Senja Rinjani gadis periang dan berwawasan luas meski usianya masih sangat belia. Dia terlahir dari keluarga yang kurang mampu. Ibunya sudah lama menderita stroke,ayahnya hanya seorang buruh tani diladang milik juragan tanah didesanya.
Senja bercita-cita menjadi seorang guru namun harus dia relakan karena keterbatasan biaya dan keinginannya membantu sang ayah untuk bisa mengobatkan ibunya. Besar harapan senja agar ibunya seperti sedia kala,
Senja sangat menyayangi kedua orangtuanya itu.
Senja sendiri kini masih memiliki seorang adik laki-laki yang masih duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama. Adik laki-lakinya itu masih duduk dikelas VII, Arvian Arsena kerap dipanggil sena namanya.
Sena sendiri sangat menyayangi kakak perempuannya itu,dia tidak tega melihat kakaknya harus merelakan cita-citanya dan berniat bekerja dikota sebagai asisten rumah tangga,namun dia bisa apa?
Saat ini pun dia masih duduk dibangku sekolah menengah pertama. Yang dia bisa lakukan saat ini hanya belajar dengan rajin dan sungguh-sungguh agar bisa mendapat nilai terbaik yang nantinya bisa dia gunakan untuk mengejar beasiswa.
"Belajar yang Rajin,Sen?Senja berucap sambil mengacak rambut adiknya itu. Saat Sena sudah selesai sarapan,sudah sangat rapi dengan seragam abu-abu putihnya itu.
" Siap kak?"senyumnya mengembang dibibir tampannya. Meski masih berusia 11tahun tapi Sena sudah terlihat sangat gagah dan tampan. Perawakan bongsornya menurun dari Pak Ridwan bapak mereka.
"Tapi jangan ngacak-ngacak rambutku dong kak,ini sudah rapi lo?" protes sena,bibirnya mengerucut sebal. Karena kakaknya kini rambutnya kembali acak-acakan.
"Ye..gitu aja marah?" Senja terkikik geli melihat ekspresi adiknya itu.
"Nanti kakak kekota,nyusul bibi mungkin berangkatnya nggak nunggu kamu pulang sekolah?" ujar senja.
"Jadi kakak hari ini mau nyusulin bibik?" tanyanya lagi seakan tidak percaya. Sebenarnya dia juga sudah tau rencana senja untuk kekota dan bekerja disana tapi dia tidak menyangka saja berangkat hari ini. Wajah sedihnya ketara begitu nyata tidak bisa ditutupi. Senja yang melihat itu langsung memeluk adik semata wayangnya.
"Kakak mau yang terbaik buat kalian,kakak harap kamu bisa jagain ibu bapak disini saat kakak dikota. Bantuin bapak saat kerepotan?" Senaja mengelus kepala adiknya dengan tatapan sayang. Air mata yang sedari tadi mereka tahan pun menetes juga. Cepat-cepat mereka menyekanya. Senja dan Sena memang sangat dekat. Hubungan kakak beradik mereka sangatlah kental. Akhirnya Sena pun berangkat kesekolah setelah masuk kedalam kamar ibunya untuk berpamitan. Sedangkan bapak mereka dari habis subuh nampak keluar rumah membawa motor bututnya,mungkin pergi kerumah Paman Ali adik Pak Ridwan. Biasanya jika kesana Pak Ridwan ada keperluan yang mendesak dan benar-benar penting. Karena paman Ali adalah orang sibuk,dia memiliki usaha pengepul hasil bumi dikampung mereka.
Sebenarnya Senja sudah ditawari berkali-kali oleh paman Ali untuk bisa mengenyam pendidikan dibangku kuliah. Namun Senja menolaknya,dia tidak mau berhutang budi kepada siapa pun sekalipun itu saudara. Selain itu Bi Ira istri paman Ali seakan begitu benci melihat Senja. Dia tidak mau menjadi beban pamannya.
Hingga jam sudah menunjukkan pukul 8.00WIB Senja sudah nampak rapi,dia menggunakan Hoodie warna merah muda lembut,celana jeans dan sepatu kets warna putih. Rambut panjangnya sepinggang dikuncir kuda.
Meski Senja tidak menyapu wajahnya dengan make up tebal hanya bedak tipis tanpa perona bibir,dia sudah sangat cantik. Bibirnya merah alami,kulitnya putih bersih,badan mungil namun sintal tak mampu ditutupi olh bajunya meski tidak ketat. Sungguh sangat menarik untuk dipandang. Bahkan penampilan Senja sama sekali tidak menggambarkannya sebagai gadis kampung.
" Bu,Pak senja hari ini pergi kekota nyusul bibi?",pamitnya.
"hati-hati ya nduk kamu kerja disana?",imbuh ibunya. Matanya berkaca-kaca sambil mengelus kepala senja.
"ibu akan sangat merindukanmu Senja?",ibunya itu duduk dikursi roda yang telah usang,sambil terus memandangi wajah putri yang dia sayangi itu. Hatinya begitu berat melepas senja.
Begitu juga dengan Pak Ridwan yang sedari tadi berdiri disamping istrinya. Melihat senja duduk bersimpuh dibawah agar sejajar dengan ibunya itu,sambil menciumi tangan wanita yang bertahun-tahun menderita sakit strok itu hatinya berdenyut nyeri. Sebenarnya di pun tidak tega melihat Senja harus pergi ke kota untuk bekerja apalagi sebagai asisten rumah tangga melihat bagaimana kepandaian putrinya tersebut. Seharusnya diusia Senja saat ini dia sedang menikmati masa mudanya,bersekolah untuk mengejar mimpinya. Namun dia tidak berdaya semakin hari perekonomian keluarga begitu buruk. Apalagi sekarang Pak Ridwan membiarkan Senja Jauh dari keluarga, membuatnya merasa gagal menajdi seoarang ayah yang baik untuk senja. Namun kondisi mengharuskannya merelakan senja,dia berdoa semoga senja nantinya memiliki kehidupan yang lebih baik.
"Senja...dikota kamu nurut sama bibimu ya nduk? Kerja yang sungguh-sungguh jangan membuatnya malu dan kecewa. Bapak minta maaf padamu Senja karena tidak bisa memberikanmu kebahagiaan seperti teman seusimu?",ucap Pak Ridwan.
"Jangan berkata seperti itu pak? Senja bersyukur memiliki kalian,kalian sangat berharga bagi senja".
Air matanya yang sedari tadi ditahannya kini luruh juga,dengan cepat dia menyekanya. Mereka pun berpelukan dengan erat.
" Samapaikan salamku pada Sena ya Pak,Senja berangkat tidak menunggunya pulang dari sekolah?"Kata senja.
