Kepergian kedua orang tua membuat Anita seorang diri berjuang hidup bekerja setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan juga putrinya sena, walaupun tantenya kini ada bersamanya dan selalu membantunya namun Anita tak ingin selalu bergantung pada orang lain.
Mencari pekerjaan di zaman sekarang memang lah tak mudah, bagi Anita bekerja apapun dan di manapun asalkan halal Ia akan lakoni bahkan bekerja di tempat bar ia sanggup kerjakan biarpun banyak orang mencibir dan menggunjing dirinya, Ia tak akan hiraukan yang yang terpenting baginya kebutuhan sena putrinya bisa terpenuhi.
Di malam hari lah Anita mulai bekerja dan seperti biasa sebelum berangkat bekerja Ia menitipkan Sena pada Tante nya.
"Tante Aku berangkat dulu ya, Aku titip Sena"
"Iya Anita, Kamu yang hati-hati ingat jaga iman kamu, dan jangan melakukan hal aneh-aneh disana"
Anita tersenyum tipis mengatakan ya sambil menganggukkan kepalanya.
Saat telah sampai di tempat kerja, seperti biasa Ia melakukan pekerjaan rutinnya, membersihkan setiap room, dan melayani pembeli sebagai waiters.
"Hai Anita, gimana kabar Kamu?"
Tanya Aldi pria yang selalu menggodanya setiap kali Anita sedang bekerja.
"Aku baik, Kamu mau minum?"
"Ya iya lah minum, emang disini mau apa lagi kalau bukan minum"
Aldi kini memperhatikan Anita dan mulai menggodanya dengan mencolek-colek pinggang Anita.
"Kamu bisa sopan gak, tolong jangan ganggu Aku sedang bekerja"
"Galak banget sih.."
Aldi bicara sambil cengengesan, lalu Ia bertanya hal yang tidak sopan pada Anita.
"Bisa plus plus ga sih?, sepetinya waiters disini banyak yang melayani dengan plus plus"
Anita mengerti maksud dari pertanyaan Aldi kepadanya, dengan tegas Anita menjawab.
"Saya bukan wanita seperti itu, tolong ya mas Aldi jangan ganggu saya, Saya disini hanya bekerja tidak lebih"
Lagi dan lagi Aldi selalu di tolaknya mungkin sudah sering Aldi di tolak Anita di tolak dalam segala hal, dari ajakannya ingin berkencan, hingga pernah suatu kali Aldi ingin memaksa mencium Anita, untungnya Anita bisa lepas dari genggaman Aldi.
Dan sebenarnya Anita selalu was-was juga takut jika Aldi terus ada di sampingnya Ia takut Aldi akan melakukan hal yang tidak Senonoh lagi padanya, untuk melepaskan rasa takutnya, Anita pindah melayani dari room ke room.
"Hei Anita mau kemana?"
"Mau kerja, sudah dulu ya"
Aldi melihat Anita dengan sinis, Ia berkata,
"Jual mahal, suatu saat Kamu akan saya taklukkan"
Ucapnya penuh keyakinan dengan wajah jahatnya.
Di saat itu juga handphone Aldi berbunyi, panggilan dari teman lamannya.
"Halo sen... Tumben Lo telepon Gue"
"Iya sorry ganggu, Lo di bar ya?"
Tanya Seno, yang berbicara sambil mendengar suara disko yang begitu kencang.
"Iya bentar gue pindah dulu"
Aldi berjalan mencari tempat dimana Ia bisa bicara dengan tenang.
"Sudah gak berisik kan?"
Lalu Aldi bertanya ada apa dirinya menelpon dengan tiba-tiba.
"Gue lagi kacau, Gue mau ke tempat Lo"
"Boleh, kesini saja Gue kenalin cewek-cewek cantik sexy disini dan pasti Lo akan terhibur dan melupakan masalah Lo sejenak"
Lalu Sam tertawa kecil mendengar tawaran dari Aldi.
"Gue bukan mau cari cewek lagi, Gue cuma mau minum sedikit"
Aldi pun tersenyum kemudian mengatakan,
"Kenapa, Lo ga dapat jatah dari istri Lo"
"Bukan itu, sudah lah Lo ga penting harus tahu masalah Gue apa, sudah ya Gue kesana"
"Oke Gue tunggu ya"
Seno langsung menghentikan obrolan dan segera berangkat ke bar menemui teman lamanya.
Di perjalanan Ia selalu merenungi nasibnya, yang harus menikahi Tania karena paksaan dari kedua orang tuanya, padahal cintanya selalu untuk kekasih hatinya hingga kini perasaan itu tak pernah hilang, Ia masih sangat mencintai kekasihnya dahulu, bahkan jka takdir mempertemukannya kembali Ia akan memperjuangkan cintanya dan tak akan melepaskan kekasih hatinya.
