NovelToon NovelToon

DARK STRUGGLE

pembunuhan

Seorang pria yang duduk di tempat gelap sambil menghisap rokok nya dengan wajah tanpa ekspresi, sweater yang menutupi kepalanya membuat wajah nya hampir tidak terlihat, apalagi campur gelap malam yang menyelimuti.

Dia mengamati beberapa wanita yang sedang berbincang tidak jauh darinya, wanita tersebut menggunakan dress hitam ketat yang pendeknya melebihi atas lulut dan hanya dua tali terselempang di kedua pundaknya, membuat bagian tubuh nya yang menonjol terlihat sebagian.

Begitu juga dengan teman yang duduk berlawanan dengan nya sambil menyilangkan kakinya, namun menggunakan dress merah, mereka terlihat sedang mengobrol dengan di ikuti beberapa tawaan di sela-sela pembicaraan.

Mereka tidak sadar jika ada yang sedang mengawasinya, karena memang tempat sekeliling mereka terlihat remang-remang.

Jam menunjukan pukul 01:30, malam namun kedua wanita itu belum pergi dari warung tersebut, entah apa yang mereka lakukan.

Setelah beberapa saat pria misterius yang mengawasi kedua wanita itu membuang rokok nya yang hampir habis dan berjalan menuju ke arah wanita tersebut, dengan posisi kedua tangan di kantong dan sweater yang masih menutupi kepalanya.

Tanpa ragu langkah kaki pria tersebut mulai mendekati kedua wanita itu, mulai terlihat sosok pria tersebut saat mendekati warung yang terang, namun wanita tersebut tidak menaruh curiga sedikitpun.

Saat pria itu lewat didepan kedua wanita, dia mengeluarkan salah satu tangan nya dari kantong sweater dan langsung mengacungkan senjata kearah wanita yang mengenakan dress hitam, tanpa berhenti dia langsung menarik pelatuk pistol tersebut yang mengarah ke wanita itu, seketika terdengar suara dentuman keras.

DUUUAAR!!!!

"Aaaaaa" teriak teman wanita yang tertembak.

Dia sangat panik melihat teman nya telah di bunuh dan jatuh ke bawah, penjaga warung tersebut pun langsung bergegas keluar mendengar suara tersebut.

Pria yang menembak tidak menghentikan langkah dia pergi begitu saja dan menghilang di kegelapan malam, seketika warung tersebut mulai ramai, beberapa orang yang mendengar suara dentuman dan teriakan mendatangi tempat tersebut.

Wanita dress hitam sudah tidak bernyawa setelah besi panas yang masuk kedalam kepalanya, darah mulai mengalir kemana-mana, teman nya menangis ketakutan karena kejadian tersebut.

Beberapa saat polisi datang untuk mengidentifikasi dan mengevakuasi kejadian tersebut, garis polisi membentang mengelilingi area kejadian teman korban di bawa bersama polisi untuk di periksa sekalian saksi kejadian tersebut.

Berita mulai bermunculan di tv karena sudah terjadi penembakan di depan warung area dalam kota, tepatnya di Gang distrik 01 yang terdapat warung tersebut, area itu memang tempat dimana pekerja seks komersial (PSK) sering nongkrong, di karenakan memang dekat dengan tempat kerja mereka, area tersebut di klaim sebagai distrik hiburan dimana beberapa wanita mencari nafkah di tempat tersebut.

"Siapa nama mu," tanya polisi yang duduk di depan nya.

"Saya Geby pak temanya viti," ujarnya dengan kondisi yang masih sedikit syok.

"Apa kamu melihat orang yang melakukan ini," polisi kembali bertanya.

"Sa saya melihat pak, tapi wajahnya tidak terlihat karena dia menundukkan kepalanya dan di tutupi sweater hitam."jawabnya dengan jujur.

"Ciri-cirinya seperti apa," tanya polisi.

"Badanya tinggi tidak terlalu besar, dia menggunakan pakaian serba hitam, itu aja pak soalnya saya tidak terlalu memperhatikan. Pas kejadian itu saya sedang berbincang dengan korban." Jujurnya kepada polisi.

