Di dalam ruangan, ada 30 mahasiswa di jurusan bisnis sedang fokus mendengarkan materi yang dijelaskan oleh dosen paling killer di kampusnya yaitu pria paruh baya 53 tahun.
Suasananya sangat hening dan sunyi seolah-olah kalau ada yang berisik seperti di pasar dipastikan menerima hukuman berupa latihan wajib militer.
Sebut saja namanya Gatot Mahardika.
Beliau ini sangat terkenal di Universitas XXX sejak terdaftar saat lowongan kerja dosen dibuka.
Beliau dulunya mantan jenderal TNI Darat yang terkenal pemberani, kejam dan beringas ketika berada di medan pertempuran.
Beliau punya wajah sangar dan memberi hukuman anti - mainstream kalau ada mahasiswa yang tidak mengumpulkan tugas matkul alasannya lupa.
Pak Gatot ditakuti 99,0% populasi mahasiswa baik alumni atau yang masih berkuliah sampai detik ini, karena berhasil mencegah adanya bullying.
Kecuali Rhea dan anak buahnya.. Berdasarkan isi kamusnya, tidak ada yang bisa ditakuti oleh Rhea selain Tuhan sang pencipta alam semesta.
Anak buahnya tidak lain dan tidak bukan adalah Erza yang sudah bersamanya sejak masih bayi.
Rhea dan Erza kompak mencuri mangga di rumah pak Wahyu, ketiduran di dahan pohon, suka makan mie ayam warung Mang Wawan, suka memborong ikan di pasar untuk kucing jalanan dan lain-lain.
"Untuk materi kuliah hari ini, kita akan membahas dan mempelajari tentang layanan bisnis."
“Banyak sekali penjelasan dari berbagai sumber website yang muncul dan mudah mencarinya di google hanya modal mengetik di handphone.”
"Zaman sekarang, semua teknologinya semakin canggih dan modern bahkan serba digital. Tidak seperti masa sulit di zaman bapak dulu."
"Bapak ingin tanya. Adakah dari kalian yang dapat
menjelaskan artian layanan bisnis dengan kalimat sendiri?" tanya beliau melihat seisi ruangan kelas, membenarkan posisi kacamatanya yang melorot.
Seorang gadis berparas cantik dengan mata sipitnya yang duduk di bangku keenam dalam barisan tengah segera mengacungkan jarinya ke atas.
"Saya bisa pak!" ucap gadis itu sedikit berteriak dan bernama Rheasya Livynzea Quitteirn.
Gadis yang suka jahil ke semua dosen, pecicilan, maniak permen milkita strawberry dan sering kali absen kuliah tapi selalu A+ setiap matkul jurusan.
Dia biasa disapa Rhea. Khusus keluarganya, dia dipanggil 'Ivy'. Gadis dengan tingkah absurdnya sering kali membuat banyak dosen darah tinggi setiap hari kecuali di hari libur.
Rhea itu anak pemilik kampus yang saat ini telah menjadi tempat kuliahnya dan putri tunggal dari keluarga konglomerat nomor satu di dunia.
Tidak heran kalau semua dosen tidak ada yang berani melaporkan catatan kenakalannya Rhea kepada orangtuanya.
Catatannya ada banyak sekali, dari melukis abstrak kepala botak pak Supriani dengan koleksi lipstik bu Marlezain, menyembunyikan alat cukur pak Ali, dan menimbun make up bu Nur dalam tanah pot bunga.
Bahkan, Rhea pernah mengunci pintu ruang dosen agar tidak bisa mengajar, menyembunyikan mic di plafon gudang agar tidak ada ceramah pagi.
Meskipun pemilik kampusnya, Zavier Alreszion Quitteirn mengetahui semua kelakuan putrinya, hingga hanya bisa mengelus dada.
Pria paruh baya 42 tahun yang nampak awet muda, tampan, berotot, dan gagah ini malah membiarkan Rhea bebas untuk melakukan apapun asalkan tidak diluar batasan yang ditetapkannya.
Mau bagaimana lagi, Daddy Rhea ini tipikal pria tsundere, posesif, protektif dan bucin putrinya.
Daddy Rhea yang seorang CEO juga tidak merasa tanggung-tanggung untuk membelikan perhiasan, tas, sepatu, skincare, pakaian, make up pada istri dan putrinya yang limited edition + sangat mahal.
Tidak segan untuk mengajak istri dan putrinya pergi berlibur menjelajahi setiap negara di belahan dunia, membayar biaya salon dan spa, membelikan motor, mobil, helikopter, mansion, pulau, dan lain-lain.
Apapun permintaan Rhea, pastinya selalu bisa dikabulkan cuma dalam jentikan jari meskipun terdengar aneh dan mustahil.
Istrinya? Jangan ditanya lagi deh.
Melati Laeni Awiyata sudah angkat tangan. Setiap hari di pelipisnya, sampai dia tempelin koyok lima lapis karena pusing dan stress, kalau menyangkut kelakuan aneh bin ajaib putrinya.
Entah ngidam apa dia waktu hamil dulu.
Kok bisa ya punya anak gadis yang nggak ada sikap anggun sama sekali. Padahal dia itu mencerminkan sikap feminim, anggun, lemah lembut lagi.
Lah ini, anak gadis satu-satunya malah tomboy, bad girl, suaranya mirip tarzan, bar-bar lagi. Ya Tuhan!
Sukanya keliaran bebas, kalau pulang suka lupa alamat rumah mirip monyet lepas dari kandang kebun binatang dan harus dijemput suaminya.