"Seandainya Aku bertemu Kamu Anita"
Seno berbicara dengan wajah bersedih, mengingat betapa jahatnya Ia dahulu telah memutuskan hubungannya dengan Anita secara tiba-tiba.
Sampailah Seno di parkiran, melihat Seno yang turun dari mobil mewah membuat para penjaga bar menyambut hangat Seno.
"Selamat datang Pak, silahkan masuk"
Ucap penjaga pintu bar, Seno tersenyum kemudian Ia membuka ponselnya dan mencoba menghubungi Aldi.
"Lo di sebelah mana?"
"Sini nih Gue ada di pojok sebelah kanan"
Dengan segera Seno berjalan menghampiri Aldi.
Anita menuangkan sebotol minuman kepada pelanggan, tak di pungkiri kebanyakan tamu yang datang adalah laki-laki dengan berbagai macam sifat, kemudian salah satu tamu berkata,
"Nama Kamu siapa?"
Anita terdiam sejenak lalu menjawab dengan tersenyum menghargai sebagai bentuk pelayanan yang baik.
"Saya Anita"
"Kamu cantik, sudah punya pacar?"
Sungguh pertanyaan yang tak seharusnya tak ditanyakan.
"Sudah Mas"
Lalu tamu itu tertawan kecil kemudian berkata,
"Mas... panggil saya Tuan"
Anita diam dengan wajah bingung, namun apapun yang di katakan tamu, Anita ingat SOP pekerjaan nya tamu adalah raja, dan Anita pun menjawab dengan senyum terpaksa.
"Iya Tuan"
Lalu tiba-tiba tamu itu mulai kurang ajar, dengan menyentuh paha Anita hingga menjalar ke bokong Anita.
"Tolong Tuan, jangan seperti itu"
Anita berkata dengan rasa takut, tangan si Tamu terdiam berhenti sejenak, kemudian mengatakan,
"Bisa service diriku, kalau bisa kita keluar dari sini sekarang"
Anita mengerti akan maksud dari ucapan si tamu, tamu ini menganggap dirinya wanita bayaran.
"Saya bukan wanita seperti itu, tolong jangan kurang ajar Tuan"
Anita menjawab dengan tegas.
Baru saja si tamu ingin menjawab ucapan Anita, ponselnya berbunyi panggilan masuk dari seseorang, dan ini sempatan Anita untuk segera pergi dari room tersebut, Anita pun segera melangkah, dan akhirnya Ia pun keluar dari room itu.
Anita terdiam tegang dalam hatinya penuh rasa takut setiap hari bekerja di tempat ini, begitu banyak lelaki mata keranjang dan laki-laki yang kurang ajar, jika hanya kata-kata atau gurauan Anita masih bisa mengelaknya, namun jika sudah menyentuh dan memaksa, sungguh hal itu yang di takutkan Anita.
"Ya Allah Aku ingin sekali berhenti bekerja dari tempat ini, tapi bagaimana jika aku tidak bekerja, Sena pasti akan kekurangan dan siapa yang akan membantu Kami"
Anita mulai bersedih terkadang Ia menyesali perbuatannya terdahulu mengapa Ia bisa percaya dengan laki-laki yang berjanji akan segera menikahinya, padahal Ia tahu bahwa kasta di antara Mereka sangatlah mustahil untuk di persatu kan.
Lalu rekan kerja Anita yaitu Lia datang bertanya.
"Anita, Kamu kenapa?"
"Aku gak apa-apa Li"
Anita menjawab sambil mengusap air mata di pipinya.
"Li, Aku gak mau melayani tamu di room 10 Aku takut Li"
"Kamu takut kenapa?"
Lia berkata lalu mendekati Anita.
"Tadi tamu itu kurang ajar dengan ku, Aku takut Li"
Kemudian Lia memanggil rekan kerja laki-laki untuk melayani tamu di room 10.
"Ajis, sini..."
Panggil Lia, kemudian Ajis mendekati dan menjawab,
"Kenapa?"
"Kamu layani tamu di room 10 ya, Anita sakit perut, Aku lagi sibuk membersihkan toilet"
Lalu Lia mengatakan jika akan mendapat fee melayani tamu di room 10, Ajis pun antusias saat mendengar hal itu, akhirnya masalah terselesaikan, Anita kini aman, dan Ia berterimakasih pada Lia telah menyelamatkannya.
"Kita sama-sama perempuan, Kamu butuh pekerjaan dan Aku juga sama, kita akan saling membantu Anita"
Anita tersenyum dan memeluk Lia.
"Makasih banyak ya Li"
Selesai obrolan Anita kembali ke counter, namun posisinya sedikit menjauh dari Aldi agar Aldi tak mengganggunya bekerja.
