Hari ini hari Sabtu, bagi karyawan seperti kami adalah hari libur, seperti halnya Anne, karyawati di sebuah toko aksesoris handphone. Hari ini libur dari pekerjaannya sebagai pelayan toko. Cuaca yang sangat cerah dan mendukung untuk bepergian, Anne pun teringat dengan ajakan Rey dan Nabila teman satu tongkrongannya yang berbeda pekerjaan darinya.
Mereka berdua Rey dan Nabila bekerja di sebuah perusahaan jasa percetakan, perusahaan yang mencetak spanduk, sticker, kalender, nota pembelian, dan lain-lain.
Mereka juga sama sedang libur bekerja, kebetulan sekali, hari ini team sepakbola kesayangan Anne, Rey, dan Nabila yang berwarna Jersey biru yaitu persib akan bermain dengan team asal Surabaya yaitu Persebaya.
Sebuah team yang berbaju Jersey biru dan sering dijuluki “Maung Bandung” ini memang team kesayangan Anne, Rey dan Nabila. Sudah sejak lama juga bergabung dengan komunitas suporternya, karena semalam tertinggal dengan rombongan komunitasnya, maka hari ini akan menyusulnya bertiga menuju ke stadion Gelora Bung Tomo daerah Surabaya.
Tiket kereta api dan tiket pertandingan sudah dibelikan Rey lebih tepatnya ditalangi dulu sama Rey, kapan-kapan diganti oleh Anne kalau Anne sudah gajian.
Karena Rey dan Nabila teman masa kecilnya Anne, ketika Anne ada uang , Rey dan Nabila ditraktir atau dikasih pinjam uang sedangkan jika Anne belum ada uang yang cukup, gantian mereka lah yang nraktir Anne.
Jam didinding sudah menunjukan pukul 07.00 pagi, matahari pun sudah memancarkan sinarnya, scuter matic Rey sudah berada di depan rumahnya Anne, sementara Nabila dibonceng Rey, karena rencananya motor Rey akan dititipkan di rumah Anne. Jadi bawa motornya cuma satu.
Rumah Anne yang berdinding cat biru itu nampak masih begitu sepi, belum ada orang yang keluar sekedar menyiram tanaman atau mencuci motor.
Mesin motor scuter matic milik Rey pun dimatikan, dan Rey menyuruh Nabila untuk turun dari motornya.
“Turun Nab, sudah nyampe nih.”suruh Rey
“Iya Rey, ini gue mau turun kok!” ucap Nabila sambil turun dari motornya Rey.
Lalu Rey dan Nabila menuju ke depan pagar rumahnya Anne, ketika akan membuka pagar, nampak seorang lelaki paruh baya berusia 50 tahunan yang tak lain ayahnya Anne keluar dari pintu rumahnya.
Begitu menoleh pagar, nampak satu orang perempuan dan satu orang lelaki seumuran Anne sedang berdiri mematung depan pagar menunggu pagarnya dibuka.
Ayahnya Anne pun segera menghampirinya dan membukakan pagar. Lalu, ayahnya Anne pun bertanya “ Ini Rey dan Nabila kan?”
“Iya om, Anne nya ada gak om?” Rey kembali bertanya.
“Oh iya, ada kok di dalam, sedang dandan sepertinya mau pergi, sebentar ya om bukain pagarnya dulu.” Jawab ayahnya Anne.
Ssssrrrrleeek…..
Pagar pun dibuka lebar agar motor Rey bisa leluasa masuk ke depan pekarangannya rumah Anne, sedangkan Rey menuntun motornya ke dalam dan segera memarkirkan motornya depan rumah Anne yang ada pot berisi tanaman tomat dan strawberry.
“Silakan, tunggu dulu di sini ya.” Ayahnya Anne mempersilakan Rey dan Nabila untuk menunggu di teras yang terdapat kursi dan meja.
“Baik, om.” Ucap keduanya .