Pak Ridwan mengangguk tanda mengerti,sebenarnya tadi pagi Senja sudah berpamitan kepada Sena,dia berpesan kepada adiknya itu agar sekolah yang rajin. Jika harus jujur berat bagi Senja meninggalkan keluarganya tapi tekatnya sudah bulat dia ingin meringankan beban sang bapak.
"Iya nduk hati-hati ya?" ucap bapak dan ibu Senja serempak. Tak lama travel yang akan mengantarkan Senja ke kota pun telah tiba. Senja masuk kedalam rumah mengambil tas ransel warna hitamnya. Tak banyak yang dibawa senja hanya beberapa potong bajunya karena memang dia tidak memiliki banyak baju. Juga berkas-berkas penting seperti ijazah pendidikan terakhirnya sengaja ia bawa siapa tau itu nanti diperlukannya.
Setelah itu dia menyalami tangan kedua orang tuanya dan menciumnya penuh takzim.
Senja pun naik dalam travel tersebut. Jika jujur hatinya begiru berat,namun dia juga sudah bertekat bahwa dia harus menjdi wanita sukses yang bisa mengangkat derajat kedua orang tuanya. Hatinya selalu berdenyut sakit saat melihat Pak Ridwan bapaknya penuh dengan kesulitan. Pak Ridwan sering kali berhutang sana-sini untuk mencukupi kebutuhan keluarga mereka yang terbilang banyak untuk orang seperti mereka. Hasil panen yang tak sebebrapa itu harus dibagi dengan pemilik lahan sama rata. Sedangkan ibunya harus rutin kontrol kesehatan jika tidak stroke yang dideritanya bertambah parah. Belum lagi biaya pendidikan adinya dan masih banyak kebutuhan sehari-hari lainnya yang tidak bisa dijangkau dengan hanya mengandalkan hasil panen saja. Lalu Senja pun melambaikan tangan kepada kedua orangtuanya sebagai salam perpisahan. Senja duduk dibangku deretan kedua dekat dengan jendela. Sengaja dia memilih duduk disana agar bisa bernafas dengan lega,sirkulasi udaranya pun lumayan bagus sehingga meminimalisir mabok perjalanan yang akan ditempuhnya dalam waktu 4jam. Diperjalanan hatinya penuh gemuruh,banyak kekhawatiran yang berseliweran memenuhi pikirannya. Memikirkan kemungkinan yang tidak-tidak. Meski dia berprestasi dibidang akademik namun dia belum punya pengalaman sama sekali dalam bekerja. Apalgi dari cerita Bi Sari bibi Senja rumah majikannya itu luasnya lebih dari luas sawah yang sedang digarap bapaknya. Kadang dia terheran memikirkan bagaimana ada rumah seluas dan sebesar itu. Meski senja juga tau di media-media sosial atau tayangan televisi yang menunjukkan rumah besar nan mewah melik orang-orang kaya yang uangnya tak berseri itu. Tetap saja bagi Senja yang terlahir dari kalangan bawah rasanya sangat luar biasa. Karena pikirannya yang terus berisik itu Senja begitu lelah Akhirnya sekarang senja pun tertidur disepanjang perjalanannya.
Travel yang membawanya sudah menurunkan beberapa penumpang lain selain senja.
Hingga sedikit penumpang saja yang tersisa disana. Layanan travel ini memang sangat memudahkan penumpang karena bersedia antar jemput sampai tempat tjuan penumpangnya,jadi senja tidak perlu naik turun kendaraan umum seperti naik bus umumnya.
Hingga akhirnya kini travel menuju tempat tujuan senja, selang 30 menit travel memasuki kawasan perumahan Elit kota Surabaya. lalu berhenti didepan gerbang rumah dengan pagar besi tinggi bernuansa putih. Rumah itu terlihat sangat mewah,sampai mata senja tak berkedip karena takjub. Senja pun memastikan alamat yang ditujunya sudah benar.
Senja turun dari travel membawa tas ranselnya, dia mengeluarkan selembar pecahan uang merah dan biru lalu memberikannya kepada supir travel tersebut. Tak lupa Senja mengucapkan terima kasih karena sudah diantar sampai tempat tujuan dengan selamat.
Pandangannya tertuju pada pos security yang ada disana dan Langkah kaki senja menuju pos security dipojok gerbang tersebut. Nampak dua security disana sedang duduk bersantai sambil menjaga rumah majikan mereka.
Tatapan mereka beralih ke Senja yang sedang berjalan kearah mereka. Senaja pun dengan percaya diri melangkahkan kakinya kearah dimana security berada.
"Selamat siang Pak, apa benar ini kediaman Tuan Abimana?"
Sapa Senja kepada kedua security tersebut ramah.
"Siang Nona... Benar ini kediaman Tuan Abimana,Nona ini siapa?" Tanya salah satu security.
"Jangan panggil saya nona pak,saya Senja keponakan bi Sari asisten rumah tangga diaini dari desa?
Panggil saja saya senja pak?" jawab senja.
Dua security itu saling tatap seakan tak percaya jika gadis cantik didepannya ini dari desa. Karena sama sekali tidak menunjukkan jika Senja dari desa. Wajahnya terlalu cantik untuk ukuran orang pedesaan. Bahkan penampilannya tidak menggambarkan jika dia gadis desa.
"Oh iya senja... Mari bapak antar kamu kedalam bertemu dengan bi sari?",imbuhnya.
Lalu salah satu security disana membuka gerbangnya dan mengantar Senja kedalam mention tersebut. Semakin menginjakkan kakinya kedalam Senja semakin takjub melihat rumah tersebut.
Hunian bergaya Eropa klasik berlantai 4 yang sangat luas dengan nuansa serba putih. BiBir senja seakan tidak bisa terkatup sempurna karena terus menganga sambil melihat kekiri kanan. Jangan lupakan diselah kiri terdapat hamparan garasi berdinding kaca,disana berjajar sejumlah mobil mewah bak showroom mobil. Menunjukkan seberapa tinggi jelas sosial sang pemiliknya.
"Astaga ini istana negri dongeng versi nyata?"
Gumamnya dalam hati. Namun segera senja menguasai dirinya takut bertemu sang pemilik rumah dan dianggap tidak sopan. Lalu senja menundukkan wajahnya sembari masuk kedalam rumah itu. Terlihat dari dalam bi Sari berjalan tergopoh-gopoh menyambut kedatangan ponakannya. Sedangkan security tadi langsung kembali ketika senja sudah masuk kedalam mention.
"Assalamualaikum bi?",senja menyalami bibinya dan mencium tangannya takzim.
"Walaikumsalam,Alhamdulillah senja akhirnya kamu sampai juga. Bibi tidak tenang sama sekali dari pagi,takut kamu nyasar?"