Duh! Bisa nggak tuker tambah anak? Ada yang mau ngadopsi anak gadisnya nggak? Melati ikhlas kok.
Punya anak kok bandelnya minta ampun. Gini mau buat anak lagi sama suami apa nggak kena mental nanti kalau lahir plek-ketiplek seperti putrinya?
Beneran deh, satu anak sudah cukup buat Melati.
……
Pak Gatot menoleh ke arah asal suara itu dengan tatapan jengkel karena tahu siapa orangnya.
Alasannya? Tentunya aksi jahil si Rhea yang malah mengunci ruang kelas supaya dosen killer itu tidak bisa masuk ke ruang kelas.
Dan akhirnya pak Gatot mendobrak paksa pintu menggunakan tenaga bantengnya, lalu berakhir melotot tajam Rhea yang cengengesan.
Rhea melakukan itu karena teman-temannya belum mengerjakan tugas matkul dosen killer itu yang hari inilah deadline pengumpulannya.
Dia punya hati nurani sebaik malaikat, merasa tidak tega melihat teman-temannya dihukum berjamaah.
Dia sudah mengerjakan, tapi malah ketinggalan di rumah dan malas ambil yang berujung kena omel, siapa lagi kalau bukan baginda ratu Melati.
Pada akhirnya, pak Gatot memberikan hukuman push up 100x pada lelaki, dan back up 50x untuk perempuan, hal itu berlaku juga untuk Rhea tapi jumlah back up jadi 80x.
Setelah selesai melaksanakan hukuman barulah beliau menyuruh mereka masuk ke dalam ruang kelas dan mulai mengajar.
Kembali pada beliau yang menatap malas Rhea yang selalu berhasil membuatnya kesal, frustasi, emosi dan pusing bercampur jadi satu di kepala.
"Kamu lagi, kamu lagi! Bosen bapak ngelihat wajah kamu setiap matkul bisnis bapak."
Yang disindir malahan cengar-cengir tidak jelas. Sudah kebal dengan ucapan pedas dari musuh bebuyutannya sejak pertama kali masuk kuliah.
Karena hanya beliau yang belum berhasil Rhea taklukan dan itu misi terakhir tingkat sulitnya.
Padahal semua dosennya telah berhasil tunduk dan tidak berani macam-macam dengan Rhea.
"Seharusnya saya yang bilang begitu. Kenapa sih malah bapak yang ngajar matkul bisnis?"
"SSBL! Suka-suka bapak lah! Cepat artikan layanan bisnis. Kalau kamu tidak bisa jawab, biarkan bapak tunjuk temanmu yang lain untuk menggantikanmu." sarkas pak Gatot dengan bersedekap dada.
"Yaelah, sabar napa bapake! Orang sabar pantatnya tambah lebar, begitu yang saya dengarkan dari pak ustadz pas dakwahnya lewat di youtube short saya."
"Heh, jangan ngawur kamu. Yang benar kuburannya sempit. Begitu doang nggak tahu, begini mahasiswi yang dikenal pintar kalau keseringan absen kuliah."
“Kok nyindir saya? Bapake sensian banget sih, kayak perempuan yang lagi datang bulan. Oh jangan bilang bapake bukan laki-laki?”
“Malah tambah ngawur!! Coba lihat, bapak punya jakun, kumis sama jenggotnya! Mau bukti apalagi biar bisa percaya kalau bapak beneran laki-laki?” sewot pak Gatot dengan ekspresi kesalnya.
Arabela Mellani, gadis yang duduk di sebelah Rhea menyahuti ucapan dosen itu setelah bibir pucatnya diolesi gincu biar kelihatan bewarna.
“Tunjukin kalau bapak punya tongkat, baru si Rhea percaya ucapannya bapak.” tantang Bela.
“Anjir! Tongkat apaan tuh?! Tongkat bisbol kah Bel?” sahut Vinandita Lauze, mahasiswi yang suka aktif di website universitas XXX mencari gosip viral.
Sontak seisi ruangan itu tergelak mendengar sahutan Dita yang berhasil bikin otak mereka traveling ke mana-mana.
Mereka sontak tertawa terbahak-bahak, bahkan Rhea memegangi perutnya yang kram dan tidak berhenti tertawa ngakak.
Pak Gatot menggebrak meja sehingga terdengar suara keras dan membuat semuanya terdiam bak patung, lalu suasananya menjadi hening kembali.
“SEMUANYA DIAM! MAU BAPAK BUANG KALIAN KE SUNGAI AMAZON BIAR DIMAKAN IKAN PIRANHA?!"
Semuanya pura-pura sibuk urusan masing-masing dan tidak berani membuka mulut, apalagi melihat wajah dosen itu.
“Nahh... begini kan sudah nggak ramai lagi kayak pasar. Rhea, ayo jelaskan pertanyaan bapak tadi!”
"Layanan bisnis artinya mengacu ke arah segala layanan yang digunakan suatu perusahaan untuk menjalankan aktivitas setiap harinya."
"Layanan ini tidak menghasilkan komoditas nyata karena layanan bisnis berperan sebagai integral di suatu perusahaan, misal meningkatkan kepuasan pelanggan yang datang ke perusahaan."
"Bagaimana pak? Apa jawaban saya memuaskan rasa penasaran bapak?" goda Rhea menaik salah satu alisnya ke atas.
Pak Gatot mengelus dagunya yang sudah tumbuh jenggot sambil mengangguk. "Lumayan lah."
