NovelToon NovelToon

Berpindah Zaman

Berpindah

Marsel pria yang hidup nya pas Pasan di jaman yang serba susah seperti ini, pekerjaan yang saingannya sangat lah ketat dan mengutamakan fresh graduate sedangkan Marsel kini menginjak usia tiga puluh tahun dimana syarat yang tertera di setiap syarat perusahaan hanya sampai umur dua puluh lima lebih tak sampai umur tiga puluhan.

Bahkan keinginan nya untuk berkeluarga saja harus ia kubur dalam dalam karena Marsel tahu akan kondisi perekonomiannya saat ini bahkan untuk kehidupannya saja ia harus mengencangkan ikat pinggang.

Kini ia sudah di titik pasrah akan keadaannya saat ini, namun takdir berkata lain jiwa nya berpindah ke tubuh seseorang yang entah berada di zaman apa.

****

Malam ini Marsel sedang menatap gemerlapnya kota dimana dia di lahirkan dan di besarkan, ia duduk di alun alun kota memperhatikan semua para pedagang kaki lima yang sedang menggelar dagangannya serta orang orang disana yang sedang berlalu lalang.

Lampu di setiap lapak terang benderang menandakan kalau dagangan nya masih ada dan siap untuk menyambut pembeli.

Marsel yang duduk di sudut alun alun tersebut hanya melamun memikirkan nasib nya ke depan bagaimana sedangkan usia nya terus berlanjut.

Sedangkan kehidupannya saat ini pas Pasan jangan kan memikirkan berkeluarga untuk makan saja ia harus mencari dengan susah payah, ia sadar kalau ia adalah pribadi yang gagal dalam merajut masa depannya.

Wajah yang pas Pasan apa lagi dompet nya juga sama sehingga ia tak berani untuk menjalin sebuah hubungan dengan lawan jenis apa lagi untuk mendapatkan keturunan.

Mengingat hal itu Marsel hanya dapat menghela nafas berat dan berdiri meninggalkan tempat duduk nya yang sejak tadi sudah ia tempati.

Marsel berjalan dengan gontai menuju motor yang sudah menemani nya sejak dulu hingga kini walau pun tua hanya benda ini yang ia punya saat ini, ia pun mengendarai motor tersebut menuju arah pulang.

Di jalan yang sepi entah mengapa tiba tiba saja pandangan Marsel mengabur tak dapat melihat dengan jelas tetapi Marsel tetap memaksakan keadaan ia tetap mengendarai motor kesayangannya itu memacu dengan kecepatan rata-rata sampai Marsel pun tak sanggup lagi mengendarai motor tersebut dengan benar pandangan Marsel pun tiba tiba saja menggelap.

Marsel pun terjatuh dari motor nya karena tak dapat menyeimbangkan dirinya.

Bruak..... Bruak...

Suara motor terjatuh tubuh Marsel pun terseret beberapa meter dari tempat awal jatuh, ketika motor nya berhenti Marsel mencoba untuk bangkit tetapi naas seluruh tubuh nya tak bisa bergerak hingga akhirnya seluruh kesadaran Marsel pun perlahan menghilang dan terkulai lemah di jalanan seorang diri.

Setelah beberapa menit entah jam Marsel pun mencoba kembali membuka mata nya tetapi apa yang dia lihat tak sama seperti di tempat tadi dia terjatuh.

Marsel sempat tertegun melihat lalu lalang orang orang yang berada di sana dengan Marsel masih tetap dengan posisi nya yaitu berbaring tapi nanti dulu mengapa sekarang ia berbaring di tanah bukan kah tadi dia berada di aspal jalanan?.

Marsel masih mencerna dimana ia sekarang dan dimana motor kesayangannya itu, Marsel yang masih linglung pun di kagetkan dengan teriakan seorang anak perempuan.

"Hai.... Bangun.... Kenapa kamu tidur di sini?" ucap anak kecil itu mengagetkan Marsel yang masih bingung.

Marsel langsung duduk di tempat ia tidur tadi, Marsel mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

"Dimana aku? Kenapa semua orang berpakaian seperti itu semua?" gumam Marsel melihat orang orang di sekitar nya memakai pakaian seperti berada di zaman kuno.

Ada sebagian laki laki membawa pedang di pinggang, sebagian lagi membawa busur di pundak dan ada juga yang tak membawa apapun.

