Adzan shubuh berkumandang. Berseru kepada insan yang tengah tertidur pulas. Ayam berkokok seakan ikut membangunkan, memerintah agar segera bangun dan mengambil wudhu.
"Mira... Ayo bangun, Nak," Gadis yang kerap di panggil Mira tersebut hanya menggeliat. Menarik selimutnya ke atas hingga menutup seluruh tubuhnya.
"Ayo sholat shubuh, Mira. Nanti keburu pagi, loh," Mira berdecak kesal karena bunda yang terus-terus mengganggu mimpi indahnya.
"Ngantuk, bun. Iya-iya, nanti Mira sholat kok," Bunda Mira menggelengkan kepalanya. Mencoba sabar atas sikap anaknya yang tak pernah berubah sejak dulu. Bukan dulu, tapi sejak 6 tahun silam.
Alhasil, hingga jam dinding menunjukkan angka 8, Mira tak menunaikan sholat shubuhnya. Ia langsung menyambar handuk dan mandi. Berdandan secantik mungkin agar terlihat sempurna di mata orang lain.
Celana panjang putih dan sweater coklat begitu cocok dengan tubuhnya. Stylish.
"Bun, Mira berangkat ya! Daahh" pamit Mira mencium tangan bundanya sekilas lalu pergi menggunakan sepeda motor.
Mira termasuk gadis yang pemberani. Kemanapun ia pergi, tak pernah sekalipun minta di antarkan oleh bunda atau kakak perempuannya.
...✨✨✨...
At Collage
Setelah memarkirkan motornya, Mira bergegas menuju lantai dua, dimana kelasnya berada. Tapi kejadian tak di inginkan terjadi, seorang lelaki menabraknya. Buku yang lelaki tersebut bawa jatuh berserakan.
"Heh! Lo punya mata gak, sih? Asal nubruk aja seenak jidat!" sungut Mira tanpa sedikitpun ada niatan membantu lelaki tersebut.
"Maaf, mbak. Buru-buru soalnya," ujar lelaki tersebut menunduk setelah menatap Mira sekejap.
"Makanya, kalo jalan tuh liat-liat!"
"Iya mbak, maaf." Mira langsung menyelonong pergi setelah mendengar ucapan lelaki itu. Mira sedikit heran, kenapa dia selalu nunduk, ya? Apa ia takut pada Mira? Atau Mira jelek?
"Bodo amat, lah. Ngapain juga mikirin cowo tadi." gumam Mira di sepanjang koridor.
"Woi! Mira!!" Mira menoleh ketika seseorang memanggil namanya.
"Apaan?"
"Lo dicariin Andy tuh! Katanya dia mau nembak lo! Kayanya lo harus cepet-cepet sembunyi deh." seloroh Vita, sahabat terbaiknya sejak SMA hingga sekarang. Mira hanya memutar bola matanya malas.
Sejujurnya, ini bukan pertama kali Mira di'tembak' secara langsung oleh senior atau juniornya. Tapi Mira selalu menolak dengan alasan yang ia buat-buat sendiri.
"Mana orangnya?" tanya Mira mencari-cari seorang bernama Andy tersebut.
"Tuh dia!" Vita menunjuk Andy yang tengah berlari menuju tempat dimana Mira dan Vita berdiri.
"Lo ngapain, sih?" tanya Mira sarkas.
"Gue-gue, ehm... Mira, gue suka sama lo. Lo mau kan jadi pacar gue?" lontar Andy begitu saja. Sedang Mira maju selangkah, semakin membuat Andy gugup.
"Udah? Gitu doang?" Andy bingung, ia mengangguk.
"Lo gak malu nembak gue dengan cara kayak gini? Norak tau, gak! Udahlah, mending lo cari cewe lain aja ya. Sampe kapanpun, gue ga bakal mau sama lo. Ngerti?!" jawab Mira sedikit emosi. Sepertinya Andy pun terlihat kesal.
"Ternyata bener ya, kata orang-orang, lo sombong banget asli! Nyesel gue suka sama lo! Cuih!" Mira tersenyum setelah melihat Andy pergi dari hadapannya.
"Mir, lo gak papa kan?" tanya Vita.
