak?".
"Alisha ini gaji kamu bulan ini, mohon maaf kamu tidak bisa bekerja disini lagi."
"Maksudnya saya dipecat mbak? Dengan alasan apa?." Seketika mata Alisha sudah mulai berkaca-kaca.
"Ini permintaan pak Ronald, kalau kamu diberhentikan dari kafe ini."
Alisha hanya terdiam tak banyak berkata dan segera pergi meninggalkan rungan tersebut. "Ada apa ini, kenapa pak Ronald memberhentikan aku? Apa salahku?!." tuturnya dalam hati, karena ia tau kalau pak Ronald adalah pemilik kafe tersebut dan mau tidak mau Alisha menerima keputusan itu.
Alisha hanya menatap amplop coklat tersebut. Tak banyak kata yang bisa ia utarakan, selain perasaan sesak didadanya.
"Bagaimana bisa aku pulang menemui Mama dan Papa, pasti uang tabunganku habis untuk bayar sewa kost bulan ini. Dan isi diamplop coklat ini pasti hanya cukup untuk aku makan sehari-hari." Airmata yang ditahan nya dari tadi akhirnya menetes juga membasahi pipinya.
Ia segera menghapus airmata tersebut, sebelum ada yang melihatnya dan pergi berlalu meninggalkan Kafe itu.
Yasmin yang melihat kejadian itu tertawa bahagia.
"Akhirnya rencana ku berhasil menyingkirkan Alisha dari Kafe ini, aku harus segera memberitahu kak Alea dan ibu. Karena kalau bukan campur tangan kak Alea tidak mungkin ia bisa dipecat dari Kafe ini." Yasmin langsung pergi berlalu meninggalkan Kafe tersebut dan pulang menuju rumah nya.
*****
"Ibu..." Panggil Yasmin ketika sampai dirumah nya.
"Ada apa sih Yasmin, bikin ibu kaget saja."
"Aku punya cerita baru lagi untuk ibu." tawa Yasmin sebelum bercerita, semakin membuat ibunya penasaran.
"Alisha kini hidupnya semakin menderita, sudah tinggal dirumah kumuh dan sekarang dia sudah tidak lagi bekerja di kafe. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya, setelah dia tidak lagi bekerja. Mau bayar uang sewa kostnya dari mana? Yang ada dia akan diusir dari tempat tersebut dan menjadi gelandangan dipinggir jalan." gelak tawa Yasmin kembali menggelegar dirumahnya.
"Maksud kamu dia sudah tidak lagi bekerja dikafe itu, kamu tau dari mana?."
"Aku menjadi saksi saat Alisha dipecat dari Kafe itu, Bu." Yasmin menceritakan rencana nya itu, kepada Rizka.
Kini keduanya tertawa meremehkan Alisha.
*****
Alisha hanya bisa menangis dikamar kostnya saat ini.
"Bagaimana dengan hidupku selanjutnya, apa aku benar-benar tidak bisa kembali dengan suamiku? Kenapa hidupku jadi seperti ini? Tak pernah terbayangkan rumah tanggaku dengan Elenoa akan hancur berantakan, mana janji mu, mas. Yang akan membahagiakan aku ketika kamu sukses, yang ada kamu dan keluargamu membuat hidupku jadi seperti ini! Kamu lupa mas, kalau kamu bisa seperti ini karena campur tangan orang tuaku, hanya saja mereka tak menampakkan dirinya dihadapan mu. Bagaimana kalau kamu tau siapa aku? Apakah kamu dan keluarga kamu akan tetap melakukan hal ini kepadaku? Kau selingkuhi aku, ku miskinkan kau kembali."
Alisha kini segera merapikan semua baju-bajunya. Tekad Alisha sudah bulat untuk kembali ke rumah orang tuanya.
**
**
Pagi hari nya Alisha segera pergi meninggalkan rumah kost nya tersebut.
"Mau kemana kamu Yasmin tumben sekali sudah rapi jam segini?." tanya Rizka.
"Biasa bu, mau menjalankan rencanaku yang selanjutnya." jawab Yasmin, dengan wajah liciknya.
"Rencana apalagi yang akan kamu lakukan kepada Alisha?."
"Aku akan mendatangi tempat kostnya dan membuat kegaduhan disana, sampai Alisha diusir dari tempat tersebut." senyum licik Yasmin terpancar dari wajahnya.
Setibanya ditempat kost Alisha, Yasmin sudah beberapa menit mengetuk pintu kost tersebut, namun tak ada respon dari penghuni didalam nya. "Kemana dia? Seharusnya dia kan ada didalam, karena sudah tidak bekerja lagi. Memang mau pergi kemana lagi dia?."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!