"Apa aku sedang bermimpi? Mengapa terasa aneh seperti ini" gumam Marsel lagi sambil memperhatikan setiap orang yang berlalu lalang di sana.

Ketika Marsel sedang berfikir antara nyata dan mimpi kini Marsel pun di buat semakin yakin kalau ini adalah nyata dengan berbunyi nya suara perut Marsel yang merasa kelaparan.

"Ah... Sial ternyata ini nyata.... Perut ku lapar dan ini bukan lah mimpi" rutuk Marsel.

Marsel melihat kedua tangannya yang kotor dan mencium bau ketiak nya yang sangat sedap hingga membuat dia mual sendiri.

Dia pun bangun sempoyongan karena tak ada tenaga, Marsel berjalan melalui lorong dan ternyata di sana ada genangan air yang bisa memantulkan diri nya.

"Loh.... Itu siapa? Apa itu aku? Kenapa aku berubah?" masih dalam keadaan yang membingungkan di tambah saat ini banyak pertanyaan Marsel yang tak bisa ia jawab.

Marsel yang sedang keadaan linglung itu pun tak menyadari ada dua orang yang menghampiri dirinya.

"Plaaak" salah satu pria itu memukul kepala Marsel.

"Heh.... kau kenapa masih berada di kota sini... Dasar gelandangan tak tahu diri... Kalau aku jadi kamu mungkin aku sudah bundir sejak kemarin" ucap salah satu nya lagi didekat Marsel.

Marsel yang mendengar ucapan itu pun bertambah bingung.

"Hm... Mengapa aku harus bundir?" tanya Marsel heran.

"hahahahahaha" kedua pria itu pun terbahak bahak ketika mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Marsel.

"Dasar pria tak tahu di untung, kau sudah di tolong malah ingin mencuri di rumah majikan mu sendiri dasar tak tahu terima kasih".

Ketika dua pria itu tertawa tiba tiba saja kepala Marsel mendadak sakit dan semua informasi si pemilik tubuh pun masuk ke dalam pikiran Marsel, ya ingatan Marsel dan pemilik tubuh pun bersatu hingga membuat Marsel tahu kalau saat ini ia sedang berada di tubuh orang lain yang bernama boksun.

Boksun adalah seorang pemuda yatim piatu sekarang berumur 17 tahun, Marsel terdiam ketika mengingat kehidupan Boksun yang tak jauh menyedihkannya dengan kehidupan Marsel di dunia yang lain.

Kedua orang itu pun pergi dengan tawa yang sangat bahagia karena telah puas mengatai boksun/Marsel.

Boksun ingat ketika ia di tuduh mencuri oleh majikannya yang mempekerjakan dia di warung majikannya tersebut, tetapi yang sebenarnya terjadi adalah teman seprofesi nya lah yang telah mencuri nya dan boksun pun jadi tersangka nya karena fitnah yang diberikan temannya itu.

Boksun tahu temanya itu lah yang sering mengutil di warung tempat kerja nya itu tak jarang temannya itu pun sering membully dirinya entah karena apa temannya itu tak menyukai dirinya.

Ketika majikannya itu sadar bahwa ada barang barang yang selalu kurang ketika dia menerimanya pun boksun lah yang jadi tersangka nya dan di kambing hitamkan oleh temannya itu.

Sandika dan bena

Tetapi walaupun ia di kambing hitamkan oleh temannya dan di keluarkan secara tidak terhormat oleh pemilik warung, boksun merasa beruntung karena tuannya itu tak menyerahkan dirinya kepada pihak keamanan yang ada di sana.

Mungkin tuannya itu merasa kasihan tetapi sekaligus kecewa karena boksun mencuri entah lah boksun tak tak tahu walaupun begitu ia tetap bersyukur.

Hanya saja karena masalah tersebut kini boksun memiliki permasalahan yang pelik yaitu tak dapat bekerja dimanapun karena di cap sebagai pencuri oleh semua pelaku usaha disekitar wilayah itu.

Ya berita boksun mencuri begitu cepat tersebar melalui mulut ke mulut walaupun saat ini tak ada teknologi yang seperti dunia Marsel, tapi berita yang menyebar melalui setiap para warga itu yang sangat cepat.