Ayahnya Anne kemudian memasuki rumahnya dan memanggil-manggil nama Anne.
“Anne..Anne”
Anne pun muncul dari kamarnya, “Iya ayah, ada apa?” tanya Anne.
“Itu Rey dan Nabila sudah nunggu kamu tuh.” Jawab Ayahnya sambil memberitahu ada Rey dan Nabila.
“Oh iya ayah, nanti Anne ke depan.”
Setelah Anne beres membereskan barang dan sudah dimasukan ke dalam tas serta sudah selesai berdandan, lalu Anne pun segera kedepan menemui sahabatnya itu.
Begitu sampai di depan, Anne pun menyapa keduanya yang sedang duduk itu “ Hei Nabila, Rey sudah lama nunggunya?”
Nabila pun menoleh ke arah sumber suara itu berasal “Eh, elu Anne, gak kok gak lama, iya kan Rey?” ucap Nabila sambil mencolek punggung Rey.
“Iya Anne, baru saja kita sampai,”
“Yuk, berangkat sekarang.” Lanjut Rey lagi.
“Oke, gue izin bokap nyokap dulu ya.”
“Assiiapp.”
Anne kemudian kembali ke dalam rumahnya untuk menemui ayah dan ibunya karena mau berpamitan.
Nampak ayah dan ibunya sedang duduk di ruang televisi, Anne pun segera menghampiri.
“Ayah, Ibu , Anne pamit dulu ya.” Ucap Anne sambil mengulurkan tangan untuk mencium tangan orang tuanya.
“Mau kemana Anne?” tanya ibunya penasaran
“Anne mau berangkat ke Surabaya mau nonton pertandingan bola.” Jawab Anne bersemangat.
“Iya, ayah izinkan, hati-hati tapi disana ya, harus selalu bertiga.” Ucap ayahnya.
“Ingat, pulangnya jangan kemalaman juga anak gadisnya ibu.”
“Iya ayah , ibu, pokoknya Anne akan hati-hati disana dan gak akan pulang kemalaman, andaikan habis tiket kereta Anne mau nyari penginapan disana dan pulang besok pagi.”
“Iya sudah, terserah kamu aja.”
Anne pun telah selesai meminta izin ke orang tuanya dan sudah cium tangan kedua orang tuanya juga.
Lalu, Anne kembali menuju ke depan menemui teman-temannya yang sedang menunggu.
Rey kemudian bertanya kepada Anne, “ Gimana Anne? diizinkan gak?”
“Aman terkendali.” Jawab Anne sambil mengacungkan jempolnya.
“Syukurlah, oiya gue titip motor disini ya.” Ucap Rey sambil meminta izin.
“Boleh, simpan aja di garasi, lu bisa kan simpan ke garasi sendiri?”
“Oke.”
Sebelum berangkat menuju stasiun kereta api,Rey ke dalam garasi dulu untuk menyimpan motornya.Setelah selesai,lalu Rey pun mengorder taksi online,karena cukup jauh juga lokasi stasiunnya sekitar 3kilometeran.
“Anne, lu punya uang receh gak?” tanya Rey
“Ada Rey, buat apa emang?”
“Gue order taksi online, tapi gak punya uang receh.”
“Oh, udah dari gue aja ongkosnya, baru nyampe mana emang taksinya?”
“Baru aja berangkat menuju sini, eh terima kasih ya Anne.”
“Oke, iya Rey sama-sama kayak sama siapa aja, kan tiket juga lu yang talangin.” Ucap Anne sambil nyengir.
“Iya…udah ah jangan dibahas melulu.”
Anne, Rey, dan Nabila lalu menunggu taksi online itu datang , tak butuh waktu yang lama, taksi online itu datang juga. Lalu ketiganya masuk ke dalam mobil taksi online itu.
