Seyra menghela napas dalam-dalam saat dia melihat jam di tangannya. Setengah jam lagi, waktu menunjukkan pukul 10 malam, Seyra bersiap menutup Kafe. Setelah itu, dia masih harus bekerja selama beberapa jam di Club malam tempat dia bekerja.
"Sey, kamu berangkat aja sekarang ke Club, biar nanti aku yang lanjutin bersihin mejanya." ujar Joya sahabat Seyra dari meja kasir setelah selesai menghitung pemasukan uang Kafe hari ini
"Serius, Jo?" tanya Seyra dengan nada sumringah ke sahabat sekaligus pemilik Kafe itu
"Serius lah, cepet sono, nanti kamu dimarahin bos Club kece." seru Joya lagi dengan nada ngeledek
"aaaww terima kasih, sahabatku Joya tersayang." Seyra berlari sambil membawa kain lap meja ke arah Joya
"Ini tuan putri, jangan lupa lap sampai kinclong ya, Babay." dengan nada membalas ledekan sahabatnya tadi
"Ih rese lu, hati-hati." teriak Joya ke Seyra yang tengah berlari keluar setelah mengambil tasnya
Jarak Club lumayan dekat dengan Kafe Joy, hingga setiap malamnya Seyra selalu jalan kaki ke sana. Setelah kurang lebih 10 menit berlari, ia sampai di Club. Ia langsung masuk ke ruang ganti pelayan dan mengganti pakaian dengan baju kerjanya.
Sebelum mulai bekerja, Seyra pergi ke toilet untuk berdandan. Ia memandang dirinya di cermin, melihat tetesan keringat mengalir kepipinya lembut. Dia menambahkan warna bibir agar sedikit lebih terlihat fresh, melepaskan jedai bentuk kupu-kupu yang melekat indah dirambutnya. Rambutnya yang hitam panjang tergerai lembut, memancarkan kecantikan dan keanggunan wanita tersebut.
Seyra keluar dari toilet setelah selesai berdandan, ia mulai mengambil tray yang sudah disediakan diatas meja Bar untuk diberikan ke para tamu yang ada disana.
"Hai cantik." goda pria asing yang tengah duduk di samping meja Bar dengan setengah mabuk
Seyra hanya membalas godaan pria tersebut dengan senyuman manisnya dan langsung berbalik pergi mencari nomor meja orang yang sudah memesan minuman tadi. Dia sebenarnya bisa saja menendang laki-laki itu, tapi karena ini lagi jam kerja, dia manahan diri untuk tidak menginjaknya di tempat saat itu juga.
Selesainya mengantar minuman, Seyra tanpa sengaja melihat sosok yang terlihat tidak asing sedang duduk sendiri di kursi lain. Dia memang agak sedikit ragu dan tidak terlalu peduli atas apa yang dilihatnya, lalu memutuskan untuk melanjutkan pekerjaannya.
"Kayaknya sekarang ada tamu VIP deh." bisik Tera teman kerja Seyra di Club
"Tamu VIP? Kata siapa?" tanya Seyra penasaran, karena di Club itu jarang sekali ada tamu VIP, makanya dia agak tidak percaya dengan omongan Tera
"Sey, lo lupa kalau pacar gue kerja di bagian administrasi?" tegas Tera
"Gue lupa Ter, Sorry." jawab Seyra sambil terkekeh pelan
"Lo mau tau gak kerennya tamu VIP kita ini juga?" tanya Tera dengan nada yang membuat Seyra penasaran lagi
Seyra mengangguk dan masih terkekeh dengan ekspresi Tera yang lucu karena kenyataan tamu VIP yang luar biasa
"Katanya dia itu baru selesai kuliah di luar negeri dan hari ini dia pulang ke Indonesia setelah 4 tahun di sana, kerennya lagi dia itu anak dari pemilik perusahaan terkaya di Indonesia Sey."
Seyra tertegun dengan tatapan kosong dan tidak percaya mendengar pernyataan temannya itu, karena yang ia tahu pacarnya juga kuliah di luar negeri dan ayahnya adalah pengusaha kaya.
