Kode Nama: LOOTER
Dark Web - Forum Shadow Nest
Thread Baru Diterbitkan
Judul : [MISI KELAS S - HANYA UNTUK YANG BERPENGALAMAN]
User : [AnonX-666]
Deskripsi :
Ada target tingkat tinggi. Lokasi: Tidak dapat Disebutkan. Risiko: 9/10.
Butuh eksekusi bersih, tidak boleh ada jejak.
Pembayaran: 15 juta USD, 50% di muka.
Balasan:
User: [LOOTER]
Pesan: Berikan detail lebih lanjut. Aku yang akan mengurusnya.
...----------------...
Sambil merenggangkan jemari Looter, sekali lagi memperhatikan layar monitornya. Memastikan hal yang dia lihat adalah sesuatu yang benar tidak salah dengan pesan thread yang dia dapatkan.
Setiap orang yang menjelajahi kedalaman dark web pasti pernah mendengar namanya. Looter. Tidak ada yang tahu siapa dia sebenarnya, dari mana asalnya, atau bagaimana dia bisa memiliki keterampilan yang melampaui pasukan elite mana pun di dunia ini.
Satu hal yang pasti: dia adalah hantu di dunia bayangan.
Di dalam dunia bawah digital ini, dia bukan sekedar legenda. Dia adalah ancaman nyata bagi siapa saja yang menjadi targetnya. Peretas, kartel narkoba, organisasi paramiliter, bahkan pemerintahan gelap yang bersembunyi di balik kekuatan resmi. Mereka semua pernah menggunakan jasanya, dan beberapa dari mereka menyesalinya.
Looter bukan hanya pembunuh bayaran biasa. Dia memiliki pemahaman militer yang mendalam, setara dengan pasukan khusus terbaik di dunia. Infanteri, pengintaian, peperangan elektronik, sabotase, peretasan tingkat tinggi, semuanya dia kuasai. Entah bagaimana, dia seperti memiliki pelatihan dari berbagai unit elite, tapi tidak ada satu pun catatan yang bisa mengungkapkan dari mana dia belajar.
Dan kini, dia menerima misi baru.
Targetnya: "Kiev-13"
Lokasi: Rahasia
Tujuan: Eksekusi atau pengambilan
informasi
Resiko: 9/10
Pembayaran: 15 juta USD
...----------------...
Lokasi: Tidak Diketahui
Waktu: 02:35 AM
Hujan deras mengguyur gudang kosong di pinggiran kota, suara rintiknya bercampur dengan desingan angin malam yang tajam. Di dalam, seorang pria berdiri dalam bayangan, matanya tertuju pada layar leptop yang menampilkan peta digital dengan titik merah berkedip di tengahnya.
Peta itu bukan sembarang peta. Itu adalah denah kompleks Kiev-13, sebuah fasilitas penelitian rahasia yang tidak pernah muncul di peta resmi mana pun. Jika informasi di forum Shadow Nest benar, tempat itu menyimpan sesuatu yang cukup berharga hingga seseorang rela membayar 15 juta dolar untuk menghancurkannya.
Looter tidak bertanya untuk siapa dia bekerja. Itu bukan caranya. Dia menerima pekerjaan, menyelesaikan misi, lalu menghilang.
Dia menutup laptopnya dan meraih perlengkapan di meja. Senjata ringan, peledak plastik, pisau tempur, semuanya diperiksa dengan teliti. Setiap detik dalam operasi ini berharga, dan dia tidak bisa membiarkan kesalahan sekecil apa pun.
Setelah memastikan semuanya siap, dia menarik hoodie hitamnya, menyembunyikan wajah di bawah bayangan. Di dunia nyata, dia tidak memiliki identitas. Tidak ada catatan kelahiran, tidak ada sidik jari, tidak ada jejak. Bahkan jika seseorang berhasil menangkapnya, mereke tidak akan menemukan apa pun.
Karena dia bukan siapa-siapa.
Dia adalah Looter.
...----------------...