Rhea sontak merasa tidak terima. Padahal jawaban penjelasannya sudah diringkas dari seluruh website google dan dibuat dengan kalimat sendiri malahan.
"Lah? Kok lumayan, pak? Nilainya berapa pak?"
"Terus maunya kamu dikasih nilai berapa, Rheasya Livynzea Quitteirn?" tanya beliau sembari menekan nama lengkap mahasiswi satu ini.
"Kasih nilai A+ saja pak. Sekali-kali jangan pelit kalau ngasih nilai biar ngurangin dosanya bapak."
"Jangan nilai A+ doang napa, minta ditraktirin mie ayam dari warung Mang Wawan juga.." sahut Erza Zakia Pratama. Sang ketua kelas jurusan bisnis.
Pak Gatot geleng-geleng kepala saat mendengarkan penuturan nyeleneh Rhea dan Erza.
Entah sebuah kebetulan atau tidak, mereka menjadi teman sekelas jurusan bisnis. Nama mereka sangat terkenal di Universitas XXX dan bahkan disebut duo pembuat masalah.
Jika diibaratkan, Rhea induk ayamnya dan Erza anak bebek yang mengikuti ibunya.
Kemana-mana mereka selalu ada berdua, terus tidak bisa dipisah seperti perangko dan amplop.
Jika ditanya pacaran atau nggak, mereka hanya sahabat, lebihnya kayak kakak adik gitulah.
"Kamu ini, ibarat dikasih HP apple malah mintanya HP nokia. Apalagi kamu, Erza. Ja--"
Belum selesai menceramahi mereka, tiba-tiba terdengar suara kentut yang terdengar sangat nyaring hingga membuat seisi ruangan kaget.
Preeett... Preeett.. Duutt.. Duuuuttt...
Asal suaranya dari beliau yang buru-buru keluar dari ruangan menuju ke toilet karena sudah kebelet BAB sambil memegangi pantatnya.
Beliau bahkan masih mengeluarkan suara kentut saat berlari di sepanjang lorong koridor.
Semua mahasiswa termasuk si Rhea dan Erza segera menutup hidung masing-masing.
"Iiihh... Bau banget. Pak Gatot makan apa sih tadi pagi? Mau muntah gue ini." tanya Tasya Alldeitza, gadis yang suka ngehaluin cowok fiksi di aplikasi baca oranye sambil mengibaskan tangannya.
“Huwekk!! Huwekk! Gue tau banget bau ini kayak habis makan jengkol. Nggak bohong gue!”
"Semprot minyak wangi, ini beneran bau. Hidung gue nggak bisa nahan lebih lama lagi. Suwer!"
"Jangan parfum gue njir, ini gue belinya mahal pake banget. Di Paris, limited edition lagi."
"Halah, gaya lo. Guys, stella parfumnya ada di mana sih?! Bantu nyariin dong. Cepetan!"
"Terakhir kali gue naruhnya di dalam lemari kaca dekat meja dosen pas habis piket kemarin."
"Cepetan disemprot anjir, ini bau kentut Pak Gatot nggak hilang! Gue bakalan meningsoy beneran ini kalau terus nyium baunya cok!"
Sedangkan si Rhea sudah jatuh pingsan.
Teman-temannya berdiri dan menghampiri Rhea yang sudah terkapar lemas di lantai.
Pantesan ya kok nggak ada suaranya tadi.
Erza segera membopong ala bridal style tubuh Rhea yang seringan kapas dan berlari ke UKS.
Mereka tidak tahu kalau Rhea pada saat itu sudah meningsoy, gara-gara dia tidak kuat mencium bau kentut pak Gatot.
Entah bagaimana nanti reaksi orangtuanya Rhea kalau mengetahui penyebab meninggalnya putri kesayangan mereka karena mencium bau kentut milik pak Gatot yang seperti racun mematikan.
-TBC-
Rhea mengerjapkan matanya berulang kali untuk menyesuaikan cahaya lampu yang mengenai iris sebiru permata sapphire sambil melenguh pelan.
'Loh, ini gue ada dimana?' batinnya merasa bingung dengan ekspresi wajah linglung.
Rhea terduduk di atas ranjang kasur King Size dan matanya menelisik sekeliling yang nampak sangat asing dan aneh baginya.
Sebuah kamar yang sangat luas seukuran kamarnya yang bercat biru tosca dengan perabotan mewah.
Kamarnya yang asli bercat abu-abu dan berantakan.
Lah ini? Rapi pakai banget, nggak seperti kapal pecah dengan tisu, bungkus kosong snack dan baju-baju kotornya yang berserakan.
Rhea ingat bahwa dia sebelumnya pingsan di kelas karena hidungnya mencium bau kentut pak Gatot.
Harusnya dia dibawa ke UKS oleh Erza, tapi kenapa malah terdampar di kamar yang bukan miliknya.
Rhea beranjak dari ranjang kasurnya dan berdiri di depan cermin yang ada di samping meja belajar.
Seketika dia langsung syok berat dan hampir saja pingsan lagi untuk kedua kalinya.
"I-inii? Ini wajah siapa cok?! Gue kan nggak pergi ke Korea buat oplas wajah gue yang seimut Zhao Lusi, dan secantik Kim Jisoo!"
"Tapi, tunggu sebentar... Wajah gue yang sekarang ini berkali-kali lipat lebih cantik daripada wajah asli gue, anjing! Kayak perpaduan wajah antara Dilraba Dilmurat sama Bai Irene, njir!"