Seno banyak berbincang dengan Aldi tentang rumah tangganya dengan Tania, Aldi yang tak mengerti tentang cinta hanya mengatakan,
"Ya elah Seno... Kekasih lo yang dahulu itu gak penting, jadi sampai saat ini, Lo gak mau menyentuh Tania sedikit pun"
Seno terdiam hanya menganggukkan kepalanya, Aldi pun tertawa mengejek.
"Haduh... Kalau Gue jadi Lo, ngapain di biarin perempuan di depan mata, sikat hahahah"
Seno hanya menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Aldi.
"Ya iyalah otak Lo kan sex terus, gak ada benarnya"
Lalu Aldi menceritakan soal sosok Anita kepada Seno, Ia menjelaskan tujuannya, dan mengatakan keinginannya ingin memiliki Anita.
"Berarti Dia wanita baik-baik Aldi, gak semua wanita yang Lo lihat disini itu wanita gampangan, murahan"
"Alah... Kalau dia gak murahan, gak gampangan yang seperti Lo bilang, Dia gak akan ada disini, Dia itu cuma jual mahal sama Gue, Gue yakin kalau Gue sudah kasih uang yang banyak di depan matanya, siapa sih manusia yang nolak uang, Dia pasti mau sama Gue"
Dengan percaya diri Aldi berkata seakan-akan Anita adalah wanita mata duitan, kemudian Aldi menunjukkan jarinya memberitahu Seno bahwa wanita yang di bicarakannya itu ada di counter depan, Seno memperhatikan arahan Aldi, sedikitnya Ia pun penasaran dengan sosok wanita itu.
"Yang mana sih?"
Tanya Seno dengan mata yang begitu fokus mencari arahan dari Aldi.
"Itu loh yang lagi melayani laki-laki yang pakai baju hijau"
Namun sayang saat pandangannya sudah fokus pada Anita, Anita malah berbalik badan mengambil botol minuman dan Seno pun tak dapat melihat dengan jelas sosok wanita yang di bicarakan oleh Aldi.
"Apa mau Gue panggilkan"
"Buat apa?"
Lalu Aldi tersenyum dan melanjutkan ucapannya.
"Siapa tahu kalau di rayu sama Lo dia mau"
Seno pun merasa kesal dengan apa yang di katakan Aldi.
"Eh Gue gak macam-macam ya, Gue kesini hanya untuk menghilangkan rasa jenuh Gue akan pernikahan Gue yang hambar ini"
Kemudian rekan kerja Anita memanggil.
"Nita, tolong yah meja nomor 10 minta wine dan cocktail buatkan sekarang, Gue mau ke toilet dulu"
"Oke"
Anita pun segera menyiapkan pesanan yang di minta oleh rekan kerjanya, setalah siap Anita segera membawa menuju meja nomor 10, meja tersebut dekat dengan meja tempat duduk Aldi dan Seno.
Namun karena banyaknya tamu yang mondar-mandir, Anita cukup kesusahan dengan membawa 5 gelas pesanan, tak sengaja kaki Anita tersandung dan akhirnya pesanan pun jatuh.
Jatuhlah gelas tersebut hingga pecah berkeping-keping, air minum berceceran tak sengaja mengenai baju Seno. Anita langsung berdiri dan meminta maaf pada Pelanggan meja nomor 10.
"Maaf Mas Mbak, atas kelalaian Saya"
Karena baju Seno terkena air cipratan minuman, Dia pun mengelap pakaiannya dengan tangan dan berkata,
"Yaaah... jadi kotor baju Gue"
Mendengar suara itu, Anita langsung mengatakan maaf kepada Seno.
"Maafkan Saya Mas, atas kelalaian Saya"
Anita hanya menunduk sambil berbicara, Seno yang belum nyadari di hadapannya adalah Anita, Dia berkata,
"Gak apa-apa"
Namun tamu meja nomor 10 berkata,
"Ya ampun Mbak, lain kali hati-hati kalau kerja, pesanan Saya kan jadi jatuh lalu ini bagaimana?"
Tamu berbicara dengan nada meninggi, Anita menjawab bahwa akan mengganti yang baru, dan tak perlu membayar minumannya, karena Aldi telah menyadari bahwa Anita lah waiters itu, Dia pun menjawab,
"Emang Kamu sanggup bayar minuman tamu itu"
Seno menoleh melihat Aldi saat bicara seperti itu, Anita langsung menatap tajam wajah Aldi, lalu Ia menjawab,
"Aku mampu kok"
Dan ketika Seno berbalik menghadap Anita berapa terkejutnya Anita saat tahu pria di hadapannya adalah sang mantan kekasih.
Anita terdiam tak bergeming, Ia sungguh kaget Seno ada di hadapannya, begitu pun Seno Ia menatap sampai tak berkedip, akhirnya harapannya ingin bertemu sang kekasih hati terwujud malam ini.