"Kamu tinggal disana kan, apa kamu pernah melihat orang seperti itu mungkin dari gaya jalan nya." polisi kembali menanyakan.

"Saya tidak tau pasti pak, sepertinya sih tidak," jawabnya dengan ekspresi berfikir.

Dua hari setelah kejadian tersebut.

"Al lu kemaren malem dimana," kata saliko yang bertanya.

"Biasa lah tempat bos gua ada kerjaan," jawab Albar tanpa ekspresi.

"Lu tau kan kejadian kemaren di depan warung," ujar saliko dengan tatapan serius.

"Trus kalo tau suruh ngapain, suruh ngurusin," tegas Albar dengan tatapan tajam ke arah saliko.

"Ya enggak gua cuma ngasih tau kalo banyak polisi yang lagi keliaran di sekitar sini, lu kenapa sih langsung marah gitu," saliko sedikit bingung.

"Yang pasti bukan urusan gua Masalah itu, jadi lu gak usah sok Sokan ngawatirin gua," jawabnya sambil pergi meninggalkan saliko.

"Lu mau kemana lagi Al, baru aja pulang," saliko kembali bertanya.

"Bukan urusan lu njing," Albar sambil menghentakkan pintu.

"Kenapa sih itu orang kagak jelas banget dah, gua kan cuma ngasih tau heeeh," ujarnya yang bingung sambil mengelus kepala.

Saliko dan Albar tinggal di kontrakan yang sama, mereka sudah lama berteman dan hidup bersama di kontrakan tersebut, yang tempatnya sekitar setengah kilo dari warung tempat kejadian tersebut.

Albar adalah seorang yang mau bekerja apapun demi uang, dia sering menjual barang haram seperti sabu dan lainya di area kota.

Terkadang dia mengajak teman nya saliko untuk menjual barang tersebut namun jarang, saliko yang sehari-hari hanya pekerja kuli, namun dia senang jika di ajak bekerja sama dengan Albar, namun entah apa alasannya Albar jarang mengajaknya jadi saliko kerja serabutan lainya untuk mendapatkan penghasilan.

TOK. TOK. TOK.

"Iya bentar," saliko menuju arah pintu untuk membuka.

"Iya,,,, ada yang bisa saya bantu," saliko sedikit terkejut, karena melihat wanita yang ada di hadapannya.

Dia melihat wanita itu dari Atas sampai bawah, dia bingung ada wanita cantik dan sexy datang ke kontrakan nya.

"Ada Albar gak," tanya wanita tersebut.

"Ooh albar ya barusan aja keluar," jawabnya dengan sedikit gugup.

"Kemana dia," wanita kembali bertanya.

"Eemm gak tau ya mbak, soalnya dia gak bilang apa-apa langsung pergi begitu aja." Jelasnya tanpa mengurangi kegugupan.

"Lo siapa, temen nya," wanita itu dengan sinis.

"Iya mbak saya teman nya hehe, mbak ini siapa nya Albar kalo boleh tau dan ada apa nyari si Al," jawab saliko dan balik bertanya.

"Bukan urusan Lu, nanti kalo dia pulang bilangin ada cw yang nyariin namanya tati," wanita itu menitipkan pesan kepada saliko.

"Ooh iya nanti saya sampaikan kalo dia udah pulang," jawabnya.

"Ya udah gua cabut," wanita itu pergi begitu saja.

"Anjir boleh juga tu cw, sayang yang di cari Albar bukan gua," dalam hati saliko sedikit iri.

"Ooh iya gua nitip barang ini sekalian, jangan lu buka sedikit pun, kalo masih mau idup." Wanita itu memberikan buntalan plastik berbentuk paket ke saliko.

"Iya iya,siap" saliko mengambil barang tersebut.

"Gila cantik-cantik serem banget omongan nya," dalam hati saliko yang mendengar ucapan wanita itu.

