Motor yang di kendarai oleh Naren membelah jalanan menuju sebuah pedesaan, sore ini Naren akan menuju ke kampung halaman sang nenek yang terletak di kota x, bukan tanpa alasan pria itu melarikan diri ke sana, sebab dirinya sedang mengajukan protes pada sang ayah yang se'enak nya saja menjodoh kan dirinya dengan anak dari rekan bisnis nya itu.
" Main jodohin aja, emang tuh bapak-bapak pikir ini zaman Siti munaroh apa ?" Gerutu Naren sepanjang jalan menuju desa sang nenek.
" Mana cewe nya model bangunan mangkrak lagi, kaga ada bagus-bagus nya banget !" Sambung nya lagi terus menggerutu sebab masih kesal dengan keputusan orangtua nya.
Hingga akhirnya motor yang di kendarai oleh Naren pun tiba di sebuah gapura dengan tulisan desa tempat tinggal sang nenek.
Naren berhenti sejenak sebelum memasuki kawasan desa tersebut, sebab Naren sudah sedikit lupa di mana letak rumah sang nenek, karna terakhir kali Naren ke sini itu 5 tahun yang lalu sebelum Naren kuliah di luar negri, dan desa ini sudah banyak yang berubah sejak terakhir kali Naren ke sini.
" Gua harus belok kemana ini, perasaan dulu jalanan nya ga kaya gini dah ?" Tanya Naren pada dirinya sendiri, mana waktu juga sudah semakin sore lagi, bisa gawat jika dirinya belum bisa menemukan letak rumah sang nenek, bisa tidur di emperan rumah warga nanti dia.
" Nanya aja kali ya sama warga di sini ?" sambung Naren pada dirinya sendiri, akhirnya Naren pun kembali melajukan motor besar nya memasuki desa tersebut.
begitu melihat pemandangan yang nampak indah di sore hari ini membuat Naren menjadi tidak fokus pada jalanan di depan nya, sehingga dirinya tidak menyadari ada seorang yang berdiri di pinggir sawah sambil merentangkan tangan nya, alhasil Naren menabrak orang tersebut dan berakhir mereka berdua yang kejebur ke dalam sawah dengan posisi yang bisa di bilang cukup intim.
" Astaghfirullah !" Rintih gadis tersebut sebab tubuh nya di tindih oleh tubuh besar Naren.
" Aduhhhh !" Ringis Naren yang tangan nya sempat tergores ranting yang ada di sekitar sawah tersebut.
" Ya Allah kang, bisa bangun dulu ga, na ga bisa nafas ini, badan akang yang kaya kingkong nindih badan na yang kaya kelinci ini !" Ujar Ayuna sambil meringis perih, namun masih sempat-sempatnya dia bersikap menyebalkan.
" Heh, enak aja lu ngatain gua kaya kingkong, badan lu aja yang kecil kaya kutil !" Sungut Naren tidak terima di katai seperti kingkong oleh gadis yang tidak dia kenal.
Saat Naren ingin bangun dari atas tubuh Ayuna beberapa warga lewat dan memergoki posisi mereka yang terlihat sedang iya-iya, sehingga membuat para warga menjadi salah paham akan apa yang mereka lihat.
" Ya Allah neng Yuna, apa yang kalian lakukan !" Teriak salah satu warga membuat Ayuna dan naren terkejut, terlebih dengan posisi mereka yang seperti ini dan rok Ayuna yang sedikit terangkat ke atas memperlihatkan paha mulus gadis itu
" una ga ngapa-ngapain bi, akang ini tadi nabrak Una terus kita jatuh ke sini !" Ujar Ayuna berusaha menjelaskan agar tidak terjadi kesalah pahaman, namun mereka yang melihat sudah terlanjur salah paham.
" Bangun kamu, bikin malu bibi aja !" Sentak wanita yang tadi Ayuna panggil bibi itu.
" Una beneran ga ngapa-ngapain bik, demi Allah !" Ujar Ayuna berusaha menjelaskan pada bibinya itu, yang tak lain adalah adik dari ayah nya.