"Hah... Sekarang aku bingung mau tinggal dimana dan bagaimana besok aku makan?" gumam boksun sambil menatap sedih takdir yang harus ia jalani saat ini walaupun saat ini juga ia sedang kelaparan karena tak memiliki uang sepeserpun untuk membeli makan.

"Malang benar nasib mu boksun...." Marsel bersimpati akan nasib tubuh yang saat ini ia tempati bahkan hidup boksun lebih memprihatinkan ketimbang kehidupan Marsel didunia nyata nya.

Marsel bahkan mengingat kalau si pemilik tubuh sempat terfikir untuk mengakhiri hidupnya, mengapa boksun sampai berpikiran sejauh itu karena dia tak memiliki kemampuan apapun seperti orang orang sebaya nya.

Bahkan untuk sekedar memegang senjata pun ia tak bisa menyedihkan bukan kehidupan Boksun, dia benar benar terlahir untuk menjadi manusia biasa saja tanpa kemampuan apapun.

Semua orang yang ada di lingkungan boksun saat ini bertahan hidup dengan cara berdagang, bertani, berternak, dan juga berburu.

Dari semua cara untuk bertahan hidup cuma satu yang sangat di hormati di dunia yang saat ini Marsel singgahi adalah berburu karena berburu hewan liar.

Hasil berburu hewan sangat lah menggiurkan karena semua bagian hewan tak ada yang tak bisa dijual dan itu membuat banyak orang berminat jadi pemburu selain bisa mensejahterakan keluarga, pemburu juga sangat di hormati oleh masyarakat.

Boksun yang kini tengah berfikir bagaimana cara ia bisa bertahan hidup di dunia ini dengan keadaan yang memprihatinkan terbersit dalam pikirannya untuk berburu hewan yang ada di sekitaran hutan dekat kota.

Dengan mengandalkan ingatan boksun, kini ia mengingat salah satu hewan yang sangat langka karena sangat langka itu banyak peminat dari hewan ini, dari daging bahkan telurnya saja sangat tinggi harga nya.

Mereka menyebut hewan ini adalah Kwek kwek mungkin karena suara nya yang khas namun kalau di dunia Marsel dia menyebutnya dengan bebek.

Didunia boksun Kwek kwek ini sangat lah gesit jika di dekat, hewan ini juga sangat lah lincah dan saat bersembunyi sangatlah pintar, hewan Kwek kwek sendiri pun jarang menampakan diri, kalau menampakan pun ia dengan gesit berlari menghindari predator nya.

Banyak pemburu yang mengincar nya tapi karena ukuran tubuhnya yang ramping dan gesit pemburu pun tak pernah melihat hewan itu.

Hanya kalangan atas saja yang pernah merasakan daging hewan Kwek kwek ini, seperti keluarga kerajaan, para bangsawan dan pemilik uang lebih saja yang dapat merasakan lejatnya daging Kwek kwek ini.

Yang memang karena faktor susah di cari, harga tinggi dan sangat sulit untuk di buru, bahkan tak jarang para pemburu itu pun tahu hewan itu dari membaca buku saking sulit nya menemukan hewan tersebut.

Berbeda dengan boksun yang memang kuli angkut warung majikannya yang lama ia tanpa sengaja melihat hewan itu diperjual belikan di pasar dan menanyakan kepada penjual dimana ia mendapatkan hewan tersebut.

Akhirnya boksun pun memutuskan akan pergi saja ke perbatasan kota yang memang terdapat hutan di sana tetapi permasalahannya sekarang adalah boksun sudah tak sanggup lagi untuk melangkahkan kaki nya.

Jangankan untuk berjalan hanya untuk berdiri saja boksun rasa sudah tak sanggup lagi.

"Kenapa aku sampai disini? Hingga menempati tubuh remaja yang lebih menyedihkan dari kehidupan ku sebelum nya? Apakah sang Pencipta marah denganku? Sehingga menghukum aku dengan cara seperti ini?" gumam boksun sambil duduk di lorong yang sepi seorang diri.

Ia menatap lurus kedepan dengan otak yang penuh dengan pikiran yang entahlah bagaimana.

" Hah.... Atau apakah ini hadiah dan aku harus memaksimalkan semua usahaku lebih keras lagi dari kehidupan ku yang dulu menjadi Marsel?".

Saat ini di kepala nya memang penuh dengan pertanyaan akan tetapi semua itu terkalahkan dengan rasa lapar yang membuat perutnya terasa sakit.