Ucap bi Sari dengan logat medoknya sembari tersenyum lega melihat kedatangan Senja. Senja pun memeluk bi Sari dengan hangat.
"Senja sudah besar bi..jadi tidak perlu se-khawatir itu?Apalagi bibi memberi alamat sangat jelas. Aku naik travel bukan bus yang harus berganti-ganti bus bi,jadi aman",imbuh Senja.
"Kamu pasti lelah setelah perjalanan lumayan jauh. Sekarang nyonya Arumi sedang keluar arisan bersama teman-teman sosialitanya. Sedangkan Tuan Abimana belum pulang dari kantornya.
Sementara ini kamu istirahat saja dulu...nanti setelah nyonya besar kembali kamu bibi panggil. Ayo bibi tunjukan kamar kamu".
Bi Sari pun menuntun senja kearah paviliun belakang mention tersebut. Letak kamar senja tidak jauh dari kamari bi sari. Lalu bi sari membuka pintunya menyuruh senja masuk kedalam.
"Istirahatlah...bibi akan ambilkan minuman dan makanan untukmu,kamu pasti laparkan?".
Bi sari begitu perhatin kepada Senja. Dia juga menyayangi senja dari kecil. Kenyataan dia terlahir sebagai wanita mandul membuatnya menyayangi keponkan-keponkannya.
Bahkan saat ini bi sari tetap menjada setelah gagal dalam rumah tangganya. Dia enggan menikah lagi karena begitu trauma dengn kisah masa lalunya. Suaminya menikah kembali dan menceraikannya karena dia tidak bisa memberikan keturunan. Senja pun menganggukkan kepalanya,paham apa yang dibilang bi sari.
Betapa terkejutnya senja saat sudah memasuki kamar tersebut. Bagi senja kamar tersebut lebih dari cukup,memang tidak terlalu besar namun sangat bersih. Didalamnya terdapat sebuah kasur ukuran 160cmx200cm yang sangat empuk. Lemari sederhana untuk meletakkan pakaiannya,juga meja rias kecil untuk menata cosmetic. Dibelakang terdapat sebuah kamar mandi kecil yang masih satu ruang dengan kamarnya. Juga ada kipas angin. Senja sangat bersyukur beberapa kali dia menggenjot tempat tidurnya yang begitu empuk.
"Ya Allah ini sulit dipercaya kamar pembantu modelan begini?" gumam sendiri karena masih seperti mimpi disini.
"Bapak,ibu doakan Senja disini bakalan betah kerja,Senja akan membahagiakan kalian?" Senja masih bermonolog dengan dirinya sendiri.
Dirumahnya tidak ada kamar seluas miliknya saat ini,dirumah dia hanya beralaskan kasur lantai tipis. Tidak ada almari ataupun meja rias dikamarnya.
Senja berguling-guling dikasurnya. Menikmati kasur yang sangat empuk menurutnya. Lalu dia duduk sambil memantul-mantulkan bokongnya kekasur tersebut, yang begitu empuk menurut Senja.
Tak lama Bi Sari datang dengan baki ditangannya yang berisi sepiring nasi lengkap lauk-pauknya juga segelas minuman dingin yang menggugah selera. Karena senja belum makan apa pun kecuali sarapan saat hendak berangkat tadi seketika matanya berbinar melihat apa yang dibawa bi Sari. Apalagi aroma makanan tersebut begitu menggugah selera Senja seketika perutnya keroncongan meronta-ronta minta diisi.
"Senja Makan dulu?" ucap bi Sari.
"Iya bi,terimakasih Senja laper banget? Sambil senja mengambil piring yang dibawa bi Sari. Sedangkan bi Sari meletakkan nampannya dimeja kecil yang terletak disudut ruangan tersebut. Senja pun langsung berajak kemeja tersebut untuk makan.
"Ya ampun bi,ini luar biasa?" ucpnya dengan mata penuh binar.
" Apa nggak apa-apa bi,bibi kasih senja makan daging , Lengkap sekali ada sayurnya sayurnya juga". Ucap Senja dengan perasaan senangnya.
Dikampung dia makan daging jika saat hari raya qurban saja. Keluarganya tidak mampu membeli makanan mewah seperti daging.
"Ndak apa-apa nduk. Disini semua pekerja diperlakukan sangat baik. Setiap hari kalau untuk makan menu akan berganti-ganti. Sudah ada kokinya sendiri, makanya disini kerja yang giat ya kita bakal sulit menemukan majikan seperti Nyonya Arumi yang sangat baik hati".
"Bibi benar,senja harus giat bekerja,tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan. Senja ingin bisa membantu meringankan beban bapak. Biar ibu juga bisa kembali seperti semula Bi".
"Ya sudah makan dulu ya nduk. Nanti setelah makan kamu bawa kedapur piring kotornya. Piring basah yang habis dicuci kamu taruh rak sebelah kiri. Setelah itu kamu bisa beristirahat sambil menunggu Nyonya Arumi datang". Kata Bi Sari pada Senja.
"Siap bi". Ucap Senja sambil tersenyum menampakan giginya yang rapi.
Senja pun dengan lahapnya menyantap makanan itu. Selesai makan senja langsung menuju dapur seperti arahan bi Sari. Senyumnya yang cantik tak luntur dari wajahnya. Senja sangat bersyukur bisa bekerja disini meski belum tau bagaimana kedepannya. Tapi dia bertekat akan melakukan yang terbaik.
Senja masuk didalam kamarnya lalu masuk dan menguncinya. Dia menuju kamar mandi kecil didalam kamar tersebut,ternyata sudah lengkap didalamnya ada sikat gigi baru,pasta gigi dan juga sabun mandi. Senja segera membersihkan tubuhnya. Setelah selesai dia mengganti bajunya dengan kaos rumahan berwarna ping dan celana panjang berwarna hitam berbahan lentur. Sederhana namun namun terkesan cantik dan sopan,senja merebahkan tubuhnya. Karena lelah tak lama pun dia sudah terlelap begitu pulasnya.
Tak terasa dua jam berlalu jam sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB. Senja mengerjab membuka matanya,sesekali menguap dan menghirup udara dalam-dalam. Setelah itu menuju amar mandi membasuh mukanya dan berwudhu. Ya senja akan sholat ashar memang sedikit terlambat karena dia tertidur begitu pulas
Setelah selesai sholat,suara ketokan pintu pu terdengar. Senja seger membukakan pintunya.
Nampak bi Sari didepan pintu.
"Nduk ayo kedepan,nyonya Arumi sudah dirumah sekarang?" ajak bi sari
"Iya bi,ayo?"