" Ikut kita ke balai desa sekarang neng, Kalian harus segera di nikah kan atau tidak kampung kita yang akan terkena sial karna perbuatan mesum kalian ini !" Ujar salah satu bapak-bapak yang sudah terlihat cukup berumur.
Mendengar kata menikah membuat Naren langsung membelalakan mata nya, kenapa harus kata itu lagi yang terdengar di telinga nya sejak kemarin.
" Kenapa saya harus nikahin dia pak, saya tidak melakukan apapun pada nya, kita ga sengaja kejebur ke sini karna saya kurang hati-hati mengendarai motor tadi !" Ujar Naren, enak saja main mau menikah kan mereka, orang Naren ke sini mau menghindari pernikahan malah sekarang di suruh menikah juga, kalau seperti itu untuk apa dirinya jauh-jauh datang ke sini, udah gitu mereka tidak saling mengenal satu sama lain, bagaiman kalau cewek ini ternyata bukan gadis baik-baik.
" Kalau kalian tidak mau menikah, kalian harus siap di arak keliling kampung dengan tubuh telanjang, saya akan memanggil kedua orangtua kamu neng Yuna !" Ujar warga lain membuat Naren semakin membelalakan mata nya, begitu pun dengan Ayuna.
Apa-apaan mereka semua, mau di taruh di mana wajah tampan seorang Narendra cakrawala jika harus di arak keliling kampung dengan keadaan telanjang, namun untuk menikah saat ini Naren juga tidak siap, apalagi ia sama sekali tidak melakukan kesalahan seperti apa yang mereka tuduh kan, dirinya juga tidak mengenal wanita yang ada di hadapan nya ini.
Belum sempat menjawab tubuh Naren sudah di tarik paksa oleh beberapa warga untuk di bawa menuju balai desa, begitu pun dengan Ayuna yang kini sudah menangis sesegukan, sebab akan di nikahkan secara paksa dengan cara yang memalukan seperti ini.
Padahal selama ini Ayuna terkenal sebagai kembang desa yang baik dan ceria, namun nasib jelek datang padanya akibat ulah lelaki kota itu, Ayuna bingung akan menjelaskan seperti apa pada ibu dan bapak nya nanti.
Dengan keadaan yang penuh dengan lumpur akhirnya mereka berdua di seret secara paksa oleh beberapa warga menuju balai desa, dan ternyata di sana sudah ada bapak dan ibu Ayuna yang sedang menangis.
" Ya Allah neng, apa yang kamu lakukan, kenapa tega mempermalukan ibu dan bapak ?" Jerit ibu indah yang tak lain adalah ibu kandung Ayuna.
" Na sama dia beneran ga ngapa-ngapain Bu, sumpah demi Allah !" Sahut Ayuna sambil menangis, tidak tega melihat raut wajah bapak dan ibu nya, sebab selama ini mereka juga suka di kucilkan akibat keadaan ekonomi mereka yang bisa terbilang miskin.
" Kita harus menikah kan mereka pak Ahmad, kalo tidak kampung kita akan terkena sial akibat perbuatan mereka !" Ujar salah satu tetua di kampung tersebut pada pak Ahmad yang tak lain adalah bapak kandung Ayuna.
" Apa tidak bisa di bicarakan baik-baik pak, kita dengar dulu penjelasan dari mereka !" Ucap pak Ahmad yang tidak percaya jika sang anak melakukan hal kotor seperti itu, sebab selama ini Ayuna tidak pernah bersikap berlebihan kecuali sikap menyebalkan nya itu, dan pak Ahmad sangat mengetahui sifat sang putri.
" Tidak bisa pak, sudah jelas mereka melakukan hal tidak senonoh di sawah tadi, beberapa warga menjadi saksi nya termasuk Vera adik bapak sendiri !" Jawab tetua tersebut membuat pak Ahmad menghela nafas kasar, sangat berat melepas putrinya yang baru berusia 19 tahun untuk menikah dengan lelaki kota itu, terlebih pak Ahmad tidak yakin jika di lihat dari penampilan nya yang sedikit urakan dengan dua tindikan di kuping sebelah kiri nya.