"Namanya siapa?" tanya Seyra waswas, takut kalau Tera menjawab nama orang yang dia kenal
"Arga Ta-a " jawab Tera terhenti seperti memikirkan lanjutan dari sebuah nama
"Arga Tamara?" tepis Seyra
"Iya, Arga Tamara!" tegas Tera
Mendengar nama itu, Seyra langsung terpaku seolah-olah ia berharap kalau nama itu bukan nama orang yang dia kenal. Bagaimana bisa, kekasihnya tidak memberi kabar kalau dia akan pulang ke Indonesia setelah 4 tahun tidak bertemu padahal mereka masih berkomunikasi. Lebih sakitnya lagi, kenapa kekasihnya menjadi tamu VIP di tempat ia bekerja. Pertanyaan-pertanyaan itu muncul dipikiran Seyra, menggetarkan hatinya. Mengingat, tadi juga dia sempat melihat sosok yang tidak asing dan ternyata benar kalau itu adalah Arga, pacarnya.
"Ter, gue kesana dulu ya." ucap Seyra sambil menaruh tray yang ada dipegangnya diatas meja dekat mereka berdiri
Seyra berlari ke tempat dimana tadi dia melihat Arga duduk sendirian. Namun sesampainya di sana, Arga sudah tidak ada. Seyra tidak putus asa dan terus mencari Arga kesana kemari. Dari kejauhan, Seyra melihat orang yang dicintainya sedang menari dengan wanita lain, membawa secangkir wine ditangannya. Sontak saja perasaan Seyra begitu hancur, tidak percaya dengan apa yang dia lihat di depan matanya.
Terlihat Arga yang tengah mabuk bersama wanita itu, sedangkan Seyra melihat kelakuan mereka dari kejauhan. Dengan setengah sadar, Arga terlihat menggandeng wanita itu pergi bersamanya. Seyra yang masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, mengikuti langkah Arga yang entah akan pergi ke mana membawa wanita dengan memakai mini dress merah maroon itu.
Tepat di depan kamar VIP, Arga berhenti berusaha membuka pintu dan masuk bersama wanita itu. Seyra berdiri disana terpaku, merasakan gemuruh hebat melanda jiwanya. Tentu saja Seyra mendengar semua yang terjadi di dalam kamar itu. Apa yang akan dilakukan seorang pria dan wanita jika mereka berada di dalam ruangan yang sama dan dalam keadaan mabuk, tidak sadarkan diri kalau tidak melakukan hubungan intim.
Seyra duduk di depan pintu, memeluk kedua kakinya menatap kamar yang penuh suara bergejolak tadi malam. Dengan tatapan kosong penuh kekecewaan, matanya sudah sembab karena tangisannya yang tidak bisa bersuara lagi, seolah-olah ia sudah tidak bisa berkata-kata dan mengeluarkan unek-uneknya. Seyra yang dulunya selalu ceria, dipatahkan karena kejadian yang merenggut keceriannya dalam semalam.
Pintu terbuka, mata Seyra melihat kaki pria yang membuka pintu itu. Bola mata Seyra perlahan mengeja jejak tubuh pria itu, mulai dari ujung kaki hingga mata mereka saling bertatapan. Dan ya itu memang benar, Arga.
"Sey-ra" panggil Arga kaget yang langsung menghampirinya
"u okay?" tanya Seyra pelan tak berdaya kepada Arga
"Sey, Seyra ini bukan seperti yang kamu lihat, aku cuma-" perkataan Arga terhenti dengan nada panik, karena ia tahu Seyra tidak sebodoh itu, dia pasti tahu apa yang Arga perbuat tadi malam bersawa wanita dengan kondisi mabuk di dalam kamar.
Seyra menatap Arga, melihat sebuah penghianatan di depan matanya sendiri. Perasaan kecewa, sakit, terluka, perih, semua jenis kesakitan ada dalam hatinya.
"AYO PUTUS" ucapan itu terlontar secara tiba-tiba dari mulut Seyra, ternyata rasa kecewanya sudah melebihi rasa cintanya yang ia jaga selama ini
"Oke, kalau itu mau kamu." tegas Arga dengan ekspresi berpura-pura terlihat tegar. Bagaimanapun ia juga tahu kalau dirinya bersalah dan menghancurkan perasaan kekasihnya.
Butiran-butiran kristal terjatuh satu persatu dari mata Seyra. Hati yang ia jaga selama 4 tahun lamanya, ditinggalkan untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri, ternyata mendapatkan balasan semenyakitkan itu.