Mereka pun berjalan menuju rumah utama. Disana nampak nyonya Arumi duduk santai menikmati tehnya sambil memainkan gadget.
Nyonya Arumi pun menoleh saat mendengar suara tapak tapak kaki berjalan kearahnya. Senyum cantik terukir diwajah wanita usia 45 tahun tersebut. Wajah cantik nan terawat,kulut bersih tanpa noda sedikitpun. Senja yang melihatnya penuh kagum. Padahal wanita itu seusia dengan ibunya namun masih terlihat sangat segar dan cantik. Wajar saja karena perbedaan kondisi finansial mereka juga berbeda,apalagi ibu senja mengalami stroke sudah lama.
"Nyonya,ini ponakan saya Senja yang akan bekerja disini?" Bi sari mengenalkan Senja pada nyonya besar mansion tersebut.
Nyonya Arumi pun melihat senja takjub. Usianya terlihat masih sangat muda. Memiliki wajah cantik,tidak menunjukkan dari kampung. Meski dibalut dengan pakaian sederhana. Rambut panjang dikuncir kuda,leher jenjang dan kulit putih bersih,mata bulat senja seakan menghipnotis Arumi. Karena sudah sangat lama dia menginginkan seorang putri namun dia tidak bisa memilikinya. Sebuah insiden kecelakaan merenggut rahimnya setelah anaknya Awan berusia 4tahun.
"Wah kamu cantik sekali,berapa usia mu?tanyanya.
"Saya berusia 19 tahun nyonya?" jawab senja gugup. Jantungnya saat ini memang sedang tidak baik_baik saja. Senja begitu gugup dan masih sangat sungkan. Menampakkan wajah tegangnya.
Arumi yang melihat itu pun terkekeh kecil. Menurutnya sangat menggemaskan ekspresi Senja. Terkesan masih sangat lugu dan polos.
"Kamu tidak perlu setegang itu sama saya?" ucapnya ramah.
"Disini kamu hanya perlu bersikap jujur dan baik. Tugasmu membersihkan dua ujung kamar yang ada disana,dan sebelahnya itu kamar saya". Ucap Arumi sambil menunjuk kamar yang ada dilantai dua tersebut.
"Selebihnya senja kamu tanya sama bi Sari apa saja yang akan kamu lakukan. Kalian bagi-bagi tugas sendiri mana yang sekiranya belum beres saja. Kalau sudah beres kamu bebas melakukan apa saja". Imbuh nyonya Arumi lagi.
" Baik Nyonya,saya akan lakukan yang terbaik". Ucap senja penuh semangat.
"Baiklah,saya akan keatas untuk istrahat. Bimbing dia bi,tunjukkan apa saja yang belum dia ketahui".
Ucap Arumi kepada bi sari. Dia pun bergegas menuju lantai dua mengguakan lift yang ada terletak disebelah kanan ruang tersebut.
Bi Sari pun menganggukkan kepalanya.
"Baik nyonya,saya akan lakukan perintah nyonya?"
Mereka menuju dapur ternyata disana ada banyak pekerja lainnya. Terhitung lebih dari sepuluh orang,ada tukang kebun,ada dua koki, dan lainnya lengkap dengan seragam berwarno maroon melekat ditubuh mereka. Senja pun bekenalan dengan mereka semua.
"Saya Senja,ponakan Bi Sari dari desa mulai hari ini saya akan bekerja bergabung dengn kalian,mohon bantuan dari kalian semua?",ucap senja ramah.
Lalu salah satu dari koki berperawakan tinggi berkulit sawo matang,dan lumayan masih muda pun menyalami senja, Dia tadi sudah melihat senja dari kejuhan saat senja mencuci piring kotornya. Namun enggan menyapa sebelum dperkenalkan langsung olh Bi Sari.
" Saya rian?" sambil mengulurkan tangannya.
"Semoga kamu betah bekerja disini?" ucapnya lagi.
Setelah itu laki-laki seusia bapak senja dengan berperwan sedang pun juga menyalami senja.
"Perkenalkan aku Budi,kamu bisa memanggilku Pak Budi? Kamu cantik sekali,Bi Sari keterlaluan ponakan cantik begini disuruh jadi pembantu?" guraunya.
Senja pun yang mendengar itu tersenyum kikuk.
"Memangnya orang cantik gak butuh makan?Kerja ya apa saja yang penting halal?" timpal bi Sari
"Awas saja kau menggodanya! Buntut sudah tiga ingat itu". Bi sari melototkan matanya bercanda.
"Aduh bi,bisa habis perkututku dipangkas sama Rini. Jangankan menggoda senja yang cantik begini aku sapa si Sri pembantu sebelah saja aku disuruh tidur diluar beberapa hari. Imbuhnya dengan menatap salah satu asisten rumah tangga disana yang juga tersenyum kearahnya. Lalu juga menyalami senja.
"Hai aku Rini,senang bertemu denganmu?" ucapnya ramah. Rini memang istri dari pak Budi mereka bekerja bersama-sama dimension tersebut,usia mbak Rini ini menurut senja terlalu muda jika dibandingkan dengan Pak budi. Wanita itu jika diihat kisaran usia 35 tahunan. Sedangkan pak Budi kira-kira seusia bapak senja.
"Kamu jangan dengar,aku gak galak kok?". Ucapnya lagi.
"Saya senja mbak?" ucap senja
Lalu wanita berperawakan sedang disebelah Rini pun ikut menyalami senja. Wajahnya kurang bersahabat menurut senja. Dandanannya menor,mungkin usianya lebih muda dari mbak Rini. Dia adalah Arin,seorang janda muda tanpa anak. Setelah perceraiannya dia bekerja dikediaman tersebut. Arin bekerja disana sudah 2tahun ini. Dan sudah lama juga dia menyukai Rian. Tapi Rian tidak pernah meresponnya,dia menjadi kesal kepada Senja karena sejak tadi dia melihat Rian memperhatikan Senja diam-diam penuh kekaguman.
"Aku Arin.kamu pasti disuruh nyonya bersih-bersih dua kamar yang ada dilantai dua kan? Ucapnya.
"Saya senja mbak,senang bertemu berkenalan dengan mbak. Kok mbak tau saya disuruh nyonya membersihkan kamar tersebut? Tanya Senja heran,dia tetap ramah kepada Arin meski berwajah ketus kepadanya.
"Taulah,itu kan kamar dan ruang kerja tuan muda Awan. Dulunya mbak mina yang membersihkan ruangan tersebut. Karena mbak Mina sudah pulang ke kampungnya untuk menikah jadi kamu yang gantiin. Jawabnya sambil tersenyum penuh arti.
"Kamu harus bekerja dengan hati-hati Senja. Tuan muda sangat perfeksionis dia tidak bisa menolerir sedikitpun kesalahan?" timpal mbak Arin.