Kecantikan wajah unreal yang terlihat di pantulan cermin bagaikan melihat versi dewi Aphrodite.
Pipi chubby, bulu mata lentik, alis cokelat, hidung mancung, rambut pirang, bibir mungil pink.
Kulitnya halus, lembut dan seputih salju. Apakah ini yang dinamakan bidadari tak bersayap? Atau benar reinkarnasi dewi kecantikan?
Sekilas persis boneka hidup, hanya tinggi badannya yang berbeda jauh dengan tubuh aslinya yang cuma 157 cm. Tinggi badan tubuh ini sekitar 168 cm, dan selisihnya 11 cm. Mengsedih sekali.
Memiliki persamaan pinggang ramping, lekukan tubuh menonjol di area dada, pinggul dan pantat. Membentuk tubuh seperti jam pasir yang terlihat sangat ideal dan idaman para wanita di luar sana.
"Ini mimpi bukan sih?! Aduh!! Kok pipi kiri gue yang kecubit sakit? Berarti ini beneran nyata dong, anjir?!"
Rhea mengaduh kesakitan saat mencubit sekeras mungkin di pipi kirinya hingga tampak memerah.
Lirikan ekor matanya tidak sengaja melihat potret pigura di atas meja belajar dengan sebuah nama.
Rheavyna Lauren Harleyn.
"Kayak nggak asing sama nama ini?" monolognya sambil jari telunjuknya mengetuk dagu.
Satu detik.. Lima detik.. Sepuluh detik..
Matanya refleks melotot saat mengetahui tentang nama itu bahkan bola matanya hampir saja keluar dari tempatnya.
"What the fuck! Itukan nama antagonis sampingan di novel yang cuma gue baca sekilas sinopsisnya."
"Masa iya jiwa gue ngalamin transmigrasi ke tubuh antagonis sampingan, kayak nggak ada peran yang lain aja! Bisa mati lagi gue kalau gini caranya, njir!"
"Duh!! Sial banget sih hidup gue! Ya Tuhan... Apa ini balasan ke gue yang selalu bikin semua orang yang darah tinggi setiap hari? Gue kudu eottokhe cok?!"
Rhea merasa frustrasi hingga menjambak rambut dan tertawa sumbang seperti orang gila.
Bagaimana Rhea bisa menjalani hidupnya di dunia novel kalau mengetahui alurnya dari sinopsis yang dibaca bagian belakang novel?
...
Novel 'Stand by Me' baru-baru ini ramai dibicarakan di kalangan remaja pecinta genre romansa fantasi.
Rhea pernah membacanya sekilas karena dipinjami Erza yang hobi mengoleksi novel, sampai membuat perpustakaan pribadi di rumahnya.
Novelnya cukup klise karena hanya berfokus pada dua pemeran utama pada akhirnya bahagia.
Namun, tidak dengan para pemeran tokoh lain yang berkorban demi keduanya bersatu di epilog novel.
Zevan Xaviero Delarz. Tokoh utama pria yang resmi bertunangan dengan Rheavyna Lauren Harleyn yang menjadi tokoh antagonis sampingan.
Namun, pertunangan itu berakhir secara sepihak karena Zevan jatuh cinta dengan Luana Mentari.
Sang tokoh utama wanita dari desa yang merantau ke kota, untuk menggapai mimpinya bersekolah di GIHS (Genius International High School).
Luana berhasil masuk karena dibawa oleh bibinya yang menjabat sebagai guru BK di GHS, dan tidak melalui ujian beasiswa bagi murid tidak mampu.
Adelia Meysanie Caitland, sang tokoh antagonis utama wanita merasa tidak terima dari kelakuan Zevan yang telah berani mempermainkan hati si Rheavyna Lauren Harleyn, sahabat kecilnya.
Adelia dan si Rheavyna melakukan aksi membully pada Luana sebagai bentuk pembalasan dendam.
Zevan dan tokoh antagonis utama pria yaitu Sagara Elindwise Crowle yang sama-sama jatuh cinta pada Luana tidak tega saat pujaan hati mereka dibully.
Mereka yang sejak lama bermusuhan harus bekerja sama untuk melenyapkan Adelia dan Rheavyna.
Karena Zevan pria licik dan manipulatif, dia berhasil mengkambinghitamkan Sagara sebagai pelaku dari kasus kematian Adelia dan Rheavyna.
Dia menjalani kehidupan bebas, dan tidak menjadi buronan polisi meskipun ikut serta menghilangkan nyawa anak dua keluarga berpengaruh dari kelima keluarga sultan di dunia.
Sagara mati karena dibunuh keluarga Caitland dan keluarga Harleyn, yang tidak terima kematian putri kesayangan mereka dibunuh secara kejam.
Di saat akhir ceritanya, Zevan dan Luana menikah setelah lulus sekolah dan dikaruniai anak kembar. Tamat.
...
Rhea yang masih melamun memikirkan nasibnya yang mengenaskan dari alur cerita novel, terkejut saat pintu kamarnya diketuk seseorang dari luar.
"Rhea, mama boleh masuk ke dalam?"
Rhea membenahi rambutnya yang berantakan dan penampilannya yang acak-acakkan. "Masuk aja ma. Pintunya nggak aku kunci." sahutnya cepat dengan sedikit berteriak agar bisa terdengar hingga ke luar.
Wanita paruh baya berusia 40 tahun yang wajahnya nampak cantik dan awet muda seperti Mommy-nya, membuka pintu dan masuk ke dalam kamar setelah mendapat izin dari putrinya selaku pemilik kamar.