Lokasi: Kiev-13
Waktu: 03:47 AM
Udara di sekitar kompleks terasa berat. Pagar kawat berduri mengelilingi area, dijaga oleh drone patroli dan kamera pengawas. Tidak ada celah bagi orang biasa untuk masuk.
Tapi Looter bukan orang biasa.
Dari kejauhan, dia mengamati rute patroli, menghitung jeda waktu antara drone dan pergerakan penjaga. semuanya terencana, tanpa ruang kesalahan.
Dalam hitungan detik, dia bergerak. Langkahnya ringan, senyap, seperti bayangan yang menyelinap di antara bangunan. Dia mencapai pagar, menarik perangkat kecil dari saku, dan menempelkannya pada kawat baja. Perangkat itu bekerja secara diam-diam, mengalirkan arus listrik frekuensi rendah yang membutakan sensor kamera terdekat.
Dengan satu tarikan, dia melompati pagar dan mendarat tanpa suara di sisi lain.
Langkah pertama selesai.
Kini tinggal menemukan targetnya.
Di dalam gedung utama, Looter bergerak dengan kecepatan yang mengerikan. Dia tahu cara menghindari sensor gerak, bagaimana menonaktifkan alarm tanpa meninggalkan jejak, bagaimana menghabisi penjaga hanya dalam satu serangan cepat.
Tidak ada yang tahu dia ada di sana.
Hingga akhirnya, dia sampai di ruangan yang dituju.
Sebuah laboratorium bawah tanah.
Di tengah ruangan, terdapat sebuah kapsul baca berisi sesuatu yang tidak terduga. Bukan senjata. Bukan dokumen rahasia.
Melainkan seorang manusia.
Seseorang yang wajahnya... terlalu familiar.
Looter terdiam. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, pikirannya kosong.
Di dalam kapsul itu, tubuh seseorang tertidur dalam cairan bening. Sensor dan kabel menempel di tubuhnya, seolah-olah dia adalah objek eksperimen yang tidak pernah dimaksudkan untuk ditemukan.
Looter melangkah mendekat, dan saat itu juga, layar di samping kapsul menyala sendiri.
Sebuah pesan muncul.
"SELAMAT DATANG KEMBALI, HANTOM MESAGEA."
Nama itu, bukan nama yang dikenal oleh dunia. Bukan nama yang pernah dia dengar dalam hidupnya.
Tapi entah bagaimana, saat membacanya...
Di tahu bahwa nama itu adalah miliknya.
...----------------...
Di luar, alarm berbunyi.
Looter mengangkat kepalanya, menyadari sesuatu yang jauh lebih berbahaya daripada jebakan biasa.
Dia telah masuk ke dalam permainan yang lebih besar dari sekedar pembunuh bayaran.
Dan kali ini dia yang menjadi targetnya
[MISI PERTAMA INFILTRASI]
Aku sedang membersihkan senjata di barak ketika suara pintu berderit pelan. Begitu aku menoleh seorang wanita berseragam tempur masuk dengan langkah tegas. Rambut hitamnya dikucir rendah, wajahnya tanpa ekpresi.
"Komandan ingin kau di ruang taktis. Sekarang," katanya tanpa basa-basi.
Aku menatapnya sejenak. Dari seragamnya, dia bukan anggota regu kami. Badge di dadanya bertuliskan Letnan Kaira. Aku belum pernah melihatnya sebelumnya, tapi jelas dari caranya berbicara 'dingin dan langsung' dia bukan orang biasa.
Aku mengangguk dan mengikuti langkahnya keluar. Di sepanjang lorong, suara sepatu bot kami bergema. Saat sku melirik ke samping, dia tetap menatap lurus ke depan, seakan tidak peduli aku ada di sana.
Setibanya di ruang taktis, kapten sudah menunggu di depan meja dengan peta digital terbuka di hadapannya. Dia mengangkat kepalanya begitu melihat kami masuk.
"Bagus, kau sudah di sini," katanya, lalu menunjuk ke layar. "Ada target yang harus kita netralisasi. Gudang senjata di sektor tiga belas menyimpan sistem anti-pesawat yang bisa menjadi masalah besar dalam operasi kita berikut."