Senja pun yang mendengarnya menjadi gugup dia menoleh ke bi Sari dengan mata poppy eyes nya menyiratkan ketakutan.
"Tenang senja,kamu bisa belajar pelan-pelan. Saat ini tuan Muda masih di belanda,sebelum Tuan muda kembali bibi yakin kamu sudah bisa memahami apa yang boleh dan tidak boleh,bagaimana cara membersihkan ruangan tersebut agar benar-benar rapi juga bersih". Bi sari mencoba meyakinkan Senja bahwa dia pasti bisa
Senja pun mengangguk paham. Namun dalam hatinya tetap ada ketakutan-ketakutan akan sesuatu yang belum terjadi nntinya.
"Iya bi,senja akan berusaha semaksimal mungkin dan berusaha cepat belajar",ucap senja dengan nada melemah. Namun dihatinya dia bertekat apa pun yang terjadi di tidak akan menyerah.
"Ya sudah ayo kita mulai bekerja lagi,kita harus menyiapkan menu makan malam sesegara mungkin?" Pak Budi menginterupsi mereka semua.
Akhirnya mereka pun beranjak pergi meninggalkan dapur. Mengakhiri sesi perkenalan dengan senja.
"Senja kamu bantu bibi membersihkan meja area ruang makan dan mengelap mejanya. Setelah itu tata piring sendok dan gelas secara rapi dan teratur. Bibi akan mengajarimu?" Bi sari mulai memperlihatkan pada senja cara menggunakan pel juga vacuum cleaner.
Senja pun memperhatikan dan mulai memahami kinerja alat tersebut. Senja pun mulai mulai melakukan tugasnya.
Saat Senja fokus dengan pekerjaannya dari arah luar nampak sosok laki-laki berperawakan tinggi dengan rahang tegas penuh wibawa. Laki-laki itu masuk kedalam rumah.
Karena Senja fokus dengan pekerjaannya tanpa dia sadari berjalan mundur hingga menginjak kaki laki-laki tersebut. Spontan dia menjerit kaget sendiri,karena dari tadi disana dia sendiri. Setelah bi Sari selesai mengajari senja dia bergegas ke lantai 3 rumah tersebut melakukan tugas lainnya.
"Allahuakbar?"teriak senja sambil memegangi dadanya. Dia langsung menoleh kearah belakang. Senja begitu malu dan segan kepada laki-laki yang diinjak kakinya itu.
"Ma..maaf tuan,saya tidak melihatnya?
Saya tidak sengaja menginjak kaki tuan?" ucap senja yang begitu gugup dan takut.
"Kamu siapa?" ucap laki-laki itu.
"sa..saya Senja,saya pembantu baru dirumah ini. Maafkan saya tuan saya tidak sengaja tolong jangan pecat saya? Senja pun menyatukan tangannya tepat didepan dadanya.
"Oh...saya Abimana. Apa istri saya sudah pulang?" tanya nya dengan nada yang begitu santai.
"Sudah tuan,nyonya ada dikamarnya?" ucap senja.
"Baiklah saya akan naik dulu?"jawab tuan abimana.
"Jadi Tuan tidak akan memecat saya?" tanya senja.
"Tidak,bekerjalah kembali. Saya bukan orang yang kejam,Jawab Abimana.
Senyum smirknya mengembang tipis saking tipisnya senja tidak bisa melihat itu,sambil menggelengkan kepalanya kecil.
"Gadis manis yang masih sangat polos?" gumamnya dalam hati.
Abimana pun melenggang pergi begitu saja. Langkah panjangnya menuju kamarnya berada. Setelah membuka pintu kamar dia melihat sosok wanita yang dicintainya itu sedang bersantai sambil memainkan ponsel. Dia begitu hafal pasti Arumi sedang melihat koleksi tas-tas brand-brand ternama dunia yang baru dikeluarkan,dari ponsel pintarnya itu. Arumi memang sangat menyukai koleksi tas. Bahkan koleksinya sudah memenuhi lemari di walk in closed mereka, Begitulah Arumi dia wanita cantik kelas sosialita. Tak jarang bergaya nyentrik namun tetap anggun, Meski begitu Arumi adalah tipe wanita sangat baik kepada semua orang.
Abimana menggelengkan kepalanya sambil tersenyum melihat Arumi. Bahkan dia tidak mengetahui kehadiran suaminya itu saking fokusnya kepada gadget kesayangan Arumi.
"Honey?" peluk abimana dari belakang. Arumi pun terjingkat kaget mendapat serangan yang tiba-tiba.
"Dad,kamu apa-apa in sih bikin aku kaget saja,untung ini jantung buatan Tuhan loh kalau nggak udah lepas dari tempatnya?" Dumel Arumi protes,bibirnya mengerucut sebal.
"Kamu sih suami pulang kerja,bukannya disambut malah asyik mainan Hp begitu?jawab Abimana. Lalu Arumi pun meraih tangan suaminya,diciumnya takzim lalu mengecup bibir Abimana dengan gemas. Tapi Abi langsung meraih tengkuk istrinya itu dan menciumnya dalam. Abi mengabsen setiap gigi istrinya dengan lidah. Semakin lama ciuman mereka semakin dalam dan semakin menuntut. Tangan Abi yang semula meraih erat pinggang ramping istrinya perlahan mengelus punggung Arumi. Pasokan udara yang mereka hirup pun seakan habis. Lalu Arumi mendorong pelan dada suaminya itu meminta untu dilepaskan. Begitulah mereka meski usia pernikahan mereka sudah lama tetaplah romantis dan sangat manis. Abimana adalah sosok suami dan ayah yang sangat penyayang.
"Dad,mandi dulu gih?" ucap Arumi
"Ok,aku mandi setelah itu melanjutkan yang tadi?" Abi pun berdiri dan hendak melangkahkan kakinya ke kemar mandi yang ada dikamar tersebut.
"Dad?" interupsi Arumi sambil melototkan matanya.
Namun yang dipelototi bukannya marah justru gemas melihat sang istri mode marah yang dibuat-buat. Abi pun hendak kembali mencubit pipi istrinya itu dengan gemas. Namun Arumi cepat menghindar.
"Kamu kalau begini terus yang ada gak jadi mandi-mandi loh?" sarkasnya.
"Habisnya kamu gemesin banget,bikin selalu on fire? Goda abi sambil terkikik geli.
"Umur tua,tapi kayak bocah manja dan terus doyan aja?" jawab Arumi.
"Lo ini halal lo hon,dari pada main sama yang lain?" jawab Abi enteng. Arumi pun langsung mode galak.
"Berani Daddy main-main ku potong tuh perkutut? Matanya sambil melotot tajam.