"Heran gue, kenapa sih yang di pikirin cuma pacaran doang? Kuliah dulu kek yang bener." gerutu Mira melanjutkan langkah yang sempat terhenti karena drama tadi bersama Vita.
Jam pelajaran di kelas Mira berlangsung. Mira termasuk sosok yang rajin dan cerdas. Ia selalu mendapat nilai baik di kelasnya, meskipun tingkah dan ucapannya sering kali menyakiti orang lain.
Teman-teman Mira di kelas pun heran. Kenapa Mira bisa begitu pintar? Padahal, jika di nilai dari penampilannya, ia terlihat sedikit 'berandal'.
"Don't judge the book by it's cover"
Thank u for reading!
Wait for the next episode🖤
"Bismillahi Ar-Rahmaani Ar-Rahiim"
Bacaan basmalah tak pernah luput dari lisan Azril setiap hendak melakukan sesuatu. Karena tanpa kehendak Allah, ia pun tak kan bisa mengerjakannya.
"Zril, udah jam 9 loh, kamu ga berangkat?" tanya kakaknya yang berada di ambang pintu kamar adiknya. Azril melirik jam di tangannya, lalu dengan cekatan mengambil tas.
"Lupa bang! Azril berangkat dulu, ya. Assalamu'alaikum." pamit Azril tergopoh-gopoh. Kakaknya, Nazrul, hanya bisa menggelengkan kepala sembari tersenyum. Ternyata Azril masih sama saja seperti dulu. Masih terburu-buru setiap pergi kemanapun.
Motor yang dikendarai Azril melaju cepat. Pasalnya, kelasnya akan dimulai pada pukul 09.30 dan saat ini, Azril masih di perjalanan.
Setelah sampai kampus, seseorang memanggil namanya. Membuat langkah Azril terpaksa berhenti saat itu juga.
"Kak Azril, ini buku-bukunya. Kemarin yang aku pinjam. Makasih ya, Kak." ucap gadis tersebut sembari menyodorkan tumpukan buku.
"Iya, sama-sama. Saya duluan, ya."
Tak jarang dari gadis-gadis di kampus ini yang 'modus' kepada Azril. Berpura-pura meminjam buku, agar bisa basa-basi dan menyapa Azril. Menanyakan sesuatu yang tidak penting atau parahnya, malah ada yang langsung mengajaknya menikah. Padahal, Azril sendiri hanya menanggapi biasa saja.
Pagi ini Azril seperti mendapat pepatah, 'sudah jatuh, tertimpa tangga pula'. Ia menabrak seorang gadis karena jalannya yang tergesa-gesa. Gadis yang di tabraknya marah, tapi Azril diam saja, memungut buku, lalu meminta maaf. Dan segera pergi karena memang kelasnya pasti sudah dimulai.
...✨✨✨...
Saat ini, Azril dan Alvin hendak ke perpustakaan. Sebenarnya hanya Azril saja, tapi Alvin ingin ikut juga karena bosan jika diam di kelas.
"Lu habis ngapain sih, kok bisa telat gitu?" tanya Alvin, sahabatnya.
"Biasa, lupa ga liat jam tadi. Tiba-tiba udah jam 9 aja," jelas Azril sambil membaca sesuatu di bukunya.
"Untung aja bukan dosen killer, kalo enggak, bisa habis lu, Zril,"
"Ya gapapa lah, Vin. Lagian, ini salahku juga kok,"
"Lo gak bisa manggil lo-gue ya? Pake aku-kamu kek orang pacaran aja weh." Azril tersenyum mendengar ocehan Alvin.
"Sama aja, kan?"
Lagi dan lagi, Azril terlalu sibuk melihat catatan hingga ia menabrak seseorang. Gadis tersebut membelalakkan matanya, terkejut melihat orang yang sama dengan tadi pagi. Ya, seseorang itu adalah Mira.
"Lo lagi! Makanya, kalo jalan tuh jangan sambil baca buku!" omel Mira.
"Dih! Galak amat jadi cewek, awas kaga ada yang mau sama lu, ya!" sahut Alvin membela sahabatnya.
"Udah, Vin. Maaf ya, mbak." ucap Azril meminta maaf. Ia mengambil bukunya.
"Minta maaf mulu, ntar juga nabrak lagi. Lo mau modus doang, kan?" Alvin tertawa mendengar ucapan Mira.