Tapi balik lagi, pak Ahmad tidak mungkin melanggar aturan desa yang sudah ada sejak zaman dahulu,.dimana jika ada yang ketahuan berbuat mesum mereka akan di nikah kan saat itu juga atau kalo tidak mereka akan di arak keliling desa dengan keadaan bugil.
Like,.komen, and vote ❤️
Suasana balai desa semakin nampak riuh begitu Narendra menolak untuk menikahi Ayuna, dan gadis itu juga menolak Narendra dengan tegas walau di iringi oleh isak tangis.
" Pak saya berani sumpah kalau saya dan dia ga ngelakuin apa-apa seperti yang kalian tuduhkan, ini semua salah saya karna kurang hati-hati mengendarai motor dan ga fokus lihat jalanan di depan, jadi saya ga sengaja nabrak dia dan kita berdua akhirnya kejebur di sawah, kita ga ngelakuin apa-apa pak, sumpah !" Jelas Narendra untuk yang ke sekian kali nya dengan nada frustasi, kalau tau akan seperti ini lebih baik dirinya tidak kabur dari rencana perjodohan sang ayah, apakah ini yang dimana kan karma.
" Niat saya ke sini itu karna mau ke rumah nenek saya pak !" Ujar Narendra lagi namun warga tetap tidak peduli pada penjelasan pemuda tersebut, yang mereka mau hanyalah Narendra menikahi Ayuna sekarang juga agar desa mereka tidak terkenal sial.
" Mending sekarang kamu hubungi keluarga kamu, karna kita tidak mau mendengar penjelasan apapun, sebab sudah ada beberapa saksi yang melihat kelakuan tidak senonoh kalian tadi !" Ujar seorang warga pada Narendra membuat Naren kesal setengah mati, kalau saja ia bukan pendatang di sini, sudah bisa di pastikan orang itu akan habis oleh nya.
akhirnya mau tak mau Naren pun menelpon ayah dan bunda nya yang berada di jakarta untuk memberi tau perihal masalah ini, namun lagi-lagi Naren di buat kesal oleh kelakuan salah satu warga yang main merebut ponsel nya saja saat ia sedang berbicara pada kedua orangtua nya.
Orangtua Naren berkata akan segera datang ke sana, namun mengingat waktu yang harus mereka tempuh akhirnya para warga pun memutuskan untuk langsung menikahkan Naren dan ayuna saja tanpa menunggu kedatangan kedua orangtua Naren.
Sementara Ayuna masih menangis di pelukan sang ibu dengan bapak yang terus menatap ke arah mereka, Ayuna menyesal kenapa ia tidak langsung kembali saja kerumah begitu selesai bekerja, dan malah berdiri di pinggir sawah untuk menikmati pemandangan sore, padahal kedua orangtua nya selalu mengingatkan untuk selalu langsung pulang begitu selesai bekerja.
" Bu Una beneran ga ngapa-ngapain sama akang kingkong itu, tadi Una lagi liat pemandangan di pinggir sawah, eh tiba-tiba dia nabrak Una dan kita berdua jatuh ke sawah, kita ga mesum kaya yang mereka tuduhkan bu !" Jelas Ayuna sambil sesegukan di pelukan sang ibu, Ayuna tidak ingin menikah di usianya yang baru 19 tahun, dirinya sudah bertekad untuk membantu kedua orangtua nya lebih dulu minimal sampai kedua adiknya lulus sekolah, namun kalau sudah seperti ini Ayuna juga bingung harus bagaimana.
Setelah lulus sekolah satu tahun yang lalu, Ayuna memang memutus kan untuk langsung mencari pekerjaan, sebab untuk melanjutkan kuliah pun kedua orangtua nya tidak mampu, sebab masih harus menyekolahkan kedua adik nya yang masih SMA dan SMP, beruntung Ayuna di terima bekerja di salah satu toko sembako yang berada di pasar, walau gajinya tidak seberapa namun Ayuna bersyukur sebab dirinya bisa sedikit mengurangi beban kedua orangtua nya.
Tiba-tiba saja bapak kepala desa berkata untuk segera memulai acara akad nikah nya, seorang ustadz juga sudah berada di sana untuk menikah kan mereka.