"Santai honey aku bercanda?" Abi bergidik ngeri membayangkan sendiri jika asetnya itu dipotong istrinya.
"Ya sudah mandi sana dulu dad,biar wangi?" kini ganti Arumi yang menggoda Abi dia berdiri dan berbisik ditelinga Abi. Dia sudah sangat hafal jika suaminya itu sangat sensitif di area tersebut. Lalu dia segera ngacir pergi meninggalkan kamar. Abi yang melihat tingkah istrinya itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Setelah dikamar mandi dan menutup pintunya Abi melepas semua bajunya menaruh dikeranjang kotor yang sudah disediakan. Setelah itu mengguyur tubuhnya dengan air hangat,begitu fresh rasanya apalagi seharian disibukkan dengan tumpukkan berkas dimejanya.
Sedangan Arumi menuju dapur melihat apa makan malam sudah disajikan. Tadi siang sebelum pergi dia sempat reques makanan kesukaan suaminya untuk makan malam. Ternyata Senja sudah menatanya dengan rapi dibantu Bi Sari.
Melihat Nyonya Arumi menghampirinya segera Senja berdiri kearah nyonya Arumi sambil sedikit membungkukkan badannya.
"Nyonya sudah turun,padahal baru saja bi Sari menyuruh saya memanggil Nyonya saat hidangan selasai disajika?" ucap senja masih sedikit takut-takut.
"Nggak apa-apa Senja,saya sudah turun sendiri? Mas Abi masih mandi. Owh iya Bi Sari nanti tolong bi Sari cek dan catat ya bahan makan apa saja yang habis,sekalian tanya pak Budi apa saja bahan yang dia butuhkan yang harus dibeli. Rencanya besok teman-teman saya mau kumpul-kumpul dirumah?"
"Baik Nyonya?" ucap bi Sari
"Dan ajak Senja ke supermarket biar dia juga belajar dan tau daerah dekat-dekat sini? Nanti setelah dihitung kalau uangnya kurang minta saya ya?"Kata Arumi lagi.
" Sepertinya uang bulan ini masih cukup nyonya?Jawab bi Sari. Bi sari adalah kepala asisten rumah tangga disana. Dia sudah dipercaya mengatur kebutuhan dapur rumah tersebut. Setiap bulannya Arumi mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk kebutan mereka semua. Bi sari sudah dipercaya memegang uang tersebut untuk belanja bulanan. Arumi memang sangat menyukai bi Sari,dia wanita yang sangat jujur dan tidak neko-neko. Sudah sepuluh tahun terakhir ini dia ikut bekerja dengan Arumi.
"Baiklah kalau begitu bi,saya keatas dulu panggil Mas Abi?" Arumi pun meninggalkan mereka menuju kamarnya.
Disana nampak Abi sudah lebih segar. Meski usianya menginjak 50tahun namun sama sekali tak nampak ada tua-tuanya.bahkan jika sekilas usianya seperti laki-laki 40tahunan. Kali ini dia mengenakan kaos rumahan berwarna hitam,dan celana pendek selutut,Terkesan sangat tampan. Dipangkuannya ada laptop yang menyala,matanya fokus kearah laptop dan tangannya terlihat mengutak atiknya. Dia yang sadar kehadiran Arumi pandangannya langsung teralihkan kepada istri tercintanya itu. Senyum diwajah tampannya mengembang begitu indah. Arumi pun mengajak makan malam Abi,lalu mereka turun bersama.
Arumi duduk tepat disamping Abi,lalu melayani suaminya itu. Mengambilkan nasi serta lauk pauk pelengkapnya. Setelah itu dia mengisi piringnya sendiri. Suasana meja makan begitu hening hanya ada suara sendok dan piring yang berdenting. Selesai makan mereka langsung kembali kekamar mereka.
Sedangkan bi sari bersama Senja sudah ada ditempat lain sedang berbelanja kebutuhan yang diminta olh sang majikan.
Mata senja terus berbinar,dia begitu takjub melihat begitu bersihnya tempat tersebut. Semua yang mereka jual adalah barang-barang yang berkualitas. Mata Senja terkadang melotot sekan tak percaya dengan harga-harga sayur dan buah yang ada disana. Bagaimana tidak hanya untuk satu ikat bayam saja dibandrol kisaran dua puluh ribu per ikatnya. Bayangan Senja dikampung dua puluh ribu membeli bayam bakal dapat lebih dari lima ikat bayam. Kepalanya geleng-geleng tidak percaya.
"Bi..?ucap senja menyenggol lengan bibinya
"Kenapa nduk?tanya bi sari.
"Kenapa semua yang disini sangat mahal?" heran Senja.
"Seharusnya kita kepasar saja bukan?bakal dapat banyak?" Keluh Senja.
"Kamu benar nduk dipasar kita dapat banyak. Tapi Tuan dan Nyonya akan marah jika kita belanja kepasar. Karena dipasar tidak akan mendapatkan sayuran dan buah-buahan yang sesegar disini. Selain itu disini segala yang kita butuhkan sudah lengkap pasti tersedia jadi kita tidak perlu bolak-balik kesuatu tempat jadi itu juga menghemat waktu kita?" imbuh bi sari.
"Jadi nggak apa-apa bi,kita beli barang yang kadang harganya nggak ngotak hanya untuk mendapatkan barang-barang kecil seerti ini?" Senja masih saja terheran.
"Memang sudah harganya segitu nduk disini,ya sudah ayo kita cepat selesaikan belanja kita biar cepat selesai?" ucap bi sari lagi.
Akhirnya mereka pun segera menyelesaikan belanja dengan cepat. Terlihat troli yang didorong senja sudah nampak penuh dengan berbagai barang. Mereka menuju kasir. Senja masih terus terheran-heran dengn tempat tersebut yang terkesan sangat rapi,bersih dan ramai pengunjung meski harga barang disana.
"Orang kota memang radak aneh,benar sih tempat ini luar biasa tapi mereka rela mengeluarkan banyak uang hanya untuk membeli kebutuhan harian?" Senja terus bermonolog dalam hati. Apalagi setelah tadi bi sari membayar belanjaan mereka yang totalnya dua juta lima ratus menurut senja seperti tidak masuk diakal. Uang segitu bisa buat kebutuhan lebih sebulan dikampungnya.
Selesai belanja mereka menuju parkiran berada disana ada Pak Supri yang sudah menunggu mereka. Pak Supri adalah supir pribadi kediaman Abimana. Ketika belanja memang Pak supri lah yang bertugas membantu bi sari dan senja. Saat dari kejauhan Pak Supri melihat bi sari dan senja keluar supermarket tersebut cepat-cepat Pak Supri membuka bagasi mobil. Dia menolong bi sari dan senja memasukkan barang dalam bagasi. Setelah selesai mereka semua kembali menuju kediaman Abimana.