"Anita"
Seno memanggil Anita dengan suara pelan, namun Anita masih berdiri terdiam memandangi Seno yang berada di hadapannya, lalu tamu nomor 10 itu pun berkata,
"Mbak.. Kenapa diam, katanya mau di ganti yang baru"
Melihat kegaduhan yang terjadi, manajer bar pun datang dan bertanya,
"Anita, apa yang terjadi?"
Anita kaget mendengar suara bos nya, akhirnya Ia memalingkan pandangannya dan menjawab,
"Maaf Pak, Saya menjatuhkan minuman tamu, tapi Saya akan ganti minuman ini"
Lalu bos Anita meminta maaf atas insiden kecelakaan barusan.
"Kami akan memberi gratis minuman yang bapak dan ibu pesan"
Setelah selesai urusan Anita langsung berbalik dan berjalan ke counter menyiapkan minuman pengganti untuk tamu.
Sedangkan Seno masih tak menyangka jika wanita yang baru saja pergi itu adalah kekasih hatinya, karena Aldi melihat Seno hanya terdiam dari tadi, Dia pun mengatakan jika waiters tadi adalah wanita yang Ia bicarakan, sungguh Seno di buat kaget untuk kedua kalinya, jadi selama ini wanita incaran Aldi adalah wanita pujaan hatinya.
"Lo jangan macam-macam sama Dia"
Tiba-tiba saja Seno mengancam Aldi.
"Kenapa Lo?, naksir ya sama Dia"
Seno terdiam namun matanya terbelalak lebar saat Aldi mengatakan hal itu.
"Pokonya Lo jangan ganggu Dia"
Sontak saja Aldi tertawa mengejek Seno.
"Katanya Lo gak mau macam-macam, tapi setelah melihat wanita yang Gue bicarakan Lo tergoda juga kan?"
Seno tak dapat mengatakan yang sebenarnya pada Aldi saat ini, kemudian Ia mengalihkan pembicaraan dengan mengatakan ingin ke toilet.
Setelah minuman selesai di buat, Anita berjalan ke meja nomor 10 tadi, saat sudah sampai di situ Anita tak lagi melihat Seno yang duduk di kursi dekat dengan Aldi.
"Ini pesanannya Mas, Mbak, sekali lagi maafkan Saya atas kelalaian tadi"
Tamu pun tak mempermasalahkan insiden tadi, namun Aldi yang memperhatikan Anita kini mendekati Anita.
"Kamu cari siapa?"
"Aku cari pria yang tadi terkena air minuman di bajunya"
"Oh dia sahabat Gue, Seno namanya, oh iya kalau kamu tidak punya uang untuk mengganti minuman tadi, Aku bisa membantu mu"
Aldi bicara berbisik di dekat telinga Anita, lalu Ia melanjutkan ucapannya.
"Tapi ada syaratnya, Kamu harus jadi teman kencan ku"
Anita terdiam matanya terbelalak lebar, seakan merasa dirinya rendah di mata Aldi.
"Jika harus menghabiskan gaji ku satu bulan, Aku lebih rela, dibandingkan harus menjadi teman kencan mu"
Ucap Anita dengan tajam menjawab permintaan Aldi, Aldi merasa tak terima dirinya selalu di tolak, Aldi pun menarik lengan Anita dengan kencang dan mendekatkannya ke badan Aldi.
"Kamu..."
Tak lama Seno datang, dan melihat pemandangan itu, Seno pun langsung mendekati dan menepis tangan Aldi dengan berkata,
"Aldi lepaskan Dia"
"Dia sok jual mahal Seno, padahal Gue hanya ingin membantu membayarkan pesanan pelanggan itu"
"Gak perlu, terimakasih atas tawarannya, Saya permisi"
Jawab Anita dengan tegas dan Ia langsung pergi dari hadapan Aldi, Seno pun memangil Anita.
"Anita..."
Namun Anita tak menghiraukan panggilan itu, Ia terus berjalan menuju pantry. Seno tak ingin kehilangan kesempatan berbicara dengan Anita, Ia pun berlari mengejar Anita, Aldi hanya terdiam bingung dengan apa yang di lakukan Seno.
Sesampainya di pantry Anita bersedih karena Ia baru saja bertemu dengan mantan kekasihnya yang pernah menyakiti hatinya di tambah Ia harus mengganti minuman yang Ia jatuhkan tadi, rasanya malam ini benar-benar malam yang malang baginya.
Tak sia-sia Seno mengejar Anita, akhirnya Ia menemukan Anita juga, Seno menarik nafasnya lalu berkata,
"Anita"
Anita kaget mendengar suara Seno berada di belakangnya, Ia tak ingin lari dari masalah, akhirnya Ia membalikkan badannya kemudian menjawab Seno.
"Ada apa?"
Seno masih tak menyangka bisa bertemu kembali dengan Anita, mata Seno mulai memerah, rasa rindu yang tak tertahankan membuat Seno langsung memeluk Anita dengan erat.