Aku menajamkan tatapanku. "Dan tugasku?"
"Kau akan menyelinap ke dalam dan memastikan sistem itu hancur sebelum mereka bisa menggunakannya."
Aku mengangguk. Terdengar sederhana, tapi aku tahu misi semacam ini tidak pernah berjalan semudah kedengarannya. Kapten memberikan sebuah tablet dengan pesan thread di layarnya.
...----------------...
[MISI INFILTRASI]
Judul: [CATATAN OPERASI KOPSUS]
User: [Pembawa Cahaya]
Deskripsi:
Ada target tingkat sedang. Lokasi: Gudang senjata S 13. Resiko: 5/10.
Dibutuhkan Tim penetralisasi senjata anti pesawat.
...----------------...
"Kau tidak akan pergi sendirian," lanjut Kapten. "Letnan Kaira akan menemanimu. Dia yang akan memimpin operasi ini."
Aku menoleh ke arahnya. Dia tetap tak berekspresi, tapi dari sorot matanya, aku bisa melihat evaluasi tingkat seperti menimbang apakah aku akan menjadi aset atau beban dalam misi ini.
"Kapan kita berangkat?" tanyaku.
"Setengah jam lagi," jawab Kaira. "Ambil perlengkapanmu dan bertemu di hanggar."
Tanpa menunggu jawaban, dia berbalik dan keluar dari ruangan.
Kapten menatapku. "Jangan meremehkannya. Dia sudah menjalani lebih banyak operasi daripada yang bisa kau hitung."
"Aku mengerti."
Aku bergegas ke gudang senjata, mempersiapkan perlengkapanku. Senapan serbu dengan peredam, pisau tempur, beberapa bahan peledak ringan, dan peralatan infiltrasi standar. Setiap gesekan logam saat aku memasang peralatan di sabuk dan rompi terasa seperti penegasan - ini bukan latihan.
Ketika aku tiba di hanggar, Kaira sudah menunggu di dekat sebuah kendaraan lapis baja ringan. Dia melirik jam tangannya sebelum menatapku.
"Tepat waktu," Komentarnya singkat.
Aku masuk ke dalam kendaraan, dan mesin segera menderu. Ini adalah misi pertamaku, dan aku harus memastikan aku tidak menjadi orang yang mengacaukannya.
...----------------...
Waktu: 02:12
Hujan turun deras saat aku dan Kaira bergerak di sepanjang tepi sungai buatan. Air mengalir deras, membawa dedaunan dan ranting yang hanyut dalam arusnya. Di hadapan kami, terowongan beton besar menganga, menjadi jalur masuk ke dalam pekarangan gudang senjata.
Aku menekan tombol di komunikator telingaku, da suara statis terdengar sebentar sebelum pesan masuk.
Pembawa cahaya: "Pengarahan persenjataan anti pesawat yang tidak biasa di Gudang Senjata telah sangat mengancam armada penyelamat kemanusiaan, komite. Bersiaplah untuk keluar dan menetralisasi ancaman itu. Skuad Frost bite akan bergabung denganmu. Semoga berhasil!"
Kaira menoleh sekilas ke arahku, lalu memberi isyarat dengan dua jari ke depan. "Kita masuk. Tetap diam, tetap cepat."
Aku mengangguk dan merunduk, memasuki saluran air yang gelap. Bau lembab bercampur dengan sisa-sisa hujan yang terbawa arus. Air setinggi lutut menyulitkan langkah, tapi kami terus bergerak, mengikuti jalur yang sudah dipetakan sebelumnya.
Sekitar dua puluh menit ke dalam, cahaya samar terlihat di ujung terowongan. Aku merayap maju, menempel di dinding beton yang dingin. Kaira sudah berjongkok di sampingku, matanya mengamati area terbuka yang terbentang di luar saluran air.
Hujan terus mengguyur, manambahkan kesan suram pada malam itu. Aku dan Kaira bergerak perlahan di sepanjang tepi sungai buatan, dan menunduk lebih rendah, menekan tombol kembali tombol komunikator di telingaku.