"Kamu terlalu sok suci Sey. Kamu gak pernah nurutin hasratku. Aku juga sama kayak cowok diluaran sana yang mau tidur dengan wanitanya. Tapi kamu tidak bisa Sey, kamu tidak bisa melakukan itu buat aku."
"Cukup Ga, cukup" sanggah Seyra dengan suara lemah bergetar, tangisannya semakin terisak sambil beberapa kali memukul dada bidang milik Arga
Seyra tidak menyangka pernyataan Arga begitu menyesakkan dadanya. Padahal dulu saat mereka masih pacaran zaman SMA, Seyra pernah menolak ajakan Arga untuk tidur bersama, namun saai itu Arga memaklumi itu semua dan tidak memaksa Seyra. Tapi entah kenapa dia mengatakan hal yang menjijikkan itu lagi sekarang.
"Kita juga sangat mustahil untuk bisa menikah." lanjut Arga yang membuat tangis Seyra terhenti
"Kenapa?" tanya Seyra lirih penuh harapan
"Papa mau aku nikah sama cewe yang setara." jawab Arga dengan nada terpaksa
Seyra menatap dalam mata Arga, namun ia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Alih-alih dikarenakan matanya yang sudah berkaca-kaca. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya Arga masih sayang sama Seyra, namun sekeras apapun ia berusaha, mereka tidak akan mendapat restu dari orang tua Arga.
Seyra bediri, lalu beranjak pergi meninggalkan Arga yang masih berada tepat dihadapannya. Dia pergi tanpa menoleh bahkan menyanggah sedikitpun atas perkataan Arga tadi. Dia merasa paham dan sadar diri, dia tidak pantas bersanding dengan Arga. Mengingat ia hanya lulusan SMA, sedangkan Arga lulusan sekolah tinggi luar negeri.
Seyra meninggalkan Club dengan masih mengenakan baju kerjanya. Ia sengaja meninggalkan tasnya di loker pelayan Club karena sudah merasa tidak berdaya lagi.
Seyra berjalan menyusuri trotoar jalan raya, disapa terik matahari diatasnya. Meskipun ia berjalan dengan tatapan kosong, ia masih bisa mendengar suara klakson mobil maupun motor yang melewatinya. Dalam kebisingan suara-suara itu, ia masih tidak menyangka dengan apa yang terjadi tadi malam, dia masih berharap kalau semua itu hanyalah sebuah mimpi semata. Namun sayangnya, kejadian itu benar terjadi dan mampu membuat kehidupan Seyra seperti ditelan kewarasan.
Sesampainya di Kafe Joy, Seyra membuka pintu perlahan seperti orang yang tidak memiliki tenaga sama sekali. Joya yang melihatnya dari meja kasir, langsung menghampiri sahabatnya.
"Sey, kamu kenapa?" tanya Joya panik, takut sahabatnya kenapa-kenapa
Seyra menatap sayu mata Joy yang tengah berdiri dihadapannya, air matanya semakin deras mengalir dipipi putih pucatnya. Seyra menjatuhkan dirinya kepelukan Joya. Tangan Joya langsung memeluk erat tubuh sahabatnya itu. Isakan tangis semakin keras terdengar, Joya jelas saja kebingungan dengan perilaku yang gak biasa dari Seyra.
"Dia selingkuh, Jo" lirih Seyra dalam pelukan Joya
"Dia? Arga?" Joya menebak nama itu, karena ia tahu kalau satu-satunya pacar Seyra adalah Arga
Dengan Seyra tidak menjawab pertanyaannya dan tangisan tiba-tiba pecah setelah mendengar nama itu. Joya paham, memang Arga penyebabnya.
"Hey hey, Sey sayang, gapapa kamu tenangin diri dulu aja ya!" pinta Joya ke Seyra yang masih ada dalam pelukannya dan menyuruh dia untuk menangis sejadi-jadinya menghabiskan setiap butir air mata itu
Melihat sahabatnya yang lagi patah hati, Joya berinisiatif untuk mengajak Seyra pergi berbelanja dan jalan-jalan.
"Mau pergi main gak?" pertanyaan Joya seketika membuat Seyra terdiam dan melepaskan pelukannya
"Kemana" tanya Seyra
"Kemana aja, yang penting kamu happy" Jawab Joya sambil mengusap bekas air mata dipipi lembut Seyra
"Lah, terus Kafe gimana?" tanya Seyra bingung namun masih dengan mata yang sembab kemerahan berkaca-kaca
"Hari ini Kafe Joy libur"
"Yaudah siap-siap sana, gak mungkin pergi main tapi penampilan kamu masih kayak gitu" ledek Joya mencubit hidung Seyra yang sudah terlihat memerah karena terlalu banyak menangis.