Tiba tiba saja beberapa pemburu wanita dan pria lewat di depan boksun dan menatapnya dengan intens.

"Hai kau..... " seru salah seorang wanita yang ada di kelompok pemburu itu.

"Mengapa aku seperti mengenal dia?" lanjut wanita itu lagi menunjuk ke arah boksun yang sedang tertunduk lemas.

Mendengar suara itu boksun pun seketika mengangkat kepala nya dengan berat dan melihat siapakah suara wanita itu.

"Oh... Nona Sandika" ucap lemas boksun tak lupa boksun pun melempar senyum ramah nya walaupun lemas.

Nona Sandika adalah salah satu keluarga pemburu yang sangat di hormati di kota tersebut, selain penampilan menarik dan hebat.

"Oh ya.... Kau kan salah satu pekerja warung tuan Chen bukan?" tanya Sandika sedikit samar ketika melihat wajah boksun yang menurut nya familiar.

Boksun pun menjawab dengan anggukan kepala nya saja tanpa berucap.

"Oh ya aku ingat dia pegawai yang mencuri itu bukan?" ucap salah satu pria yang ada di rombongan tersebut.

Yaaa tau ya Bu.... Nama nya gosip gak dimana gak dimana selalu saja cepat menyebar apa lagi kalau tetangga kita julid nya alabatan apa itu.

Boksun yang mendengar nya pun hanya terdiam tak menanggapi hal tersebut.

"Jangan asal bicara bena" ucap Sandika kepada temannya itu yang bernama bena.

"Loh kenapa? Aku kan cuma bilang apa yang aku dengar dari orang sekitar, lalu apa salah nya" ucap bena tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Ya Sandika juga tak membantah hal tersebut karena dia juga mendengar gosip gosip yang beredar itu akan tetapi ada salah satu pemburu juga mengatakan bahwa semua itu hanyalah fitnahan semata.

Menemukan pisau

Mengapa Sandika percaya kalau itu hanya fitnah yang di berikan kepada boksun? Karena pemburu yang memberikan informasi kepada Sandika itu adalah kakak dari salah satu teman boksun yang bekerja yang tak lain juga adalah teman boksun.

"Kalian pergi saja dulu nanti aku akan menyusul kalian ke dong Jing, aku akan menyelesaikan permasalahanku terlebih dahulu" ucap Sandika, meminta teman temannya pergi dulu meninggalkan dirinya bersama boksun.

Mendengar ucapan Sandika, semua teman temannya pun kini mulai meninggalkan mereka berdua.

"Nama mu siapa tadi?" tanya Sandika ketika sudah tak ada teman teman pemburu nya lagi.

"Nama saya boksun, nona" ucap boksun sambil tertunduk.

"Kau sudah tau nama ku bukan?" ucap Sandika yang di angguki oleh boksun.

Ya memang di kota gata ini Sandika adalah perempuan yang sangat populer dan banyak juga yang kagum akan kehebatannya di bidang berburu hewan buas dan bela diri.

Sandika mengingat boksun karena pernah sempat melihat boksun mengangkut dan mengirimkan barang belanjaan yang ia dan ibu nya beli sampai ke rumah.

Walaupun itu memang tugas nya tapi Sandika sangat berterimakasih karena itu sangat membantu dirinya dan sang ibu.

Sandika mengambil bungkusan dari dalam tas yang ia bawa dan memberikannya kepada boksun.

"Terimalah ini, ini aku ada sedikit daging asap dan roti sisa aku berburu tadi" ucap Sandika sambil menyodorkan bungkusan itu kepada boksun.

Walaupun boksun malu untuk mengambil bungkusan itu akan tetapi perutnya saat ini mengalahkan rasa malu itu jadi lah boksun menerima nya dengan tertunduk.

Sandika yang melihat boksun tertunduk dan mengambil bungkusan dari nya pun tersenyum, setelah boksun mengambil makanan itu, Sandika kembali merogoh saku nya dia mencari uang yang dia punya untuk di berikan kepada boksun.

"Ini ambil lah untuk kau membeli keperluan mu mungkin tak seberapa tapi bisa untuk esok hari" Sandika menyodorkan tangannya kembali kehadapan boksun.

Boksun yang melihat itu pun langsung menolak nya.

"Terimakasih nona.... Ini saja sudah cukup untuk saya" ucap boksun menolak dengan halus pemberian uang yang Sandika mau berikan.