Alpha-2: "Pembawa Cahaya, ini Alpha sudah di lokasi, ganti."
Ada jeda sejenak sebelum suara tenang dan profesional terdengar dari saluran radio.
Pembawa Cahaya: "Ini Pembawa Cahaya, diterima. Lanjut ke posisi 1, ganti."
Pembawa Cahaya: "Pembawa Cahaya ke Bravo, beri tahu posisi, ganti."
Bravo-1 still: "Ini Bravo... Sedikit terkendala... Sudah di posisi... Ganti."
Aku melirik Kaira, yang tetap fokus menatap ke depan. kami berdua tahu bahwa jika Bravo-1 mengalami masalah, itu bisa memengaruhi jalannya operasi ini. Tapi tak ada waktu untuk menunggu.
"Semua unit," suara Pembawa Cahaya kembali terdengar, kali ini lebih tegas. "Berikut ringkasan misinya: Hancurkan garis pertahanan AB dan cari lokasi sistem tambahan. Hentikan Renoir dengan segala cara, dan lindungi pihak bantuan kemanusiaan itu!"
Aku menarik napas dalam. Renoir, pemimpin pasukan lawan di sini bukan orang sembarangan.
Alpha-2: "Alpha, diterima, ganti."
Bravo-1 still: "Bravo, diterima, ganti."
Tak ada lagi komunikasi setelah itu. Hanya suara hujan deras yang membentur air dan beton di sekitar kami.
Kaira menepuk lenganku, memberi isyarat. Tanpa suara, kami keluar dari dalam terowongan saluran air. Aku merasakan dinginnya air menggenang di sepatuku saat kami bergerak perlahan di sungai beton. Cahaya bulan samar-samar masuk dari atas, menerangi jalur di depan kami.
Di atas, ada suara langkah kaki. Aku menengadah dan melihat seorang penjaga berdiri di pinggiran tembok sungai, tepat di samping tangga besi untuk naik ke atas. Senjatanya tersampir di bahu, dengan senter mengarah ke sana-sini. Tampaknya tidak menyadari kehadiran kami di bawahnya.
Kaira berhenti, menatapku tajam, lalu menggerakkan jarinya memberi perintah tanpa suara. Aku mengangguk, lalu mulia bergerak mengendap-endap.
Langkahku ringan di atas air setinggi pinggang, sementara Kaira tetap berjongkok, bersiap memberi perlindungan. Aku mendekati tangga, menunggu momen yang tepat.
Penjaga itu menguap dan menoleh ke arah lain.
Kesempatan.
Aku mengangkat pistol berperedam, membidik ke arah pelipisnya, dan menekan pelatuk.
Pffft!
Kepalanya tersentak ke samping, dan tubuhnya kehilangan keseimbangan. Dengan cepat, aku meraih kerahnya sebelum di sempat jatuh, lalu dengan satu dorongan kuat, aku melempar jasadnya ke dalam air. Ada suara byur pelan saat tubuhnya tenggelam dalam arus gelap.
Kami langsung menaiki tangga, meraih permukaan sambil memperhatikan sekeliling. Kaira berdiri dan menyentuh komunikatornya.
"Kosong"
Jawaban segera datang dari Pembawa Cahaya.
Pembawa Cahaya: "Pengelas meninggalkan AOE... Tim penyerbu, siap bergerak. Elang siaga, ganti."
Elang-1: "Elang 1 dimengerti, ganti."
Pembawa Cahaya: "Pembawa Cahaya di sini. Pengelas sudah pergi. Semoga berhasil di sana, ganti."
Kaira menoleh padaku, matanya tajam dalam kegelapan.
"Awasi cahaya. Tetap menunduk. Ikuti aku, dan hindari sorotan lampu, atau misi ini berakhir."
Aku mengangguk dan segera mengikuti langkahnya. kami bergerak cepat dan senyap di antara bayangan, menyusup lebih dalam ke perkarangan gudang senjata. Operasi baru saja dimulai.
To Be Continued.....