"Ada baju di kamar atas kan?" tanya Joya ke Seyra memastikan
"Ada, sebentar ya Jo" Seyra terharu karena inisiatif Joya untuk menghiburnya
Di lantai dua Kafe Joy terdapat ruang kamar yang biasa dipakai Joya dan Seyra saat mereka enggan untuk pulang ke rumah masing-masing.
Selesai siap-siap, mereka keluar Kafe dan tidak lupa Seyra mengganti papan open-close. Mereka pergi menggunakan mobil putih milik Joya. Joya berencana untuk mengajak Seyra pergi berbelanja terlebih dahulu.
Dulu Seyra sangat suka berbelanja barang-barang mewah di Mall, namun setelah papanya terjerat kasus korupsi dan ibunya yang meninggal 2 tahun lalu karena kejadian itu, membuat Seyra bekerja keras untuk bertahan hidup sampai sekarang. Dia terpaksa melupakan kehidupan-kehidupan mewahnya dulu, dia berhasil melewati masa terpuruknya. Kepahitan hidup mampu membuatnya menjadi seorang gadis ceria, kuat dan mandiri.
Mobil Joya berhenti di depan Mall
"Mall?" tanya Seyra melihat ke arah Joya
"Yaa, aku traktir, ambil apapun yang kamu mau!"
"Gila Jo, gak mau aku" Seyra menolak ajakan Joya mentah-mentah
"Anggap ini sebagai tip gaji bulanan kamu dan juga sudah bersedia menjadi sahabatku selama ini." bujuk Joya agar Seyra mau
"Yaudah, aku mau habisin semua uangmu bestie" ucap Seyra dengan nada bercanda meledek Joya
Mendengar lelucon itu, mereka tertawa bersama di dalam mobil yang telah diparkir.
Setelah mereka selesai berbelanja baju, Joya juga berniat untuk mentraktir Seyra makan siang, lebih tepatnya makan sore, karena sudah jam 5 sore.
"Sey makan yuk" ajak Joya
"Ditraktir gak nih gue." tanya Seyra bercanda
"Iya pasti dong, Sey bestie" meniru nada bicara Seyra yang meledeknya saat di mobil tadi
Persahabatan mereka terjalin sangat lama, saat masih duduk di sekolah menengah. Seyra selalu bantu Joya saat dia dibully karena tampangnya yang culun di sekolah. Seyra menjadi garda terdepan ketika Joya berada dalam masalah. Itulah mengapa Joya tidak bisa melihat sahabatnya itu sedih.
Saat di tempat makan dan sedang menunggu pesenan, Joya nyeletuk
"Sey, aku mau ajak kamu ke suatu tempat ntar malem, mau ga?" tanya Joya
"Kemana, jangan ngajak ke tempat aneh-aneh" pinta Seyra
"Aman kok, pokoknya tempat ini bakalan ngilangin semua kesedihan yang kamu lewatin hari kemarin maupun hari ini." jawab Joya meyakinkan Seyra agar dia mau ikut ke tempat itu
"Iyaa bestie." nada Seyra setuju
Selesai makan, Joya bergegas menarik tangan Seyra dan membawakan tas belanjaan mereka keluar restoran menuju mobil. Seyra seperti kebingungan melihat Joya yang begitu bersemangat mengajaknya ke suatu tempat itu. Namun, Seyra juga penasaran dan tidak sabar melihat tempat yang dimaksud Joya seperti apa, lihat saja lah nanti.
Joya melajukan mobilnya..
Mereka sampai di tempat yang Joya maksud, mobil Joya behenti di depan tempat itu. Seyra yang melihat tempat mereka berhenti sekarang, tiba-tiba matanya terbelalak dengan mulut yang terbuka kaget.
"Tempat Bar?" tanya Seyra, melotot kaget tidak percaya
Ini baru pertama kali Seyra datang ke tempat Bar. Dia yang biasanya menjadi pelayan di sebuah Club malam, namun sekarang ia diajak untuk menjadi pengunjung di sebuah Bar.