"Anita, Aku rindu kamu, Aku mencari keberadaan Kamu, Aku..."
Belum selesai Seno bicara Anita langsung mendorong Seno dan melepaskan pelukannya.
"Tolong jangan begini, Aku baru saja mendapat masalah, Aku tidak ingin kena masalah lagi"
Anita terlihat tegar di depan Seno, tapi sebenarnya hatinya rapuh Ia pun ingin menangis saat Ia bertemu Seno, namun Ia menahan itu semua, supaya tak di anggap lemah.
"Tidak perlu membicarakan masa lalu, Aku harus pergi bekerja"
Ucap Anita, kemudian Anita ingin melangkahkan kakinya namun Seno mengatakan sesuatu.
"Aku masih mencintai Kamu, Aku masih berharap bisa bersama Kamu lagi"
Anita terdiam raut wajahnya tak bisa di pungkiri, bahwa rasa cinta untuk Seno masih begitu besar dalam hatinya, namun saat ini Ia tak ingin menghiraukan masalah hatinya, Anita pun pergi meninggalkan Seno yang masih berdiri terdiam.
Seno merasa kecewa melihat reaksi Anita yang seperti terlihat biasa biasa saja.
"Apa Kamu sudah tidak mencintaiku lagi?"
Seno bertanya pada dirinya sendiri, penasaran akan kehidupan Anita, Seno pun mendatangi manajer bar dan meminta informasi pribadi pada manajer tersebut, setelah selesai mancari tahu tentang Anita, Seno kembali ke meja dimana Aldi berada.
"Sudah mengejar Anita nya, Lo habis rayu Dia ya?"
Tanya Aldi sambil tersenyum-senyum.
"Apaan sih Lo"
Merasa Aldi sering mengganggu Anita, Seno pun mengatakan yang sebenarnya tentang siapa Anita baginya.
"What.... Jadi Dia mantan kekasih Lo, yang Lo tinggalkan itu"
Seno tak menjawab Ia hanya menganggukkan kepalanya, lalu Seno meminta pada Aldi agar supaya tak mengganggunya dan menggodanya lagi.
"Ya Sorry kalau kalau Gue tahu Dia mantan Lo ga mungkin sih Gue ganggu, tapi kan itu cuma mantan Lo, dan Lo sekarang kan punya istri"
Dan kemudian Seno menceritakan jika dirinya akan menceraikan Tania sesuai dengan perjanjian pernikahan.
"Gila Lo yah, jadi Lo nikah dengan perjanjian"
Aldi terheran-heran mendengar cerita Seno dengan kehidupannya yang begitu rumit.
Merasa tak di hiraukan oleh Anita, akhirnya Seno pun meminum minuman yang membuat dirinya mabuk, melihat hal itu Anita pun menjadi khawatir lalu Ia mendekati meja dimana Seno minum.
"Sudah cukup Seno"
Ucap Anita mengambil gelas Seno, lalu Seno melihat dan memandangi Anita sambil tersenyum.
"Anita kekasih hatiku, Aku sungguh masih mencintai Kamu"
Anita hanya diam, kemudian Aldi yang ikut mabuk berkata,
"Anita wanita cantik, Aku akan mendapat Kamu"
Anita hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan kedua laki-laki ini.
Setelah menidurkan Fathia Tania melihat jam tengah pukul 03.00 pagi namun Seno belum juga pulang, Tania pun bertanya-tanya dimanakah Seno berada saat ini, kini Tania menghubungi ibu Seno.
"Memangnya Dia gak bilang mau pergi kemana tadi"
"Gak Mah, Seno pergi begitu saja"
Lalu Bu Riana mengatakan untuk menunggu saja suaminya hingga pulang.
Jam kerja Anita telah usai, Ia hendak bersiap untuk pulang, ketika Anita berjalan Seno datang memanggil.
"Anita, Kamu mau pulang"
Anita tak menjawab Ia hanya menganggukkan kepalanya.
"Aku antar Kamu ya"
Namun Anita menolak dengan berkata,
"Kamu mabuk, mana bisa antar Aku"
Lalu seno meyakinkan bahwa dirinya tidak mabuk dan sudah sadar, namun tak ingin menyusahkan orang lain, dan Anita juga tak ingin bernostalgia dengan masa lalu Anita menolak lagi ajakan Seno.
"Aku bisa pulang sendiri"
Tanpa berkata lagi Anita melangkah dan pergi meninggalkan Seno, Seno hanya terdiam memandangi Anita dari belakang, setengah sadar Seno berdiri dan Ia pun langsung berjalan keluar bar dan pulang ke rumah.
Setelah sampai di rumah, Anita memasuki kamar dan memandangi putrinya, tak lama air mata menetes di pipinya, Anita menyenderkan badannya di dinding dan kemudian menghapus air matanya, pemandangan itu pun terlihat oleh Tante nya yang berada di samping Sena.