"Baiklah jika itu keputusanmu" ucap Sandika tak memaksakan kehendak nya, setalah itu Sandika pun pergi berlalu meninggalkan boksun seorang diri.

Boksun yang di tinggalkan sendiri pun bergegas membuka buntalan makanan yang di berikan sandika.

Gigitan pertama boksun merasakan roti yang dia gigit tak sama dengan roti di kehidupan ketika ia masih menjadi Marsel.

Roti di kehidupan yang sekarang tak ada rasa dan ketika di gigit keras, walaupun ingatan boksun tentang roti pada zaman ini memang begitu.

Kini boksun beralih ke daging asap yang ada di buntalan itu juga, sama seperti roti nya ternyata tak seenak ketika ada di dunia nya waktu menjadi Marsel.

Mungkin karena di zaman ini sangat minim pengetahuan tentang rempah atau bumbu yang di gunakan untuk makanan jadi rasa makanan pada zaman ini rasa nya jauh berbeda bahkan tak memiliki rasa.

Tetapi bagaimanapun rasa roti dan daging asap itu boksun tetap harus makan agar tubuhnya mendapatkan tenaga untuk melakukan aktivitas selanjutnya yang sudah boksun rencanakan.

Setelah menghabiskan roti boksun pun bergegas ke arah sungai untuk minum karena roti yang keras membuat air liurnya pun terbawa dan saat ini tak ada setetes pun air liur di dalam mulut nya membuat boksun harus segera minum.

Dia pun berjalan ke arah sungai, ya sungai di zaman ini sangat lah jernih tak seperti sungai pada zaman dulu dia menjadi Marsel.

Boksun pun segera berjongkok dan mencelupkan tangannya ke tepi sungai itu untuk mendapatkan air untuk minum.

Setelah selesai meminum air sungai, tak sengaja boksun melihat pantulan cahaya matahari dari dasar sungai yang mengenai wajah nya.

"Apa itu?" tanya boksun menyipitkan mata nya melihat pantulan itu dari dasar sungai.

Boksun yang di buat penasaran pun kini memasukan kaki nya turun ke sungai untuk menuju benda yang memantulkan cahaya matahari itu.

Boksun pun berjongkok tangannya meraba raba dasar sungai itu untuk melihat benda apa yang ada di sana.

Ternyata pantulan cahaya tadi yang mengenai wajah nya itu dari pisau yang tergeletak di dasar sungai tersebut dengan gagang hitam yang menyertai nya.

Ketika boksun mengangkat pisau tersebut, boksun pun di buat terkesan sekaligus bingung karena permukaan pisau tersebut tak seperti pisau pada umum nya.

Pisau ini entah mengapa berwarna hijau lumut, seingat pemilik tubuh dia tak pernah melihat besi yang warna nya seperti ini.

Ataukah karena terendam lama dalam sungai, ah boksun tak mau ambil pusing yang terpenting saat ini ia mempunyai pisau untuk berburu atau yang lainnya.

"Ah masa bodoh dengan bahan pembuat nya yang terpenting saat ini aku mempunyai alat untuk berburu".

Boksun segera mengambil pisau tersebut dan membungkus nya dengan kain yang tadi untuk membungkus roti yang diberikan oleh Sandika.

Dia pun segera menyelipkan pisau tersebut ke pinggang nya, setelah makan dan minum kini boksun pun mulai mempunyai tenaga untuk berjalan.

Boksun pun berjalan menuju hutan tempat para pemburu sering berburu hewan disana dia berharap mendapatkan hewan buruan yang dia incar.

Perjalanan yang boksun tempuh lumayan jauh sekitar lima belas km dari gerbang kota ke tepian hutan.

Sebenarnya boksun cukup takut untuk masuk ke dalam hutan itu karena sejak dulu dia tak pernah masuk ke dalam hutan untuk berburu atau yang lainnya ini adalah pertama kali nya ia menginjakkan kaki ke hutan untuk berburu.

Di kehidupan sekarang atau pun ketika dia menjadi Marsel, boksun tak pernah berburu dan menginjakan kaki ke hutan.

Tetapi karena tekad boksun ingin merubah kehidupan sekarang lebih baik lagi sehingga kini ia pun membulatkan tekad nya agar berani untuk melangkah ke dalam hutan itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!