Pakaiannya sederhana tapi berkelas dan anggun, mengingatkannya ke Mommy-nya yang tampilan selalu fashionable entah di rumah dan ada acara.
Tiba-tiba Rhea merindukan orang tuanya. Terlebih Mommy-nya yang mengomel saat mendengar dia membuat ulah di kampus.
Dia bahkan rindu Daddy-nya yang selalu membaca dongeng dan menemaninya tidur, membela dirinya saat dimarahi yang berakhir tidur di ruang tamu.
Daddy-nya yang seringkali datang ke kampus guna menghajar mahasiswa yang ketahuan menyatakan cinta ke dirinya.
Mengantar dan menjemput setiap hari, membeli tiket VVIP guna menonton konser boy grup idola, menghabiskan uang dengan mengajak Mommy.
Benar-benar Daddy sempurna sebagai suami dan ayah yang baik, bahkan akan tidak pernah diganti oleh ayah tiri ataupun ayah angkat.
Tanpa dia sadari, setetes air mata sebening kristal mengalir di pipi chubby-nya.
Diana Stevizeana Harleyn, nama wanita paruh baya yang merasa terkejut melihat putrinya menangis itu, seketika mendekat dengan raut wajahnya panik dan jantung yang berdebar tidak karuan.
Raut wajah dan tatapan sorot matanya nampak jelas bahwa wanita paruh baya itu tengah khawatir.
Diusapnya lelehan air mata itu sambil menangkup pipi chubby putrinya dengan lembut.
"What's wrong with you, princess? If you have a problem, don't hesitate to tell me."
"Mama's heart hurts because can't see you cry, princess. Please, don't cry again."
Rhea merasa tersentuh dengan perkataan tulus dari mulut ibunya pemeran antagonis sampingan karena menyayangi putrinya dengan sepenuh hati.
"I'm okay, mama. Aku hanya merasa sedih setelah menonton drama Move to Heaven."
Diana berpikir sejenak, mencoba mengingat judul yang familiar di pikirannya dari ribuan drama yang selesai marathon.
"Drakor yang alur ceritanya bikin nangis itu bukan ya? Mama juga nonton. Kamu suka nonton drakor, Rhea? Kok kamu nggak kasih tahu ke mama?"
Rhea mengangguk jujur. Dia tidak berbohong jika menyangkut hobinya, pengoleksi film drakor dari negara ginseng.
"Mama baru tahu malahan, kalau gitu kapan-kapan kita nonton bareng gimana? Rhea mau nggak?"
"Mau banget ma! Rhea niatnya mau marathon juga yang judulnya Flower of Evil, mama tahu filmnya?"
"Tahu kok, dramanya itu dapat rating tinggi. Oh ya, Rhea nanti harus pakai dress ini, karya buatan dari mama." terang Diana sambil menunjukkan sebuah dress di tangannya bewarna peach.
Diana adalah seorang desainer untuk membuatkan pakaian artis beserta model papan kelas atas yang namanya sudah terkenal di dunia.
Bahkan sudah ada lebih dari 10 cabang butik yang ada di berbagai negara.
Rhea menerimanya dengan ekspresi penasaran dan menatap takjub, penuh kekaguman pada gaun yang terlihat cantik, berkelas dan indah itu.
"Kenapa harus Rhea pakai? Memang ada acara apa malam ini, ma?" tanyanya dengan ekspresi bingung.
Diana menjawil gemas hidung mancung putrinya.
"Tentu saja acara pertunangan kamu dan Zevan, princess. Sekarang ini kan tanggal 5 Maret 20xx, masa princess lupa?"
Rhea mendadak terdiam kaku. Dia tidaklah bodoh mengenai acara sakral yang akan dilaksanakan di tanggal yang sama dengan perkataan ibunya.
Menurut dugaannya, dari acara pertunangan inilah di mana alur cerita novel akan dimulai.
Karena si Rhea asli jatuh cinta dengan Zevan dan dia jangan sampai melakukan kesalahan yang sama lagi jika ingin hidup damai dan aman sentosa.
Si Rhea asli kan jatuh cinta pandangan pertama ke Zevan yang dijuluki pria ideal untuk menjadi suami idaman para wanita di luaran sana.
Rhea harus mengubah alur ceritanya agar nantinya bisa menyelamatkan nyawanya dan Adelia.
"Mama... Apa pertunangan ini boleh dibatalkan? Aku tidak cinta dengan Zevan. Please?"
Diana mengusap lembut kepala putrinya dengan penuh kasih sayang dan tatapan sorot mata yang hangat nan teduh.
"Pertunangan kalian sudah diatur oleh kedua kakek kamu dan kakek pihak ayah dari keluarganya Zevan. Tidak bisa dibatalkan begitu saja, Rhea."
"Menurut mama, cinta pasti datang sendiri seiring kebersamaan kalian dan jalani dulu dengan resmi tunangan sebelum kalian ke jenjang pernikahan."
Pernikahan?! Holy shit!! Rhea bahkan tidak tahu apa dia masih bisa hidup damai dan aman sentosa saat sudah resmi menikah dengan Zevan.
Dia beneran tamat hidupnya jika memilih Zevan sebagai suaminya yang terus menyembunyikan sikap iblis si psikopat sinting haus darah dibalik topeng dinginnya.
Topeng dingin yang akan meleleh seperti gunung es yang terkena matahari setelah bertemu Luana.