"Anita Kamu menangis?"
Anita kaget pikirnya Tante nya sudah tertidur.
"Anita jawab Kamu kenapa?"
Anita memandangi wajah tantenya, dan dapat menahan kesedihan tangisnya pun pecah Anita langsung memeluk tantenya.
"Aku tadi bertemu Seno Tante"
Tante Anita sungguh terkejut, lalu Ia bertanya apalagi yang terjadi kemudian.
"Dia bilang Dia masih mencintai ku, Dia bilang Dia berusaha mencari ku"
Tante Anita hanya bisa mengelus rambut Anita dengan lembut, dan menasihati keponakannya.
"Sudah jangan sedih, apakah Seno tahu soal Sena"
"Belum, lebih baik Seno gak perlu tahu"
Anita tak ingin Seno mengganggu dirinya dan Putrinya.
Dan kini Seno telah sampai di rumah, Ia memasuki kamarnya, dan Tania langsung menanyai darimana sajakah dirinya.
"Aku mampir ke rumah teman lama ku"
"Bau minum keras, Kamu mabuk ya?"
"Bukan urusan Kamu"
Tania merasa kesal dengan jawaban Seno, lalu Ia membahas soal perlakuan Seno terhadap dirinya.
"Lalu apa yang Kamu harapkan Tania, Kita menikah itu karena papah ku, dan juga untuk menutup aib keluarga Kamu"
Tania merasa sedih dengan perkataan Seno yang begitu tak suka padanya.
Seno muak melihat kesedihan Tania, lalu Ia pun berkata,
"Aku sudah mengajukan gugatan di pengadilan, mungkin surat gugatannya besok sampai"
"Seno, apa tidak ada kesempatan bagi ku untuk terus hidup bersama Kamu"
Seno merasa geram akan ucapan yang selalu di ulang-ulang oleh Tania.
"Cukup ya Tania, Kita sudah sepakat saat ingin menikah, hanya lima tahun aku akan menjalani pernikahan ini, dan sekarang Fathia sudah lima tahun, Aku rasa ini sudah waktunya"
"Tapi Seno, Aku berusaha mencintai Kamu selama ini, dan kini aku berharap tidak akan kehilangan Kamu"
"Tania Aku bilang cukup, Aku dan Kamu berhak bahagia, pernikahan ini hanya pura-pura dan keterpaksaan, cobalah untuk mengerti Tania"
Tania tak dapat menjawab apapun, karena apa yang di katakan oleh Seno memang benar adanya. Setelah berdebat cukup lama, Seno kini tertidur sedangkan Tania masih merasa bersedih karena harus memenuhi perjanjian pernikahan itu.
Pagi hari tiba, Asri terbangun dari tidurnya dan langsung membuat sarapan untuk putrinya, sementara Tante Risma tengah menyiapkan perlengkapan sekolah Sena.
"Pagi Mamah"
"Hei sayangku, sudah lapar yuk makan"
Ajak Anita terhdap putrinya.
"Mamah kok matanya sembab sih?"
Tanya Sena yang sudah mengerti jika seseorang menangis pasti matanya sembab.
"Mamah kelilipan sayang, tadi sakit banget jadi sembab deh"
Anita menjawab dengan rasa gugup di hatinya, sedangkan Tante Risma hanya bisa menyimak pembicaraan mereka.
"Sudah ayo sarapan dulu, Anita.. Mau Kamu yang antar atau Tante?"
"Aku saja Tante, Aku sudah lama gak datang ke sekolah Sena"
Lalu Sena bercerita tentang teman dekatnya yang bernama Fathia.
"Oh jadi Fathia itu teman dekat Sena ya"
"Iya Mah, Dia baik banget Dia selalu kasih aku makanan, belikan Aku ice cream, mamah nya Fathia juga baik sama Aku"
Anita hanya tersenyum senang mendengar cerita dari putrinya, setelah banyak berbincang di atas meja makan, Mereka pun kini berangkat ke sekolah.
Kini Fathia pun hendak berangkat ke sekolah namun Fathia ingin jika papahnya yang mengantar ke sekolah.
"Papah sibuk sayang, besok deh papah antar ya"
"Janji ya Pah"
Fathia memberikan jari kelingkingnya tanda perjanjian yang di katakan oleh papahnya, Seno hanya tersenyum kemudian membalas melingkarkan jarinya ke jari Fathia.
"Iya Papah janji"
Seno sangat menyayangi Fathia walaupun Fathia bukan anak kandungnya tapi rasa cinta dan kasih sayang nya tulus untuk Fathia, namun tidak untuk Tania.
Kini Fathia dan Sena pun datang berbarengan, lalu merekapun saling mendekat dan berjalan bersama, Anita hanya tersenyum melihat putrinya begitu juga Tania, Anita pun menyapa Tania, dan kini mereka duduk di taman sekolah saling berbincang.