Setelah wanita itu pergi saliko menyimpan paket tersebut di tempat yang aman, dia juga tidak berani membuka paket tersebut.

transaksi

Albar pergi untuk menyelesaikan pekerjaan nya, di berjalan di gang yang lumayan sempit sambil menghisap rokoknya perlahan.

Seketika dia berhenti dan menengok kearah tikungan gang yang ia lewati, dia melihat seorang pria yang mengenakan topi dan menyandar di tembok dengan kedua tangan yang saling menyilang di bawah dada.

"Mau ngapain Lu ke sini, di sini bukan tempat lu," Albar langsung melontarkan pertanyaan.

"Gua nyium aroma gak sedap di sini eh ternyata elu," timpalnya yang menjawab pertanyaan.

"Mending lu cabut dari sini sekarang," ucap Albar kepada pria tersebut sambil menghembuskan asap dari dalam mulutnya.

"Gua tau lu yang ngelakuin, jadi lu gak usah pura-pura lagi," kata pria tersebut dengan santai dan sedikit intimidasi.

"Gua gak ada urusan sama lu, gak ada waktu juga gua," jawab Albar yang kembali meneruskan langkahnya dan pergi meninggalkan pria tersebut.

"Albar-albar, mungkin semua orang gak tau, tapi gua gak bisa lu bohongin," dalam hati pria tersebut sambil melihat Albar yang pergi meninggal kan nya.

"Dari mana aja lu, gua telponin gak di angkat-angkat," hans dengan nada tinggi.

"Maaf gua sedikit sibuk," jawab nya sambil sedikit merasa bersalah.

"Barangnya udah gua anterin ke tempat lu, tadi gua nyuruh Tati dan katanya udah di terima temen lu," jelas hans memberi tahu.

"Oke biar gua urus," jawab Albar yang langsung bergegas.

"Uang nya juga udah gua transfer, lu cek aja rekening," kata hans.

Tanpa menjawab Albar terus melangkahkan kakinya keluar dari tempat tersebut, hans adalah atasan Albar dia yang memberi barang kepada Albar untuk di jual.

Sesampai di kos nya Albar langsung bertanya kepada saliko, mengenai sesuatu yang di bicarakan tadi.

"Mana barang gua," kata Albar sambil menyalakan rokok nya.

"Emang apaan si isinya," saliko sambil mengambilkan bungkusan hitam.

"Lu jadi kan kerja sama gua," Albar malah balik bertanya.

"Ya iyalah, gua selalu seneng kerja ma lu tapi lu jarang ngajak gua," jawabnya sambil tersenyum.

"Bukanya gua gak mau ngajak, tapi gua GK mau lu kenapa-napa."ujarnya.

"Trus lu sekarang ngajak gua karna lu udah gak aman lagi gitu," kata saliko yang duduk di dekat Albar.

"Lu mau gak kalo gak ya gak papa," jawabnya singkat.

"Gua gak bilang begitu," saliko membantah.

"Jadi lu anter barang ini, ke stasiun nanti gua kasih tau alamatnya sama ciri-ciri orangnya, seperti biasa lu paham lah." Jelas Albar.

"Aman aja, trus lu gak kerja malam ini," saliko bertanya.

"Gua mau nganter yang deket-deket aja, soalnya bahaya sekitar sini kalo lu yang nganter, tempat ini udah mulai gak aman kayaknya." Albar menjelaskan sambil membagi isi paket tersebut.

"Gua juga ngrasa, setelah kejadian kemaren banyak anjing yang lalu lalang di sini." Tambahnya saliko atas ucapan Albar.

"Ini gaji lu, gua bayar dulu karna gua percaya sama lu," Albar memberi kertas yang berisi uang.

"Anjing....! Ini mah gaji gua sebulan taik, ini nih yang gua suka kerja sama lu hahaha." Saliko tersenyum lebar sambil menghitung uangnya.

"Anjing jangan seneng dulu, abis nganter lu langsung pulang jangan mampir kemana-mana, kalo ada apa-apa kabarin gua." Ujar Albar yang sedikit khawatir.

"Siap bos, aman aja gua udah beberapa kali juga kan kerja begini," saliko sedikit sombong.