Hanya memikirkannya saja, Rhea mendadak ingin menghilang dari sini menggunakan pintu ajaibnya kemana saja milik doraemon.
"Mama keluar dulu ya, mama tunggu kamu di ruang tamu. Jangan lama-lama ya Rhea.. Dandannya yang cantik biar Zevan terpesona sama kamu."
Diana mengecup sekilas pipi chubby putrinya dan melangkah keluar dari kamar.
Meninggalkan Rhea yang tetap terbengong karena bingung harus melakukan apa agar nanti tidak bisa bertemu Zevan dan pertunangan bisa dibatalkan.
Dia emang pecinta cogan apalagi tipenya bad boy seperti Zevan, tetapi harus berpikir dua kali karena pria itu psikopat sinting yang haus darah.
Maunya milih Sagara, tetapi pria itu juga salah satu malaikat maut pencabut nyawa Adelia dan dirinya.
'Enaknya gue harus ngasih alasan apa, anjir! Masa iya sih gue pura-pura nggak enak badan?' batinnya sembari menggigit kuku jarinya, kebiasaan tengah cemas dan otaknya tidak bisa diajak berpikir.
"Tapi kalau semisal gue ketahuan bohong bakalan berabe urusannya nanti!! Sudahlah, pasrah aja gue daripada keluarga Rhea asli dalam bahaya."
"Gue sebagai jiwa yang nempatin tubuhnya harus bisa melindungi keluarga yang disayang Rhea asli. Meskipun gue nggak tahu keberadaan jiwanya."
Rhea yang tidak ada pilihan lain hanya bisa pasrah dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi.
Dia menghabiskan waktu lima belas menit untuk mandi dan mengenakan gaun pilihan ibunya.
Sepertinya dia tidak bisa menghindar dari acara pertunangan ini. Poor Rhea.
-TBC-
Gaun dress peach pemberian dari ibunya ternyata sangat pas di tubuhnya yang bak gitar spanyol ini.
Rhea memilih menggerai rambut blondenya hingga terjuntai ke punggung, dengan menyelipkan jepitan rambut bunga peony di sisi kanan.
Tidak lupa juga merias wajahnya dengan make up tipis-tipis dan lipbalm tanpa menggunakan lipstick atau liptin karena bibirnya sudah pink dari lahir.
Rhea tidak pandai berdandan, yang penting hasilnya tidak aneh dan menor seperti badut Ancol.
Terlebih penting lagi wajahnya tidak make up tebal seperti tante cabe-cabean haus belaian berondong atau duda hot.
"Ini wajah aja udah bikin gue yang seorang cewek terpesona karena cantiknya kebangetan. Masa sih Zevan di alur cerita novelnya lebih memilih Luana dibanding tunangannya yang spek bidadari ini?"
"Mungkin aja matanya beneran buta karena saking silaunya ngelihat sempurnanya tubuhnya Rhea asli. Ibaratnya Rhea asli batu permata terus Luana batu kerikil di kolam lumpur.. Zevan harusnya bersyukur, malah jatuh cinta sama modelan upik abu gitu."
"Gue jamin, meskipun belum lihat wajahnya Luana, pasti kalau ketemu yang bakal bersinar pasti peran Rhea asli daripada peran Luana yang tokoh utama."
Rhea menghela napas panjang sebelum akhirnya keluar dari kamar, kemudian turun menuju lantai 1 menggunakan lift untuk pergi ke ruang tamu.
...
Di ruang tamu terdengar suara gelak tawa sambil berbincang hangat satu sama lain.
Lebih didominasi Diana dan Rosita Allern Delarz, sahabatnya semasa SMA sekaligus akan menjadi calon besannya nanti.
Para bapak-bapak hanya mengobrol seputar bisnis, sesekali menimpali pembicaraan Diana dan Rosita.
"Gimana kondisi bisnis yang lo bangun sekarang?? Butuh bantuan dana dari gue?" tanya Devan yang di alisnya terangkat salah satu dan bersedekap dada.
"Sorry... Tapi gue nggak butuh bantuan dana dari lo. Uang gue nggak bakalan habis dan selalu peringkat pertama orang paling sultan di dunia." jawab Allaric dengan wajah sombong dan bangga.
Devan berdecih kesal dan malas untuk melanjutkan obrolan mereka karena tidak bisa menang jika telah menyangkut seberapa banyak uang yang dimiliki.
Devan selalu ada di peringkat kedua dan tidak bisa menggeser posisi Allaric sejak mereka masih SMA.
Hanya satu pemuda berwajah tampan bak dewa Yunani yang tetap menunduk, fokus memainkan handphone dengan wajah datarnya.
"Diana, di mana calon menantuku? Kenapa Rhea belum datang juga? Aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya."
Diana tertawa kecil mendengar rentetan pertanyaan Rosita yang matanya terus-menerus menatap ke lift yang pintunya belum terbuka, alias tertutup rapat.
"Sabar sayang, mungkin Rhea masih butuh waktu untuk mempersiapkan diri.. Tunggu sebentar lagi, pasti Rhea bakal turun ke sini."
Allaric Dominico Delarz sebagai suami memberi pengertian kepada Rosita, istrinya tercinta.
"Sepertinya bukan hanya ibumu saja yang kangen dengan Rhea. Bukan begitu Zevan?" tanya Devano Aldeian Harleyn yang matanya melirik ke pemuda tampan di sofa paling ujung.
Pemuda tampan yang merasa namanya dipanggil, menolehkan kepalanya ke calon mertuanya.