"Ayo masuk!" ajak Joya menarik tangan Seyra masuk ke dalam
"Seriusan ni Jo, lo ajak gue ke tempat kayak gini." tanya Seyra berjalan mengikuti langkah kaki Joya
"Seriusan Jo, lo ajak gue ke tempat kayak gini?" tanya Seyra mengikuti langkah kaki Joya di belakang yang menarik tangannya untuk masuk ke dalam
Awalnya Seyra tidak yakin untuk masuk ke dalam sebuah Bar. Dulu memang dia suka pergi minum sendirian ke Bar, namun karena dia terlalu cepat mabuk kalau sudah minum lebih dari 2 gelas, dia tidak akan menyadarkan diri semalaman. Makanya Seyra sedikit takut untuk minum-minum lagi, terakhir kali ia mabuk adalah ketika masalah mulai berdatangan di keluarganya dan hari dimana ia ditinggalkan selamanya oleh ibunya.
Setelah berpikir panjang selama perjalanan menuju lantai dua Bar, akhirnya Seyra mau untuk minum-minum bersama dengan sahabatnya itu. Mengingat kejadian menyedihkan terjadi dengannya dan sudah lama juga tidak minum-minum, hingga lupa rasanya kenikmatan mabuk itu.
Seyra dan Joya duduk di kursi yang ada di lantai dua Bar, mereka memilih kursi sofa paling pojok. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya minuman yang dipesan Joya datang. Dengan 5 botol wine yang datang ke meja mereka berdua, sedikit membuat Seyra kaget karena sahabatnya berani memesan wine sebanyak itu.
"Jo, 5 wine?." tanya Seyra kaget sambil menunjukkan lima jarinya ke Joya yang duduk dihadapannya
"Of course" jawab Joya yang mengedipkan sebelah matanya gaya menggoda Seyra
Joya membuka satu botol minuman itu, menuangkannya di gelas. Pertama, ia menuangkannya untuk gelas milik Seyra, Seyra menatap air wine yang tengah dituang ke gelasnya.
Seyra mengambil gelas itu, rasanya ia sudah tidak sabar meneguk kenikmatan wine itu. Satu gelas sudah selesai diminumnya, tentu kalau satu gelas tidak akan ada reaksi apa-apa. Seyra merasa itu tidak cukup, ia sendiri menuangkan lagi wine ke gelasnya. Membuat Joya tersenyum bangga, karena akhirnya Seyra bisa melepaskan lelahnya dengan minum-minum.
Gelas kedua sudah terisi, Seyra kembali meminumnya dengan cepat. Selesai meminum wine di gelas kedua, dia sudah merasa sedikit pusing. Joya mau pergi ke toilet, namun ia sedikit ragu meninggalkan Seyra sendiri minum-minum sendiri.
"Sey, gue mau ke toilet bentar ya, gapapa kan?" tanya Joya ke Seyra dengan ekspresi tidak tahan menahan gejolak di perutnya
"Astaga Jo, cepetan sono" ledek Seyra melihat Joya yang tengah kebelet
Joya beranjak pergi meninggalkan Seyra ke toilet. Seyra yang tengah sendiri melihat botol minuman yang tersisa 4 botol lagi. Seyra mengambil satu botol dan membuka tutupnya. Rasanya dia ingin malam ini menjadi malam untuk melupakan kejadian-kejadian itu dengan cara mabuk.
Seyra meminum wine itu langsung dari botolnya. Malam ini, Seyra meminum wine dengan jumlah lebih dari dua gelas bahkan lebih dari satu botol. Seyra mulai pusing, kepalanya terasa berat. Sehabisnya minum satu botol wine, pandangannya kabur melihat objek-objek yang ada disana.
"Arga" celetuk Seyra saat melihat pria tinggi dan berotot memakai kemeja putih yang lengannya digulung ke siku
Pria itu melihat ke arah Seyra yang setengah sadar, dengan tatapan heran karena melihat 5 botol wine dan dia seorang diri.
"Arga sini." dengan setengah sadar dan samar-samar melihat wajah pria itu, Seyra menarik tangan pria itu utnuk duduk didekatnya.
"Kamu tahu gak, kalau aku cinta banget sama kamu. Selama kamu di luar negeri, aku selalu nunggu kamu. Aku nolak semua pria di muka bumi ini demi kamu. Tapi apa Ga, kamu tidur dengan perempuan lain di hadapanku." Seyra berbicara ngelantur di depan pria itu, namun terlihat mendengarkan dengan penuh simpati
Hingga Seyra masih teringat perkataan Arga kalau dirinya itu sok suci. Perkataan Arga itu sedikit membuat Seyra sakit hati, dia meragukan kemampuan Seyra. Tapi memang benar kalau Seyra belum pernah tidur bahkan berciuman dengan lawan jenis sebelumnya.