Mobil taksi online lalu melaju kencang menuju stasiun, belum banyak yang berlalu lalang juga di jalan jadi taksi online itu bisa melaju dengan leluasa.
***
Sepuluh menit kemudian, ketiganya tiba juga di stasiun kebanggaan kota Tasikmalaya. Lalu, tiket digital yang sudah dipesan dari gerai kemarin itu akhirnya ditukar juga di sebuah mesin otomatis untuk ditukar dengan selembaran tiket asli yang berbentuk kertas.
Setelah ditukar dengan tiket yang berbentuk kertas,tak lama kemudian kereta pun datang juga yang menuju ke Surabaya.
Anne, Rey, dan Nabila lalu masuk ke dalam gerbong kereta dan perjalanan menuju Surabaya pun dimulai.
***
Anne, Rey, dan Nabila pun sudah masuk ke dalam gerbong kereta, ketiganya berada di dalam gerbong kereta eksekutif dengan ruangan ber-AC dan tidak terlalu sesak juga dengan penumpang lain.
Sepanjang perjalanan, Anne selalu ceria dan mengajak Nabila untuk mengobrol entah urusan wanita ataupun fashion yang sedang trend sekarang.
Sementara, Rey hanya menyimak saja dan sesekali melihat pemandangan alam dari jendela kereta, karena Rey tidak begitu mengerti obrolan wanita seperti Anne dan Nabila.
Ketika waktu sudah menunjukan pukul 12.00 siang, kereta pun berhenti sejenak di stasiun Yogyakarta, ada yang naik dari sana, ada yang turun dan adapula yang turun dari gerbong untuk ke toilet atau ke mushola untuk melaksanakan shalat Dzuhur. Meskipun sedang di perjalanan, untuk soal ibadah Anne dan teman-temannya tidak melupakan dan mengabaikan kewajibannya sebagai muslim.
Setelah selesai dengan kewajibannya, Anne,Rey dan juga Nabila masuk lagi ke dalam gerbong kereta.
Karena perjalanan selanjutnya akan di lanjutkan kembali menuju Surabaya Jawa Timur.
Berharap, sampai menuju stasiun Gubengnya tidak kesorean agar menuju ke stadion Gelora Bung Tomo nya tepat waktu.
Perjalanan pun lancar, tidak banyak pedagang yang berlalu lalang juga hanya sesekali di setiap stasiun kereta selalu berhenti sebentar, entah itu untuk mengangkut penumpang lain atau menurunkan penumpang yang sudah sampai menurut jurusannya.
Pramugari kereta pun kemudian melewati bangku yang Anne,Rey dan Nabila tempati.
Lalu Pramugari segera menawarkan makanan yang dibawanya dari stroller yang didorongnya.
“Permisi, Mas dan Mbak, maaf mengganggu waktunya,”
“Barangkali lapar dan haus , kami telah sedia berbagai makanan dan minuman.” Lanjut pramugari itu menawarkan dengan ramah.
“Boleh deh, Mbak..aku ingin nasi dan ayam geprek ya.” ucap Nabila.
“ Boleh, minumnya apa Mbak?”
“ Es jeruk aja.”
“ Sip, yang lainnya mau apa?” tanya pramugari lagi.
“ Aku samain aja sama Nabila, tapi minumnya ingin Teh botol.” Jawab Anne.
“ Kalau aku nasi Padang minumnya jus mangga.” Ucap Rey.
“ Baik, ini saya bagikan ya makanan dan minumannya, kebetulan makanan dan minuman yang dipesan ada semua, dan untuk pembayarannya, karena ini kereta eksekutif jadi gratis ya.”
“Asikk..terima kasih ya Mbak pramugari pelayanannya.”
“Sama-sama, semoga puas dengan pelayanannya dan menuju ke kota tujuan dengan selamat.”
“Aamiin.”
Pramugari pun melaju lagi menuju ke bangku yang lainnya untuk menawarkan makanan dan minuman yang dibawanya itu.