"Oh jadi papahnya Sena sudah gak ada"
"Iya, Saya membesarkan Sena sendiri, kalau Fathia pasti punya orang tua lengkap"
Tania hanya tersenyum dalam hatinya berkata kebahagiaan itu akan berakhir sebentar lagi, lalu tiba-tiba saja Tania menanyakan bagaimana caranya menarik perhatian lelaki, Anita tak mengerti dengan pertanyaan Tania.
"Menarik perhatian, untuk siapa Mbak?"
Tanya Anita merasa bingung, tak segan Tania pun bercerita tentang masalah rumah tangganya yang sedang di ujung tanduk.
"Aku turut prihatin ya Mbak, tapi Aku juga bingung kasih solusi apa untuk Mbak Tania, mungkin Aku cuma bisa bilang Mbak Tania terus layani suami saja dengan baik, supaya suami Mbak nantinya akan berfikir dua kali untuk menceraikan Mbak"
Mereka pun tersenyum dan dari sinilah keakraban mereka di mulai.
Kini Tania memasak makan siang untuk suaminya, Ia mengikuti saran dari Anita untuk terus memperhatikan suaminya, hingga tiba sampailah di kantor Tania langsung memasuki ruangan Seno.
"Tania mau apa Kamu kesini?"
Seno terheran pertama kalinya Tania menginjak kaki di kantornya.
"Aku buat makan siang untuk Kamu"
Seno terdiam bingung tak biasanya Tania melakukan ini.
"Terimakasih Tania, taruh saja disitu"
Tania sungguh senang usahanya tidak sia-sia Seno menerima masaknya, Tania pun tersenyum melihat hal itu Seno berkata,
"Tapi perceraian tetap kita lakukan"
Senyuman itu pun hilang seketika saat Seno berkata seperti itu.
"Kamu tenang, Aku hanya ingin menyenangkan suami ku sebelum bercerai"
Tania langsung pergi setelah mengatakan hal itu, Seno hanya terdiam merasa tak enak akan apa yang Ia lakukan pada Tania, namun Ia tak ingin ada rasa kasihan lagi pada Tania.
"Sudah cukup.. Lima tahun Aku bertahan, sekarang saatnya Aku mengejar cintaku, kini Aku sudah bertemu Anita, Aku pasti akan meraihnya"
Ucap Seno dalam hatinya.
Tania berharap ucapannya tadi menggoyahkan hati Seno untuk mengurungkan niatnya menceraikan dirinya, namun saat sedang memikirkan pernikahannya, kini surat gugatan cerai untuknya datang.
"Selamat siang Bu, ada surat untuk ibu Tania"
Ucap sang kurir lalu pembantu menerima surat itu dan memberikan kepada Tania.
"Ini apa bi?"
"Gak tahu Bu, katanya untuk Bu Tania"
Dan saat di buka selembar amplop coklat itu, ternyata surat gugatan cerai untuk dirinya, kini tania menjadi sedih, Seno benar-benar akan menceraikannya.
"Jadi Kamu serius ingin menceraikan Aku"
Kini harapan untuk terus berumah tangga bersama Seno menjadi sirna.
Saat menjemput Fathia pulang dari sekolah, Tania bertemu lagi dengan Anita, kemudian mereka berbincang sebentar sambil menunggu anak-anak pulang sekolah dan Tania menceritakan soal surat gugatan itu.
"Jadi suami Kamu benar-benar menggugat kamu"
"Iya, Dia sepertinya serius ingin berpisah dari Aku"
Ucap Tania dengan tersenyum namun raut wajah bersedih, Anita hanya bisa menyemangati Tania dan kini Mereka semakin akrab, saat anak-anak keluar dari kelasnya, Sena langsung menghampiri ibunya dan memeluk sang ibu.
"Mamah tumben jemput Aku, biasanya Tante Risma"
"Mamah sedang ga sibuk"
Kemudian Mereka berpamitan untuk pulang.
Seno telah pulang dari pekerjaannya, Tania menyambut hangat kepulangan suami.
"Kamu mau makan, Aku ambilkan ya"
Seno hanya terdiam melihat perhatian dari Tania.
"Gak perlu Tania, Aku Ingi mandi"
"Baik, Aku siapkan air hangatnya"
Tania benar-benar begitu lembut memberikan perhatian pada dirinya.
"Tania Kamu gak perlu seperti ini"
Lalu Tania tersenyum kecil dan menjawab,
"Kenapa, Aku cuma ingin memberi perhatian untuk Kamu di sisa waktu Kita"
"Kamu tenang saja Sen, Aku tidak akan memohon lagi untuk tidak di ceraikan, Aku sudah mengerti Kamu ingin bahagia, dan bahagia Kamu bukan dengan ku, iya kan..?"
Dengan tersenyum manis Tania berbicara namun hati Seno tetap kuat dan tak ingin ada rasa kasihan lagi untuk Tania.