Dengan sangat terpaksa akhirnya Naren pun bersedia menikahi Ayuna, sebab tadi ayah dan bundanya sudah mengancam akan mengeluarkan nya dari daftar kartu keluarga jika Naren kembali membuat ulah.
" Jadi untuk mahar nya bagaimana ?" Tanya pak ustadz yang akan menikahkan mereka.
" Mahar ?" Tanya Naren dengan wajah bingung, dan langsung tersadar begitu pak ustadz menjelaskan apa itu mahar.
Naren langsung membuka dompet nya, namun hanya tersisa beberapa lembar uang pecahan seratus ribu saja.
" saya cuma punya uang segini pak ustadz, apa bisa ?" Ujar Naren sambil menyerahkan 5 lembar uang pecahan seratus ribuan, dan hanya menyisakan satu lembar saja untuk mengisi bensin nanti.
" Sebenar nya mahar segitu juga sudah cukup, tapi kita tanyakan saja pada teh Ayuna, apakah dia bersedia menerima mahar tersebut ?" Sahut pak ustadz sambil melirik ke arah Ayuna yang sudah tidak menangis namun matanya menjadi nampak sembab.
" Teh Ayuna, apakah teteh ikhlas dengan mahar yang di berikan oleh kang Naren ?" Tanya ustadz Fahri, beliau yang akan menikah kan Naren dan ayuna malam ini.
Ayuna tidak menjawab namun hanya menganggukan kepala saja, sebab mau menolak pun pasti tidak bisa, dan ayuna juga tidak ingin membuat suasana semakin tidak enak, Ayuna ingin semua ini segera berakhir agar ia bisa segera kembali ke rumah dan menangis sejadi-jadinya.
" Alhamdulillah, kalau begitu bisa kita mulai langsung acara akad nya !" Ujar pak ustadz, sebelum nya Naren dan ayuna juga sudah sempat membersihkan diri mereka tadi dan berganti pakaian dengan pakaian yang di pinjam kan oleh Bu kades.
" Pak Ahmad, bisa kita mulai akad nikah nya ?" Tanya pak ustadz pada ayah kandung Ayuna, sementara pak Ahmad hanya mengangguk saja sebagai jawaban, walau dalam hati dirinya belum ikhlas melepas sang anak untuk menikah, namun pak Ahmad tidak bisa melakukan apapun, dalam hati terus berdoa agar kedepan nya semua baik-baik saja, dan jika memang mereka sudah di takdir kan untuk berjodoh, pak Ahmad hanya bisa mendoakan rumah tangga mereka agar sakinah, mawadah dan warahmah.
" saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan anak saya yang bernama Ayuna Mandala Binti ahmad Efendi dengan mas kawin berupa uang lima ratus ribu di bayar tunai !" Ucap pak Ahmad dengan suara tegas namun sedikit bergetar seraya menjabat tangan Narendra yang nampak dingin dan berkeringat.
" saya terima nikah dan kawin nya Ayuna Mandala binti Ahmad Efendi dengan mas kawin yang tersebut tunai !" Jawab Narendra tak kalah tegas dan hanya dengan satu kali tarikan nafas.
Seketika sahutan kata Sah langsung terdengar di seluruh ruangan, dan mulai detik ini Narendra dan ayuna sudah resmi menjadi pasangan suami istri yang sah di mata agama.
" Setelah ini segera urus surat-surat nya ke KUA ya kang, biar resmi secara negara juga !" Ujar ustadz Fahri dan hanya di balas anggukan kepala saja oleh Narendra.
Setelah itu ustadz Fahri menyuruh Ayuna untuk menyalami punggung tangan Narendra dan Narendra pun di suruh untuk mencium kening Ayuna sambil di tuntun doa oleh ustadz Fahri.
Narendra merasa sedikit malu karna harus mencium Ayuna di depan banyak orang, begitu pun dengan Ayuna yang semakin menundukkan kepala nya tak berani menatap sang suami, ya sekarang Narendra adalah suami Ayuna, dan ayuna sudah menjadi istri istri Narendra.