Sampai dirumah,baik Mbak Arin juga mbak Rini membantu mereka menata semua barang-barang yang sudah dibeli. Karena kini sudah hampir memasuki pukul sembilan malam. Mereka akan menyelesaikan pekerjaan mereka dengan cepat agar bisa segera beristirahat.
Setelah itu mereka semua menuju paviliun belakang,dan masuk kekamar masing-masing. Tubuh senja terasa letih,lalu dia pergi kekamar mandi membersihkan tubuhnya daan berwudhu lalu menjalankan ibadah sholat isyak. Tadi mereka berangkat habis magrib jadi senja belum sempat menjalankan ibadah itu.
Setelah selesai senja merogoh ponselnya yang ada dibawah bantal. Dia melihat dua panggilan tak terjawab dari sang adik Sena.
Karena begitu antusiasnya Senja sampai dikota dan langsung bekerja Senja sampai lupa mengabari keluarganya itu jika sudah sampai dengan selamat.
"Oh Tuhan kenapa aku bisa lupa mengabari bapak ibu kalau sudah sampai,mereka pasti kwatir?" gumam senja. Lalu dia melihat sudah pukul sepuluh pasti Sena pun juga sudah turun. Lalu di memutuskan untuk mengirim pesan saja. Besok pagi saja senja akan menelpon mereka. Setelah itu dia pun berbaring dikasurnya,tak lama Senja sudah tertidur sangat pulas.
Keesokan harinya saat suara kumandang adzan terdengar Senja mulai mengerjapkan matanya. Senja beberapa kali nampak menguap karena masih sedikit mengantuk. Tapi dia harus bergegas ibadah dan juga memulai hari dengan pekerjaannya. Dia tidak mau terlambat dan mendapat pandangan buruk tentangnya dari sesama pekerja maupun dari sang majikannya. Tak lupa sebelum menuju rumah utama Senja menyempatkan menelepon Sena. Beberapa kali terdengar suara ponsel berdering diseberang sana.
"Assalamualaikum mbak senja?" Terdengar suara Sena jauh disana.
"Walaikum salam Sen,maaf kakak kemarin lupa menghubungi kalian kalau sudah sampai. Karena setelah sampai mbak langsung bergabung dengan yang lain untuk bekerja?" senja menjelaskan alasan kepada Sena kenapa smpai lupa tak menghungi mereka.
"Nggak apa-apa mbk,mbak hati-hati ya disana. Nanti aku sampaikan ke bapak ibu jika mbak sudah menghubungiku?" ucap sena.
"Ya sudah kalau begitu,mbak mau kerja dulu ya? Sampaikan salam mbak kepada bapak ibu? Putus senja mengakhiri percakapan mereka.
"Iya mbak nanti aku sampaikan bapak ibu,assalamualaikum?"
"Walaikumsalam?"
setelah percakapannya selesai senja meletakkan kembali ponselnya. Dan segera keluar kamar,di menuju rumah utama. Didapur ternyata sudah ada Pak Budi dan Rian yang sedang menyiapkan sarapan untuk keluarga majikannya itu. Rian yang melihat Senja datang wjahnya langsung sumringah.
"Pagi Senja...Rajin amat neng,jam segini sudah bangun?" goda Rian.
"Pagi juga mas Rian...Lha emang mau bangun jam berapa?" tanya senja.
"Hehehe,bercanda senja? Kamu pagi-pagi udah cantik aja?" celetuk Rian menggoda senja. Pak Budi yang melihat itu hanya senyum-senyum dan menggelengkan kepala.
"Dasar buaya,pagi-pagi udah menggoda anak gadis orang?" kata Pak Budi.
"Dih enak saja dibilang saya buaya,Senja memang cantik kok?" jawabnya tak terima.
Senja yang mendengar itu hanya senyum-senyum malu.
lalu seja mengambil vacuum cleaner,lap dan juga kawan-kawanya untuk membersihkan kamar tuan mudanya..
Sedangkan yang lain juga sudah terlihat akan memulai tugas mereka masing-masing juga.
Senja menaiki tangga,sengaja karena dia masih takut masuk dalam lift. Menurutnya seperti ada gempa bumi untuk diawal naik,kemarin dia sudah mencobanya dengn bi sari. Bahkan dia sempat akan terjengkang karena terkaget. Untung ada bi Sari yang memeganginya,tapi jangan ditanya jantungnya berdegub begitu kencang.
Senja begitu telaten membersihkan kamar terebut dia memastikan jika tidak ada debu yang tertinggal disana. Selesai dengan kamar Senja pindah ke ruangan disebelahnya. Benar kata mbak Arin kemarin ini adalah ruang kerja. Ruangan tersebut bercat warna abu-abu,beraroma maskulin. Semua buku-buku tebal berjajar rapi di rak-rak tinggi. juga berkas-berkas disana tertata sangat rapi.
Senja yang masih pertma masuk pun takjub dengan ruangan tersebut. Lalu dengan segera dia membersihkannya. Seperti arahan dari bi Sari kemarin cara membersihkan semua barang yang ada disana senja dengan telaten dan cekatan melakukan persis intruksi bi sari. Senja sangat cepat belajar,karena dasarnya dia adlah gadis yang cerdas.
Selesai dengan pekerjaannya Senja turun kebawah,hendak meletakkan peralatannya ditempatnya. Bi Sari pun memanggil mereka kebelakang untuk sarapan terlebih dahulu,para pembantu itu sarapan bersama. Setelah itu melanjutkan pekerjaan mereka kembali.
Waktu begitu cepat jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Tamu Nyonya Arumi sudah berdatangan,mereka nampak begitu glamour mualai dari pakaian sepatu dan tas yang mereka tenteng. Dari atas sampai bawah menunjukkan seberapa besar value mereka. Senja yang sedari tadi membersihkan ruang makan dari kejauhan melihat mereka berdecak penuh kekaguman.
"Gila orang kaya,mereka wow banget?gumam Senja.
"jika dikampung jam segini,mereka masih pada sibuk disawah terbakar matahari. Tubuh berbalut lumpur dan keringat?" senja masih bermonolog didalam hati sambil menggelengkan kepalanya. Tak lama terdengar suara Nyonya Arumi memanggil Senja,senja pun segera menghampiri nyonyanya itu.
"Senja tolong ambilkan minuman dingin yang sudah dibuat Rian ya dan camilan-camilan disana segera bawa kedepan?" perintahnya lembut.
"Baik nyonya,saya akan segera membawanya kedepan?" jawab senja.