"Inget kalo perasaan lu gak enak jangan di terusin langsung cabut aja," Albar kembali mengingatkan.

"Oke gua cabut dulu," saliko dengan senang hati dan tanpa ragu.

"Woi," teriak Albar.

"Apa lagi sih," saliko sambil menoleh.

"Lu bawa tuh motor gua," Albar menawarkan kendaraan.

"Oke lah kalo begitu," saliko langsung pergi.

Albar juga langsung bergegas pergi, dia berjalan di sela-sela gang yang sedikit gelap campur gerimis yang menambah suasana tidak sepi.

Jam menunjukan pukul 08:40, Albar bertransaksi kepada pelanggan terdekat di area hiburan malam, suara gemuruh musik dan beberapa orang di sana membuat dia lebih sedikit aman untuk transaksi.

Dia bertemu dengan seorang wanita di gang dekat kafe di mana banyak wanita malam mencari nafkah.

"Lu yang namanya gaby kan,"Albar sedikit berbisik.

"Iya mana barang nya," jawab wanita itu.

"Gua saranin ke elu kalo masih ada sangkutan mending cepet bayar," Albar sambil memberi bungkusan permen Kepada wanita itu.

"Gua yang kemaren emang belum tapi gua udah konfirmasi ke bos lu," jawab wanita tersebut sambil menghisap rokoknya.

"Gua cuma ngingetin," albar dengan sedikit menunduk karena takut ada yang melihat.

"Bentar dulu, gua kaya pernah liat lu," wanita itu sedikit mengamati Albar.

"Ya iya lah gua kan sering jualan di sini, lu mabok yak," Albar sedikit basa basi.

"Ngak-ngak bukan itu maksud gua," wanita itu mencoba mengingat.

"Gua cabut keburu ada yang liat," Albar langsung bergegas.

"Oke silahkan," wanita itu pun langsung menyimpan barang nya dan kembali bekerja.

Sampai kosan Albar membuka pintu dan terkejut ada seseorang di dalam yang sedang duduk di ruang tamu sambil melihat tv.

"Baru pulang lu," wanita tersebut dengan santai seolah itu rumahnya.

"Ngapain lu kesini," kata albar sambil membuka jas hujan nya.

"Abis nganter tadi karna ujan jadi gua mampir ke sini, lu naro kuncinya kurang aman soalnya," cetusnya sambil memainkan sebatang rokok di tangan nya.

"Gua juga belum selesai ini, tinggal satu lagi," kata Albar yang duduk di samping wanita itu.

"Lu pasti kedinginan ya," wanita itu menyandar ke Albar sambil membuka dua kancing bajunya di bagian atas.

"Udah biasa," jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari televisi.

"Gua temenin mau gak," kata wanita itu sambil mengelus pundak Albar seolah menggoda.

"Masih banyak urusan gua," Albar dengan kata yang bermaksud menolak.

"Bentar aja kok, suasana nya juga mendukung sepi lagi," ucap wanita itu yang tambah menempel di pundaknya.

"Apaan sih Lo, temen gua bentar lagi Dateng jadi gak usah aneh-aneh," jawabnya yang sambil melepas tangan wanita itu dari pundak nya.

"Udah lah bentar aja kok, entah kenapa lu tampan banget malam ini," wanita itu kembali merangkul Albar dan mengelus bagian dada.

"Anjing sejak kapan lu tertarik sama gua," Albar bertanya sambil melihat sedikit ke arah wanita itu.

"Udah lah kesempatan gak Dateng dua kali," wanita itu terus menggoda dan tangan nya mulai menyentuh pipi Albar.

Kedua tangan wanita itu memegang pipi Albar dan mengarahkan ke hadapannya seolah akan berciuman, Albar pun sulit menolak karena wanita itu juga sangat menawan baginya, mereka mengadu bibir satu sama lain di sofa.

CEKLEK.....

"Woosss," saliko tiba-tiba datang.

Mereka berdua langsung menghentikan perbuatannya dan merasa tidak enak.

"Sory-sory gua ganggu ya, gak sengaja sumpah," saliko juga merasa tidak enak karena memecah suasana.