***
# Jangan lupa like, komen and vote ❤️ ❤️ ❤️ ❤️
Thank you 😘 😘 😘
tidak terasa waktu sudah beranjak semakin malam, dan jam pun sudah menunjukan pukul 21.34 wib, huru-hara yang terjadi di balai desa pun sudah teredam seiring dengan kata sah yang terucap dari bibir Narendra.
Narendra mengikuti langkah istri dan kedua mertuanya sembari menuntun motor gede milik nya yang sedikit lecet di beberapa bagian akibat terjun ke sawah sore tadi.
Bapak Ahmad dan ibu indah menuntun sang putri yang masih nampak linglung karna harus nikah dadakan dengan orang asing, sementara mereka masih memikirkan akan di bawa kemana pernikahan sang putri, karna kedua orangtua Narendra masih belum tiba juga hingga saat ini, sehingga bapak Ahmad dan ibu indah merasa sedikit takut jika kedua orangtua Narendra tidak merestui, masa putri mereka harus menjadi janda di malam pertama dan di usia yang baru menginjak 19 tahun.
" Ini rumah kami, semoga kamu betah nanti tinggal di sini untuk sementara !" Ujar bapak Ahmad pada menantu nya itu sembari menunjukan rumah yang terbuat dari kayu namun terlihat cukup besar dan bersih.
Sementara Narendra hanya melihat sekeliling rumah tersebut tanpa menyahuti ucapan mertua nya itu, dirinya pun masih cukup terkejut sebab harus menikah dengan cara seperti ini, Narendra masih tidak menyangka jika keputusan nya yang ingin melarikan diri dari perjodohan malah harus terjebak pernikahan dengan seorang gadis di desa ini.
Mana Narendra juga belum ketemu dengan nenek nya pula, boro-boro mau ketemu sang nenek wong letak rumah nenek nya saja dirinya lupa.
" Sekarang kalian istirahat aja dulu, besok kita omongin lagi gimana baik nya !" Ucap bapak Ahmad pada anak dan menantu nya, sementara ibu indah masih belum bisa berkata apa-apa, begitu pun dengan kedua adik Ayuna yang sama sekali tidak mengerti dengan apa yang sebenar nya terjadi.
" Tapi Una beneran ga ngelakuin apa-apa sama dia pak !" Lirih Ayuna yang masih berusaha menjelaskan pada kedua orangtua nya, sebab Ayuna tidak ingin membuat ibu dan bapak nya kecewa karna mereka berfikir jika dirinya benar-benar melakukan hal yang tidak senonoh bersama Narendra.
" Iya bapak percaya, sekarang kamu ajak suami mu dulu buat istirahat, besok kita omongin lagi, sudah malam !" Sahut pak Ahmad sambil mengelus pucuk kepala sang anak membuat Ayuna menatap bapak nya dengan mata yang berkaca-kaca, karna selama ini memang Ayuna lebih dekat dengan sang ayah, walaupun dirinya juga dekat dengan sang ibu, namun memang sedikit berbeda.
Ayuna melirik ke arah Narendra sekilas dan langsung melangkah masuk ke dalam kamar milik nya, pak Ahmad yang melihat kelakuan sang putri hanya bisa menghela nafas kasar dan melirik ke arah Narendra yang nampak cuek-cuek saja.
" susul istrimu nak, istirahat dulu sudah malam !" Ujar pak Ahmad pada menantu nya, dan Naren pun hanya bisa mengangguk kaku dan langsung berjalan menyusul Ayuna.
Begitu masuk ke dalam kamar, Naren di buat terkejut dengan tingkah Ayuna yang menatap nya tajam namun penuh dengan lelehan air mata, bukan nya takut Naren malah ingin tertawa melihat nya, sebab wajah Ayuna terlihat sangat lucu dengan hidung dan mata yang memerah.
" kenapa akang ikut masuk ke kamar Una ?" Tanya Ayuna dengan ketus.
" Gua di suruh sama bapak lu, ya udah gua nurut aja !" Jawab Naren cuek.
" kalo gitu akang keluar, Una ga mau liat muka akang yang nyebelin itu !" Usir Ayuna membuat Narendra menaikan sebelah alis nya sambil menatap wanita di hadapan nya yang sekarang sudah bergelar sebagai istrinya.