"Terimakasih ya?" ucapnya sambil tersenyum kearah senja,lalu pergi meninggalkan senja berjalan menuju depan dimana teman-teman arumi berkumpul.
Mereka pun terdengar ketawa-ketiwi penuh riang,entah apa yang mereka bicarakan. Dari belakang Senja membawa nampan yang diatasnya ada total delapan gelas berisi minuman dingin buatan Rian,lalu senja meletakkannya dimeja. Senja juga membawa berbagai camilan dari dapur kedeoan untuk teman-teman nyonyanya. Sebagian teman Arumi terkesima melihat Arumi yang sangat segar dan cantik. Wajahnya sungguh tidak pas jika menjadi seorang asisten rumah tangga menurut sebagian dari mereka. Setelah senja pergi dari sana para wanita sosialita itu mulai berkasak-kusuk.
"Jeng Arumi itu pembantunya?" ucap salah satu dari mereka kepda Arumi.
"Iya,dia masih kemrin mulai bekerja disini?" jawab Arumi.
"Ya ampun,dia sepertinya masih muda sekali dan sangat cantik?" ucap yang lainnya.
"Iya pembantu cantik,cantik-cantik kok mau ya dia jadi pembantu?" ucap wanita berbaju hitam yang duduk diseberang tempat duduk arumi.
"Itu masih mulia dari pada jadi ani-ani?imbuh wanita lainnya
"Kamu benar jeng Lita,hati-hati jeng Arumi nanti anakmu Awan bisa kepincut dengan pembantumu? Wanita yang duduk disamping Arumi itu menimpali.
"Maaf ya jeng,kalau aku sih ogah punya menantu kelas pembantu?" imbuh yang lainnya.
"Jangan begitulah jeng,kita tidak boleh berfikir demikian. Aku sendiri tidak akan melarang Awan menjalin hubungan dengan siapa pun asalkan wanita itu baik dan juga mencintai Awan?" Arumi memang tidak memandang seseorng dari mana dia berasal.
Mereka pun mengganti topik pembicaraan mereka. Terdengar tawa mereka begitu riuh dari arah dapur. Tak lama setelah Arumi menata makan siang dimeja,mereka semua menikmati makan siang itu sambil melempar sesekali candaan. Menu yang disajikan begitu banyak dan lengkap,berbagai hidangan disediakan disana untuk memanjakan lidah. Juga tak ketinggalan berbagai buah segar import bertengger cantik dimeja.
Setelah itu mereka pun pada bubar, nampak Arumi memasuki kamarnya. Sedangkan Senja seperti biasa disibukkan dengan pekerjaannya. Dia membersihkan bekas makan tamu sang majikan bersama bi Sari. Setelah semua bersih dan rapi karena hari sudah sore Senja menuju paviliun berniat membersihkan diri. Disampingnya juga ada bi sari yang juga akan menuju kamarnya. Saat mereka melintasi taman belakang,nampak Rian duduk santai disana sambil menyesap rokoknya. Melihat senja,dia pun berdiri hendak mengajak senja bercakap-cakap.
"Senja besok malam minggu,mau tidak keluar ke alon-alon kota. Biasanya jika malam minggu bakal rame banget. Kebetulan juga disamping alon-alon kota sedang ada bazar dan pasar malam jadi bakal rame banget?ajak Rian kepada senja.
Sontak saja Senja menoleh ke bi Sari meminta pertimbangan. Karena dia belum tau daerah disekitaran sini. Sebenarnya mendengar pasar malam dia sangat antusias itu mengingatkannya suasana dikampung. Karena setiap ada pekan Raya dikampungnya selalu ada pasar malam,kadang senja pergi kesana bersama Sena adiknya. Seakan mengerti kode Senja bi sari pun langsung menjawab.
"Nggak apa-apa kamu pergi saja Senja,tapi ingat Yan kamu harus membawa kembali senja dalam kondisi baik dan jngan macam-macam?" peringatan bi sari kepada Rian.
"Bibi tenang saja,saya akan membawa dan mengembalikan Senja pada bibi dalam keadaan yang baik seperti waktu berangkat?" hati rian sungguh senang.
"Ya sudah ya mas rian saya mau mandi dulu,nanti disambung lagi?" ucap senja sambil melangkah menuju kamarnya.
Rian melihat senja dari belakang senyum-senyum sendiri. Hatinya berbunga bunga karena senja mau diajak keluar. Namun dari arah lain Arin melihat itu penuh geram. Pasalnya Arin sudah menyukai Rian sejak lama,tapi Rian seakan tidak peka terhadap Arin.
"Dasar laki-laki genit,giliran ada yang muda dan bening saja dia langsung gercep banget?" gerutu arin sambil mencebikkan bibirnya.
"Senja juga gitu,padahal baru kemarin kenal dia sok akrab banget sama rian?" dumelnya sebal.
"Ya sudahlah,tak perlu kau pikirkan Rin masih banyak laki-laki lain yang lebih keren dari pada rian kan? Masih ada mas Arya kan? Monolog Arin. Arya adalah salah satu security disana. Arya adalah laki-laki dengan perwakan tinggi besar. Kulitnya sedikit hitam,namun berwajah manis. Dia berusia 35tahun,seorang duda tanpa anak. Arya sendiri sudah lima tahun terahir ini ikut dengan keluarga Abimana. Tapi sifatnya yang seperti es kutub utara tidak banyak asisten rumah tangga disana yang akrab dengan Arya.
Senja didalam kamar sudah selesai membersihkan tubuhnya. Dia juga sudah selesai menjalankan ibadahnya,sore ini senja terlihat begitu segar dengan balutan seragam warna biru lengan pendek,dengan rok selututnya itu,begitu pas melekat ditubuh senja. Apalgi senja sedikit menyapu wajahnya dengan bedak tipis menambah kesan cantik diwajah gadis tersebut.
Senja kembali keaktifitasnya dirumah utama membantu yang lainnya. Mobil tuan Abimana pun sudah terlihat parkir didepan mansion tersebut itu tandanya dia juga sudah kembali kerumah. Seperti biasa aktifitas baru senja dia bagian menyiapkan makan malam yang sudah matang dimasak pak budi dan juga Rian kemeja makan,agar sang majikan bisa segera makan malam.
Terlihat Abi menggandeng arumi menuruni anak tangga. Tadi Pak Budi menyampaikan jika makan malam sudah siap lewat intercom yang terhung dengan kamar majikannya tersebut. Dan mereka pun akhirnya duduk dikursi menyantap hidangan makan malam dengn hening.
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam saat ini,semua orang Anggota rumah tersebut hendak pergi tidur. Apalagi para asisten rumah tangga mereka sudah sangat letih termasuk senja. Mereka terlelap dalam tidurnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!