Waktu: 02:38
Langit masih hujan yang turun deras saat aku dan Kaira menaiki tangga besi yang menempel di dinding saluran air. Setiap langkah kami di atas besi berkarat itu mengeluarkan suara samar, tetapi derasnya hujan membantu menyamarkannya.
Begitu mencapai puncak, kami berada di atas tembok beton yang mengelilingi kompleks gudang senjata. Dari sini aku bisa melihat lebih jelas area di depan, beberapa bangunan beton kecil berdiri dekat dengan sungai buatan, sorotan lampu menyorot area tertentu, tapi ada celah di antara bayangannya.
Kaira bergerak lebih dulu, merunduk dan berjalan cepat di sepanjang tembok sebelum melompat turun dengan mulus ke reruntuhan basah di bawah. Aku mengikuti langkahnya, merapat ke dinding bangunan terdekat.
Di depan kami, sebuah pos jaga kecil berdiri dengan pintu setengah terbuka. Cahaya redup menyala di dalam, dan seorang pria berseragam terlihat sedang berbicara dengan seseorang melalui radio.
Kaira tidak menunggu. Dia mengangkat pistol berperedamnya, membidik dengan tenang, lalu menarik pelatuk.
Pffft!
Penjaga itu tersentak ke belakang dan roboh seketika. Aku melirik ke dalam pos jaga. Tidak ada orang lain. Kaira menyentuh komunikatornya.
"Memasuki Terowongan, lanjut sesuai rencana."
"Pembawa Cahaya di sini," suara dari radio terdengar segera. "Tim serbu ke waypoint 1, saatnya melakukan pengiriman. Tim Elang, mengintari dan bersiaga. Ganti."
Tanpa membuang waktu, kami bergerak menuju ke sebuah pintu baja di belakang pos jaga. Aku menarik pengangan besi dan mendorongnya terbuka, memperhatikan sebuah tangga menurun ke dalam terowongan bawah tanah.
Kami memasuki lorong sempit dengan dinding beton yang lembap. Cahaya remang-remang dari lampu darurat memberikan pendar kuning redup di sepanjang jalur.
Langkah kaki kami bergema samar saat menyusuri lorong sempit itu. Lalu, aku mendengar sesuatu. suara gesekan sepatu di lantai beton di depan.
Aku segera memberi isyarat kepada Kaira untuk berhenti. Dari balik tikungan, seorang penjaga muncul dengan senapan tersandang. Dia tampak terkejut melihat kami.
Sebelum dia bereaksi, aku melesat maju. Tanganku mencengkram senjatanya, memutarkannya ke samping, lalu siku kiriku menghantam rahangnya dengan keras. Dia terhuyung ke belakang, dan aku langsung menyusul dengan tendangan ke lututnya, menjatuhkannya ke tanah.
Tanpa memberi kesempatan, aku membungkam mulutnya dengan satu tangan dan menghantam bagian belakang kepalanya dengan gagang pistol. Dia langsung terkulai tak sadarkan diri.
Aku melirik ke Kaira, yang sedang mengawasi sekeliling dengan pistol terangkat. Dia mengangguk tipis.
"Tetap waspada. Mungkin ada lagi."
Aku manarik napas dalam, mengamati lorong yang lebih gelap di depan. Langkah kami senyap saat keluar dari terowongan. Cahaya redup dari lampu keamanan di kejauhan menerangi area dengan bayangan panjang yang terus bergerak karena hujan deras. Di ujung tangga besi di depan kami, seorang penjaga bersandar pada pagar, menghisap rokoknya tanpa menyadari bahaya yang mendekat.
Aku merayap naik, menjaga keseimbangan di besi yang licin. Begitu cukup dekat, aku mengangkat pistol berperedamku dan membidik tepat di kepalanya.
Pffft!
Dia ambruk tanpa suara, tubuhnya terkulai di atas pagar. Aku dengan cepat menariknya ke bawah dan meletakkannya di sudut gelap agar tidak langsung terlihat.
Kaira berdiri di sampingku dan mengangguk.
"Lanjut."