Dan tiba-tiba saja Fathia masuk kamar dan berbicara.
"Papah papah... Papah janji ya besok antar Aku sekolah, Aku mau kenalin temen dekat Aku"
"Oh iya, siapa memang?"
Tanya Sam sambil tersenyum pada putrinya.
"Sena namanya"
Seno terdiam namanya begitu mirip dengannya.
"Sena.... Em... Papah mandi dulu ya, Fathia bisa cerita nanti"
Sepanjang sedang mandi Seno terus memikirkan nama Sena teman dekat Fathia, penasaran seperti apa rupanya mengapa namanya mirip dengan dirinya.
Ketika ingin tidur, Tania mendekati Seno dan Dia ingin minta hak nya untuk terakhir kalinya.
"Apa...tidak bisa Tania, Kita akan bercerai"
Ucap Seno merasa risih akan permintaan Tania.
"Selama lima tahun pernikahan Kamu belum sama sekali menyentuh Aku, Aku mohon Seno justru karena Kita akan bercerai, jadi apa salah nya Aku meminta hak yang seharusnya ku dapatkan"
Seno terdiam bingung, bagaimana bisa Ia melakukan hal itu sedangkan beberapa hari lagi sidang perceraian akan di mulai, dengan sangat terpaksa Seno tetap tak menuruti permintaan Tania yang cukup gila itu.
"Kamu keterlaluan, Aku pikir Kamu masih punya hati nurani, tapi ternyata tidak, apa yang dikatakan Anita itu benar, lebih baik Aku segera mengalah"
Mendengar Tania menyebut nama Anita, Seno jadi bingung Anita siapa yang Tania maksud, namun setelah berkata seperti itu, Tania pergi dari kamar dan Ia tidur di kamar Fathia.
Tania hanya wanita biasa, Dia pun merasakan sakit di hatinya saat dirinya di tolak berkali-kali oleh suaminya, hingga air mata kini jatuh menetes di pipinya, Fathia yang memperhatikan hal itu kini mengusap air mata ibunya dan berkata,
"Mamah kenapa nangis?"
"Mata Mamah perih, jadi keluar deh air matanya"
Kemudian Tania memeluk putrinya dengan sangat erat.
Seno yang tak bisa tidur kini memikirkan Anita.
"Apakah Anita baik-baik saja di bar"
Tanpa berfikir lagi Seno mengganti bajunya dan pergi ke bar menemui Anita.
Seperti biasa Aldi selalu ada di setiap malam dan terus berusaha mendekati Anita.
"Anita"
"Apa?"
Aldi terdiam memandangi wanita yang pernah menjadi mantan kekasih Seno itu.
"Kalau gak ada yang di butuhkan Aku pergi"
Ucap ketua Anita terhdap Aldi, Namun saat Anita berbalik badan Seno tepat sudah ada di hadapannya, hingga Anita tak sengaja menabraknya, kini Mereka saling berpandangan, Anita terkejut akan keberadaan Seno yang tiba-tiba.
"Seno, kamu kesini lagi?"
"Iya Aku ingin melihat Kamu"
Anita hanya terdiam dan kemudian dia berjalan melewati Seno.
"Sen.. Lo seriusan mau mengejar Anita lagi"
"Iya, Aku gak ingin kehilangan Dia lagi"
Aldi terdiam, dalam hatinya berkata,
"Kalau seperti ini mana bisa Gue dekati Anita"
Tak bisa tidur karena memikirkan sidang perceraian yang sebentar lagi akan berlangsung, Tini mencari cara agar tindakan Seno bisa di hentikan akhirnya Ia memberitahukan soal perceraian itu pada Bu Riana.
"Apa.. Kamu di gugat cerai, sebenarnya ada apasih ini Tania, seminggu ini mamah sering dengar Kamu cari Seno keluar ga pamit, kalian sedang bertengkar?"
Tanya Bu Riana merasa rumah tangga anaknya ada yang tak beres, tanpa berpikir Tania menceritakan jika Seno masih mencintai kekasih hatinya dulu, karena itulah penyebab perceraian mereka.
Bu Riana sungguh tak terima, ternyata gadis yang dulu pernah ia pisahkan sampai saat ini masih mengganggu putranya, lalu Bu Riana bertanya apakah Seno bertemu lagi dengan gadis itu, namun sayang Tania tak tahu menahu tentang gadis itu bahkan namanya pun Ia tak tahu.
"Namanya Anita, dia perempuan dari kalangan biasa, Seno dan Dia tidak pantas bersanding"
Saat mendengar nama itu, Tania cukup kaget sebab nama itu sama seperti nama taman dekatnya di sekolah Fathia, namun Tania tak bisa menuduh bahwa Anita gadis itu adalah ibu dari teman anaknya, lalu Bu Riana memutus untuk mendatangi mereka besok di rumahnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!