Tak terasa waktu berlalu, hari menjadi sore langit pun perlahan cahaya mataharinya agak meredup, tidak seperti sewaktu tadi siang.
Kereta berhenti dengan sempurna dan perjalanan selamat tanpa kekurangan apapun. Kereta tiba di stasiun Gubeng kurang lebih pukul 16.30. Lalu seperti biasa, Anne, Rey dan Nabila mencari tempat berwudhu dan mushola dulu, karena merasa sangat berdosa apabila meninggalkan kewajiban sebagai seorang muslim meskipun dalam keadaan sedang diperjalanan juga.
Setelah ketemu tempat berwudhu dan musholanya, lalu kita langsung sholat ashar yang dilakukan berjamaah dengan Rey sebagai imamnya biar cepat karena kita mengejar waktu untuk sampai menuju Stadion Gelora Bung Tomo markasnya team Persebaya itu.
Setelah selesai melakukan kewajiban, handphone Rey berdering tanda ada panggilan telepon atau pesan wa yang masuk.
Begitu dilihat, ternyata bunyi telepon dari Mas Dwi anak Bonek, dia tanya katanya sudah sampai mana biar dijemput, karena kita dan anak Bonek akur, jadi apapun akrab-akrab saja dan tak sungkan layaknya saudara.
Karena pendukung team biru dan pendukung team hijau sudah bersepakat untuk saling menjaga persaudaraan dan tetap menjaga kekompakan sampai mati.
Akhirnya, kita bertiga dijemput oleh anak Bonek 3 motor,dan kita juga segera menuju ke stadion kebanggaan warga Surabaya itu karena pertandingan sebentar lagi akan dimulai.
Setelah sampai menuju stadion, kita bertiga akhirnya turun dari motor dan aku memberanikan diri mengucapkan sepatah kata kepada masnya yang sudah menjemput aku dan yang lain di stasiun.
“Matur nuwun mas.” Terima kasih begitulah kira-kira kalau diartikan ke dalam bahasa Indonesia.
“Sama-sama mbak’e.”
Setelah ucapan singkat itu, kami bertiga melangkah menuju pintu masuk stadion. Antusiasme penonton yang memadati area luar stadion membuat suasana begitu hidup. Lagu-lagu penyemangat dan nyanyian khas suporter terdengar menggema di udara, membakar semangat kami meskipun pertandingan belum dimulai.
Aku, yang baru pertama kali menginjakkan kaki di stadion ini, merasa sedikit gugup namun bersemangat. Temanku, Rey dan Nabila, sudah tidak sabar ingin masuk ke dalam. Mereka langsung menarik lenganku.
"Ayo, jangan bengong! Nanti kita ketinggalan parade pemainnya," ujar Nabila dengan nada setengah berteriak karena suara bising di sekitar kami.
Aku tersenyum tipis sambil mengikuti langkah mereka. Saat melewati gerbang pemeriksaan, aku melihat para petugas dengan seragam biru muda memeriksa tiket dan barang bawaan para suporter. Aku segera menyerahkan tiketku, berharap prosesnya berjalan lancar.
“Silakan masuk, Mbak,” ujar petugas dengan senyum ramah setelah memeriksa tiketku.
Saat masuk ke dalam stadion, aku langsung terpesona oleh pemandangan megah di depan mataku. Rumput hijau lapangan terlihat begitu terawat, sementara tribun penonton sudah mulai dipenuhi suporter yang mengenakan atribut khas tim kebanggaan mereka, Persebaya. Warna hijau mendominasi setiap sudut stadion, membentuk lautan semangat yang luar biasa.
“Keren banget!” seruku spontan, membuat Nabila dan Rey menoleh sambil tertawa.
“Lu kayak anak kecil yang baru pertama kali ke pasar malam,” goda Nabila sambil tertawa kecil.