Aku sekali lagi menarik napas dalam, lalu dengan cepat membuka pintu baja di ujung tangga. Begitu pintu terbuka, kami langsung dihadapkan pada dua penjaga di dalam lumbung persenjataan.
Salah satu dari mereka berbalik dan langsung berseru.
"Apa itu? seseorang menyelinap masuk! Waktunya bertarung!"
Mereka meraih senjata, tetapi kami lebih cepat.
Aku menekan pelatuk H&K 416 di tanganku, dua tembakan terarah menghantam dada salah satu penjaga, membuatnya terhuyung dan jatuh. Kaira, di sisiku, melepaskan tembakan ke arah penjaga lainnya, tepat mengenai lehernya. Darah muncrat saat tubuhnya jatuh menghantam lantai beton.
Tak ada suara lain kecuali desiran hujan yang masuk melalui pintu terbuka.
Aku menyentuh komunikator. Suara Pembawa Cahaya segera terdengar.
"Pembawa Cahaya ke semua tim, laporkan situasi."
Sambungan radio sempat berisi statis sebelum suara terengah-engah dari Bravo-1 terdengar, kacau dan frustasi.
"... Bravo di sini. Intel salah! Kami menghadapi perlawanan yang berat, tetapi bisa diatasi... Kami butuh waktu... Lain kali, jika orang-orangmu tidak bisa mengatasinya, biarkan orang lain yang lebih kompeten mengambil alih! Ganti."
Aku bertukar pandang dengan Kaira. Suaranya jelas, Bravo sedang dalam masalah.
Tapi misi tetap harus berjalan. Kami bergerak keluar dari gedung kecil itu dan menuju ke area terbuka. Tepat di depan gedung utama, tiga unit senjata anti-pesawat berdiri kokoh, moncongnya mengarah ke langit yang tertutup awan gelap.
Aku berlari rendah ke salah satu unit dan membuka tas di punggungku. Dalam hitungan detik, aku menempelkan muatan peledak ke salah satu titik lemah pada mekanismenya, memastikan detonatornya aktif.
Begitu selesai, aku menyentuh komunikator.
"Alpha ke Pembawa Cahaya. Muatan terkirim, ganti."
Tak lama, suara Bravo-1 masuk, masih dengan nada lelah.
"Payload Bravo terkirim. Ganti."
"Pembawa Cahaya ke Bravo, lanjutkan pengiriman. Alpha, lanjut ke pusat radar dan bersiap melakukan perbaikan."
Tanpa membuang waktu, aku dan Kaira bergerak ke arah gedung utama. Pusat radar berada di dalamnya, dan itu target berikutnya.
Saat kami mendekati gedung, Kaira berbicara dengan nada datar namun penuh peringatan.
"Di mana mereka menemukan orang-orang di tim Bravo?" Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan. "Mereka terlihat tangguh. Juga tidak banyak bicara."
Aku meliriknya sekilas.
"Jaga jarak, jika kamu bisa," lanjutnya. "mereka bukan orang baik. Meski kita juga bukan."
Aku tidak menjawab hanya mencerna kata-katanya. Jika Kaira, seseorang yang sudah berpengalaman, sampai merasa perlu mengingatkan, berarti ada sesuatu yang harus kuwaspadai.
Radar tinggal beberapa meter lagi. Aku mengencangkan genggaman senjataku. Langkah kami semakin cepat saat mendekati pusat radar. Lampu-lampu merah berkedip di sepanjang bangunan utama, menandakan adanya sistem pengamanan aktif. Suara hujan masih deras, menutupi sebagian besar suara langkah kami.
Kaira menyentuh komunikatornya.
"Alpha ke Bravo, mendekati pusat radar, ganti."
Suara Bravo-1 terdengar di telinga kami masih terengah sedikit.
"Ini Bravo. Kami menangani alarm dan radio. Kami akan segera menyusul, ganti."
Aku dan Kaira merapat ke dinding beton pusat radar. Beberapa penjaga bersenjata patroli di sekitar pintu masuk.