"Aman masuk aja," Albar ekspresi biasa saja seolah tidak ada yang terjadi.

"Ketok dulu anjing kalo mau masuk," sahut wanita itu dengan sinis.

"Ooh ini mbak yang tadi sore," ucap saliko yang merasa kenal.

"Iya dia temen gua Tati namanya," sahut Albar.

"Ooh temen ya," saliko nada sedikit menyindir.

"Ya udah gua mau cabut ujan nya udah agak reda," Tati pamit akan pulang dengan wajah sedikit kecewa.

"Eh kalo mau main main aja biar gua keluar," saliko masih merasa tidak enak.

"Gak usah makasih," Tati lngsung bergegas.

"Ati- ati ti'," ujar Albar saat melihat Tati keluar.

Tari tidak menjawab dan langsung keluar dari pintu begitu saja.

"Parah lu anjing baru gua tinggal sebentar," saliko.

"Kebetulan tadi, gimana sukses gak," Albar mengalihkan topik.

"Aman lah siapa dulu," saliko membusungkan dada.

"Bagus, mulai sekarang lu bakal sering dapet kerjaan, soalnya gua sendirian kayaknya gak mampu, kalo lu mau sih." Saliko menawarkan.

"Aman aja ini yang gua tunggu-tunggu dari lu, dari pada gua nguli dapet cape doang," balasnya yang merasa senang.

"Tapi resiko gua gak tanggung, bakal banyak yang nyari lu," ancam nya.

"Lu gak usah pikirin masalah itu, lu terlalu meremehkan gua," saliko dengan tengilnya.

"Oke, gua juga masih ada satu barang lagi, tapi gua ragu kayaknya besok aja," kata Albar.

"Ya udah kita pesta aja malam ini, gua mau nyari minum dulu, lu tunggu sini kita mabok smpe pagi." Kata saliko yang mulai bergegas keluar.

"Si anjing baru dapet duit segitu," Albar sedikit tersenyum.

Distrik 9

Keesokan pagi Albar keluar dari kosan nya, dia ingin bertemu seseorang, tepatnya di bawah flyover dekat stasiun 1.

Setelah beberapa saat Albar menunggu ada sebuah mobil yang berhenti tepat di depannya, keluar seseorang dari dalam mobil dengan pakaian agak tapi dan beberapa bodyguard nya, orang tersebut adalah Hanson atasan Albar.

"Berapa duit yang lu butuh," hans tanpa basa-basi.

"Gua mau pinjem 10 juta, ada keperluan mendesak soalnya," jawabnya dengan sangat yakin.

"Inget lu punya waktu 1 bulan buat balikin ini duit," kecam Hanson.

"Ya elah lu selow aja sama gua, lu tau gua kan, gua juga bisa bayar dengan cara lain," balasnya kepada hans.

"Kasih uang nya," kata hans yang merintah bodyguard nya.

Setelah memberi uang tersebut Hanson langsung pergi meninggalkan Albar, begitu juga dengan Albar yang langsung meninggalkan tempat itu.

Telelelet telelelet.

Handphone berdering.

"Halo kenapa ti'," Albar mengangkat telpon.

"Bisa ketemu gak, gua ada di kosan lu," tati dengan nada serius.

"Oke bentar lagi gua pulang, tunggu aja," Albar langsung mematikan handphone.

"Mbak mau ngopi dulu atau apa biar saya buatin," kata saliko yang bersama Tati di kosan.

"Gak usah repot-repot, gua cuma mau ketemu Al doang," jelasnya.

"Kalian udah lama saling kenal," saliko kembali bertanya.

"Ya dari awal dia kerja beginian gua udah kenal, bahkan gua lebih lama dari dia," jelas Tati kepada saliko.

"Oooh Brati mbaknya senior nya Al," kata saliko.

"Manggil gua biasa aja gak usah pake mbak, norak banget," Tati sedikit kesal.

Setelah menunggu beberapa saat akhirnya Albar kembali ke kosan.

"Sory lama ya nunggu nya," Al basa basi saat baru tiba.