Aku hanya bisa tersenyum malu. Tapi aku tidak peduli, perasaan ini begitu menyenangkan.
Kami segera mencari tempat duduk sesuai dengan nomor yang tertera di tiket. Tidak butuh waktu lama hingga kami menemukan tempat yang strategis, dekat dengan garis tengah lapangan. Sambil menunggu pertandingan dimulai, aku memperhatikan para suporter di sekitar.
Mereka terlihat sangat kompak, menyanyikan lagu-lagu penyemangat dengan penuh semangat. Ada yang membawa bendera besar, ada pula yang memegang drum untuk mengatur ritme nyanyian. Aku merasa seperti ikut menjadi bagian dari keluarga besar ini, meskipun aku bukan asli Surabaya.
“Ini pertama kalinya lu nonton langsung di stadion, kan?” tanya Rey sambil menyerahkan sebotol air mineral padaku.
Aku mengangguk sambil menerima botol itu. “Iya, dan rasanya luar biasa. Energinya beda banget sama nonton di TV.”
“Makanya, sekali-sekali kamu harus nyobain pengalaman ini. Nggak ada tandingannya,” balas Nabila dengan senyum lebar.
Tiba-tiba, suara pengumuman terdengar, menandakan bahwa pertandingan akan segera dimulai. Sorakan penonton semakin riuh saat para pemain mulai memasuki lapangan. Aku bisa merasakan adrenalin mengalir di tubuhku, bahkan sebelum peluit pertama ditiup.
Saat lagu kebanggaan Persebaya dikumandangkan oleh seluruh suporter, aku ikut hanyut dalam euforia. Aku tidak mengerti semua liriknya, tapi aku mencoba mengikuti ritmenya.
Ketika pertandingan dimulai, sorakan penonton semakin menggema. Setiap gerakan pemain di lapangan diiringi dengan teriakan semangat dari tribun. Aku terpaku, mataku tidak bisa lepas dari jalannya pertandingan.
Di tengah momen menegangkan, seorang pemain Persebaya berhasil mencetak gol spektakuler. Stadion seakan meledak dalam kegembiraan. Aku spontan melompat dari tempat dudukku, ikut berteriak meski suaraku tenggelam dalam keramaian.
Nabila menepuk pundakku dengan semangat. “Gimana rasanya? Seru kan?”
Aku hanya bisa mengangguk sambil tertawa bahagia. Pengalaman ini benar-benar di luar ekspektasiku. Stadion bukan hanya tempat menonton pertandingan, tapi juga tempat berbagi semangat dan kebahagiaan dengan ribuan orang yang memiliki cinta yang sama.
Pertandingan terus berlangsung dengan intensitas yang tidak menurun. Setiap momen adalah cerita, dan aku bersyukur menjadi bagian dari kisah ini. Sore itu, aku merasa telah menemukan sisi lain dari diriku yang mencintai sepak bola dengan cara yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.
***
Riuh suara penonton bola lebih tepatnya suporter antar kedua team itu saling bersahutan dengan sama-sama meneriakkan yel-yel kemenangan dan menyanyikan lagu-lagu penyemangat yang selalu dikumandangkan ketika berada di stadion.
Komunitas suporter Persebaya lalu menyanyikan lagu mars persebaya dengan lantang yang dipimpin oleh dirigennya
Rek..rek..
Aku teko rek
Suroboyo ndang dimenangno
Tendang kene tendang Kono
Ojo kesuwen..Ojo kesuwen..
Ndang lebok’no
Kami ini Bonek mania
Kami selalu dukung Persebaya
Dimana kau berada disitu kami ada
Karena kami Bonek mania
Suasana di dalam stadion tambah meriah ketika punggawa “maung bandung” dan “bajul ijo” memasuki area pertandingan.
Lagu-lagu penyemangat dari komunitas suporter Bonek itu kemudian dibalas oleh komunitas suporter viking yang berada satu tribun sebelahnya penggalan lagu dari Pass Band.