"Ya, kangen." ucapnya padat, singkat, to the point.
Definisi duplikat Allaric sewaktu masih muda dulu, andalannya raut wajah datar tanpa senyuman.
Ditambah sikap dingin dan cuek, berbicara dapat dihitung dengan jari jumlah kata yang keluar dari bibir tebal pink yang tidak pernah menjadi hitam, padahal sering merokok.
Rahangnya tegas, hidung mancung, alisnya sedikit menukik, bola mata emas, lesung pipi, rambutnya hitam legam, dan tatapan tajam bak burung elang.
Sungguh pahatan wajah sangat sempurna yang diciptakan oleh Tuhan hingga membuat banyak wanita rela menjatuhkan harga diri mereka.
Mereka melakukannya hanya demi menjadi kekasih atau calon istrinya yang diidamkan banyak wanita.
Zevan turunan gen ibunya yang lahir di China dan gen ayahnya yang lahir di Spanyol.
Rhea turunan gen ibunya yang lahir di Rusia dan gen ayahnya yang lahir di Korea Selatan.
Latar belakang novelnya sama seperti di kehidupan sebelumnya yang terasa nyata, dimulai dari tempat tinggalnya yang di Indonesia serta negara kelahiran orang tua Rhea dan Zevan atau tokoh lainnya.
Kalau Rhea di kehidupan dulu tinggal di Bandung, di dunia novel tempat tinggalnya di Jakarta.
...
Suasana ruang tamu menjadi hening saat terdengar langkah kaki dengan sepatu hels bersentuhan lantai marmer yang menggema semakin mendekat.
Mereka semua terdiam ketika melihat Rhea yang malam ini terlihat sangat cantik nan mempesona.
Bahkan perhatian Zevan teralihkan dari handphone, dan tidak berkedip sama sekali karena arah tatapan mata emasnya hanya pada satu objek yang menarik perhatiannya dengan degup jantung yang menggila.
"Ekhm!" Suara deheman Diana berhasil membuat mereka termasuk dirinya tersadar kembali.
Bahkan Zevan kembali sibuk dengan handphonenya karena membahas pekerjaan dengan asistennya.
Diana berdiri dan menggandeng tangan putrinya, menuntun Rhea untuk duduk di tengah yang sisi kanan dirinya dan sisi kiri sang suami.
Rhea sebenarnya penasaran dengan wajah Zevan, karena hanya bisa melihat dari sisi samping tetapi pria itu menundukkan kepalanya memandangi ke layar handphonenya.
Apa yang ada di gadget canggih itu lebih menarik daripada dia? Sialan! Dia seperti tengah cemburu dengan benda mati yang dipegang Zevan.
"Rhea, ayo sapa mereka dulu. Mereka sudah lama nggak ketemu Rhea.." ucap Devan menepuk pelan pundak putrinya yang tengah memberengut kesal.
Devan dalam hati memaki Zevan yang sama sekali tidak peka dengan wajah kesal putrinya. Meskipun, tertutupi dengan sikap ramah dan senyuman tipis.
"Iya papa. Selamat malam om, tante..." ucap Rhea dengan tersenyum seceria dan sehangat mungkin.
"Kok tante sih? Panggil mommy dong, kan kamu bakal jadi menantu mommy."
"Aah? Iya mo-mommy." ucap Rhea yang sedikit terbata-bata dan masih belum terbiasa dengan panggilan itu. 'Lo harus tenang Rhea.' batinnya.
Rhea terus mengulang kalimat itu agar tidak terlihat kalau dia merasa gugup meskipun kedua tangannya itu sudah berkeringat dingin.
"Boleh mommy meluk kamu sayang?" tanya Rosita dengan tatapan penuh harap.
Rhea memandangi bergantian orang tuanya seakan ingin meminta persetujuan terlebih dahulu.
Rhea segera memeluk tubuh Rosita yang duduk di samping ibunya setelah orang tuanya mengangguk sebagai jawabannya.
"Mommy kangen pakai banget sama Rhea. Sudah sepuluh tahun kita nggak ketemu semenjak kamu sekeluarga tinggal di Swiss, sewaktu kamu masih umur 6 tahun. Rasanya sepi nggak ada Rhea."
Dia paham sekarang. Rhea asli sempat tinggal di Swiss karena pekerjaan ayahnya yang tidak dapat ditinggal dan harus segera diselesaikan.
Dia sekeluarga kembali ke Indonesia dan menetap lagi di mansion Harleyn, bertepatan umurnya yang menginjak 16 tahun di tahun ini.
"Rhea juga kangen banget sama mommy. Gimana kabar mommy selama ini?" tanyanya yang dijawab cepat oleh Rosita. "Kabar mommy baik kalau Rhea gimana? Mommy dengar kamu makannya sedikit."
"Tapi Rhea makannya teratur, jadi mommy jangan khawatir. Rhea waktu itu ikut program diet."
Mata Rosita reflek terbelalak dan wajahnya berubah serius. "Jangan pernah ikut program diet apapun itu ya sayang.. Tubuh Rhea sudah ideal kalau Zevannya gendong kamu, berasa kayak bawa kapas." jelasnya sedikit bercanda.
"Daddy nggak kamu peluk?? nggak kangen juga hm?" tanya Allaric sambil menaikkan salah satu alisnya dan melengkungkan bibirnya ke bawah.
Aduh.. Suaranya itu bikin Rhea meleyot. Rhea yang goyah dengan visual ayahnya malah tambah goyah waktu ngelihat visual Allaric.