"Ngajak kok, gua butuh bantuan lu," Tati langsung to the point.

"Maksudnya?, emang mau ngapain," Al masih bingung.

"Gua mau nganter barang di gang distrik no 9, nanti jam 09 malem," jelasnya.

"Apa!, lu mau cari mati, itu bukan area kita." Al sedikit panik.

"Hans yang nyuruh katanya aman kalo mereka tau kita bawahan nya, tapi gua tetep curiga makanya gua mau lu bantu gua," Tati menjelaskan kembali.

"Hahaha lu butuh bantuan gua, seberapa tebel kantong lu," kata Al sedikit meremehkan.

"Gua gak bakal minta tolong kalo gua gak ada persiapan," balasnya dengan sedikit sombong.

"Oke gua sama saliko bakal bantu, tapi inget gua gak bisa mastiin sepenuhnya kalo lu bisa selamet, lu tau sendiri kan geng sayap putih segila apa," kata Al yang tidak terlalu yakin.

"Oke kalo gitu, gua mau ngurus barangnya dulu dan ini oleh-oleh buat kalian semoga kita beruntung," Tati memberi koper kecil dan langsung pergi begitu saja.

Dengan rasa penasaran mereka berdua mencoba membuka kotak hitam tersebut dan ternyata isinya adalah 2 pistol bersama amunisinya.

"Anjeeeng, ini beneran buat kita," saliko yang terkejut.

"Iya bener, mungkin senjata ini yang bakal nganter kita ke neraka," ucap Albar sambil memegang pistol tersebut.

"Tenang aja gua belum mencium aroma kematian di sini," ujar saliko dengan sangat yakin.

"Lu ngomong gitu karna lu gak tau orang-orang di distrik 9," Al dengan sangat serius.

"Emang se serem itu ya mereka," saliko penasaran.

"Belum pernah ada orang yang transaksi di situ keluar hidup-hidup, gua aja gak bakal mau kalo di suruh ke sana, tapi ini gua terpaksa karna temen," jelas Al.

"Ini bukan sekedar teman biasa tapi, kaitanya hati," sambung saliko yang menyindir.

"Bangsat lu, udah cari makan Sono," Albar langsung bergegas ke kamarnya.

Telelet telelet telpon berdering.

"Tumben lu nelpon gua, ada apa," ucap seseorang.

"Gua butuh bantuan lu sekali ini aja," Al sedikit memohon.

"Penjahat minta tolong sama polisi, lu gila ya, lu pikir lu siapa." Kata Bagas selaku polisi.

"Gua minta tolong sekali ini aja, gua mau masuk ke distrik 9 nanti malem jam 09:00, udah gua kirim alamatnya lewat SMS," Al sedikit memaksa.

"Lu waras kan, ngomong begini," kata Bagas yang seolah menolak.

"Lu Dateng diem diem, bawa beberapa bawahan lu, jangan sampe ada yang tau," Albar langsung mematikan handphone nya.

"Bangsat nih orang, untung aja aaaah!!," Bagas berteriak kesal karena perkataan Albar.

Suasana siang hari di area distrik sangat sepi, hanya ada beberapa orang lokal yang lalu lalang, namun setelah matahari terbenam area itu sangat ramai dan terdengar suara musik di mana-mana.

Malam itu Al dan teman nya sudah bersiap untuk menjalankan tugasnya, Tati membawa barang lumayan banyak, untuk di serahkan ke geng sayap putih.

Konon katanya geng sayap putih selalu membunuh pengantar barang tanpa alasan setelah menyerahkan, karena memang geng tersebut sangat kejam juga kelompok yang lumayan besar dan banyak anggotanya.

Para pengedar senang dengan mereka karena mereka selalu pesan dalam jumlah yang sangat banyak, jadi sangat menguntungkan.

"Gimana kalian udah siap," tanya Tati.

"Emang gak bisa di batalin ya," kata Al.

"Mau gimana pun ini tugas, nganterin mati gak nganterin mati, lu tau sendiri kan. Jalan satu satunya ya cuma nyoba," jelas Tati tanpa ada pilihan.