"Haha. Sorry ya, Azril mah imannya kuat, bro! Kaga mungkin suka sama lu! Ngaca dong, ah!" Azril menatap Alvin agar tak usah meladeni ucapan gadis ini.
"Enggak kok mbak, saya ga ada niatan jelek. Maaf kalau bikin mbak mikir aneh-aneh. Sekali lagi, maaf." tutur Azril, lalu menarik tangan Alvin menjauh dan melanjutkan jalannya menuju perpustakaan.
Sedangkan Mira, ia menahan emosinya agar tak mengucapkan kata-kata kasar kepada lelaki tadi. Ia penasaran, sehebat apa lelaki bernama Azril itu, hingga disebut 'kuat iman' oleh temannya.
Karena kepo, ia mencegat salah seorang mahasiswi yang kebetulan papasan di depannya.
"Eh, gue mau nanya. Lo kenal orang yang namanya Azril, gak?" tanya Mira. Seseorang tersebut mengangguk.
"Tau banget lah. Haykal Azril, kan? Dia mah famous atuh di kalangan cewek-cewek. Tapi sayang, di tolak semua. Udah pinter, ganteng, rajin. Beuuhhh idam-"
"Jurusan apa dia?" potong Mira. Karena jika dilanjutkan, ia yakin tak selesai hingga besok.
"Ehm.. kayanya sih jurusan PAI (Pendidikan Agama Islam) deh."
"Oh oke. Makasih, ya." seseorang tersebut mengangguk.
"Jadi namanya Haykal Azril... Cowok famous, banyak cewek suka..." batin Mira berbicara, lalu tersenyum cringe. Sepertinya menarik.
Setelah itu, Mira melanjutkan langkahnya menuju outdoor kampus. Hendak mengerjakan sebagian tugas makalah yang diberikan dosennya tadi. Karena Mira tipe yang tidak suka menunda-nunda. Jika bisa dikerjakan sekarang, kenapa harus nanti?
...✨✨✨...
"Vin, udahlah, jangan di ladenin kalo ada kaya gitu lagi," ujar Azril di perpustakaan. Menasihati Alvin agar tidak terjadi perang mulut seperti tadi.
"Ngeselin banget tuh cewek! PD nya tingkat dewa, gila!" jawab Alvin, emosinya masih sedikit terpancing sebab ucapan Mira tadi.
"Soalnya tadi pagi aku juga nabrak dia, wajar kalo dia ngira aku aneh-aneh," jelas Azril sambil mengambil satu judul buku yang sedari tadi menarik perhatiannya.
"Aku baca dulu, ya. Mau nyari bahan refrensi buat tugas, kalau mau balik duluan gapapa."
"Gini amat punya temen. Rajinnya kaga ketulungan." cibir Alvin mengiyakan ucapan Azril.
Selama membaca buku, fokus Azril pecah. Kalimat demi kalimat di setiap paragraf tidak dapat ia pahami. Berlalu begitu saja. Yang ada dalam otaknya saat ini adalah wajah gadis tadi yang ia tabrak.
"Astaghfirullah... Ya Allah, jauhkan hamba dari godaan nafsu syaithon yang menguasai iman hamba" lantunan do'a terucap dalam hati Azril. Merasa berdosa karena berani lancang memikirkan gadis yang jelas-jelas bukan miliknya.
"Kak Azril," panggil seseorang gadis menyentuh pundaknya, lalu dengan sopan Azril sedikit menjauh, karena ia tau, tak boleh hukumnya jika wanita dan laki-laki yang bukan mahram saling bersentuhan, kecuali ada beberapa faktor.
"Maaf, ada apa ya?" tanya Azril sedikit kikuk. Canggung dengan posisi gadis tersebut yang mencoba mendekatkan tubuhnya pada Azril.
"Engh... Temenin nyari buku dong, Kak. Bingung nih mau cari judul gimana," Azril bingung. Ia juga tak enak hati jika harus menolak permintaan gadis itu. Tapi jika diterima, Azril tau, gadis ini akan semakin menjadi-jadi.
"Woi! Azril!" suara Alvin terdengar jelas di telinga Azril. Azril menghembuskan nafasnya lega karena Alvin selalu datang di saat yang tepat.