" Lu yakin ngusir gua dari kamar ini? Kalo bapak lu nanya gimana ?" Tanya Narendra sambil melipat tangan di dada, sontak saja Ayuna langsung memutar bola matanya nampak berfikir.
" Terus gimana? Ga mungkin kan kita tidur bareng, kasur Una kecil ga akan muat kalo buat tidur berdua, apalagi badan akang segede kingkong kaya gini ?" Ujar Ayuna membuat Naren mendengus kesal mendengar nya.
" Kenapa dari tadi lu selalu manggil gua dengan sebutan kingkong? Asal lu tau aja ya badan gua ini idaman para wanita, seenak nya aja lu ngatain gua kingkong !" protes Narendra namun Ayuna nampak tidak peduli.
" Terus ini gimana, akang mau tidur dimana ?" Tanya Ayuna lagi.
" Ya di kasur lah, mau dimana lagi, ogah banget gua kalo harus tidur di bawah !" Sahut Narendra dengan enteng nya membuat Ayuna melototkan matanya seketika.
" Yang bener aja, Una ga mau tidur satu kasur sama orang asing kaya akang !" Tolak Ayuna namun Naren tidak peduli dan langsung merebahkan dirinya di atas kasur gadis itu.
" Orang asing yang lu bilang ini suami lu, kalo lu lupa !" Celetuk Naren membuat Ayuna bungkam seketika.
akhirnya Ayuna hanya bisa pasrah dan lebih memilih untuk membersihkan badan nya lebih dulu sebelum tidur, sebab tadi saat di balai desa dirinya belum maksimal membersihkan diri.
" Bersih-bersih dulu, tadi akang abis cosplay jadi keong racun, Una ga mau kasir Una jadi bau lumpur !" Celetuk ayuna membuat Narendra kembali membuka matanya.
" Kecil-kecil cerewet banget sih lu botol Yakult, tadi kingkong sekarang keong racun, nanti apalagi, durhaka lu ngatain suami terus !" Ujar Narendra sambil kembali duduk di pinggir kasur dan menatap Ayuna dengan datar.
" Akang juga ngatain Una tuh barusan !" Sahut Ayuna tidak mau kalah.
" Cerewet !" Gumam Narendra membuat Ayuna cemberut seketika.
Baru beberapa jam saja mereka menjadi suami istri namun sudah bertengkar, apalagi kalau nanti, yang ada mereka berdua akan tawuran.
" Dimana kamar mandi nya ?" Tanya Narendra masih dengan wajah datar.
" Di luar !" Jawab Ayuna singkat.
" Di luar mana, di luar angkasa ?" Tanya Narendra lagi.
Ayuna langsung menatap suami bodong nya itu dengan tatapan jengah, bagaimana tidak bodong jika mereka masih menikah siri saat ini dan belum mempunyai surat-surat lengkap.
" Ayo Una anterin !" Ajak Ayuna yang lahirnya mau tidak mau ia pun mengalah agar bisa cepat beristirahat, karna semakin di ladeni maka Narendra akan semakin menyebalkan.
mereka berdua pun akhirnya menuju kamar mandi yang terletak di ruangan paling belakang dan menyatu dengan dapur.
" Oke handuk Una aja dulu, ga ada handuk lagi soalnya !" ujar Ayuna sambil menyerahkan handuk motif doraemon pada Narendra dan langsung di terima oleh lelaki itu dengan berat hati.
" Nanti Una pinjemin baju sama Alif !" Sambung Ayuna, Alif adalah adik Ayuna yang pertama dan saat ini Alif masih sekolah kelas 2 SMA.
Narendra pun langsung masuk ke dalam kamar mandi setelah mengangguk kepada Ayuna sebagai jawaban dan ayuna langsung menuju kamar sang adik untuk meminjam baju sebab tas Narendra juga kotor terkena lumpur.
***
# Jangan lupa like, komen and vote ❤️ ❤️ ❤️ ❤️ ❤️
Thank you 😘 😘 😘 😘 😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!