"Ya tuhan semoga beruntung," saliko sambil menyentuh dada kiri kanan dan kepala.

"Kalian cukup awasi gua aja dari jauh, lu dengerin percakapan gua lewat radio, yang gua kasih tadi. Ada pertanyaan," Tati menjelaskan.

"Siap siap," kata mereka berdua.

"Kalo sampe lu ngomong di radio itu mungkin gua bakal mati, inget," Tati kembali menjelaskan.

Mereka bergegas pergi menggunakan mobil dan mantel hujan berwarna hitam, setelah sampai di gang distrik 9 tati pergi terlebih dahulu, baru mereka berdua menyusul pelan-pelan dari belakang.

Di gang gelap mereka mulai masuk perlahan, di tambah hujan yang membuat suasana sepi, tidak ada orang yang melintasi gang tersebut selain mereka.

"Oke kita lewat sebelah kiri aja soalnya nanti mereka transaksi di depan, kalo gak salah ada area agak luas di sana, jadi kita bisa liat dari jauh." Al memilih jalur berbeda dari Tati supaya tidak ketahuan.

"Oke, gua ikut aja apa kata lu," jawab saliko.

"Gua harap lu Dateng Bagas anjing," dalam hati Albar sambil menyelundup.

Meraka berdua sudah menemukan posisi di Mana bisa mengintai Tati yang sedang transaksi.

"Mau kemana bos," Tati tiba-tiba di hadang 2 orang.

"Nganter barang bang," jawab Tati tanpa ekspresi.

"Gak gua sangka yang nganterin cw," salah satu dari mereka datang dari belakang.

"Kenapa kalo cw, kalo gak boleh cabut gua," Tati dengan sinis.

"Sabar dong, Mana barang nya," kata salah satu dari mereka, yang mungkin atasan.

"Nih di tas lu cek aja," Tati memberi tas yang ia bawa.

"Kalo boleh tau habis ini mau pulang kemana neng," kata mereka sambil mengecek tas.

"Bukan urusan lu bangsat," Tati tanpa mengontrol mulutnya.

"Ooh aku suka wanita galak seperti ini," balasnya sambil tertawa.

"Oke bos barangnya udah bener," kata salah satu dari mereka.

"Udah kan, ya udah gua cabut,"Tati bergegas.

Saat Tati membalikan badan salah satu dari mereka langsung memeluk tati dan menodongkan pistol ke bawah lehernya.

Tanpa basa basi Albar langsung menembak kepala pria tersebut dan saliko mengatasi yang dua, seketika mereka terkapar semua.

"Lari ti'," kata Al dari radio.

Mereka berdua masih di sana untuk melihat situasi, sedangkan tati lari duluan, untuk keluar dari gang.

Beberapa geng yang mendengar suara pistol langsung mengepung tempat tersebut.

Saat Tati sudah menjauh baru Al dan saliko menyusulnya, sambil melepaskan beberapa tembakan ke arah geng yang mendekatinya.

Saat berlari menuju mobil kaki Al tertembak dan saliko langsung membantunya.

"Anjing lu semua," saliko sambil menembak brutal kearah mereka.

Untungnya ada kepolisian di depan gang yang sudah menunggu, jadi mereka tidak bisa mengepung dari arah jalan.

Saat Al dan saliko sampai mobil sirine langsung di hidupkan untuk membuat para geng kocar kacir.

"Makasih udah Dateng," ucap Al kepada Bagas saat mau masuk mobil yang di bantu oleh saliko.

"Pecundang," balasnya dengan kesal.

Tati dan saliko pun terkejut dengan polisi tersebut, apalagi polisi itu terlihat kenal dengan Al.

Mereka pergi dan langsung membawa Al ke rumah sakit, untuk mengobati lukanya yang terkena tembak di bagian betis.

Setelah itu polisi mengamankan tempat tersebut dan mengevakuasi korban yang tertembak, sekitar ada 3 orang yang pasti tewas dan beberapa yang terluka sudah melarikan diri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!