"Zril! Temenin gue ke kantin. Kuy lah! Keburu habis nih gorengannya. Laper gue," ajak Alvin sambil melirik gadis tersebut.
"Maaf ya, saya mau nemenin temen saya dulu. Mungkin lain waktu. Maaf ya." ujar Azril. Raut wajah sebal terlihat dari wajah gadis itu. Usahanya kali ini gagal untuk mendapatkan Azril. Huh!
"Untung gue nyelametin lu dari cewek-cewek ganjen itu,"
"Iya iya, makasih ya,"
"Aelah, gini nih. Makanya lu jangan ganteng gitu dong." Azril tertawa.
Ia sangat beruntung sekali, memiliki teman yang selalu bisa menjaganya dari situasi tak mengenakkan seperti tadi. Teman yang menjaga rahasia kehidupan Azril. Dan teman yang selalu ada bagaimanapun kondisi Azril, baik suka ataupun duka. Yah, meskipun tingkahnya rada gesrek aja.
"Jangan lupa untuk selalu ucap basmalah sebelum melakukan sesuatu."
"Teman yang baik bukan yang banyak uang atau keren penampilan, tapi dia yang selalu tulus menyayangi setulus hati."
Thank u for reading!
Wait for the next episode🖤
Di saat Mira (sok) sibuk mengerjakan tugasnya, Vita mengejutkan dari belakang. Tapi sayang, Mira tetap tidak kaget, malah menatap Vita dengan tatapan 'apaan sih'.
"Kenapa lo ga kaget sih?" tanya Vita sebal. Mira hanya menjawab dengan mengendikkan bahunya. Vita melihat Mira heran, kenapa anak ini rajin sekali? Ia pun menarik paksa laptop Mira.
"Vitaa! Ngapain di ambil?"
"Gak-gak! Gue bosen liat lo rajin terus, break dulu kek sebentar, ya-ya-yaaaa," bujuk Vita yang akhirnya di-iya kan oleh Mira.
"Eh, lo tau cowo jurusan sebelah yang namanya Haykal Azril, ga?" tanya Mira tiba-tiba, yang membuat Vita terbatuk.
"Wait? Ga salah nih kuping gue?"
"Kenapa emang? Kuping lo congek?"
"Sejak kapan lo nanyain cowo, Mir? Lo ga kesambet, kan?" ledek Vita sambil memegangi kepala Mira.
"Enggak, Vit. Lo kenal, gak?"
"Ehm.. Pernah sekali-dua kali liat dia. Kenapa sih emang? Jangan-jangan....."
"Stop it! Gue ga suka, cuman penasaran aja," sangkal Mira.
"Penasaran kenapa emangnya?" heran Vita. Pasalnya, baru kali ini Mira penasaran terhadap seorang lelaki. Semenjak dikhianati oleh mantan kekasihnya, Mira tak mempercayai omongan dan janji manis seorang lelaki.
"Katanya dia famous, terus banyak yang suka, kuat iman, dan blablabla. Gue mau deketin dia, gimana ya caranya?"
"Heran gue Mir, sama lo sekarang. Ya, kalo lo mau deketin dia, langsung aja basa-basi. Ngapain juga masih mikir. Lah wong bukan ujian," jawab Vita enteng.
"Pinter juga lo, Vit. Tumbenan."
"Awas lo yaaa!" Vita menggelitik perut Mira kesal. Alhasil, mereka berdua kejar-kejaran. Untung saja tidak banyak mahasiswa/i yang sedang berkeliaran. Jadi tidak mengganggu sama sekali.
"Udah, Vit!!! Cape gueeeeeee! Hosh ... hosh ...." seru Mira dengan nafas yang tak beraturan. Hampir saja ia beberapa kali menabrak pot. Tapi dengan cekatan ia menghindar.
"Eh eh! Mir, lo liat deh!" desak Vita menarik Mira agar melihat sesuatu yang ditunjuknya.
"Apaan lagi siiiiii,"
"Itu si Azriiiillll," Mira spontan menoleh. Ikut melihat Azril yang tengah membaca sebuah buku sendirian.
"Duh, pantesan lo suka ya Mir sama dia,"
"GUE GAK SUKA!"
"Dahlah, gue pergi dulu. Awas aja ya kemakan omongan sendiri." ucap Vita langsung meninggalkan Mira begitu saja. Mira berdecak kesal. Enak aja datang bikin rusuh terus pulang.