Panas dan hujan datang
Persib harus tetap menang
Kalau menang kita senang
Jawa barat teu hariwang
Hajarlah lawan mainmu
Main cantik itulah dirimu
Jayalah oh persibku
Maung Bandung harus maju
Dan juga penggalan lagu dari Kuburan band yang berjudul We Will Stay Behind You.
Persib maung bandung
Persib maung bandung
Terus kau bertarung
We are stay behind you
Pertandingan pun dimulai, babak pertama bola masih dikuasai tuan rumah yaitu Persebaya.Dimenit terakhir babak pertama pemain bola dari Persebaya berhasil menjebol gawang dari Persib, dan skor sementara berhasil diperoleh jadi 1-0 Persebaya unggul di babak pertama.
Dan Pluit panjang ditiup oleh wasit sebagai pertanda berakhirnya pertandingan di babak pertama, pemain bola dari kedua team lalu meninggalkan lapangan menuju ke loker room masing-masing team akan diadakan briefing kecil oleh pelatih-pelatihnya.
Disaat pertandingan babak pertama baru saja usai dan suporter berhenti sejenak untuk menyanyikan lagu-lagu penyemangatnya, Mas Dwi menghampiri Rey yang sedang menghisap tembakau sambil duduk di kursi tribun.
“ Mas Rey, aku boleh duduk disini ta?” tanya Mas Dwi dengan logat Jawa kentalnya.
“ Oh, silakan Mas Dwi, lu mau rokok juga?” tanya Rey kemudian
“ Ndak, ku cuma mau tanya le.” *
“ Nanya apa Mas’e?”
“ Itu loh, yang tadi dibonceng oleh koncoku sopo arane ?” **
“ Nabila ? “
“ Ora iku, satu lagi sopo Yo?” ***
“ Oh Anne.”
“ Anne Yo Mas arane? Apik tenan arane.” ****
“ Iya,kenapa emang Mas?”
“ Koncoku naksir loh, ini dia orangnya.” *****
Teman Mas Dwi akhirnya muncul dan ikut nimbrung juga obrolan Rey dan Mas Dwi.
“ Sini Mas ikut gabung.” Rey mengajak temannya Mas Dwi ikut gabung dalam obrolan supaya jelas .
“ Pakai bahasa Indonesia ya ngobrolnya, gak ngerti gue.” Lanjut Rey lagi.
“ Siap Mas Rey.” Ucap mas Dwi
“ Tadi katanya ada yang naksir sama teman gue, yang mana sih orangnya?” tanya Rey penasaran.
“ Aku mas orangnya.” jawab teman mas Dwi akhirnya memberanikan diri berkata.
“ Cihuy mas’e sebentar ya gue panggil dulu si Anne nya.”
Rey pun memanggil Anne yang asyik berselfi ria bareng Nabila di bangku tribun.
“ Anne..sini sebentar, gue ada perlu.”
Anne pun menoleh Rey dan membalas ucapan Rey itu “ Ada perlu apa Rey?” tanya Anne.
“ Sini deh pokoknya.”
“Iya..iya sebentar, ntar gue kesana.”
Selfie bareng Nabilanya sudah selesai karena kehabisan gaya, lalu Anne dan Nabila pun menghampiri ke bangku yang ditempati Rey.
“ Rey, ada apa manggil gue?” tanya Anne penasaran.
“ Ini orangnya muncul mas.” Ucap Rey kepada temannya mas Dwi.
Temannya mas Dwi hanya senyum-senyum saja, karena masih malu-malu.
“ Temannya mas Dwi tuh ada yang naksir lu.”
“ Masa ?” Anne hanya menyernyitkan dahi karena merasa heran.
“ Iya.”
Akhirnya temannya mas Dwi pun memberanikan diri untuk berbicara di depan Anne.
“Mbak, kenalin aku Yuda yang bonceng mbak tadi ke stadion.”