Dedek nggak tahan abang. Sexy sekali permisahh..
"Iya, ini udah Rhea peluk. Rhea kangen banget sama daddy." ucapnya setelah duduk samping Allaric, tapi matanya menelisik visual Zevan di ujung sofa sana.
Dari tubuhnya sih.. beneran menggoda iman banget kayak ayahnya dan Daddy Allaric, tapi semakin jelas melihat wajahnya yang ternyata plek-ketiplek sama Daddy Allaric hingga mulutnya sedikit terbuka lebar.
...
Sebenarnya, sedari tadi Zevan menahan cemburu ketika melihat gadis pujaan hatinya yang memeluk laki-laki lain, padahal itu adalah ayahnya sendiri.
Apalagi, dia belum mendapatkan jatah pelukannya. Seharusnya, dia merengkuh cepat tubuh mungil itu sebelum didahului orang tuanya. Dia tidak terima.
Kalau ayah gadis pujaan hatinya, Zevan masih maklum dan memperbolehkan untuk dipeluk.
Rhea milik Zevan seorang dan tidak ada yang boleh memilikinya. Itulah motto hidupnya.
Setelah acara berpelukannya selesai Diana segera menyuruh putrinya untuk berbicara berdua dengan Zevan supaya bisa mengenal lebih dekat.
"Zevan tunggu di bangku taman belakang aja, nanti Rhea nyusul ke sana.. Dia mau buatin kamu minum sama bawain camilan. Rhea bilang supaya terbiasa ngelayanin kalau sudah resmi jadi istri kamu nanti."
Rhea seketika melotot kaget mendengar penuturan ibunya yang berbohong, mana pernah Rhea berkata hal seperti itu. Biar terbiasa katanya?
Kalau jadi istri kedua ayahnya ataupun Daddy Allaric dia mau-mau saja, hehe bercanda guys!
Terlebih lagi wajah bapak-bapak yang usianya tidak muda lagi, namun masih tampan dan tubuhnya juga berotot kekar. Rajin nge-gym kayaknya nih.
'Sadar Rhea! Papa dan Daddy Allaric sudah beristri, jangan lo gebet, anjing!' batinnya merutuki dirinya.
Zevan melirik sekilas calon mertuanya dan segera mengangguk singkat lalu pergi ke taman belakang yang berada di ujung koridor.
Sebelum Rhea beranjak pergi ke dapur, Diana tidak lupa membisikkan sesuatu di telinga kanannya.
"Rhea jangan lupa bikin minuman yang enak sama bawain juga camilan yang mama beli kemarin buat Zevan... Kamu perlu fokus bikinin minumnya pakai cinta biar Zevan klepek-klepek sama kamu."
Rhea malah berencana buat Zevan ilfeel dengannya biar tidak jadi tunangan, apalagi menikah. Rhea asli pasti bakal ngelakuin hal yang disuruh ibunya tanpa terpaksa karena terlanjur jatuh cinta sama Zevan.
Rhea hanya menanggapi dengan anggukan kepala dan pergi melenggang ke dapur setelah mengingat ingatan Rhea asli yang tersimpan di otaknya.
...
Rhea yang saat ini masih berkutat di dapur tengah memikirkan sebuah rencana.
Aha! Dia punya ide sekarang. Dia akan menuangkan rebusan teh yang sudah mendidih ke dalam cangkir dan memberi sepuluh sendok makan garam.
Dia dengan sengaja memanggang kue kering yang dibeli ibunya kemarin dalam oven hingga semakin gosong setelah mengaduk rata teh buatannya.
Rhea pastikan di rencananya kali ini akan berhasil 100% tanpa kegagalan. Demi hidup aman santosa.
Rhea meletakkan teh dan camilannya pada nampan. Kemudian, membawanya berjalan keluar dari dapur, menuju taman belakang.
Dia menaruhnya di atas meja bundar kecil dan ikut duduk di kursi sebelah Zevan.
"Ekhm! Bisa dimulai sesi tanya jawabnya?"
Zevan meletakkan handphonenya di atas meja dan mendongakkan wajahnya. Urusan pekerjaan kantor diselesaikan nanti jika sudah pulang ke rumahnya.
Zevan bisa melihat dengan jelas ekspresi terkejut dan tatapan penuh kekaguman dari gadis pujaan hatinya. Ahh.. Sungguh menggemaskan.
Rhea yang terpaku dengan ketampanan unreal dari tokoh utama pria sontak langsung tersadar, sambil mengerjap berulang kali dengan wajah linglung.
Rhea membuang muka ke samping, merasa malu setengah mati karena dia ketangkap basah tengah terpesona dengan visual Zevan.
Ketampanan dan tubuh yang kekar berotot milik Zevan membuatnya oleng seketika, sekilas mirip idolanya di kehidupan dulu seperti Cha Eunwoo.
Meskipun mereka tidak sama secara keseluruhan dari warna bola matanya yang sudah berbeda.
"Terpesona hm?" tanya Zevan dengan suara serak basah yang membuat Rhea tertegun sejenak.
'Siapapun tolong bantu gue hilang dari sini secepat mungkin!! Nggak kuat banget sama deep voicenya, anjing! Berasa ngelihat idola gue, padahal mereka nggak kembar!' batinnya menjerit kuat dalam hati.
Kalau seperti ini, pantas Rhea asli jatuh cinta sama Zevana. Modelan begini apa tidak terpesona huh?
-TBC-
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!