Seyra melihat pria yang ada di sampingnya, rasanya Seyra ingin membuktikan kalau dia bisa berciuman.
"Mau berciuman denganku?" tanya Seyra polos dan tidak sadar dengan perkataanya itu
Pria itu kaget, karena sebelumnya ia juga tidak pernah berciuman dengan wanita walaupun sering datang ke Bar ataupun Club malam.
Seyra mendekatkan wajahnya ke pria itu, dengan keadaannya yang tidak sadar. Seyra perlahan menempelkan bibir mungilnya ke bibir pria yang tidak dikenalnya, mengecupnya lembut. Hati Pria itu berdegup kencang, ia tidak bisa membalas ciuman Seyra, ia takut kalau itu akan membuat dia melakukan hal lebih ke Seyra.
Seyra pelahan melepaskan kecupan bibirnya, berpindah menjatuhkan kepalanya di dada bidang berotot milik pria itu. Pria itu menyandarkan kepala Seyra ke sandaran sofa, lalu beranjak pergi ke sofanya.
Kesadaran Seyra semakin memburuk, dia sudah tergeletak di sofa. Joya yang sudah keluar dari toilet, melihat sahabatnya mabuk berat.
Joya membawa Seyra pergi dari sana, menuntun Seyra jalan menuju mobil yang terparkir di depan Bar.
...***...
Pria tadi berdiri di jendela lantai dua, melihat dua sahabat itu yang baru saja memasuki mobil. Pria itu penasaran dengan Seyra, wanita yang tiba-tiba menciumnya tadi.
"Virsha." panggil seorang pria lain dari arah belakang
Ya, nama pria yang dicium Seyra tadi adalah Virsha Andra, seorang CEO muda berusia 29 tahun yang sebentar lagi sudah berkepala 3. Dia meneruskan perusahaan milik kakeknya yang tahun lalu sudah pensiun. Dia pergi ke Bar bersama sekretaris sekaligus teman saat masih kecil.
"Lu kenapa bro, lagi mantau seorang yang spesial kah?" tanya julid Agung, sekretaris/teman Virsha
"Gue mau cari tahu identitas cewek itu" menatap tajam mobil Joya yang hendak melaju pergi
"Mobil?" tanya Agung heran, berpikir kalau Virsha sudah gila karena lama gak pergi berkencan dengan seorang wanita
"Iya mobilnya, cari siapa pemiliknya, di mana dia tinggal." seru Virsha
"Baiklah, nanti gue minta tolong sama kenalan gue yang ahli dalam bidang itu." jawab Agung, paham akan maksud Virsha
"Jadi minum-minum gak nih?" tanya Agung sambil melangkah menuju sofa mereka
Virsha berbalik badan dan menghampiri Agung untuk minum wine bersama.
...***...
Mobil berhenti di depan Kafe Joy. Joya menuntun Seyra berjalan menuju kamar di lantai atas, malam ini Joya memutuskan untuk tidur di sana menemani Seyra. Joya tahu kalau Seyra mabuk bisa semalaman dan dia baru bisa sadar keesokan harinya.
Jam dinding kamar Kafe sudah menunjukkan pukul 12 malam. Joya melepaskan sepatu flat shoes Seyra satu persatu, merebahkan pelan kepala Seyra ke bantal kasur.
Joya meninggalkan Seyra disana untuk istirahat, sedangkan dia berniat tidur di depan televisi luar kamar lantai dua.
Keesokan harinya, saat matahari terlihat menampakkan dirinya. Seyra terbangun setelah dengan mata perlahan terbuka, mengingat semalam ia tidur dengan keadaan tidak sadarkan diri, kepalanya terasa berat, tentu dia tidak ingat kejadian semalam. Dia akan bisa mengingat kejadian-kejadian saat mabuk kalau dia berusaha ingin mengingatnya, itupun kalau ia peduli dengan apa yang dia lakukan saat mabuk.
Seyra melihat jam dinding, Waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Seyra beranjak dari kasur dan pergi mandi lalu bersiap-siap untuk kerja di kafe.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!