“ Oh iya, kenapa mas emangnya?harus ganti bahan bakar ya?” tanya Anne.
“Nggak, nggak mbak bukan gitu, hmm anu mbak boleh minta no wa mbak nggak ?”
“Hah?” Anne seperti yang tidak percaya
“ Boleh nggak?” mas Yuda bertanya sekali lagi untuk memastikan.
Rey pun akhirnya memotong pembicaraan Anne dan mas Yuda.
“ Kasih aja Anne no wa lu, siapa tahu cocok terus berjodoh, jarang-jarang dari stadion ketemu jodoh.”
Mas Yuda itu orangnya tinggi, ganteng dan kulitnya putih. Anne merasa kurang pede aja gitu, beberapa saat kemudian dengan berbagai pertimbangan, akhirnya Anne mau juga ngasih no wa nya ke mas Yuda.
“Ini mas no wa ku, catat sendiri ya.” ucap Anne sambil membuka handphonenya.
“Sip udah dicatat, terima kasih ya mbak.”
“ Iya mas.”
Rey pun menggoda Anne yang baru saja ditaksir mas Yuda
“ Ciye…duh yang habis ketemu gebetan, gue doain deh semoga cocok terus jadian dan merit deh.”
Mas Yuda yang mendengarnya hanya tersenyum sedangkan Anne seperti yang salah tingkah.
Sesudah acara tukar no wa itu, lalu pertandingan antara Persebaya dan Persib pun dilanjutkan kembali.
Lagu-lagu penyemangat pun kembali dikumandangkan di dalam stadion, suara riuh bergemuruh suporter pun kembali ramai .
Komunitas suporter dari team biru lalu menyanyikan sebuah lagu.
Padamu Persib kami berjanji
Padamu Persib kami berbakti
Padamu Persib kami mengabdi
Bagimu Persib jiwa raga kami
Lalu nyanyian penyemangat dari suporter biru itu kini dibalas oleh suporter hijau dengan penggalan dari lagu mars Bonek.
Pastikan pastikan
Kita harus menang
Satukan tekadmu raihlah prestasimu
Majulah majulah
Ayo Persebaya
Disini Bonek mendukungmu
OoOo……
Suasana di babak kedua semakin panas dan ramai ketika team biru berhasil membalas dengan menjebol gawang Persebaya.Akhirnya, skor jadi imbang 1-1 dan skor tidak berubah hingga Pluit panjang berhasil ditiup wasit tanda pertandingan selesai petang ini.
Begitu pertandingan sudah selesai, dan orang lain mulai mumbubarkan diri masing-masing.Mas Dwi lalu bertanya kepada Rey.
“ Mas, mau langsung pulang atau cari penginapan?”
Rey kemudian meminta pendapat Anne dan Nabila, seolah tahu dengan tatapan Rey, Anne dan Nabila pun kemudian memberikan pendapatnya.
“Kita cari penginapan aja deh mas, besok subuh baru pulang.” ucap Nabila.
“ Iya mas, besok lagi aja pulangnya lagian capek bolak balik mana malem lagi perjalanannya, takut masuk angin aku mas.” Anne pun memberikan pendapatnya.
“ Baiklah kalau begitu, kita menuju ke tempat penginapan aja ya, kebetulan ada teman mas yang punya penginapan, tapi maaf ya penginapannya kecil.”
“ Yang penting ada buat tidur semalam.” ucap Rey.
Akhirnya seperti tadi waktu di stasiun, mas Dwi dan temannya bersedia mengantarkan kami lagi menuju ke sebuah pengin
apannya punya teman mas Dwi.
Stadion pun sudah kosong tidak ada suporter hanya beberapa aparat yang masih berjaga, dan kami sekarang sudah berada di perjalanan dan akan langsung menuju ke penginapan untuk menginap satu malam sebelum pulang kembali menuju rumah.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!