Aku mengangkat H&K 416, membidik ke kepala salah satu penjaga yang berdiri paling dekat. jari telunjukku manarik pelatuk.
Bang!
Penjaga itu terhuyung dan roboh seketika. Kaira tak mau ketinggalan, dia menekan pelatuk, dua tembakan terarah menghantam dada seorang penjaga lain.
Salah satu dari mereka sempat bereaksi, berbalik dan berteriak.
"Kita diserang!"
Alarm langsung berbunyi, menembus suara hujan yang deras.
Kaira merapat ke pagar besi dan menembakkan rentetan peluru ke arah penjaga lainnya yang berlindung di belakang kontainer logistik.
Aku mendengar suara seorang prajurit berteriak dari dalam.
"Apa yang terjadi di lumbung?"
Jawabannya datang dalam bentuk tembakan kami yang menembus dinding baja dan mengenai target di dalam.
Begitu penjaga di luar tersingkir, aku dan Kaira langsung bergerak masuk ke dalam bangunan pusat radar.
Di dalam, situasi lebih kacau. Beberapa prajurit sudah bersiap, berlindung di balik meja kontrol dan panel elektronik. tembakan dilepaskan ke arah kami.
Aku berlindung di belakang tiang beton, lalu mengangkat senjata dan membidik salah satu prajurit yang mencoba mengisi ulang peluru.
Bang!
Peluru menembus helmnya, membuatnya terjatuh ke belakang. Kaira bergerak ke sisi kanan, menembakkan beberapa peluru ke prajurit yang berusaha mundur ke tangga darurat.
"Awasi tangganya!" serunya sambil bergerak ke depan. "Tinggal 2 menit lagi. Kita harus bergerak."
Aku melihat satu prajurit mencoba mengakses panel komunikasi. Aku mengarahkan senjataku dan menembaknya sebelum dia sempat mengirim sinyal peringatan.
Begitu semua penjaga di dalam dinetralisir, kami segera naik ke lantai paling atas. di sana, sebuah kotak baja besar berisi tuas pengendali pusat radar berdiri kokoh di tengan ruangan.
Kaira tak membuang waktu. Dia menghunus pisau taktis dan menyelipkan ke celah kotak baja itu. Dengan satu gerakan kuat, dia membuka paksa pintunya, memperlihatkan tuas kontrol utama.
Aku tetap siaga, mengawasi setiap sudut ruangan.
Tiba-tiba, suara langkah cepat terdengar di tangga. Aku mengangkat senjata, tetapi sebelum sempat bereaksi, suara Bravo-1 terdengar.
"Bravo sudah di posisi. Rekan datang. Lumayan cepat. mendahului kami."
Aku melihat beberapa anggota Bravo masuk, senjata terangkat, tetapi mereka langsung merapat ke posisi bertahan.
Kaira menatapku sekilas sebelum mengaktifkan komunikator.
"Pembawa Cahaya, masuk. Alpha sudah di posisi, memulai perbaikan, ganti."
"Pembawa Cahaya di sini, diterima. Bravo segera tiba, ganti."
Bravo-1 menatap kami sebentar sebelum mengangguk.
"Semuanya siap. Tiga, dua, satu... Operasi sedang berlangsung!"
Kaira menarik tuas dengan keras. Lampu-lampu di pusat radar langsung berkedip beberapa kali sebelum mati total. Sistem radar telah dinonaktifkan.
Bravo-1 tidak membuang waktu. Dia segera menyentuh komunikatornya.
"Hmph! Perbaikan selesai. Terbangkan Elang."
Dari frekuensi radio, suara pilot helikopter terdengar.
"Elang 1 dimengerti! tiba dalam 90 detik."
Di luar, suara ledakan bergemuruh saat bom yang kami pasang di senjata anti-pesawat meledak hampir bersamaan. Langit malam yang mendung sesaat diterangi oleh api besar.
Helikopter penyelamat sedang dalam perjalanan. Tapi musuh belum selesai. Aku menatap Kaira, yang sudah memasang kembali magasin baru di senjatanya.
To Be Continued....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!