Mira mengambil laptopnya di tempat semula. Lalu beranjak menghampiri Azril. Tapi langkahnya terhenti. Tangannya malah tergerak mengambil handphone dan menelpon Vita.
"Mira lo ngapain, sih?! Perasaan kita barusan ketemu deh,"
"Gue bingung nih mau deketin tuh cowok gimana,"
"Aelahhhh gitu doang? Apaan sih lo Mir sumpah gaje banget,"
"Gimana Vit, ayo dong,"
"Lo samperin aja kek pura2 marah atau apa gitu."
"Oke. Makasih bebbbb muach!"
Ttuuttt
Mira tersenyum lebar. Mungkin dengan cara ini ia akan berhasil memancing cowok 'famous' itu. Meskipun sedikit aneh dengan menggunakan cara marah-marah. Tapi tak apa lah.
"Eh, lo cowok tadi, kan ya?" Azril mendongak. Terkejut karena tiba-tiba saja wanita tadi datang dengan raut muka sedikit seram.
"Maaf, mbak. Tadi saya gak sengaja kok,"
"Tapi lo beneran gak ada niatan modus, kan?!"
"Astaghfirullah. Beneran gak ada mbak,"
"Jangan manggil gue mbak dong. Berasa tua gue,"
"Oh iya maaf."
Sedari tadi, Azril hanya menatap Mira sesekali saja. Ia lebih sering menundukkan kepalanya. Mira yang melihatnya jadi lebih yakin, kalau cowok ini benar seperti apa yang kebanyakan orang katakan.
"Tanya gitu kek nama gue siapa," Azril tersenyum mendengar ucapan Mira.
"Namanya siapa?"
"Gitu dong. Gue Mira,"
"Oh iya, Mira. Maaf kalo saya sering nubruk, sampe kamu nuduh saya macem-macem,"
"Gue maafin. Tapi dengan satu syarat," Azril yang hendak beranjak pergi mengurungkan langkahnya. Apa lagi?
"Lo harus mau ngajarin gue baca Al-Qur'an," pinta Mira sebagai persyaratan. Azril membelalakkan matanya, sangat-sangat-sangat terkejut. Bagaimana bisa wanita setua ini belum bisa membaca Al-Qur'an?
"Gimana? Lo bisa, kan pastinya?" Azril terlihat seperti berpikir.
"Ehm... Saya pikirkan dulu ya, Mira,"
"Ah kelamaan lo. Yaudah kaga gue maafin."
"Yasudah-yasudah. Iya," jawab Azril, akhirnya. Ia tak mau jika di akhirat nanti, Mira akan meminta balasan atas perbuatan yang ia lakukan, meskipun tidak sengaja.
Dalam hati Mira tersenyum lebar. Merasa berhasil akan rencananya kali ini. Tapi ia tetap menjaga image agar tak terlihat aneh di mata Azril. Padahal, dari awal dia marah-marah sudah aneh.
"Saya pamit ya. Assalamu'alaikum." pamit Azril. Entah telinganya yang bermasalah, atau memang benar, bahwa salamnya tidak dijawab oleh Mira.
Dalam perjalanannya kembali ke kelas, Azril terus kepikiran. Bagaimana caranya ia mengajari Al-Qur'an kepada Mira? Bagaimana kalau-kalau imannya bisa tergoda untuk melakukan sesuatu yang berdosa? Bagaimana kalau .... duh, kenapa Azril jadi pusing begini?
Tapi, dalam hati Azril juga penasaran kepada Mira. Kenapa seakan ada sesuatu yang di sembunyikan? Atau permintaannya hanya tipuan? Atau--Azril beristighfar. Tak seharusnya ia suudzon (berprasangka buruk) kepada orang yang baru saja dikenalnya.
"Astaghfirullah. Ya Allah, semoga hamba selalu berprasangka baik kepada Engkau dan kepada sesama manusia. Aamiin."
.
.
.
"Azril yang di puji banyak orang pun juga bisa melakukan kesalahan. Jangan lupa untuk selalu husnudzon (berprasangka baik) kepada sesama ya, teman-teman!"
Thank u for reading🥺👉👈🖤
Jangan lupa tinggalkan jejak!✨
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!